Anda di halaman 1dari 27

Makalah

Pendidikan Agama Islam

EKONOMI SYARIAH

Di susun oleh :
Trias Nurcahyani ( 1711000152)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


PERBANAS INSTITUTE BEKASI
2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, akhirnya saya dapat


menyelesaikan makalah tentang EKONOMI SYARIAH untuk memenuhi tugas
mata kuliah yaitu pendidikan agama islam.

Saya menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,tentu hasil


makalah ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan.

Maaf atas kekurangan makalah yang saya buat ini.

Bekasi, 7 Desember 2017

Trias Nurcahyani

2
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang....................................................................... 1

1.2 Identifikasi masalah.............................................................. 2

1.3 Pembahasan masalah............................................................. 3

1.4 Rumusan masalah.................................................................. 4

1.5 Tujuan menulis...................................................................... 5

1.6 Manfaat................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ekonomi syariah.................................................. 7

2.2 perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensioanal

2.3 ciri ekonomi syariah.............................................................. 8

2.4 tujuan ekonomi islam............................................................ 9

2.5 Dasar hukum ekonomi syariah.............................................. 10

2.6 Bentuk-bentuk kerjasama dalam ekonomi syariah............... 11

2.7 Penerapan ekonomi syariah .................................................. 12

BAB III KESIMPULAN

3
3.1 solusi perekonomian indonesia............................................. 13

BAB IV PENUTUP

4.1 kritik...................................................................................... 14

4.2 saran...................................................................................... 15

BAB 1 PENDAHULUAN

4
1.1 Latar belakang

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan


dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi
Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi
sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang
mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari
sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini
dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman
hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi
tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat
yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat
memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada
keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan
untuk akhirat.

1.3 Pembatasan Masalah

Permasalahan yang di bahas dalam makalah ini adalah sekitar “Solusi


perekonomian Indonesia dengan ekonomi syariah dan bagaimana penerapan
ekonomi syariah pada perekonomian Indonesia”.

1.4 Rumusan Masalah

1. apa saja isi dari semua tentang ekonomi syariah

2. Bagaimana penerapan hukum ekonomi syariah?

3. Bagaimana penerapan ekonomi syariah?

5
1.5 Tujuan Menulis

tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan agama dan untuk mempelajari bagaimana ekonomi syariah
indonesia.

1.6 Manfaat

1. Untuk menambah pengetahuan tentang penerapan ekonomi syariah.

6
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Syariah


Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran
agama Islam, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Nabi (P3EI, 2012:17).

Ekonomi syariah memiliki dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem
ekonomi syariah yaitu Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, hukum-hukum yang
diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah
tetap (tidak dapat berubah kapanpun dan dimana saja).

Berikut ini beberapa pengertian Ekonomi Syariah dari beberapa sumber buku:

 Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy


menjelaskan bahwa ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi
yang bersifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi syariah tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan mendalam
terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap
ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika,
statistik, logika dan ushul fiqih (Rianto dan Amalia, 2010:7).
 M.A. Mannan mendefinisikan ilmu ekonomi syariah sebagai suatu ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat
yang diilhami oleh nilai-nilai islam (Mannan, 1992:15).
 Definisi ekonomi syariah berdasarkan pendapat Muhammad Abdullah
Al-Arabi (1980:11), Ekonomi Syariah merupakan sekumpulan dasar-
dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari Al Qur'an dan As-
sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang kita dirikan di
atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan
masa.

2.2 Perbedaan Ekonomi Syariah dengan Ekonomi Konvensional

7
Saat ini anda pasti tidak asing dengan istilah ekonomi syariah dan
ekonomi konvensional. Sebenarnya, secara garis besar ada tiga sistem ekonomi
yang digunakan di dunia yaitu sistem ekonomi kapitalis, ekonomi sosialis dan
sistem ekonomi syariah. Belakangan ini banyak yang membandingkan antara
ekonomi syariah dan ekonomi konvensional karena kedua ekonomi yang
digunakan dalam perbankan. Ada beberapa perbedaan dalam ekonomi syariah
dan ekonomi konvensional. Baik dari prinsip hingga penerapannya. Secara garis
besar, ekonomi syariah dibuat dan berkembang berdasarkan ketentuan dalam
agama islam, berbeda dengan ekonomi konvensional.

