Anda di halaman 1dari 40

UJIAN AKHIR SEMESTER

MAKALAH
SISTEM KEUANGAN ISLAM

Dosen Pengampu: Ary Dean Amri, S.E., M.E.

Di susun oleh:
M. Aldira Dwi Septiawan
CIF020106

PRODI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah .............................................................................................. 4

BAB I PEMBAHASAN ........................................................................................... 5


A. Ekonomi Syariah ................................................................................................ 5
B. Perkembangan Ekonomi Dan Keuangan Syariah Indonesia............................... 7
C. Peluang Dan Tantangan Pengembangan Eksyar Ke Depan................................ 9
D. Strategi Dan Inisiatif Bank Indonesia Dalam Pengembangan Ekonomi Dan
Keuangan Syariah Di Indonesia .......................................................................... 9
E. Ekonomi Digital ................................................................................................. 32
F. Hubungan Ekonomi Syariah Dan Ekonomi Digital ........................................... 38

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 39


A. Kesimpulan ................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 40

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegagalan sebuah sistem ekonomi, baik sistem ekonomi sosialis yang ber-
poros pada begitu besarnya peran pemerintah terhadap kehidupan rakyat, yang
kemudian runtuh dengan tumbangnya rezim komunis Uni sovyet, juga ekonomi
kapitalis, yang menyebabkan kekayaan terpusat pada segelintir orang atau negara,
dan menyebabkan semakin besarnya gap atau ketimpangan antara kaya dan
miskin, membuat banyak orang kemudian berfikir untuk terus mencari alternatif
sistem ekonomi yang dapat memecahkan masalah akibat kegagalan dua sistem
tersebut. Dan munculnya Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem
ekonomi tersendiri, bukan merupakan perpaduan dan atau campuran antara sistem
ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Sistem ekonomi Islam menempatkan
manusia bukanlah sebagai sentral (antroposentrisme) tetapi dia adalah sebagai
hamba Tuhan (abid) yang harus meng abdi dan mengemban tugas yang
dipercayakanNya kepadanya (khalifah). Oleh karena itu dalam kegiatan ekonomi
yang dilakukannya harus men junjung tinggi nilai-nilai kepemilikan, nilai-nilai
keadilan, kebebasan, keseimbangan dan per saudaraan serta kebersamaan sesuai
dengan yang dituntunkan oleh ajaran agama. Dan munculnya Ekonomi Islam yang
sebenarnya sudah ada ribuan tahun yang lalu (sejak jaman Rasulullah) perlahan
kembali bangkit dan menggeliat termasuk di indonesia. Berbagai macam kajian
tentang ekonomi Islam bermunculan. Institusi-institusi ekonomi islam seperti
bank syariah, Koperasi syariah, baitulmal (BMT), BPR syariah pun tumbuh
dengan subur. Institusi pendidikan yang menggali ekonomi islam juga menggeliat
dan terus bertumbuh.
Indonesia, negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis, pun mengalami
hal serupa, dengan krisis yang berkepanjangan yang sampai saat ini bahkan belum
seorang ahlipun yang memastikan bahwa indonesia telah keluar dari krisis. Saat
ini, berjuta-juta orang menganggur, puluhan juta orang berada dibawah garis
kemiskinan, sektor moneter yang semakin jauh 1 dari sektor rill sehingga
berpotensi meledakkan bubble economic yang sudah terbentuk, dan berbagai

3
macam masalah melingkupi kehidupan perekonomian kita. Lahirnya sejumlah
pengusaha besar (konglomerat) yang bukan merupakan hasil derivasi dari
kemampuan menejemen bisnis yang baik menyebabkan fondasi ekonomi nasional
yang dibangun ber- struktur rapuh terhadap persaingan pasar. Mereka tidak bisa
diandalkan untuk menopang perekonomian nasional dalam sistem ekonomi pasar.
Padahal ekonomi pasar diperlukan untuk menentukan harga yang tepat (price
right) untuk menentukan posisi tawar-menawar yang imbang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ekonomi syariah ?
2. Bagaimana perkembangan ekonomi dan keuangan syariah indonesia ?
3. Bagaimana peluang dan tantangan pengembangan eksyar ke depan ?
4. Bagaimana strategi dan inisiatif bank indonesia dalam pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah di indonesia ?
5. Apa itu ekonomi digital ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Syariah
1. Pengertian ekonomi syariah
Ekonomi syariah dalam Masterplan ini diartikan sebagai sistem ekonomi
yang berlandaskan prinsipprinsip Islam (syariah). Cakupannya adalah seluruh
sektor perekonomian yang ada, baik keuangan maupun sektor riil. Sistem
ekonomi syariah juga harus memberikan manfaat (maslahah) yang merata dan
berkelanjutan bagi setiap elemen dalam perekonomian.
Pengertian ekonomi syariah dalam dokumen ini mengacu kepada Global
Islamic Economy Report 2013. Ini merupakan seri laporan global mengenai
kinerja perekonomian negara Muslim dunia. Berdasarkan laporan tersebut,
Islamic economy diartikan sebagai semua sektor inti perekonomian beserta
ekosistemnya yang secara struktural dipengaruhi oleh gaya hidup konsumen dan
praktik bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam. Definisi ini konsisten dengan yang
diajukan oleh ekonom, seperti Frederic Pryor (1985). Menurutnya, sistem
ekonomi syariah adalah konstruksi teoretikal dari sistem ekonomi industri, yang
pelakunya mengikuti ajaran Islam.
Meski masih menganggap ekonomi syariah sebatas konstruksi teori, namun
Pryor menekankan bahwa sistem ini dijalankan oleh umat Islam, konsisten dengan
pengertian yang ditawarkan oleh peneliti dan pemikir ekonomi syariah lain. Timur
Kuran (1986) misalkan, menjelaskan pelaku ekonomi Islam membuat keputusan
berlandaskan norma yang terkandung dalam Alquran dan sunah. Yang menarik
adalah bahwa ekonomi syariah bukan hanya dijalankan oleh Muslim,
sebagaimana pemahaman Pryor, melainkan siapa saja yang keputusannya dipandu
oleh prinsip ekonomi bersumber dari dua sumber ajaran Islam tadi.
Umer Chapra (1997) juga menjelaskan hal yang sama. Menurutnya, sistem
ekonomi syariah adalah yang mengutamakan keadilan sosial dan ekonomi, serta
keseimbangan antara kebutuhan materi dan spiritual. Ini adalah definisi sistem
ekonomi syariah yang universal dan konsisten dengan arah pembangunan

5
nasional, dasar negara Pancasila, serta strategi pembangunan berkelanjutan yang
telah diadopsi, seperti tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development goals/SDGS).

2. Ruang lingkup ekonomi syariah


Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa cakupan
ekonomi syariah sangat luas. Apapun aktivitas ekonomi yang berlandaskan
Alquran dan sunah, serta yang dilakukan oleh umat Islam secara benar dan
komprehensif merupakan aktivitas ekonomi syariah. Aspeknya bisa
dikembangkan meliputi keuangan, filantropi, dan sektor riil secara luas.
Karakteristik utamanya adalah
bebas dari elemen riba, ketidakpastian (gharar), dan judi (maysir). Dengan kata
lain, ini adalah ekonomiyang halal. Dengan definisi yang komprehensif ini,
cakupan pembahasan rencana induk atau peta jalan pengembangan ekonomi
syariah meliputi seluruh sektor perekonomian yang dikategorikan halal dan
pastinya sesuai dengan tujuan (maqashid) syariah.
Fokus utama implementasi pengembangan ekonomi syariah adalah sektor
riil, terutama yang berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
nasional. Secara lebih spesifik, yang dipilih adalah sektor produksi dan jasa.
Terutama yang sudah menerapkan label halal sebagai diferensiasi dari produk
lain. Kategori halal mempunyai cakupan yang sangat luas, karena merupakan
bagian tidak terpisahkan dari ekonomi syariah. Dalam Undangundang
No.33/2014, produk halal berarti yang telah dinyatakan halal sesuai dengan
syariat Islam. lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: Produk halal adalah
barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik,
produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan
yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat yang telah
dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. Kemudian proses produk halal
adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan produk yang mencakup
penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian,
penjualan, dan penyajian produk (UU No.33/2014 tentang Jaminan Produk Halal).

