Anda di halaman 1dari 26

PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH & PERSEPSI

MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DI


INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SII-3

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Suparman M.Ag


E. Roni A. Nurkiman M.Ag

Disusun Oleh:

Aimanul Ichsan Wiradisastra 1215010009


Alfithra Muhammad Taftazani 1215010013
Annisa Tri Ramdhania 1215010023

KELAS VA

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Ekonomi Syariah & Persepsi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah di
Indonesia” ini dengan tepat waktu tanpa adanya hambatan.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kami di Mata
Kuliah Sejarah Islam Indonesia-3 dan juga bentuk tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa.

Kami juga ucapkan terima kasih kepada Bapa Prof. Dr. Suparman M.Ag E.
dan Bapak Roni A. Nurkiman M.Ag selaku dosen pengampu pada mata kuliah SII-3
juga sebagai penanggung jawab tugas makalah ini, yang telah memberikan arahan juga
ilmunya dalam membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Baik dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami membutuhkan kritik dan juga saran baik dari Dosen Pengampu maupun dari
teman-teman sekalian, agar saya dapat mengetahui letak kekurangannya dan dapat
lebih baik lagi kedepannya.

Demikianlah makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi pembaca untuk


peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, 24 September 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
A. Pengertian Ekonomi Syariah ......................................................................................... 6
B. Filsafat Ekonomi Islam ................................................................................................. 8
C. Hakikat Keilmuan dalam Filsafat Ekonomi Islam ........................................................ 9
D. Sejarah Ekonomi Syariah di Indonesia ....................................................................... 11
E. Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia ............................................................... 14
F. Perkembangan Ekonomi Syariah (2019-2022) ........................................................... 19
G. Manfaat Ekonomi Syariah .......................................................................................... 21
H. Studi Kasus Persepsi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah .................................. 22
BAB III PENUTUPAN ............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan runtuhnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis di awal 90-an,


kapitalisme dipuji sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang valid. Tetapi ternyata,
sistem ekonomi kapitalis memiliki konsekuensi negatif dan lebih buruk, karena banyak
negara miskin menjadi lebih miskin dan relatif sedikit negara kaya menjadi lebih kaya.

Dengan kata lain, kapitalis gagal memperbaiki kehidupan massa, terutama di


negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan
ekonomi Amerika pada tahun 90-an disebabkan oleh keserakahan kapitalisme.
Kegagalan total sistem ekonomi yang ada adalah karena setiap sistem ekonomi
memiliki kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dari kelebihannya masing-
masing. Kelemahan atau kerugian dari masing-masing sistem ekonomi lebih menonjol
daripada kelebihannya.

Karena kelemahan atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan, itulah


yang menyebabkan pemikiran baru tentang sistem ekonomi, khususnya di kalangan
negara muslim atau negara dengan mayoritas penduduk muslim, yaitu sistem ekonomi
Islam, untuk mewujudkan sistem ekonomi berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis, yaitu
sistem ekonomi syariah yang telah berhasil membawa umat Islam di zaman Nabi untuk
meningkatkan perekonomian di Jazirah Arab. Dan saat ini sedang dikembangkan
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di
Indonesia.

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari


paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi Islam bukan
untuk bersaing dengan sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis,
melainkan bertujuan untuk mencari sistem ekonomi yang memiliki kelebihan untuk

4
menutupi kekurangan dari sistem ekonomi yang ada. Islam diturunkan ke muka bumi
ini dimaksudkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam rangka mewujudkan
kedamaian hidup dan kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat sebagai nilai
ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat
yang ada di muka bumi.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia ini, penyusun


membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu ekonomi syariah dan mengapa ekonomi syariah dibutuhkan?