 Prinsip dasar

Ekonomi syariah dan ekonomi konvensional memiliki perbedaan dalam prinsip


dasar. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi perbedaan segala tujuan,
tindakan, norma serta pengembangan prinsip. Ekonomi konvensional bertujuan
untuk melakukan pertumbuhan ekonomi. Sistem konvensional menganggap
ketika pertumbuhan ekonomi berjalan baik maka semua orang akan mencapai
kepuasan individu yang diinginkan. Sementara ekonomi syariah berprinsip
bahwa agama dan ekonomi memiliki kaitan yang sangat erat, dimana kegiatan
ekonomi dilakukan sebagai ibadah

 Perjanjian kredit

Dalam ekonomi konvensional perjanjian kredit dikenal dengan adanya


perjanjian baku. Perjanjian baku merupakan suatu perjanjian yang dibuat
sepihak. Perjanjian ini telah terlebih dulu dibuat oleh pihak tertentu bahkan
sebelum pihak lainnya datang. Sementara dalam ekonomi syariah dikenal
perjanjian pembiayaan mudhorobah. Ekonomi syariah tidak mengenal adanya
perjanjian baku. Perjanjian dalam ekonomi syariah dibuat oleh kedua pihak,
misalkan antara bank dan nasabah.

 Hak milik

Terdapat perbedaan antara ekonomi konvensional dn ekonomi syariah mengenai


hak milik seseorang. Kedua sistem ini memang sama-sama mengakui adanya
hak milik seseorang namun ada perbedaan yang sangat jauh mengenai cara
mendapatkan hal milik serta ketentuan mengenai hak milik tersebut.

8
Dalam ekonomi konvensional diakui adanya hak milik perorangan. Semua
orang tanpa terkecuali berhak memiliki barang, aset atau uang yang dikehendaki
individu. Hal ini bisa ia lakukan asal ia memiliki sumber daya untuk
mendapatkan hak milik tersebut. Ekonomi konvensional tidak menyebutkan
atau menjelaskan bagaimana batas serta aturan untuk memperoleh hak milik
tersebut.

 Dasar hukum

Perbedaan yang dirasa paling mencolok antara ekonomi syariah dan ekonomi
konvensional memang terletak pada dasar hukum yang digunakan. Lembaga
keuangan yang menggunakan ekonomi syariah seperti bank syariah
menggunakan hukum yang didasarkan pada syariat Islam. Hal ini berlandaskan
Al-Qur’an, Hadist dan Fatwa Ulama. Hal ini berbeda dengan bank
konvensional, bank konvensional memiliki sistem yang didasarkan pada hukum
positif. Perspektif hukum yang digunakan dalam transaksi bank syariah antara
lain menggunakan bagi hasil, perkongsian, sewa-menyewa, kerja sama tani dan
keagenan, atau al-musyarakah (perkongsian), al-mudharabah (bagi hasil), al-
musaqat (kerja sama tani), al-ijarah (sewa-menyewa), al-ba’i (bagi hasil)dan al-
wakalah (keagenan).

 Perbedaan investasi

Dalam hal investasi ekonomi syariah dan ekonomi konvensional juga memiliki
perbedaan. Lembaga seperti bank syariah dapat meminjamkan dana pada
seseorang jika jenis usaha yang sedang dijalankan adalah usaha yang baik dan
halal. Jenis usaha tersebut antara lain peternakan, pertanian, perdagangan dan
sebagainya. Dalam bank konvensional, seseorang diijinkan mengajukan
pinjaman selama usaha yang dijalankan diperbolehkan dalam hukum positif

 Perbedaan orientasi

Bank konvensional yang menggunakan sistem ekonomi konvensional


berorientasi pada keuntungan sementara bank syariah yang menggunakan
sistem ekonomi syariah memperhatikan kebahagiaan hidup baik dunia maupun
di akhirat.

 Pembagian keuntungan

9
Poin ini yang paling sering diketahui oleh masyarakat. Ekonomi syariah dan
ekonomi konvensional memiliki ketentuan yang berbeda mengenai pembagian
keuntungan. Perbedaan ini juga sangat nyata diterapkan dalam lembaga
keuangan dan perbankan. Anda mungkin pernah mendengar istilah bunga dalam
ekonomi konvensional. Bunga tersebut justru dilarang dalam ekonomi syariah.
Bank konvensional yang menggunakan sistem ekonomi konvensional
menggunakan sistem bunga tetap ataupun bunga mengambang. Sistem bunga
tersbeut diterapkan dalam semua pinjaman yang diberikan kepada nasabah.