6
B. Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia
Ekonomi dan keuangan syariah mengalami perkembangan pesat dalam dua
dasawarsa terakhir, baik secara global maupun nasional. The State of the Global
Islamic Economy Report 2018/2019 melaporkan besaran pengeluaran makanan
dan gaya hidup halal umat Islam di dunia mencapai USD 2.1 triliun pada tahun
2017 dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai USD 3 triliun pada 2023.
Faktor utama yang mempengaruhi hal ini adalah peningkatan jumlah penduduk
Muslim di dunia yang pada tahun 2017 mencapai 1.84 miliar orang. Jumlah ini
akan terus meningkat dan mencapai 27.5 persen dari total populasi dunia pada
2030. Peningkatan populasi ini akan meningkatkan permintaan terhadap produk
dan jasa halal secara signifikan.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia
belum dapat berperan secara optimal dalam memenuhi permintaan ini. Dalam the
Global Islamic Economy Index 2018/2019, Indonesia tercatat berada di posisi ke-
10 sebagai produsen produk halal dunia. Meskipun kinerja ekspor Indonesia pada
produk fesyen Muslim, makanan halal, dan pariwisata halal, terus meningkat,
namun secara agregat, Indonesia memiliki net impor yang besar untuk produk dan
jasa halal. Hal ini mengakibatkan defisit pada transaksi berjalan.
Secara umum, terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan ekonomi
syariah khususnya industri halal di Tanah Air, yaitu regulasi terkait industri halal
yang belum memadai, literasi dan kesadaran masyarakat akan produk halal yang
kurang, juga interlinkage industri halal dan keuangan syariah yang masih rendah.
Lainnya adalah peningkatan konsumsi dan kebutuhan produk halal di dalam
negeri yang tidak diimbangi dengan jumlah produksinya. Tata kelola dan
manajemen risiko sektor halal masih belum memadai. Pemanfaatan teknologi
belum optimal pada industri halal. Standar halal Indonesia belum dapat diterima
di tingkat global.
Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia ini disusun untuk menjawab
tantangan tersebut. Tentu dengan maksud untuk menjadi referensi
mengembangkan ekonomi syariah agar memberikan kontribusi besar terhadap
kesejahteraan masyarakat. Pandangan filosofis dan rencana aksi Masterplan

7
dituangkan dalam kerangka visi, misi, strategi, serta program yang direalisasikan
pada lima tahun mendatang. Visi Masterplan ini adalah mewujudkan “Indonesia
yang mandiri, makmur dan madani dengan menjadi pusat ekonomi syariah
terkemuka dunia”. Berdasarkan visi tersebut, empat target capaian utama akan
dikembangkan lebih lanjut, yaitu: (1) peningkatan skala usaha ekonomi dan
keuangan syariah; (2) peningkatan peringkat Global Islamic Economy Index; (3)
peningkatan kemandirian ekonomi; dan (4) peningkatan indeks kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Untuk mencapai visi tersebut, terdapat empat strategi utama yang menjadi
acuan para pemangku kepentingan ekonomi syariah. Strategi tersebut adalah: (1)
penguatan rantai nilai halal yang terdiri atas industri makanan dan minuman,
pariwisata, fesyen Muslim, media, rekreasi, industri farmasi dan kosmetika, dan
industri energi terbarukan; (2) penguatan keuangan syariah; (3) penguatan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM); dan (4) penguatan ekonomi digital.
Selain itu, ada enam strategi dasar yang menjadi ekosistem pendukung
strategi utama di atas, yaitu: (1) penguatan regulasi dan tata kelola, (2)
pengembangan kapasitas riset dan pengembangan; (3) peningkatan kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia; dan (4) peningkatan kesadaran dan literasi publik.
Berikut ini adalah kerangka Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia:
Dalam menjawab tantangan pengembangan ekonomi syariah, implementasi
strategi di atas dituangkan dalam quick wins yang dibagi menjadi tiga tahapan
utama. Pada tahapan pertama, inisiatif diprioritaskan untuk meletakkan landasan
penguatan aspek hukum dan koordinasi. Selain itu, kampanye nasional gaya hidup
halal dibutuhkan untuk meningkatkan literasi dan kesadaran mengonsumsi
komoditas yang ramah Muslim.
Pada tahapan kedua, beberapa inisiatif harus dilakukan sebagai program
utama, antara lain: pembentukan dana halal nasional. Fungsinya untuk
memfasilitasi pembiayaan industri halal. Lainnya adalah pendirian badan halal di
tingkat regional untuk penguatan industri halal dan aktivasi Islamic Inclusive
Financial Services Board (IIFSB). Lembaga ini akan memposisikan Indonesia

8
sebagai referensi internasional dalam pengembangan dan tata kelola dana sosial
Islam.
Selanjutnya, dalam tahapan ketiga, harus ada kerja sama dengan luar negeri
dalam bentuk pendirian pusat halal internasional. fungsinya untuk mempercepat
investasi luar negeri dalam industri halal dan harmonisasi standar sertifikasi halal
Indonesia di luar negeri.
Strategi di atas dimaksudkan untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri,
makmur dan madani dengan menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah
terkemuka dunia.

C. Peluang dan tantangan pengembangan eksyar ke depan


1. Peluang dan tantangan pemngembangan eksyar Indonesia
Kapabilitas dan kapasitas Indonesia dalam mengarap pasar halal, mulai
dari sektor makanan, fesyen muslim, hingga keuangan syariah, semakin
menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain inti dalam eksyar
global.
Namun demikian, beberapa tantangan kedepan harus dapat dihadapi
secara bersama-sama, antara lain menyangkut dorongan ekspor halal dan
instrumen keuangan syariah yang masih terbatas.
2. Ekonomi syariah menjadi new source of growth pertumbuhan ekonomi ke
depan

D. Strategi dan inisiatif Bank Indonesia dalam pengembangan ekonomi dan


keuangan syariah di Indonesia
1. Pengembangan eksyar oleh BI dilakukan dengan nilai dan prinsip dasar
ekonomi syariah
Nilai-nilai ekonomi syariah
a. Kepemilikan
Dalam konsep Islam, pada hakikatnya segala sesuatu milik Allah secara
absolut (QS. Yunus: 55, 66; QS. Ibrahim: 2). Adapun manusia hanya
berperan sebagai khalifah, yangg diberi amanat dan kepercayaan untuk

9
mengelolanya (QS. Al-Baqarah 30, 195; QS. Al-Imran: 180), dengan segala
apa yng disediakn oleh Allah (QS. Al-Baqarah: 29).
Dengan demikian kepemilikan harta manusia memiliki sifat relatif
karena hakikatnya tetap milik Allah secara mutlak, sekaligus untuk
mengingatkan manusia amanat untuk mengelolanya dan melepaskannya (sifat
dermawan) kepada pihak-pihak yang membutuhkan serta untuk kepentinngan
publik (kepemilikan kolektif).
Islam menghormati hak relatif kepemilikan pribadi atas harta sekaligus
menjaga keseimbangan antara hak pribadi relatif, kolektif, dan negara.

٥٥ َ‫ّللاِ َق و ٌ َّو ٰل ِن َّ َ ا َ اثر َ َه ْم ا ََل عَ المَ ْم اون‬


‫َل ا َِّن َو اعدَ ه‬ ِۗ ِ ‫ت َو ااَلَ ار‬
ٓ َ َ‫ض ا‬ ٓ َ َ‫ا‬
ِ ‫َل ا َِّن ِ هّلِلِ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
Ketahuilah, sesungguhnya milik Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi.
Ketahuilah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui.

‫ش َه َث ۤا َء ِۗا اِن‬ ْ ‫ض َو َما عَتَّبِ ْع الَّ ِذعا ََ عَ اد‬


‫ع اونَ ِم ا َ د اْو ِن ه‬
ْ ِ‫ّللا‬ ِۗ ِ ‫ت َو َم ا َ فِى ااَلَ ار‬ ٓ َ َ‫ا‬
ِ ‫َل ا َِّن ِ هّلِلِ َم ا َ فِى السَّمٰ ٰو‬
٦٦ َ‫ص اون‬ َّ ‫عَّتَّبِلْ اونَ ا ََِّل‬
ْ ‫الظ َّ َ َوا اِن ْم ا ا ََِّل عَ اخ ْه‬
Ketahuilah bahwa sesungguhnya milik Allahlah siapa yang ada di langit dan
siapa yang ada di bumi. Orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain
Allah tidaklah mengikuti (suatu kebenaran). Mereka hanya mengikuti
persangkaan belaka dan mereka hanyalah menduga-duga.

٢ ‫ش ِد اع ٍٍۙد‬ َ َ ‫ض َو َوعال ِل ام ٰن ِف ِهعا ََ ِم ا‬


ٍ ‫عذَا‬
َ ‫ب‬ ِۗ ِ ‫ت َو َما فِى ااَلَ ار‬ ‫ّللاِ الَّذ ا‬
ِ ‫ِي لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬ ‫ه‬
(Dialah) Allah yang memiliki segala apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi. Kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat
berat.

b. Berusaha dengan berkeadilan


Dalam konsep Islam manusia didorong untuk berusaha (QS. Al-
Jumuah: 10; QS. Al-Isra’: 12; QS. An-Nahl: 14) dan mampu memanfaatkan
segala sumber daya yang telah diciptakan oleh Allah (QS. A-Baqarah: 29;
QS. A-Baqarah: 34).
Islam menegaskan bahwa manusia mempunyai kecendrungan (inherent)
cinta terhadap harta (QS. Al-Imran: 14; QS. Al-Fajr: 20; QS. Asy-Syura: 27).
Hal ini akan mendorong pengakuan absolut atas harta dan bermuara pada

10
penimbunan harta kekayaan yang berlebihan (QS. Al-Humazah: 1-3). Oleh
karena itu, maka kecendrungan manusia untuk menumpuk harta tersebut
harus dikendalikan dan diarahkann untuk mendorong berkembangnya
perniagaan dan partisipasi sosial (QS. An-Nisa: 29) melalui inak, sedekah,
dan waka untuk kepentiingan bersama (QS. Al-Hadid: 7; QS. An-Nur: 33;
QS. A-Baqarah: 267-268).

‫ّللاَ َثرِي ًاها لَّ َلمَّ ْن ا‬


‫ّللاِ َوا اذ ْث ْهوا ه‬ ِ ‫ص ٰموة ْ فَا انتَش ِْه اوا فِى ااَلَ ار‬
‫ض َوا ابتَغْ اوا ِم ا َ فَ ا‬
‫ض ِل ه‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ْ‫فَ ِاذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
١٠ َ‫ت ْ اف ِم ْح اون‬
Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah
karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.