2. Bagaimana pandangan filsafat terhadap ekonomi Islam?
3. Bagaimana hakikat keilmuan dalam ekonomi Islam?
4. Bagaimana sejarah terbentuknya ekonomi syariah di Indonesia?
5. Bagaimana perkembangan ekonomi syariah di Indonesia
6. Apa manfaat dari ekonomi syariah?
7. Bagaimana studi kasus persepsi Masyarakat terhadap perbankan syariah?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:

1. Menganalisis yang dimaksud dengan ekonomi syariah


2. Menganalisis dari sudut pandang filsafat ekonomi Islam
3. Menganalisis hakikat keilmuan ekonomi Islam
4. Menganalisis sejarah ekonomi syariah di Indonesia
5. Menganalisis perkembangan ekonomi syariah di Indonesia
6. Menganalisis manfaat ekonomi syariah
7. Menganalisis studi kasus persepsi Masyarakat terhadap perbankan syariah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Syariah

Pada dasarnya ilmu ekonomi adalah ilmu yang menjelaskan bagaimana caranya
Memenuhi kebutuhan hidup manusia agar dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa ilmu ekonomi syariah, sama seperti ilmu ekonomi lainnya,
merupakan ilmu yang dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan manusia untuk
mencapai kelangsungan hidupnya.1

Ekonomi syariah dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2006 tentang perubahan atas
Undang-Undang Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah perbuatan atau kegiatan
usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi:

a) Bank syariah;
b) Lembaga keuangan mikro syariah;
c) Asuransi syariah;

d) Reasuransi syariah;
e) Reksa danan syariah;
f) Obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah;
g) Sekuritas syariah;
h) Pembiayaan syariah;
i) Pegadaian syariah;
j) Dana pensiun lembaga keuangan syariah; dan
k) Bisnis syariah.2

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari permasalahan-permasalahan


sosial dan ekonomi, dan penyelesaiannya didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yaitu

1
Muslimin. JM., Filsafat Ekonomi Syariah, Komisi Yudisial RI, hal. 1
2
Suryaden, UU 3 tahun 2006 tentang perubahan Atas UU 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

6
Al-Quran dan Hadits yang perlu disesuaikan dengan konteks suatu wilayah atau negara
dan zaman.

Monze Kaif menjelaskan dalam bukunya “The Islamic Economics” bahwa


ekonomi Islam merupakan bagian dari ilmu ekonomi interdisipliner karena kajian
ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri melainkan memerlukan kajian ilmu syariah
serta penguasaan ilmu yang baik dan mendalam. Sebagai alat analisis seperti
matematika, statistika, logika dan ushul fiqh.3

Ash-Shidiqy berpendapat bahwa ekonomi hukum Islam merupakan respon para


pemikir muslim terhadap tantangan perekonomian pada suatu periode tertentu. Dalam
upaya kreatif ini, Al-Qur'an dan Sunnah, akal (ijtihad) dan pengalaman semuanya
dibantu. Menurut M. A. Mannan, Ekonomi syariah adalah ilmu sosial yang
mempelajari persoalan-persoalan sosial ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai syariah.
Maka dalam perjalanannya Mannan menilai Ekonomi Syariah merupakan ilmu
ekonomi yang positif dan normatif, karena keduanya saling terkait dalam penilaian
selanjutnya untuk membentuk perekonomian yang baik.4 Sedangkan, Muhammad
Amin Suma mendefinisikan ekonomi syariah sebagai ilmu yang membahas perihal
ekonomi dari berbagai sudut pandang keislaman, terutama dari aspek hukum atau
syariah.5

Dari definisi di atas dapat disimpulkan aturan yang berlaku Hukum dan ekonomi
syariah merupakan cerminan ekonomi dan ibadah dari ajaran dan nilai-nilai Islam.
Namun, hukum dan ekonomi syariah tidak selalu khusus bagi umat Islam, karena Islam
memperbolehkan pengikutnya untuk berdagang atau terlibat dalam kegiatan ekonomi
dengan non-Muslim.