Sementara bank syariah yang menggunakan ekonomi syariah atau ekonomi


Islam tidak menggunakan sistem bunga, baik bunga tetap maupun bunga
mengambang. Dalam hal pembagian keuntungan, bank syariah menggunakan
cara lainnya. Keuntungan yang didapatkan oleh bank syariah disesuaikan
dengan akad atau kerjasama yang telah disepakati di awal atau pada saat
perjanjian. Meski begitu, bank syariah tetap memperhitungkan kemungkinan
rugi dan laba dalam usahanya. Jika berdasarkan beberapa kriteria yang menjadi
ketentuan, bank meras tidak akan untung maka bank syariah akan menolak
pengajuan pinjaman.

 Hubungan nasabah

Baik dalam ekonomi syariah maupun ekonomi konvensional, dalam lembaga


keuangan seperti bank, anda akan menemukan adanya hubungan antara nasabah
dan bank. Bank syariah menerapkan sistem kemitraan sebagai hubungan antara
bank dengan nasabah. Berbeda dengan ekonomi konvensional, ekonomi
konvensional menggunakan istilah kreditur dan debitur sebagai hubungan antara
bank dan nasabah

2.3 Ciri ekonomi syariah


1. Ekonomi syariah merupakan sebuah sistem islam yang bersifat
universal.

10
Ekonomi syariah bisa dibilang menjadi sebuah sistem islam, karena
memang ekonomi syariah memiliki hubungan yang sempurna dan erat dengan
ajaran agama islam, baik secara akidahnya maupun syariat yang digunakannya.
Hubungan inilah yang menyebabkan ekonomi syariah berbeda dengan ekonomi
yang lainnya. Lebih jelasnya kita akan memberikan uraian tentang maksud dari
ekonomi syariah menjadi sistem islam yang sempurna :

 Kegiatan perekonomian dalam islam bersifat pengabdian

Dalam islam semua kegiatan tergantung niatnya ketika niatnya baik


pasati akan dapat baik dan sebaliknya jika niatnya salah maka dia akan
mendapatkan sesuatu yang jelek pula. Dalam islam semua kegiatan ekonomi
diharapkan sebagai wahana untuk mencari keridloan Allah tidak terfokus
kepada mencari materi dan materi. Dalam islam diharapakn kita bekerja itu
diniatkan beribadah bukan untuk berlomba-lomba mencari uang, karena dengan
niat untuk beribadah kita akan mendapatkan dua hal sekaligus, yaitu rezeki dan
pahala. Berbeda jika kita bekerja karena uang, yang kita dapat hanya capek dan
uang saja.

 Kegiatan ekonomi dalam islam memiliki sebuah cita-cita yang luhur

Perekonomiian dalam islam tidak mencari materi semata, tidak berfokus


pada mencari uang. Namun semua kegiatan ekonomi dalam islam difokuskan
untuk berbagi dengan sesama, memakmurkan bumi dengan segala kegiatannya,
mencapai kehidupa yang layak dan benar sebagai tanda terimakasih kita kepada
Allah, dan tanda pengabdian kita sebagai umat islam dan khalifah di muka bumi
ini. Inilah cita-cita luhur yang dimiliki oleh kegiatan ekonomi dalam islam.

 Pengawasan yang sebenar-benarnya dilakukan dan ditetapkan dalam


kegiatan ekonomi islam.

11
Kita tahu sendiri seiring berjalannya waktu agam sudah tidak mendapat
tempata tau perhatian lagi. Dalam kegiatan ekonomi contohnya pengawasan
hanya dilakukan oleh pemerintah pihak yang netral. Ada pula yang lebih parah,
karena kekuasaan ekonomi dipegang dan dijalnkan sesui kehendak pihak yang
punya modal dan kekuasaan, sehingga masih banyak terjadinya korupsi.
Berbeda dengan ekonomi syariah, pengawasan lebih ketat dan benar-benar
terpercaya. Selain dari pihak yang berwenang sperti pemerintah dan badan
pengawas lain, ada juga pengawasan dari diri sendiri, dimana Allah selalu
mengawasi gerak-gerik kita dalam semua hal, dengan begini maka tidak ada
pihak yang akan melakukan penyelewengan.