َ ‫اص َهة ً ِلت َ ابت َغْ اوا فَض ًاًل ِم ا‬


ِ ‫ار ْمب‬ِ ‫ار ٰاعَتَي ِا َ فَ َم َح اونَا ٓ ٰا َعةَ الَّ اي ِل َو َج َل امنَا ٓ ٰا َعةَ النَّ َه‬
َ ‫َو َج َل امنَا الَّ اي َل َوالنَّ َه‬
١٢ ‫صي ًاًل‬ ِ ‫ص ام ٰنهْ ت َ اف‬
َّ َ‫َيءٍ ف‬ ‫اب َو ْث َّل ش ا‬ َ ِۗ ‫س‬ َ ‫الس ِنيا ََ َو اال ِح‬
ِ َ‫عدَد‬ َ ‫َّر ِب ْن ا َو ِلت َ المَ ْم اوا‬
Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang
agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu dan mengetahui bilangan
tahun serta perhitungan (waktu). Segala sesuatu telah Kami terangkan secara
terperinci.

‫س اونَ َه ۚا َوت ََه‬ َ ‫س َّخ َه االبَحا َه ِلت َأ ا ْثمْ اوا ِم انهْ لَحا ًما‬
ْ َ‫ط ِهعًّا َّوت َ است اَخ ِه ْج اوا ِم انهْ ِق اميَةً ت اَمب‬ َ ‫ِي‬ ‫الَّذ ا‬ ‫َو ْم َو‬
١٤ َ‫ض ِم ٖه َولَ َلمَّ ْن ا ت َ اش ْن ْه اون‬
‫اخ َه فِ اي ِه َو ِلت َ ابتَغْ اوا ِم ا َ فَ ا‬
ِ ‫َم َو‬ َ‫االفْ امك‬
Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan
daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan
perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya,
dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.

c. Kerjasama dalam kebaikan


Kegiatan ekonomi secara individu dan berjamaah semuanya dibolehkan
dalam Islam. Namun ekonomi yang dilakukan secara berjamaah, yang
dijalankan berdasarkan kerjasama dan semangat tolong menolong dalam
kebaikan. (QS. Al-Maidah: 2) dan berkeadilan (QS. Shaad: 24), adalah
kegiatan ekonomi yang lebbih didorong dalam nilai-nilai Islam.
Sementara itu kompetisi yang dilakukan dalam bentuk yang positif
yaitu kompetisi dengan semangat berlomba-lomba dalam menerbarkan
kebbaikan (QS. A-Baqarah: 148; QS. Al-Maidah: 48).

11
‫ض‬ ٍ ‫ع ٰمى بَ ال‬
َ ‫ض ْه ا‬ْ ‫ط ۤا ِء لَيَ اب ِغ اي بَ ال‬ ِ ‫س َؤا ِل نَ ال َجتِكَ ا ِٰلى نِ َل‬
َ َ‫اج ٖ ِۗه َوا َِّن َثرِي ًاها ِم ََ اال ْخم‬ ْ ‫ظمَ َمكَ ِب‬
َ ‫قَا َل لَقَ اد‬
َ ‫ت َوقَ ِميال َّما ْم ِۗ ا َو‬
‫ظ َّ َ دَ ٗاودْ اَنَّ َما فَتَنههْ فَا است َ اغفَ َه َربَّهٗ َوخ ََّه‬ ِ ٰ‫ص ِمح‬
‫ع ِمموا ال ه‬ ْ ٰ
َ ‫ا ََِّل الَّ ِذعا ََ ا َمنْ اوا َو‬
٢٤ ۩ ‫َاب‬ َ ‫َرا ِثلًا َّواَن‬
Dia (Daud) berkata, “Sungguh, dia benar-benar telah berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk (digabungkan) kepada kambing-
kambingnya. Sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat itu
benar-benar saling merugikan satu sama lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, dan sedikit sekali mereka itu.” Daud meyakini
bahwa Kami hanya mengujinya. Maka, dia memohon ampunan kepada
Tuhannya dan dia tersungkur jatuh serta bertobat.

d. Pertumbuhhan yang seimbang


Dalam Islam, pertumbuhan ekonomi adalah sejalan dengan tujuan
keberadaan manusia di dunia yaitu beribadah kepada Tuhannya dan
memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada alam semesta atau
rahmatan lil alamiin (QS. Al- Ankabut: 51) dalam koridor keseimbangan
antar spritual dan kelestarian alam (QS. A-Baqarah: 11-12).

Prinsip-prinsip dasar ekonomi syariah


Instrumen
1) Instrumen zakat
2) Instrumen pelarangan riba
3) Instrumen pelarangan maysir atau perjudian
4) Instrumen infak, sedekah, dan wakaf.
5) Instrumen aturan transaksi muamalah
Prinsip dasar
1) Pengendalian harta individu
2) Distribusi pendapatan yang inklusif
3) Berinvestasi seara optimal dan berbagi resiko
4) Berinvestasi seara produktif yang terkait erat sektor riil
5) Partisipasi sosial untuk kepentingga publik
6) Bertransaksi atas dasar kerjasama dan keadilan

12
1. Instrumen zakat
Secara bahasa, zakat berasal dari kata dasar zaka yang berarti tumbuh,
bersih, dan baik (Qardawi 1999). Dalam pandangan fikih, zakat mengacu
pada pengeluaran yang diwajibkan atas harta tertentu yang dimiliki pihak
tertentu (muaki) dengan cara tertentu (mustahik); dalam rangka untuk
menumbuhkan dan/atau menghidupkan perekonomian masyarakat.

Prinsip dasar ke-1: penendalian harta


Kepemilikan relatif manusia atas harta harus dikendlikan agar terus
mengalir menuju investasi. Prinsip ini merupakan fungsi zakat terpenting
yang akan mendorong dan memaksa harta yang tertumpuk untuk keluar dan
mengalir ke dalam aktivitas perekonomian. Aliran harta yang dikeluarkan
tersebut dapat berupa investasi produktif di sector riil, maupun berupa aliran
infak, sedekah, wakaf (ISWAF) untuk kepentingan publik.

Prinsip dasar ke-2: distribusi kekayaan dan pendapatan


Kekayaan dan pendapatan didistribusikan melalui aturan dan
mekanisme tertentu untuk menjamin adanya daya beli seluruh lapisan
masyarakat (inklusifitas).
Dengan prinsip ini, distribusi kekayaan dan pendapatan dari
masyarakat kaya pada delapan golongan yang berhak menerima akat (QS. At-
Taubah:60) harus diwujudkan untuk menjamin adanya daya beli seluruh
lapisan masyarakat dalam ranka memenuhi konsumsi kebutuhan dasarnya.
Dengan lebih meratanya daya beli masyarakat sebagai dampak
distribusi zakat, maka agregat konsumsi masyarakat dapat terjaga sehingga
akan mendorong dan menghidupkan perekonomian sekaligus mentimulus
kegiatan produksi barang dan jasa.

2. Instrumen pelarangan riba


Prinsip dasar ke-3: berinvestasi secara optimal dan berbagai resiko
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam konteks ini,

13
yang sering kali diartikan secara langsung sebagai suku bunga, merupakan
tambahan yang dipastikan yang dipastikan atautambbahan yang ditetapkan di
muka (ex -ante) seccara pasti/ tetap atas utilitas sejumlah dana.
Dampak dari tambahan yang dipastikan itu, akan mematikan semua
kemungkinan kehidupan ekonomi dibawah level riba tersebut. Semakin tinggi
level riba akan semakin banyak kemungkinan/potensi investasi (jual beli)
yang hilang, dan sebaliknya.
Penerapan prinsip dasar ini akan mendorong investasi secara optimal.

3. Instrumen pelarangan maysir


Prinsip dasar ke-4: berinvestasi secara produktif
Maysir atau perjudian adalah suatu kegiatan memerlukan modal (alirn
harta) dalam rangka mengharapka tambahan (keuntungan) yang tidak pasti
(untung-untungan atau spekulasi) namun tidak terkait dengan kegiatasn
produktif di sector riil.
Ketidakketertaitan dengan sector riil ini akan menjadikan judi
diharamkan oleh Allah karena tidak memberikan manfaat kepada
perekonomian berupa peningkatan supply barang dan jasa, seperti yang
ditemukan dalam investasi.
Oleh karena itu Allah mendorong usaha atau investasi di satu sisi
(karena bermanfaat) dan mengharamkan perjudian di sisi lain (karena tidak
bermanfaat).

4. Instrumen infak, sedekah, dan wakaf.


Prinsip dasar ke-5: partisipasi sosial untuk kepentingan publik.
Di samping mendorong investasi dengan berbagai resiko (akat) secara
optimal (larangan riba) dan produktif (larangan judi), ekonomi syariah juga
mendorong partisipasi sosial masyarakat untuk kepentingan publik. Hal ini
dilakukan melalui mekanisme infak, sedekah, dan wakaf (ISWAF) untuk
menambah sumber daya public dalam rangka mendorong kegiatan
perekonomian.

14
Melalui penggalangan dana ISWAF ini maka pembangunan
infrastruktur, permberdayaan ekonomi dan penanggulangan bencana dapat
lebih diantisipasi melalui partisipasi masyarakat dengan biaya ekonomi
rendah (low cost of economic).

5. Instrumen aturan transaksi muamalah


Prinsip dasar ke-6: Bertransaksi atas dasar kerjasama dan keadilan,
transparan,,, tidak membahayakan, tidak alim, dan tidak mengandung
zat haram
Secara prinsip transaksi dalam ekonomi syariah memuat aturan-aturan,
yang bila dipatuhi akan memberikan jaminan keseimbangan dan efektifitas
implementasi dari prinsip dasar ekonomi syariah.
 Pelarangan ketidakjelasan (gharar), segala unsur dalam transaksi harus
transparan.
 Pelarangan atas barang/hal yangg membahayakan keselamatan (dharar).
 Pelarangan atas barang yang mengandung zat haram (muharramat).
 Pelarangan atas ketidakadilan (zalim), transaksi yang tidak boleh
merugikan atau mengeksploitsi pihak lain.