3
Mei Santi, Perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia, Jurnal Eksyar, Vol. 07 No. 01, Juni 2019,
hal. 47-46
4
Mustafa Edwin Nasution, Dkk. (2006), Pengenalan Eksklusif ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana
Perdana Media Group, hal. 17
5
Muhammad Amin Suma (2008), Ekonomi & Keuangan Islam : Menggali akar, Mengurai serat
Tangerang: Kholam Publishing, hal. 49

7
Ada beberapa ciri-ciri dalam ekonomi syariah yang dapat digunakan sebagai
identifikasi :

a) Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem syariah yang menyeluruh.


b) Ekonomi syariah merealisasikan keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan umum.6

B. Filsafat Ekonomi Islam

Filsafat ekonomi Islam merupakan perwujudan isi Al-Quran dan Hadits, dan
muncul sebagai bentuk koreksi hegemoni kapitalisme dan sosialisme dalam pikiran
manusia, sehingga menciptakan manusia sebagai manusia ekonomi, bukan manusia
Islam. Landasan filsafat ekonomi Islam adalah konsep segitiga, hubungan manusia
dengan Tuhan, alam dan manusia lainnya.7 Selanjutnya, tiap-tiap pelaku ekonomi harus
mendasarkan kegiatannya pada 4 hal dibawah ini:

1. Tujuan kegiatan ekonomi adalah untuk mencapai kebahagiaan akhirat.


2. Tujuan kegiatan ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan dunia, kemajuan
materi dan kebahagiaan hidup manusia.
3. Kegiatan perekonomian harus dilaksanakan dengan cara interaksi yang baik antar
masyarakat.
4. Kegiatan ekonomi yang merusak materiil dan struktur kehidupan manusia harus
dihindari.

Ukuran keempat filsafat ekonomi Islam yang disebutkan di atas membedakan


ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Munculnya filsafat
ekonomi Islam merupakan konsekuensi dari pandangan dunia Islam.8

6
Zakaria Batubara, Ekonomi Syariah sebagai Fondasi Ekonomi Kerakyatan untuk Mencapai Indonesia
yang Sejahtera, Jurnal Ekonomi Syariah, hal. 3-4
7
Havis Aravik, Fakhry Zamzam (2020), Filsafat Ekonomi Islam: Ikhtiar Memahami Nilai Rsensi
Ekonomi Islam Jakarta: Pranadmedia Group, hal. 2-3
8
Ibid, hal. 4

8
C. Hakikat Keilmuan dalam Filsafat Ekonomi Islam

1. Aspek Ontologi
Dari sudut pandang ontologis, Hukum Ekonomi Syariah membahas dua
pembahasan sekaligus, yaitu ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh mu’amalat. Dalam
operasionalnya, hukum ekonomi syariah akan selalu bersumber dari kedua disiplin
ilmu tersebut. Oleh karena itu, tantangan utamanya adalah bagaimana memadukan
pemikiran sekuler hukum ekonomi dengan pemikiran sakral fiqh mu’amalat.9
Pertanyaan ini muncul karena akar hukum ekonomi adalah akal manusia, sedangkan
akar hukum Islam adalah wahyu, dan wahyu adalah penalaran berdasarkan sumber
Karamulah yang terdapat dalam Al-Quran, Hadits dan Risalah. Pendekatan ini
mungkin menimbulkan berbagai pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui, seperti
hakikat ekonomi Islam, tujuannya, dan mengapa ekonomi Islam diperlukan. Hal ini
merupakan langkah menuju penyelesaian permasalahan yang ada di lingkungan
masyarakat.10

Perbedaan sumber ilmu pengetahuan ini menimbulkan perbedaan penilaian


terhadap permasalahan ekonomi manusia. Misalnya, ilmu ekonomi membela sistem
ekonomi liberal, kapitalis, dan komunis sepanjang memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Namun di sisi lain, Muammarah tidak serta merta menerima ketiga sistem
tersebut karena masih memerlukan peraturan perundang-undangan Al-Quran dan
Hadits.11

2. Aspek Estimologi
Pendekatan epistemologis atau teori pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat
pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal dan indra. Metode epistemologis
digunakan untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar, ciri-ciri dan cara kerja ekonomi
Islam. Dalam konteks ini, epistemologi ekonomi Islam berbicara tentang sumber dan
metodologi terapan ekonomi Islam. Metode ini menggabungkan dua pendekatan.