2.Ekonomi syariah menciptakan suatu keseimbangan diantara


kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

Dalam ekonomi syariah tidak hanya mencari uang atau harta, namun
lebih tepatnya mencari jalan untuk menciptakan sebuah kemakmuran dan
kesejahteraan yang bisa dirasakan orang banyak. Dalam ekonomi syariah
memiliki acuan bahwa harus selalu bersama, susah senang ditanggung bersama,
dilatih untuk sellau peka terhadap kondisi dan orang-orang sekitar kita yang
mmebutuhkan. Tidak seperti ekonomi konvensional yang lebih mememtingkan
diri sendiri, di dalamnya tercipta sebuah persaingan, monopoli dan lainnya.
Tentunya hal ini sudah keluar dari sikap seorang khalifah Allah yang harus
memakmuran kehidupan dunia ini. Hal inilah yang menyebabkan timbul sikap
egois, dalam ekonomi syariah hal ini sngat dihindarai karena prinsip dari
ekonomi syariah adalah kepentingan umum lebih baik didahulukan daripada
kepentingan pribadi, karena kepentingan pribadi bisa kita selesaikan kapanpun
itu, namun jika kepentingan umum harus segera kita selesaikan.

12
Itulah beberapa ciri yang menunjukkan perbedaan ekonomi syariah
dengan ekonomi yang lainnya. Ciri-ciri yang dimilikinya membuat ekonomi
syariah menjadi salah satu sistem yang benar-benar bagus karena berlandaskan
pada islam dan bersifat kebersamaan bukan individu. Selanjutnya kita akan
membahas apa tujuan dari ekonomi syariah, ekonomi syariah muncul tentu
bukan tanpa tujuan.

2.4 Tujuan Ekonomi Islam


Ekonomi syariah memiliki tujuan yang berbeda dengan ekonomi
konvensional, mungkin di konvensional tujuan utama adalah keuntungan secara
pribadi. Namun dalam ekonomi syariah memiliki beberapa tujuan yang sangat
mulia dan baik untuk semua, yaitu :

1. Menempatkan ibadah kepada Allah lebih dari segalanya.

Tujuan utama dari ekonomi syariah adalah mencari ridlo Allah bukan
semata-mata mencari keuntungan materi. Kegiatan ekonomi di dalamnya
dilakukan hanya semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah. Hal
ini didasarkan pada ketentuan yang berbunyi bahwa nanti di akhirat semua amal
dan perbuatan manusia akan dipertanggung jwabakan. Selain itu melakukan
aktivitas perekonomian diniatkan ibadah akan mendapatkan hasil yang lebih
daripada hanya niat untuk mencari harta.dengan diniatkan untuk ibadah maka
kita akan mendapat dua hal sekaligus, harta dan pahala.

2. Menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita melakukan aktivitas ekonomi karena


ingin mendapatkan sebuah kemakmuran hidup di dunia, bisa memenuhi
kebutuhan hiudp dan lain sebagainya. Namun dalam ekonomi syariah,

13
kehidupan akhirat tidak boleh dilupakan, karena kehidupan sesungguhnya
adalah di akhirat nanti. Memang kita wajib bekerja dan mencari uang untuk
kebutuhan hidup, namun hal itu tidak boleh membuat kita lupa akan akhirat
justru harus menambah kepekaan dan ketaatan kita akan allah.

Perlu anda ketahui ada tiga tipe manusia di muka bumi ini, ada yang
mementingkan dunianya saja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
ibadah kepada Allah kurang diperhatikan, kalau dalam keadaan kaya mereka
akan senantiasa menambah dan menambahnya jika rugi mereka barun ingat
untuk beribadah. Yang kedua adalah orang yang selalu beribadah hanya
mengabdikan dirinya pada Allah, mereka yakin rezeki dari Allah jadi mereka
hanya berdoa dan tidak bekerja.

Hal ini juga dilarang karena dalam islam tidak ada yang boleh
berlebihan dalam hal apapun dan harus bekerja dan berusaha untuk
mendapatkannya. Dan yang ketiga adalah orang yang ingat ibadah dan selalu
berusaha. Inilah golongan yang ingin dicetak oleh ekonomi syariah yang bisa
menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhiratnya.