2. Peran BI dalam pengembangan eksyar, dijabarkan dengan AIR


(Akselerator, Regulator, Inisiator)
 Akselerator: koordinasi dengan berbagai stakeholder dalam rangka
mendorong percepatan program ekonomi dan leuangan syariah antara
lain: halal value chain. Kurikulum ekonomi syariah dan kampanye publik
di daerah (FEsyar), nasional, dan internasional (ISEF).
 Inisiator: memprakarsai inovasi program pengembangan Islamic Sosial
Finance dan pemberdayaan ekonomi pesantren.
 Regulator: merumuskan dan menerbitkan ketentuan sesuai kewenangan
yang dimiliki, antara lain: penerbbitan ketentuan PLJPS, GWM Syariah,
Instrumen Makroprudensial Syariah (RIM dan PLM), serta
pengembangan instrumen (SukBI, Repo Syariah, NCD Syariah).

15
3. Pengembangan eksyar BI dilakukan melalui 3 pilar yang selaras dengan
MEKSI
Pilar I: Program pengembangan Halal Value Chain (HVC) Bank
Indonesia
Pilar II: Pendalaman pasar keuangan syariah
Berbagai instrumen kebijakan telahdikembangkan oleh Bank Indonesia
dalam rangka memberikan alternatif sumber pembiayaan, termasuk
pengembangan keuangan sosial syariah pada berbagai tingkatan dan skala
usaha.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan
mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik
adalah meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas
harga (inflasi1 terkontrol2).
Kebijakan moneter merupakan peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan
oleh otoritas moneter untuk mengontrol uang yang beredar, inflasi, dan untuk
memelihara stabilitas ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dicapai dengan
beberapa cara, seperti perubahan suku bunga, operasi pasar terbuka, serta
amandemen cadangan aset dan simpanan tertentu.3 Dalam pelaksanaanya,
strategi kebijakan moneter dilakukan berbeda-beda disetiap negara, sesuai

1
Inflasi adalah keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat
sehingga berdampak pada menurunnya daya beli.Sering pula diikuti oleh menurunnya tingkat
tabungan dan atau tingkat investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit
untuk tabungan jangka panjang.Dalam ilmu ekonomi dikenal dua jenis inflasi, yaitu: inflasi karena
dorongan biaya (cost-push inflation) dan inflasi karena meningkatnya permintaan (deman-pull
inflastion).Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia, 2010),
h. 351.
2
Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas, 2008), hlm.435.
3
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, h. 397.

16
dengan tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transaksi yang berlaku pada
perekonomian negara tersebut.4

Sejarah Kebijakan Moneter Islam


Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan,
sistem keuangan inilah yang paling banyak di lakukan studi empiris maupun
historis bila di bandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi lainnya.sistem
keuangan pada zaman Rasulullah saw. di gunakan bimatalic standard yaitu
emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat
pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukar emas dan perak
pada masa Rasulallah saw. ini relativ stabil dengan nilai kurs dirham-dinar
1:10, namun demikian, setabilitas nilai kurs pernah mengalami gangguan
karena adanya disequilibrium antara supply dan demand. Misalkan pada masa
Bani Umayyah (41/662-132/750) rasio kurs antara dinar-dirham 1:12,
sedangkan pada masa Abbasiyah (132/750- 656/1258) berada pada kisaran
1:15.
Pada masa yang lain nilai tukar dirham-dinar mengalami fluktuasi dengan
nilai oaling rendah pada level 1:35-1:50. Instabilitas dalam nilai tukar yang
ini akan mengakibatkan terjadinya bad coins out of circulations atau kualitas
buruk akan menggantikan uang kualitas baik, dalam literatur konvensional
peristiwa ini di sebut hukum Gresham. Seperi yang pernah terjadi pada masa
pemerintahan Bany Mamluk (1263-1328), dimana mata uang yang beredar
tersebut dari fulus (tembaga) mendesak keberadaan uang logam emas dan
perak . oleh ibnu taimiyah di katakana bahwa uang dengan kualitas rendah
akan menendang keluar uang kualitas baik.
Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali
evolusi yaitu:

4
Veizal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 83

17
1. The gold cins standard : di mana logam emas mulia sebagai uang yang
aktif dalam peredaran.
2. The gold bullion standard : di mana logam emas sebagai para meter
dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar.
3. The gold exchange standard (bretton woods system): di mana otoritas
moneter menentukan nilai tukar domestic currency dengan foreign
currency yang mampu di back-up secara penuh oleh cadangan emas yang
dimiliki. Dengan perkembangan sistem keuangan yang demikian pesat
telah memunculkan uang fiducier (kredit money) yaitu uang yang
keberadaannya tidak diback-up oleh emas dan perak

a. GWM (Giro Wajib Minimum): biasa dinamakan juga statutory reserve


requirement, adalah simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk
giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan Persentase
tertentu dari dana pihak ketiga. GWM adalah kewajiban bank dalam
rangka mendukung pelaksanaan prinsip kehati-hatian perbankan
(Prudential Banking) serta berperan sebagai instrumen moneter yang
berfungsi mengendalikan jumlah peredaran uang.
Besaran GWM adalah 5% dari dana pihak ketiga yang berbentuk
IDR (rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga yang berbentuk mata uang
asing. Jumlah tersebut dihitung dari rata-rata harian dalam satu masa
laporan untuk periode masa laporan sebelumnya. Sedangkan dana pihak
ketiga yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Giro wadiah;
2) Tabungan mudharabah;
3) Deposito investasi mudharabah; dan
4) Kewajiban lainnya.

b. Syariah Averaging (Rp)


c. OM (Operasi Moneter) syariah: pelaksanaan kebijakan moneter oleh
Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui kegiatan

18
operasi pasar terbuka dan penyediaan standing facilities berdasarkan
prinsip syariah.
 FASBIS
 Repo/RR
d. Sukuk instrumen OM syariah (sukuk BI)
 PaSBI
 FLiSBI
Pasar Uang
Pasar uang dapat diartikan sebagai berikut:
a. Pasar uang adalah pasar dimana surat-surat berharga jangka pendek
diperdagangkan .
b. Pasar uang adalah transaksi pinjam meminjam atau jual beli dengan
menggunakan surat berharga yang lazim diperdagangkan dengan jangka
waktu transaksi kurang dari satu tahun, baik atas dasar valuta domestic
maupun valuta asing.
c. Pasar uang menyediakan pembelanjaan jangka pendek yang dilakukan
atas dasar pinjaman.
d. Pasar uang juga diartikan sebagai pasar yang mempertemukan pihak yang
menawarkan dana dan pihak yang memerlukan dana.5

Pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana


atau surat- surat berharga yang mempunyai jangka waktu satu tahun atau
kurang dari satu tahun yang dapat disalurkan melalui lembaga-lembaga
perbankan. Kegiatan dipasar uang ini terjadi karena ada dua pihak, pihak
pertama yang kekurangan dana yang sifatnya jangka pendek, pihak kedua
memiliki kelebihan dana dalam waktu jangka pendek juga. Mereka
dipertemukan di dalam pasar uang, sehingga unit yang kekurangan
memperoleh dana yang dibutuhkan, sedang unit yang kelebihan memperoleh
penghasilan atas uang yang berlebih tersebut.

5
Veithzal Rivai, Financial Institution Manajemen, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013) h. 4

19
Peserta pasar uang adalah bank atau lembaga-lembaga keuangan yang
memerlukan dana jangka pendek dan biasanya pembelian surat-surat berharga
pasar uang hanya didasarkan kepada kepercayaan semata., hal ini disebabkan
surat-surat berharga pasar uang biasanya tanpa jaminan tertentu. Oleh karena
itu, faktor kepercayaan sangat dominan sebelum surat-surat tersebut dibelikan
oleh investor di samping faktor-faktor lainnya.

Fungsi Pasar uang


Fungsi pasar uang yang sangat berkaitan erat dengan dunia perbankan
dan moneter merupakan fungsi likuiditas, fungsi sebagai wadah penyaluran
kebijakan dan fungsi informasi.
1. Sebagai sarana alternatif khususnya bagi lembaga-lembaga keuangan, dan
peserta-peserta lainnya, baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka
pendeknyanya maupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas
kelebihan likuiditasnya.
2. Sebagai sarana pengendali moneter tidak langsung oleh penguasa moneter
dalam melaksanakan operasi pasar terbuka, karena di Indonesia
pelaksanaan operasi pasar terbuka oleh Bank Sentral Indonesia dilakukan
melalui pasar uang dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai instrumennya.6
3. Dalam hal fungsi informasi, pasar uang dapat memberikan informasi bagi
perusahaan, pemerintah, perorangan, sector luar negeri, dan peserta pasar
uang lainnya mengenai kondisi moneter, preferensi, dan tingkah laku
peserta pasar uang, pengaruh kebijakan moneter serta pengaruh interaksi
kegiatan ekonomi dalam dan luar negeri.7

Pasar Uang dalam Perspektif Islam


1. Pengertian dan Pandangan Islam Terhadap fungsi Uang
Pengertian uang

6
Herman Darmawi, h. 91
7
Veithzal Rivai, h.4

20
a. Pengerian Uang secara bahasa 6 Secara etimologi, definisi uang
(nuqud) ada beberapa makna:
1) Al-Naqdu : yang baik dari Dirham, dikatakan Dirhaamun nuqdun,
yakni baik. Ini adalah sifat.
2) Al-naqdu : Meraih Dirham, dikatakan Naqada al-daraahima
yanquduha naqdan, yakni meraihnya ( menggenggam, menerima ).
3) Al-naqdu : Membedakan Dirham dan mengeluarkan yang palsu.
Sibawaihi bersyair :
4) “Tanfii Yadaaha al- Hashaa fii Kulli Haajiratin-Nafya al-
Daraahima Tanqaadu al- Shayaarifu”
5) Artinya : “Tangannya (Unta) mengais-ngais di setiap padang
pasir-memilah- milah dirham oleh tukang uang (pertukaran,
pemeriksaan,pembuat uang)”.
6) Al-Naqdu : Tunai, lawan tunda, yakni memberikan bayaran
segera. Dalam hadits Jabir8 : “Naqadani al-Tsamaan “ , yakni
Dia membayarku harga tunai. Kemudian digunakan diatas yang
dibayarkan, termasuk penggunaan mashdar (akar kata) terhadap
isim maf‟ul (menunjukkan objek).

b. Definisi Nuqud dalam Istilah Fuqaha


Kata Nuqud tidak terdapat dalam Al-Quran maupun hadits Nabi
Saw. Karena bangsa Arab umumnya tidak menggunakan kata nuqud
untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata Dinar untuk
menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas, kata Dirham untuk
menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga
menggunakan kata Wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata „Ain
untuk memumjukkan dinar emas. Sedang kata Fulus (Uang Tembaga)
adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang
murah.

8
Muslim, (22) Kitab Al-Musaqat (22) Bab Al-Ba’ir wal ististanu rukuubihi no.109 (715)
dalam Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h. 2

21
Kata dirham, dinar dan wariq terdapat dalam Al-Quran dan Hadits.
Firman Allah Swt dalam QS Ali Imran/3 : 75 :
“Diantara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya harta yang banyak (Qinthar), dikembalikannya kepadamu;
dan diantara mereka yang jika kamu percayakan kepadanya satu
Dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu
menagihnya”.9

Firman Allah menceritakan tentang Nabi Yusuf dalam QS. Yusuf/12 : 20 :


“Dan mereka menjual (Yusuf) dengan harga yang murah, Yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya
kepada Yusuf”10

Nabi Saw. Bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Utsman


Bin Affan ; “ Jangan kalian menjual satu dinar dengan dua dinar, dan
satu dirham dengan dua dirham”.11 Juga hadits Nabi Saw. Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Sa‟id al-Khudry : “Janganlah kalian menjual
emas dengan emas, perak dengan perak kecuali sama nilai, ukuran dan
timbangan” .12
Uang menurut Fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang
dicetak, tapi mencakup seluruh jenisnya. Al-Syarwani berkata : “ (Dan
uang) yakni emas dan perak sekalipun bukan cetakan. Dan pengkhususan
terhadap cetakan sangat dihindari dalam pandangan („Urf) para
Fuqaha”.13

9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Proyek Pengadaan dan
Penyelenggaraan Kitab Suci, 1998)
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Proyek Pengadaan dan
Penyelenggaraan Kitab Suci, 1998)
11
Muslim, (22) Kitab Al-Musaqat (14 ) Bab Al-Riba, no.78 (1585) dalam Ahmad Hasan
Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h. 3
12
Al- Syarwani, Tuhfat al-Muhtaj bi Syarh al-Minhaj Bab’’Al-Riba”(Dar Shadir ) dalam
Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h. 4
13
Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin ( Dar Al-Khaer. Cet 2 : 2006 ), h. 347

22
Dinar dan dirham adalah standar ukuran yang dibayarkan sebagai
pertukaran komoditas dan jasa . Keduanya adalah unit hitungan yang
memiliki kekuatan nilai tukar pada bendanya, bukan pada perbandingan
dengan komoditas atau jasa, karena segala sesuatu tidak bisa menjadi nilai
harga bagi keduanya.
Demikianlah menjadi jelas bahwa para Fuqaha telah memberikan
definisi uang dari penjelasan dengan melihat fungsi-fungsinya dalam
ekonomi yaitu melalui tiga fungsi :
1) Sebagai Standar ukuran untuk menentukan nilai harga komoditi dan
jasa ;
2) Sebagai media pertukaran komoditi dan jasa ;
3) Sebagai alat simpanan. Fungsi ini menurut Al-Ghazali dan Ibnu
14
Khaldun.

Pandangan Islam terhadap Fungsi Uang


Uang adalah standar ukuran harga, yakni sebagai media pengukur
nilai harga komoditi dan jasa, dan perbandingan harga setiap komoditas
dengan komoditas lainnya. Pada sistem barter sangat sulit untuk
mengetahui harga setiap komoditas terhadap komoditas lainnya. Ketika
Allah memberikan petunjuk kepada manusia untuk membuat uang, uang
itu dijadikan standar ukuran nilai umum untuk mengjitung harga komoditi
dan jasa atas dasar unit-unit uang.15
Uang sebagai media pertukaran (medium of exchange). Ini adalah
fungsi pokok dari uang. Dengan uang sebagai alat tukar, seseorang dapat
memperoleh barang atau jasa sesuai yang ia inginkan. Tidak seperti sistem
barter pada zaman dahulu. Misalnya seseorang yang mempunyai apel, dan
dia membutuhkan beras. Dalam sistem barter, orang yang mempunyai apel
harus pergi ke pasar dan mencari orang yang mempunyai beras dan dia
juga membutuhkan apel. Dan terjadilah barter di antara kedua belah pihak.
14
Ibnu Khaldun, Al-Muqaddimah ( Beirut : Dar Al-Fikr ,1998), h. 478
15
Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h.
12

23
Saat ini, ketika manusia menggunakan uang sebagai alat tukar. Maka
seseorang yang mempunyai apel tadi, menjual apelnya dengan uang.
Kemudian ia membeli beras dengan uang tersebut. Dan pemilik beras
menjual berasnya dengan uang, sehingga ia dapat membeli barang apapun
juga dengan uang tersebut.16
Islam memandang uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan
komoditas atau barang dagangan. Oleh karena itu, motif permintaan akan
uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for
transaction), bukan untuk spekulasi. Islam tidak mengenal spekulasi
(money demand for speculation). Karena pada hakikatnya uang adalah
milik Allah SWT yang diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Dalam pandangan Islam
uang adalah flow concept, karenanya harus selalu berputar dalam
perekonomia., akan semakin tinggi pendapatan masyarakat dan akan
semakin baik perekonomian.17
Sebagai alat tukar, uang akan membuat kegiatan ekonomi semakin
mudah dan efisien karena para pelaku ekonomi dapat melakukan transaksi
kapan, di mana, dan dengan siapa saja.
Uang sebagai media Penyimpanan Nilai (Store of Value). Yang
dimaksud dengan uang sebagai penyimpan nilai misalnya seseorang yang
memiliki uang, tidak wajib baginya untuk membelanjakan semua uang
yang ia miliki pada saat itu juga. Tetapi adakalanya ia mengakhirkan dan
menyimpan uang tersebut untuk kebutuhan- kebutuhan mendatang.
Agar terwujudnya uang pada fungsi ini, para ahli ekonomi
mensyaratkan terjaganya kestabilan nilai atau daya beli pada masa
mendatang. Jika hal itu tidak terjadi, maka membelanjakan uang dalam
bentuk barang pada masa sekarang bisa jadi lebih baik dari pada
menyimpannya dalam bentuk uang.

16
Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h.
13
17
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di
Indonesia, (Erlangga, 2010), h. 32

24
Imam Abu Hamid Al-Ghazali menegaskan bahwa Barang siapa yang
memiliki uang (emas dan perak), maka ia akan memiliki segalanya.”
Ibnu Khaldun juga mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan dalam
perkataan beliau: “Kemudian Allah Ta‟ala menciptakan dari dua barang
tambang emas dan perak, sebagai nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini
merupakan simpanan orang-orang di dunia.18
Uang sebagai Standar Pembayaran Tertunda (Standard of Deferred
Payment). Transaksi-transaksi barang dan jasa seringkali dilakukan
dengan pembayaran tertunda (kredit). Misalnya: Agus menjual jas di
pasar, lalu datanglah seorang pembeli. Tetapi pembeli tersebut tidak
membawa uang cukup. Maka, Agus menjualnya dengan sistem kredit
(taqsid). Fungsi ini dapat dilakukan dengan baik jika nilai uang stabil.
Nilai uang dikatakan stabil apabila uang yang dibelanjakan memperoleh
barang yang jumlah dan mutunya sama setiap sata. Apabila syarat tersebut
tidak terpenuhi, maka fungsi uang sebagai alat penundaan pembayaran
tidak dapat terlaksana dengan sempurna. Contoh lainnya adalah pegawai
yang mendapat gaji sebulan sekali setelah satu bulan penuh bekerja. Selain
itu seseorang yang meminjam uang harus membayarkan hutangnya di
masa depan.19

Landasar Hukum Pasar Uang dalam Islam


Berikut adalah dalil yang digunakan oleh Dewan Syariah Nasional dalam
menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah.
a. QS. Al-Maidah (5) : 1 “Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah
akad-akad itu…”
b. QS. Al-Baqarah (2) : 275 “Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”

18
Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h.
21
19
Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ) h.
25

25
c. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf Kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”
d. Hadis Nabi riwayatMuslim, Tirmidzi, an-nasa‟I, Abu Daud, dan Ibnu
Majah dari Abu Hurairah “rasulullah SAW melarang jual beli yang
mengandung gharar”
e. Hadis Nabi riwayatIbnu Majah dari “Ubadah bin Shamit, riwayat
Ahmad dari ibnu „Abbas dan riwayat Imam Malik dari Yahya “Tidak
boleh membahayakan orang lain dan menolak bahaya dengan bahaya”
f. Kaidah Fikih “Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah boleh
dilakukan sampe ada dalil yang mengharamkannya”
“segala mudharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin”
“Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan”20

a. SIMA (sertifikasi mudharabah antar bank): yaitu instrumen yang


digunakan oleh bank-bank syariah yang mengalami kelebihan dana untuk
mendapatkan keuntungan. Di lain pihak digunakan sebagai sarana
penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang mengalami
kekurangan dana.
Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat
bank syariah dengan format dan ketentuan standar yang ditetapkan oleh
BI. Pemindahtanganan Sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank
penanam dana pertama, sedangkan bank penanam dana kedua tidak
diperkenankan memindahtangankannya kepada pihak lain sampai
berakhirnya jangka waktu. Pembayaran dilakukan oleh bank syariah
penerbit sebesar nilai nominal ditambah imbalan bagi hasil (yang
dibayarkan awal bulan berikutnya dengan nota kredit melalui kliring,
bilyet giro Bank Indonesia, atau transfer elektronik).