3. Meraih kesuksesan perekonomian yang diperintahkan Allah.

Kegiatan ekonomi menurut pandangan islam adalah suatu aktivitas


yang mampu memberikan damapak baik kepada semua orang atau masyarakat.
Di harapkan dengan adanya ekonomi ini, kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat dapat dicapai dan dirasakan manfaatnya. Ekonomi syariah
menjunjung nilai sosial, dimana tidak ada perbedaan status semua orang berhak
mendapatkan dan merasakan sebuah keakmuran dan bebeas untuk berkreasi.
Pada dasarnya prinsip ekonomi syariah adalah mementingkan kemaslahatan
umat bukan mudharat, sehingga tujuan sebenarnya bagi ekonomi syariah adalah
untuk

14
4. Menghindari kekacauan dan kerususuhan

Kita ketahui bahwa hampir semua negara yang memiliki kuasa penuh
atas perekonomian adalah pemerintahan negara tersebut. Jadi perlu diadakan
pengawasan terhadap kinerja pemerintah agar tidak seenaknya sendiri mengatur
dan mengelola perekonomian yang ada. Karena apabila pemerintahan suatu
negara mementingkan dirinya sendiri amak akan timbul kapitalisme
didalamnya, hal ini akan menimbulkan kehancuran dan kerusakan pada suatu
negara. Untuk itu tujuan dari ekonomi syariah adalah membentuk suatu
pemerintahana yang mampu mengatur perekonomian secara baik, benar dan
adil. Agar semua masyarakat bisa merasakan keadilan dan kesejahteraan
dimanapun mereka berada.

Tidak usah diragukan lagi bahwa ekonomi syariah cocok untuk siapa
saja, dengan gabungan nilai-nilai islam sistem ekonomi ini menjadi sempurna
dengan tujuan-tujuan luhur yang dimilikinya. Inilah yang membedakan
ekonomi syariah dengan ekonomi yang lainnya. Meskipun tuntutan zaman yang
semakin keras ekonomi syariah tetap pada keteguhannya yaitu mempertahankan
nilai-nilai islam yang ada di dalamnya. Kekuatan dari ekonomi syariah adalah
dasar hukum yang digunakannya atau yang menjadi acuannya.

2.5 Dasar hukum ekonomi syariah

 Dasar Hukum

Setiap ilmu pengetahuan pasti ada dasar yang dijadikan acuan agar tetap berada
dalam ajalan yang benar dan bisa memberikan dampak baik bagi semua yang

15
mempelajarinya. Demikian pula dengan ekonomi syariah yang memiliki
beberapa dasar atau landasan hukum, antara lain :

 Al-Qur’an

Tidak perlu diragukan lagi sumber hukum islam yang tertinggi adalah Al-Quran,
segala hal yang bernafaskan islam pasti landasan hukumnya nomer satu adalah
Al-Qur’an. Begitu juga dengan ekonomi syariah yang menjadikan Al- Qur’an
sebagai sumber hukum utama. Al-Quran pada dasrnya merupakan wahyu dari
Allah yang diberikan pada Nabi Muhammad untuk membimbing umat manusia
karena dalam Al-Qur’an semua jawaban atas permasalahan yang ada pasti ada,
mulai dari kehidupan sehari-hari sampai ekonomipun ada.

Ads

 Hadits

Pada dasrnya hadis merupakan suatu hal yang berasal dari Nabi Muhammad,
baik dari perkataan, perilaku dan tindakannya. Kita pasti sering tahu bahwa
hadis dijadikan sebagai pendamping dari AL-Qur’an, memang benar bahwa
sumber pokok hukum islam adalah Al-Qur’an dan hadis. Ekonimi syariah
mengguankan hadis sebagai landasan hukum setelah Al-Quran, hadis digunakan
untuk menyempurnakan penjelasan dari AL-Qur’an, sehingga kita tetap bisa
mengikuti perkembangan zaman dengan baik tanpa keluar dari hukum islam
sendiri.

 Ijma’

Tidak hanya Al-Qur’an dan hadis saja yang dijadikan landasan hukum ekonomi
syariah, yaitu ijma’. Ijma’ adalah pendapat atau fatwa-fatwa dari para ulama

16
yang telah disepakati bersama dan tentunya tetap berlandaskan pada AL-
Qur’an.