20
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di
Indonesia, , h. 32

26
b. SIKA (serifikasi perdagangan komoditi berdasarkan prinsip syariah antar
bank): SIKA merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh Bank umum
Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam transaksi Pasar
Uang antar bank Syariah (PUAS).
c. Repo (penjualan surat berharga syariah): merupakan transaksi penjualan
surat berharga syariah oleh pihak pertama kepada pihak kedua dengan
wa’d dari pihak pertama untuk membeli kembali surat berharga syariah
(SBS) tersebut kepada pihak pertama di masa datang.
d. Hedging (lindung nilai): merupakan stratei investasi yang digunakan
dengan tujuan untuk melindungi fortofolio investasi anda minus atau
menurangi resiko dari hal-hal yang tidak diinginkan.
e. Setrtifikat deposito (NCD) Syariah: salah satu surat berharga yang
diterbitkan oleh lembaga keuangan.
f. SIPA (sertifikat pengelolaan dana berdasarkan prinsip syariah antar bank

Kebikajakan Makroprudensial
Kebijakan makroprudensial merupakan kebijakan yang digunakan
untuk menghadapi permasalahan ekonomi secara makro, khususnya dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, dan juga diharapkan
dapat mencegah terjadinya risiko sistemik. Peran kebijakan makroprudensial
melengkapi kebijakan yang telah ada seperti kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang,
sehingga nantinya kebijakan makroprudensial diharapkan dapat membantu
memperkuat ketahanan sistem keuangan ketika ekonomi sedang krisis, dapat
mengurangi peningkatan kerentanan terhadap risiko, serta diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan intermediasi keuangan dan inklusi keuangan
yang berkelanjutan.
Kebijakan makroprudensial ini muncul sebagai bentuk respon terhadap
adanya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997-1998, dan mulai
terkenal pascakrisis keuangan global pada tahun 2008. Di Indonesia sendiri,
istilah makroprudensial telah digunakan pada tahun 2000, hal ini ditandai

27
dengan adanya penyusunan sebuah kerangka stabilitas sistem keuangan
Indonesia dan terbentuknya Biro Stabilitas Sistem Keuangan (BSSK) di Bank
Indonesia.

Instrumen Kebijakan Makroprudensial pada Bank Syariah


a. FTV ( Financing to Value)/ uang muka pembiayaan kendaraan atau
rumah perbankan syariah
Financing To Value atau FTV merupakan persentase atau nilai
pembiayaan maksimal yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai
agunan berupa properti pada saat pemberian pembiayaan. Dalam
pengertian lain, FTV ini erat kaitannya dengan berbagai hal yang
berhubungan dengan properti. FTV ini menggambarkan perbandingan
dari kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan
pembiayaan kepada nasabah yang berencana memiliki properti.
Pertumbuhan pembiyaan sektor kendaraan bermotor dan properti
yang cukup tinggi melatarbelakangi lahirnya perumusan kebijakan
Financing To Value (FTV) atas Down Payment (DP) dan FTV atas KPR.
Peningkatan pembiayaan tersebut akan berpotensi mengakibatkan adanya
pembentukan risiko sistemik karena perilaku pengambilan risiko yang
berlebihan (excessive risk taking behaviour). Adapun besaran nilai
minimum FTV dan DP yang saat ini berlaku diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 17/10/PBI/2015 tanggal 18 Juni 2015 tentang Rasio Loan-
to-Value atau Rasio Financing-to-Value untuk Kredit atau Pembiayaan
Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan
Bermotor.
Tujuan dari diberlakukannya kebijakan FTV adalah untuk
memitigasi risiko sistemik yang berasal dari peningkatan harga properti
dan juga menjaga stabilitas sistem keuangan. Lebih luas lagi, FTV ini
berperan sebagai instrumen makroprudensial yang dapat mendorong dan
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan secara seimbang serta
berkualitas yang nantinya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

28
nasional dengan tetap menjaga dan memperhatikan nilai stabilitas sistem
keuangan. Kebijakan FTV ini bersifat countercyclical dan dapat
disesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi dan keuangan.

b. RIM (Rasio Internediasi Makroprudensial) syariah,


intermendensi/pembiayaan perbankan syariah
Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) Syariah merupakan
salah satu instrumen makroprudensial yang berperan dalam pengelolaan
fungsi Bank Syariah sebagai Lembaga intermediasi dengan
mengedepankan prinsip kehati-hatian dan dijalankan sesuai dengan
proporsi atau kapasitas dan target pertumbuhan ekonomi (Kristiyanto &
Widodo, 2020). RIM Syariah ini merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah termasuk didalamnya
kepemilikan surat berharga Syariah dengan pendanaan.
RIM Syariah merupakan penyempurnaan dari instrumen Giro
Wajib Minimum Financing to Deposit Ratio (GWM FDR) dan mulai
diimplementasikan bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS) mulai tanggal 1 Oktober 2018. Instrumen RIM syariah
bersifat countercylical terhadap siklus perekonomian sehingga dapat
disesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi dan keuangan. Evaluasi
terhadap penerapan kebijakan RIM Syariah ini dilakukan secara berkala
minimal 1 (satu) kali setiap 6 (enam) bulan sekali. Hasil evaluasi yang
telah dilakukan oleh Bank Indonesia ini nantinya akan diinformasikan
kepada setiap Bank Syariah.
c. PLM (Penyanggan likuiditas Makroprudensial) syariah, cadangan
likuiditas perbankan syariah dalam surat berharga
Penyangga Likuiditas Makroprudensial Syariah (PLM Syariah)
merupakan cadangan likuiditas minimum dalam rupiah yang wajib
dipelihara oleh BUS dalam bentuk surat berharga dalam rupiah yang
dapat digunakan dalam operasi moneter, yang besarnya ditetapkan oleh
Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK BUS dalam rupiah

29
(BI, 2020). PLM Syariah ini dalam implementasunya memiliki fiktur
fleksibilitas, dimana pada kondisi tertentu surat berharga yang dimiliki
tersebut dapat digunakan dalam transaksi repo kepada Bank Indonesia
dalam Operasi Pasar Terbuka, yang besarnya disesuaikan sebesar
persentase tertentu dari DPK yang dimiliki BUS dalam rupiah.
PLM syariah ditujukan untuk mencegah amplifikasi risiko
likuiditas yang bersifat cepat dan meningkatkan fleksibilitas pengelolaan
likuiditas bank. Oleh karena itu, PLM Syariah tak hanya sebagai
instrumen pengelolaan likuiditas untuk menjaga ketahanan likuiditas
Bank Syariah, namun juga menjadi instrumen kebijakan makroprudensial
yang bersifat countercyclical dengan tujuan mencegah build-up risiko
likuiditas dan materialisasi risiko sistemik yang bersumber dari
permasalahan likuiditas.(Bank Indonesia, 2020). PLM syariah diterapkan
hanya kepada BUS. BUS wajib memiliki buffer likuiditas dalam bentuk
surat berharga syariah (SBIS, SBSN, dan/ atau SukBI) sebesar 4-4,5%
dari DPK rupiah.

d. PLJP (Pembiayaan likuiditas jangka pendek) syariah: merupakan


pinjaman jangka pendek yang diberikan BI kepada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas jangka pendek. Ini merupakan bentuk fungsi BI
selaku leader of the last resort.

e. CCB (Counter cyclical buffer) syariah


Countercyclical Capital Buffer (CCB) merupakan tambahan modal
yang berfungsi sebagai penyangga untuk mengantisipasi kerugian apabila
terjadi pertumbuhan pembiayaan perbankan yang berlebihan sehingga
berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan (BI, 2020). Adanya
CCB ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan atau peningkatan risiko
sistemik yang diakibatkan oleh penyaluran yang berlebihan dalam
kegiatan pembiayaan. Hal ini terkait dengan perilaku prosiklikalitas

30
penyaluran pembiayaan perbankan yakni meningkat saat periode ekonomi
ekspansi dan melambat pada periode ekonomi kontraksi.
Melalui peraturan Bank Indonesia No. 17/22/PBI/2015 tentang
Kewajiban Pembentukan Countercyclical Buffer ditetapkan bahwa CCB
ini mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2016, dan berlaku bagi semua
Bank Syariah maupun bank konvensional di Indonesia. Mekanismenya,
ketika kondisi siklus ekonomi sedang naik, bank menyiapkan tambahan
modal yang akan digunakan ketika siklus ekonomi menurun. Hal ini
membuat bank dapat meminimalisasi kerugian apabila kredit macetnya
meningkat saat ekonomi memburuk, yang kemudian diikuti dengan
pembayaran pembiayaan kepada bank tersendat. Selain itu, bank dapat
memakai cadangan modal tersebut untuk tetap menyalurkan pembiayaan
kepada masyarakat sehingga fungsi intermediasi bank tetap stabil.
Besaran CCB bersifat dinamis dengan kisaran antara 0% sampai
dengan 2,5% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bank (Bank
Indonesia, 2020). Dalam waktu berkala, paling kurang satu kali dalam
enam bulan, Bank Indonesia harus melakukan evaluasi terhadap nilai atau
besarnya CCBs yang berlaku. Pada pelaksanannya, Ketika keadaan
ekonomi sedang mengalami ekspansi, maka secara otomatis Bank
Indonesia akan menambah atau meningkatkan nilai CCBs. Begitupun
sebaliknya, ketika kondisi perekonomian mengalami kontraksi, nilai CCB
akan diturunkan oleh Bank Indonesia. Sampai dengan saat ini penetapan
CCB masih belum berubah dari sejak pertama kali instrumen ini
digunakan sebagai instrumen makroprudensial oleh Bank Indonesia.

f. RPIM (rasio pembiayaan inklusif Makroprudensial): merupakan rasio


yang menggambarkan porsi pembiayaan inklusif bank dengan formula
perhitungan membandingkan antara hasil pengurangan nilai pembiayaan
inklusif dengan nilai sertifikat deposito pembiayaan inklusif terhadap total
kredit atau pembiayaan.