 Ijtihad dan qiyas

Ijtihad merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh para ulama untuk
melakukan musyawarah utnuk memecahkan peristiwa yang muncul dalam
masyarakat. Munculnya ijtihad dikarenakan ada peristiwa baru yang sulit
dicerna bila menggunakan AL-Quran, seperti hukum jual beli online yang
mungkin dulu tidak seperti ini, makannya perlu adanya ijma’ untuk menentukan
hukum sesuatu yang baru. Hukum yang dihasilkan bersifat aplikatif dengan
dasar Al-Qura’an dan hadis.

Sumber hukum atau landasan hukum yang digunakan oleh ekonomi syariah
sangatlah lengkap dan tidak perlu diragukan lagi keabsahannya. Inilah yang
membuat ekonomi syariah memiliki kekuatan dan performa yang benar-benar
baik untuk mengatur perekonomian suatu negara. Kita sudah membahas tentang
pengertian, prinsip, tujuan dan dasar hukum dari ekonomi syariah selanjutnya
kita akan membahas tentang bentuk-bentuk ekonomi syariah agar lebih faham
dan mengerti apa itu ekonomi syariah.

2.6 Bentuk-bentuk kerjasama ekonomi syariah

 Mudharabah

17
Mudharabah merupakan kerjasama antara dua pihak dimana modal usaha
seratus persen dari pemilik modal, pihak yang lain bertindak sebagai
pengelola usaha. Jika usaha tersebut mendapatkan keuntungan maka harus
dibagi sesuai porsi yang telah disepakati terlebih dahulu sebelum
kerjasama dikerjakan. Namun apabila terjadi kerugian yang bertanggung
jawab adalah pemilik modal selama itu bukan kesalahan dari pengelola
usaha.

 Musyarakah

Berbeda dengan mudharabah yang modalnya 100 persen dari pemilik


modal, dalam musyakarah modal usaha diperoleh dari masing-masing
pihak yang bekerjasama. Hal ini lebih enak dilaksanakan karena untung
rugi yang terjadi dihadapi bersama dengan ketentuan atau perjanjian yang
sudah dibuat dan disepakati sebelumnya.

 Al Muzara’ah

Al Muza’arah adalah suatu kerjasama antara dua pihak atau lebih yang
berfokus pada pengolahan lahan pertanian, yaitu antara pemilik lahan dan
pekerja yang menggarap lahan pertanian tersebut. Pemilik lahan
memberikan benih dan lahan tersebut untuk ditanam dan dirawat, kelak
hasil panen akan diibagi antara keduanya dengan prosentase yang sudah
dibicarakan dan disepakati. Dengan inilah ekonomi syariah mau
memberikan bantuan modal bagi insan-insan yang ingin bergerak di
bidang pertanian, dengan prinsip bagi hasil tersebut.

 Al Muzaqah

18
Al Muzaqah merupakan bentuk kerjasama yang lebih sederhana dari Al
Muza’arah, yakni pekerja lahan hanya bertanggung jawab untuk
menyirami dan memelihara tanaman yang ditanam. Dengan menggunakan
teknik dan peralatan tertentu. Setelah panen si pekerja berhak
mendapatkan sebagian persen dari hasil panen.

Itulah beberapa bentuk kerjasama yang ada di dalam ekonomi syariah,


pada intinya semua kerjasama ekonomi yang terjadi dalam ekonomi
syariah semuanya menggunakan sistem bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan antar pihak yang bekerjasama. (Artikel terkait kerjasama :
keuntungan dan kerugian bisnis franchise)

2.7 Penerapan Hukum Ekonomi Syariah

Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syari’ah atau hukum islam di


Indonesia sebenarnya sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan
bangsa. Dimana kita ketahui sendiri memang motor perjuangan kemerdekaan
kita saat itu banyak didominasi oleh pejuang-pejuang muslim yang memegang
teguh prinsip-prinsip hukum syari’ah.

Perjuangan tersebut memang tidak secara frontal dilakukan, tapi lebih


banyak kepada upaya-upaya politis yang berbasis pada kelompok dan budaya.
Sayangnya kemudian upaya-upaya tersebut terbentur dengan kekuasaan politik
pemerintah Hindia-Belanda pada masa penjajahannya secara sistematis terus
mengikis pemberlakuan hukum syari’ah di tanah-tanah jajahannya.