31
Kebijakan Sistem Pembiayaan
Kartu pembiayaan syariah
Tujuan
a. Membangun pengaturan/ pelaksanaan moneter berdasarkan prinsip
syariah dan pengaturan makroprudensial syariah
b. Memperkuat lembaga keuangan syariah dalam transmisi kebijakan BI dan
pembiayaan ekonomi.
c. Mendorong pendalaman pasar keuangan syariah

Pilar III: Strategi/Implementasi penguatan riset. Edukasi sosialisasi

E. Ekonomi Digital
Ekonomi digital merupakan terminologi baru. Belum ada definisi istilah ini
yang tepat dan disepakati. Diadaptasi dari laporan Komite Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas atau KPPIP (2018), dua kata ini meliputi aktivitas ekonomi
yang menggunakan jaringan dan platform internet sebagai infrastruktur yang tidak
dapat dilepaskan dari masyarakat.
ASEAN Investment Report 2018 mendefinisikan ekonomi digital sebagai
aplikasi teknologi menggunakan Internet dalam produksi dan perdagangan barang
dan jasa. Sedangkan IMF dalam publikasinya yang berjudul “Measuring Digital
Economy” menyimpulkan bahwa terminologi ekonomi digital sering digunakan
untuk menunjukkan bahwa digitalisasi telah menyebar ke semua sektor ekonomi,
dari pertanian hingga pergudangan.
Definisi lain menyebutkan bahwa kata tersebut menunjukkan bagian dari
ekonomi nasional yang berasaskan teknologi digital dengan bisnis model
berdasarkan barang atau jasa digital (Heeks, 2018; Accenture, 2016). Secara lebih
luas, aktivitas-aktivitas ekonomi baru seperti collaborative economy, gig
economy, dan sharing economy dapat dikategorikan sebagai ekonomi digital.
Definisi ekonomi digital dapat juga dilihat dari berbagai aspek, seperti: sumber
daya manusia dan teknologi, proses bisnis dan struktur bisnis.

32
Beberapa laporan tahunan ekonomi digital global mengedepankan platform
fintech dan e-commerce sebagai infrastruktur pendukung lintas industri (contoh:
makanan, produk TI, fesyen, perjalanan) yang terlibat dalam transaksi digital.
Ekonomi digital tidak dapat dipisahkan dari sektor ekonomi yang lain karena
aplikasinya dapat diterapkan di berbagai sektor industri mulai dari keuangan,
transportasi, logistik, pendidikan, kesehatan, agrikultur, dan sebagainya. Bahkan
lintas sektoral.
Dalam kaitannya dengan ekonomi Islam digital (Islamic digital economy),
saat ini belum ada definisi yang disepakati secara global. Thomson Reuters dan
Dinar Standard (2015) menghitung ekonomi Islam digital berdasarkan transaksi e-
commerce dan belanja iklan digital yang dilakukan Muslim. Namun dalam
kaitannya dengan Masterplan Ekonomi Syariah, tim penulis mendefinisikan
ekonomi Islam digital sebagai bagian dari ekonomi islam yang mendukung
industri halal melalui platform digital baik yang dapat meningkatkan penjualan
maupun efisiensi produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
perusahaan.
Pertumbuhan bidang ekonomi digital dapat dilihat melalui pertumbuhan dua
subsektor, yaitu e-commerce dan fintech. Keduanya menunjukkan pertumbuhan
yang menjanjikan selama beberapa waktu terakhir. Bank Indonesia
mendefinisikan fintech sebagai hasil gabungan antara jasa keuangan dengan
teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi
moderat, yang awalnya dalam membayar harus bertatap-muka dan membawa
sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi jarak jauh dalam hitungan
detik. OECD mendefinisikan e-commerce sebagai transaksi jual beli barang dan
jasa, baik antara bisnis, rumah tangga, individu, pemerintah, dan organisasi publik
atau swasta lainnya, yang dilakukan melalui internet. Pemesanan barang
dilakukan melalui internet, namun pembayaran dan pengiriman akhir dari barang
dan jasa dapat dilakukan online atau offline (cash on delivery). Platform sharing
economyatau marketplace juga masuk dalam kategori e-commerce.

33
Penyebaran virus corona (Covid-19) menyebabkan diberlakukannya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dihampir seluruh wilayah tanahair.
Akibat dari penerapan PSBB, sebagian besarorang harus melakukan aktivitas
sehari-hari dari rumah saja baik untuk bekerja maupun belajar. Hal ini jelas
membawa dampak bukan hanya pada sisi pekerjaan ataupun belajar, namun juga
mengubah perilaku masyarakat sebagai konsumen. Penerapan social distancing
misalnya yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumen dalam upaya
memenuhi kebutuhannya saat pandemic ini.
Pergeseran Perilaku Belanja yang terja disaat ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pembelanjaan secara OnLine
Pembatasan kegiatan diluarrumah, penutupan banyak toko dan pembatasan
kegiatan perekonomian dengan kontak fisik secara langsung membuat masyarakat
harus mencari alternative untuk memenuhi kebutuhannya. Pembelanjaan secara
online menjadi alternative pilihan. Jika selama ini kegiatan belanja online
didominasi oleh konsumen usia muda, ditengah keterbatasan kontak social saat ini
maka keberadaan toko online dirasa sangat memudahkan dan bahkan nyaris
tidakterelakkan. Konsumen online bukanhanya generasi milenial bahkan bagi
konsumen diusia lanjut. Kemudahan ini didukung dengan berbagai layanan
transportasi online, juga jasa kurir yang semakin marak. Pelaku bisnispun
menangkap ini sebagai peluang untuk bisa tetap bertahan menjalankan kegiatan
bisnisnya.
Kegiatan jual beli secara online bisa dilakukan melalui market place atau
bisa juga dilakukan oleh individu pedagang. Meskipun transaksi melalui e-
commerce masih didominasi warga yang berdomisili di DKI Jakarta dan Jawa
Barat, namun keterbatasan yang terjadi karena pandemi ini telah turut serta
mendorong konsumen yang berada di berbagai daerah untuk memanfaatkan
platform e-commerce dalam memenuhi kebutuhannya.

Konsumen Lebih Memilih Produk Valuable

34
Selain pola belanja online yang menjadi pilihan dalam pemenuhan
kebutuhan, jenis produk yang dibeli pun mengalami pergeseran. Konsumen akan
lebih mengutamakan belanja produk-produk valuable ketimbang produk – produk
konsumtif hedonis. Produk-produk kebutuhan sanitasi, seperti tisu, sabun, atau
pencuci barang akan menjadi barang yang lebih diutamakan dibanding
perlengkapan make up misalnya. Produk kesehatan seperti makanan sehat,
suplemen, bahkan rempah jamu jamuan menjadi hal yang paling dicari oleh
konsumen.
Kegiatan sehari hari yang dilakukan dari rumah saja membuat individu
memiliki banyak waktu luang. Spare waktu yang ada memungkinkannya untuk
bisa mengembangkan potensi ataupun minat yang selama ini terabaikan. Banyak
orang yang bisa lebih mengasah keterampilan berkebun, memasak, bermain music
dan kegiatan hobby lainnya. Hal ini mendorong pergeseran pula dalam produk
yang dikonsumsi. Produk – produk penunjang hobby juga menjadi barang yang
banyak dikonsumsi.
Untuk meningkatkan kesehatan, kesadaran berolah raga di masa PSBB juga
meningkat. Masyarakat semakin giat dan tertib dalam berolah raga. Di sisi lain
dengan PSBB menjadikan kegiatan olahraga kelompok tidak dapat dilaksankan,
maka alternative olah raga individu seperti jalan pagi, jogging ataupun bersepeda
marak dilakukan. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan alat olah raga
individu.

Pola Pembelian Berkelompok


Pembelian berkelompok atau Group buying adalah pembelian kolektif dari
beberapa pembeli untuk mengaktifkan diskon. Mayoritas konsumen terimbas
pandemic dengan keterbatasan penghasilan, namun kebutuhan hidup tetap harus
dipenuhi. Sementara pedagang ingin meningkatkan omzet penjualannya dengan
menawarkan diskon untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Kedua kondisi ini
mendorong konsumen untuk bekerja sama membuat group dalam melakukan
pembelian produk tertentu demi menikmati manfaat tersebut hingga mendapatkan
harga yang lebih murah.