Hingga pada gilirannya kelembagaan-kelembagaan baik yang telah ada


maupun yang kemudian dibentuk baik itu lembaga peradilan, perserikatan, dan

19
lainnya pada masa itu mulai meninggalkan nilai-nilai hukum syari’ah dan mulai
terbiasa menerapkan aturan hukum yang dibentuk pemerintah Hindia-Belanda
yang saat itu disebut Burgerlijk Wetbook yang tentunya jauh dari nilai-nilai
syari’ah. Sehingga jelas saja kegiatan-kegiatan atau perkara-perkara peradilan
yang bersinggungan dengan syari’ah saat itu belum memiliki pedoman yang
sesuai dengan nurani masyarakat muslim kebanyakan.

Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun
waktu dewasa ini. Dalam prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga
peradilan kita, sebelum adanya amandemen UU No 7 tahun 1989, penegakkan
hukum yang berkaitan dengan urusan perniagaan ataupun kontrak bisnis di
lembaga-lembaga keungan syari’ah kita masih mengacu pada ketentuan KUH
Perdata yang ternyata merupakan hasil terjemahan dari Burgerlijk Wetbook
peninggalan jajahan Hindia-Belanda yang keberlakuannya sudah dikorkordansi
sejak tahun 1854.. Sehingga konsep perikatan dalam hukum-hukum syari’ah
tidak lagi berfungsi dalam praktek legal-formal hukum di masyarakat.

Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut


mempertanyakan kembali sejauh mana penerapan hukum syari’ah dalam setiap
aktivitas kehidupan kita, terlebih pada hal-hal yang terkait dengan aktivitas-
aktivitas yang bernafaskan ekonomi syari’ah yang telah jelas disebutkan bahwa
regulasi-regulasi formil yang menaungi hukumnya masih mengakar pada
penerapan KUH Perdata yang belum dapat dianggap syari’ah karena masih
bersumber pada Burgerlijk Wetbook hasil peninggalan penjajahan Hindia-
Belanda.

Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syari’ah dewasa ini


berbagai upaya-upaya sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi
syari’ah pada level atas untuk kemudian memuluskan penerapan hukum

20
ekonomi syari’ah secara formal pada tatanan payung hukum yang lebih diakui
pada tingkat nasional.

Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas dari aspek politik hukum di


Indonesia. Proses legislasi hukum ekonomi syari’ah pun sudah sejak lama
dilakukan dan relatif belum menemui hambatan yang secara signifikan
mempengaruhi proses perjalanannya. Hanya saja kemudian upaya-upaya ini
baru sampai pada tahap perumusan Undang Undang yang mengatur aspek-
aspek ekonomi syari’ah secara terpisah, belum kepada pembentukkan
instrument hukum yang lebih nyata layaknya KUH Pidana maupun KUH
Perdata yang lebih kuat.

2.8 Penerapan Ekonomi Syariah

Perkembangan sistem finansial syariah yang pesat boleh jadi mendapat


tambahan dorongan sebagai alternatif atas kapitalisme, dengan berlangsungnya
krisis perbankan dan kehancuran pasar kredit saat ini, demikian menurut
pendapat para akademisi Islam dan ulama. Dengan nilai 300 miliar dolar dan
pertumbuhan sebesar 15 persen per tahun, sistem ekonomi Islam itu melarang
penarikan atau pemberian bunga yang disebut riba. Sebagai gantinya, sistem
finansial syariah menerapkan pembagian keuntungan dan pemilikan bersama.

Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan


perombakan radikal dan struktural dalam sistem finansial global. Sistem yang
didasarkan pada prinsip Islam menawarkan alternatif yang dapat mengurangi
berbagai risiko. Bank-bank Islam tak membeli kredit, tetapi mengelola aset
nyata yang memberikan perlindungan dari berbagai kesulitan yang kini dialami
bank-bank Eropa dan AS.

21
Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus
dijauhkan dari unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung
penipuan, dan yang sejenisnya. Unsur-unsur tersebut diatas, sebagian besarnya
tergolong aktifitas-aktifitas non real. Sebagian lainnya mengandung
ketidakjelasan pemilikan. Sisanya mengandung kemungkinan munculnya
perselisihan. Islam telah meletakkan transaksi antar dua pihak sebagai sesuatu
yang menguntungkan keduanya; memperoleh manfaat yang real dengan
memberikan kompensasi yang juga bersifat real. Transaksinya bersifat jelas,
transparan, dan bermanfaat.