35
Pergeseran perilaku konsumen di masa pandemic dapat diprediksikan tidak
berlaku hanya pada waktu yang singkat, namun akan mejadi kecendrungan
kebiasaan baru meski pandemic telah berlalu.

Potensi Ekonomi Digital di Indonesia


Setelah sistem pasar bebas diberlakukan dalam rangka menciptakan
Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 lalu, Indonesia digadang-gadang
mampu menjadi pemain penting di regional. Apalagi di saat ini juga muncul tren
ekonomi digital di berbagai dunia dan imbasnya juga berdampak pada
perekonomian di Indonesia. Banyak pihak menilai adanya ekonomi digital dapat
membawa keuntungan besar bagi perekonomian sebuah negara mulai dari
transaksi hingga investasi industri digital di Indonesia.
Lalu, bagaimana potensi ekonomi digital ini dan tantangan apa yang akan
dihadapi? Berikut ulasannya yang bisa Anda simak.

Diuntungkan oleh populasi


Peluang Indonesia dalam menghadapi pasar bebas dan ekonomi digital
sebenarnya memiliki potensi yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah dari segi populasi. Dengan jumlah penduduk yang pesat dan terbesar di
Asia Tenggara dengan jumlah 264 juta jiwa, berdampak pula pada penggunaan
internet di tanah air. Persebaran penduduk di wilayah perkotaan, latar belakang
pendidikan, gaya hidup dan profesi juga menjadi faktor pendukung lainnya.
Untuk kasus di Indonesia, data yang dirilis oleh Kepios pada September
2017 lalu menyebutkan jika hampir 55 persen penduduk Indonesia ada di
perkotaan. Sementara dari segi penggunaan intenet ada sekitar 133 jiwa pengguna
dan ini setara dengan 50 persen populasi. Jumlah tersebut masih dibagi lagi
dengan berapa banyak berapa pengguna aktif media sosial. Dari jumlah data yang
diolah, muncullah angka 155 juta jiwa pengguna. Melihat jumlah populasi inilah,
banyak pihak menilai Indonesia bakalan menjadi salah satu pemain utama dalam
industri dan ekonomi digital.

36
Peluang besar dari industri kreatif
Pesatnya ekonomi digital di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan
membuka peluang baru bagi dunia industri, terutama bagi industri kreatif dan
digital. Industri kreatif yang memiliki unique selling point akan memiliki peluang
besar dan tumbuh dengan pesat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara.
Tidaklah mengherankan bila kini banyak pihak mulai melakukan ekspansi dan
investasi industri digital di Indonesia.
Hal tersebut bukan berarti menutup industri-industri lokal seperti UKM.
Justru kini marketplace dan industri kreatif yang bergerak di ranah digital juga
menggandeng UKM lokal. UKM yang bersinergi dengan marketplace dan mulai
menggunakan platform digital dapat menyerap tenaga kerja. Hal ini senada
dengan data yang dirilis oleh itu Institute for Development of Economics and
Finance (INDEF) yang menyebut jika pada kurun 2015-2017 ada tambahan
penduduk yang bekerja hingga 1.1 juta jiwa.

Tantangan yang dihadapi Indonesia


Meski sebenarnya Indonesia memiliki potensi besar dalam investasi industri
digital, bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadapi. Tantangan pertama yang
dihadapi Indonesia adalah mengenai peraturan atau regulasi dalam perekonimuan
digital harus dibuat sejelas mungkin. Mulai dari masalah perpajakan, perizinan
dan sebagainya guna mendukung perekonomian digital yang kondusif.
Selain itu, masalah koneksi, terutama di daerah terpencil. Namun, beberapa
waktu lalu pemerintah kembali meluncurkan satelit baru bernama Satelit
Nusantara Satu yang diharapkan mampu meningkatkan layanan internet di
berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, adanya sosialisasi dan penyuluhan
kepada masyarakat tentang pentingnya memiliki keuangan non-tunai dalam era
ekonomi digital.
Berdasarakan survei Indonesia Millennial Report 2019 yang dirilis IDN
Times, keuangan non-tunai sebagian besar dimiliki oleh generasi milenial dan
kartu debit masih menjadi favorit di urutan teratas dengan persentase 64.2 persen.
Namun, apakah semua masyarakat memiliki keuangan non-tunai tersebut? Inilah

37
yang menjadi tantangan berikutnya. Dengan adanya keuangan non-tunai membuat
pembayaran apapun semakin mudah dan nilai transaksi dari ekonomi digital di
Indonesia semakin meningkat.
Hal di atas memang perlu dukungan oleh banyak pihak, terlebih untuk
investasi digital di Indonesia. Apabila iklim ekonomi semakin kondusif dan
persaingan pasar bebas yang sehat, bukan tidak mungkin Indonesia dapat
memainkan peran lebih dalam menghadapi ekonomi digital di era Revolusi
Industri 4.0.

F. Hubungan Ekonomi Syariah Dan Ekonomi Digital


Ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang bersumber dari wakyu yang
transendetal (Al-Qur’an dan Hadist) dan sumber interpretasi dari wahyu yang
disebut dengan ijtihad. Seedangkan ekonomi digital lebih menitik beratkan pada
transaksi dan pasar yang terjadi di dunia internet.
Digitalisasi ekonomi syariah mutlak dan harus untuk mengimbangi seiring
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yan makin merambah dalam
genggaman tangan (ganget), dan berbagai fitur aplikasi bisnis yang ditawarkan
makin banyak dan mudah digunakan oleh user dan dunia usaha, seperti: industri,
perbankan, dan pendidikan, mau tidak mau suka tidak suka ekonomi tumbuh dan
berkembang terutama ekonomi syariah yang sedang naik daun di era sekarang ini.
Produk dari pemegang peran ekonomi syariah, seperti perbankan syariah dengan
aplikasi mobile bankingnya, asuransi syariah dengan produk layangan onlinenya,
maka digitalisasi ekonomi syariah terbentuk dengan sendirinya seiring kebutuhan
dan teknologi pendukung yang sudah ada dan terus berkembang.
Perkembangan ekonomi digital menghadirkan beragam transaksi dan
produk jasa keuangan Yang kian beragam. Beberapa contoh diantaranya seperti
jual beli online, dompet digital, cahsback, dan lain sebagainya. Beragam transaksi
ini perlu di respon oleh ekonomi syariah. Dengan melihat sudut pandang ekonomi
syariah, kita akan dapat menilai bagaimana perannya dalam perkembangan
ekonomi digital

38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi syariah dalam Masterplan ini diartikan sebagai sistem ekonomi
yang berlandaskan prinsipprinsip Islam (syariah). Cakupannya adalah seluruh
sektor perekonomian yang ada, baik keuangan maupun sektor riil. Sistem
ekonomi syariah juga harus memberikan manfaat (maslahah) yang merata dan
berkelanjutan bagi setiap elemen dalam perekonomian.
Ekonomi dan keuangan syariah mengalami perkembangan pesat dalam dua
dasawarsa terakhir, baik secara global maupun nasional. The State of the Global
Islamic Economy Report 2018/2019 melaporkan besaran pengeluaran makanan
dan gaya hidup halal umat Islam di dunia mencapai USD 2.1 triliun pada tahun
2017 dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai USD 3 triliun pada 2023.
Faktor utama yang mempengaruhi hal ini adalah peningkatan jumlah penduduk
Muslim di dunia yang pada tahun 2017 mencapai 1.84 miliar orang. Jumlah ini
akan terus meningkat dan mencapai 27.5 persen dari total populasi dunia pada
2030. Peningkatan populasi ini akan meningkatkan permintaan terhadap produk
dan jasa halal secara signifikan.
Ekonomi digital ialah serangkaian aktivitas ekonomi yang dihasilkan dari
miliaran koneksi online setiap harinya. Koneksi ini menghubungkan individu,
bisnis, perangkat, data dan proses. Tulang punggung dari ekonomi digital adalah
hiperkonektivitas yang berarti meningkatnya keterkaitan antar individu,
organisasi, dan mesin yang dihasilkan dari internet, teknologi seluler dan internet
of things.
Perkembangan ekonomi digital menghadirkan beragam transaksi dan
produk jasa keuangan Yang kian beragam. Beberapa contoh diantaranya seperti
jual beli online, dompet digital, cahsback, dan lain sebagainya. Beragam transaksi
ini perlu di respon oleh ekonomi syariah. Dengan melihat sudut pandang ekonomi
syariah, kita akan dapat menilai bagaimana perannya dalam perkembangan ekon

39
DAFTAR PUSTAKA

Al- Syarwani, Tuhfat al-Muhtaj bi Syarh al-Minhaj Bab’’Al-Riba”(Dar Shadir ) dalam


Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2005 )
Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin ( Dar Al-Khaer. Cet 2 : 2006 )
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Proyek Pengadaan dan
Penyelenggaraan Kitab Suci, 1998)
Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 )
Khaldun, Ibnu. Al-Muqaddimah ( Beirut : Dar Al-Fikr ,1998)
Machmud, Amir. Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijaksanaan, dan Studi Empiris di
Indonesia, (Erlangga, 2010)
Muslim, (22) Kitab Al-Musaqat (14 ) Bab Al-Riba, no.78 (1585) dalam Ahmad Hasan
Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 )
Muslim, (22) Kitab Al-Musaqat (22) Bab Al-Ba’ir wal ististanu rukuubihi no.109 (715)
dalam Ahmad Hasan Mata Uang Islami ( Ed. I ; Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005 )
Rahardja, Prathama. Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas,
2008)
Rivai, Veithza. Financial Institution Manajemen, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013)
Rivai, Veizal dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007)
Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah.

40

Anda mungkin juga menyukai