Karena itu, dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun


bentuknya, aspek-aspek non real dicela dan dicampakkan. Sedangkan sektor
real memperoleh dorongan, perlindungan, dan pujian. Hal itu tampak dalam
instrumen- instumen ekonomi berikut:

Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam,

yaitu emas dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn
Marwan, mata uang Islam telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya,
nilai nominal yang tercantum pada mata uang benar-benar dijamin secara real
dengan zat uang tersebut.

Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela

para pelakunya. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman


bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kalian orang-orang yang beriman” QS Al Baqarah 278. Berdasarkan hal ini,
transaksi riba yang tampak dalam sistem keuangan dan perbankan konvensional
(dengan adanya bunga bank), seluruhnya diharamkan secara pasti; termasuk

22
transaksi-transaksi derivative yang biasa terjadi di pasar-pasar uang maupun
pasar-pasar bursa. Penggelembungan harga saham maupun uang adalah
tindakan riba.

Transaksi spekulatif, kotor, dan menjijikkan, nyata-nyata diharamkan oleh

Allah SWT, sebagaimana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman,


sesungguhnya minum khamr, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi
nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan”
(QS Al maidah 90).

Transaksi perdagangan maupun keuangan yang mengandung dharar/bahaya

(kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus dihentikan


dan dibuang jauh-jauh.

Islam melarangAl- Ghasy, yaitu transaksi yang mengandung penipuan,

pengkhianatan, rekayasa, dan manipulasi.

Islam melarang transaksi perdagangan maupun keuangan yang belum

memenuhi syarat-syarat keuangan yang belum sempurnanya kepemilikan


seperti yang biasa dilakukan dalam future trading.

Seluruh jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini
tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat
mengakibatkan dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high
cost dalam ekonomi, serta bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada
umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem ekonomi kapitalis
dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan masyarakat
yang menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang
dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah kehancuran ekonomi dan
kesengsaraan hidup.

23
BAB III KESIMPULAN

3.1 Solusi Perekonomian Indonesia

Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam


merecovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi
syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan,
penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan
spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.

Ekonomi syari’ah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang


unggul dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional.
Fakta ini telah diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney
Shakespeare (United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman), dsb.

24
BAB IV PENUTUP

4.1 Kritik

Seperti yang kita ketahui, jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT
dan Rasul-Nya ini tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim
yang dapat mengakibatkan dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara,
memunculkan high cost dalam ekonomi, serta bermuara pada bencana dan
kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem
ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara
dan masyarakat yang menganut atau tunduk dan membebek pada sistem
ekonomi kapitalis yang dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah kehancuran
ekonomi dan kesengsaraan hidup.

4.2 Saran

Ekonomi islam atau ekonomi syariah saat ini sedang ramai di


perbincangkaan, bahkan sudah banyak masyarakat menginginkan penerapannya
pada perekonomian indonesia. Penerapan ekonomi islam sendiri menurut
kelompok kami merupakan perbaikan perekonomian Indonesia, dengan segala
prinsip-prinsip yang mengaturnya.

Oleh karena itu, pemerintah hendaknya bisa menyentakkan dan


membuka mata untuk melirik dan menerapkan ekonomi syariah sebagai solusi

25
perekonomian Indonesia. Pemerintah harus melihat ekonomi syari’ah dalam
konteks penyelamatan ekonomi Nasional.

Sehubungan dengan itu, pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN)


perlu kembali diwujudkan dengan memasukkan para pakar ekonomoi syariah di
dalamnya. Ekonomi syariah di Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya di
masa krisis dan lagi pula dalam praktek perekonomian di Indonesia selama ini,
Indonesia sudah menerapkan dual system, yakni konvensional dan sistem
ekonomi syari’ah, terutama yang berkaitan dengan lembaga perbankan dan
keuangan.

26
 http://www.kajianpustaka.com/2016/09/pengertian-tujuan-prinsip-dan-
manfaat-ekonomi-syariah.html
 https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-syariah/ekonomi-
syariah

27

Anda mungkin juga menyukai