9
Moh. Mufid. Filsafat Hukum Ekonomi Syariah: Kajian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, Jakarta:
Kencana, hal. 3
10
Havis Aravik, dkk, Op. Cit, hal. 5
11
Ahmad Afan Zaini, dkk, Jurnal Ummul Quran, Vol. 14 No. 2 (2019), hal. 53

9
1. Pendekatan deduktif, mempelajari epistemologi ekonomi Islam dalam Al-Quran
dan Hadits, kemudian turun ke lapangan (field of experience).
2. Metode induktif, yaitu terlebih dahulu menyajikan beberapa fakta empiris di
lapangan kemudian menggabungkannya ke dalam dalil-dalil yang terdapat dalam
Al-Qur'an dan Hadits.12

Adapun Epistemologi hukum ekonomi syariah sebagai sumber ilmu regulasi yang
berkaitan dengan praktik ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat
komersial dan non-komersial berdasarkan hukum Islam menjadi landasan untuk
menggali acuan dan acuan berbagai hukum ekonomi Islam. Karena hukum ekonomi
syariah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hukum Islam, maka kaidah dan
hukum ekonomi syariah dengan sendirinya didasarkan pada sumber-sumber hukum
yang disepakati oleh para ahli hukum. Oleh karena itu, jika berbicara mengenai asal
usul hukum pembangunan ekonomi Islam, kita tidak bisa lepas dari asal muasal hukum
Islam.13

3. Aspek Aksiologi
Pendekatan aksiologi diperlukan untuk melihat nilai dari suatu ilmu
pengetahuan,terutama fusngsinya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapi manusia dalam keberlangsungan hidup hari-harinya. Tinjauan aspek
aksiologi dalam pembahsan ekonomi Islam dilakukan pada masalah-masalah yang
berpotensi mewujudkan Islam sebagi rahmatan lil ‘alamin. Lewat berbagai macam
tools yang tersedia, kesamaan-kesamaan pada sebagian kaidah kedua ilmu ekonomi
tersebut dalam mengatasi persoalan ekonomi, memang merupakan sebuah
kecenderungan umum dalam aktifitas ekonomi yang sifatnya sunnatullah.14

Kesamaan beberapa kaidah dalam menangani permasalahan ekonomi antara kedua


ilmu ekonomi tersebut memang merupakan kecenderungan umum dalam kegiatan
ekonomi dan bersifat Sunnah. Pada masa kontemporer, ruang aksiologis tersebut

12
Havis Aravik, dkk., Ibid, hal. 7-8
13
Moh. Mufid, Op. Cit, hal. 16
14
Ahmad Afan Zaini, dkk, Op. Cit, hal. 57-58

10
terlihat pada kemunculan dan perkembangan pesat beberapa lembaga ekonomi Islam
di dunia, termasuk Indonesia.15 Permasalahan mendasar disini terletak pada objek
Sumber Daya Manusia. Maka dari itu, sebagus apapun sistem ekonomi Islam yang
telah dirancang, maka hasilnya akan minus apabila tidak didukung dengan ketersediaan
SDM yang terampil dan professional. Oleh karena itu, filsafat ekonomi Islam yakni
studi mengenai penggunaan dan penerapan metode dalam memecahkan problematika
ekonomi umat manusia.

D. Sejarah Ekonomi Syariah di Indonesia

Pada awal mulai berdirinya lembaga keuangan Syariah, dipelopori oleh para
Akademisi Profesional Muslim yang lebih mengedepankan praktik di lapangan. Akan
tetapi, secara teori keuangan para Profesional Muslim ini tidak mendapatkan
kesepakatan yang sama perihal teori keuangan. Kelompok ini menganggap jangan
sampai menunggu perkembangan teori yang amat panjang. Para Akademisi ini
cenderung merealisasikan fikih muamalat dalam praktik, yang tentu setelah
dilakukannya pengkonsepan atau konseptualisasi. Pada era perkembangan selanjutnya
lembaga yang dinaungi para Profesional ini dikawal oleh Dewan Syariah yang
terbentuk pada tingkat nasional maupun di tiap-tiap bank dan lembaga keuangan
syariah. Jika melihat dari fase perkembangan keuangan Islam di Indonesia, disitu kita
akan mengetahui berbagai macam regulasi yang nampak dari inisiatif para tokoh agama
dan Profesional muslim.16 Untuk dapat lebih menjelaskan penilaian dan analitik
terhadap perkembangan lembaga keuangan ekonomi syariah, akan dipaparkan sebagai
berikut:

1. Periode Pertama (1991 – 1999)


Perkembangan ekonomi Islam pertama kali ditandai dengan berdirinya Bank
Islam/Bank Syariah, maka realisasi praktik Ekonomi Islam di Indonesia ditandai

15
Loc. cit, hal. 58
16
Mul Irwan (2018), Politik Hukum Ekonomi Syariah Islam dalam Perkembangan Lembaga Keuangan
Syariah di Indonesia, Jurnal Media Hukum, Vol. 5, No. 1, hal. 17

11
dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991, yang beroperasi
satu tahun kemudian yaitu pada tahun 1992. Pada masa Itu belum menggunakan nama
Bank Syariah, akan tetapi sebagai bank bagi hasil, karena pada waktu itu belum adanya
payung hukum yang menjadi sandaran berdirinya bank syariah di Indonesia. Pada
rentang waktu semenjak tahun 1991 hingga 1999, perkembangan bank syariah di
Indonesia tergolong kurang signifikan. Mengapa hal ini terjadi demikian dikarenakan
kurangnya dukungan dari aspek perundangan-undangan. Undangundang yang ada pada
saat ini adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 1992 yang dimana merupakan salah satu peraturan
dilaksanakannya undang-undang tersebut. Di dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 telah di regulasikan bahwasanya bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) yang dalam kegiatannya berlandaskan prinsip bagi hasil, tidak diperbolehkan
melakukan kegiatan usaha yang tidak berlandaskan prinsip bagi hasil, begitu pun
sebaliknya. Hal ini mempunyai makna, tidak adanya lagi peluang untuk membuka
Syariah Windows di bank konvensional. Regulasi tersebut menjadi penghalang untuk
berkembangnya bank syariah, dikarenakan jalur perkembangan bank syariah hanya
melalui perluasan kantor bank syariah yang telah ada atau dibukanya bank syariah baru
yang membutuhkan dana sangat besar.17

2. Periode Kedua (2000-2010)


Pada awal periode kedua, perkembangan perbankan syariah belum terlihat secara
signifikan. Perkembangan bank syariah baru terlihat pada akhir periode kedua, yaitu
sekitar tahun 2007-2009, di mana pada tahun tersebut terjadi peningkatan jaringan
kantor perbankan syariah yang merambat ke berbagai kota di Indonesia. Peningkatan
jaringan kantor dapat dilihat Secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh
melebihi dugaan sebelumnya dan semakin mengalami peningkatan dalam jumlah bank.
Jika pada tahun 1998 hanya ada satu bank umum syariah dan 76 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah, maka pada Januari 2010 jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit
yang terdiri atas 6 bank umum syariah dan 25 unit usaha syariah. Selain itu, jumlah

17
Loc. cit

12
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai hingga 140 unit pada periode
tersebut. Pada lembaga keuangan non bank, Biro Perasuransian Bapepam-LK telah
mencatat bahwa pada tahun 2010 telah ada 45 lembaga asuransi syariah yang terdiri
dari 42 perusahaan asuransi syariah dan 3 perusahaan reasuransi syariah. Sedangkan
Pegadaian Syariah, perkembangannya di Indonesia tahun ini sudah memasuki tahun
ke-8, semenjak dihadirkan pada Januari 2003 juga menunjukkan kemajuan yang cukup
menggembirakan. Jumlah pembiayaan Pegadaian Syariah sampai akhir Februari 2009,
mencapai Rp 1.6 trilyun dengan jumlah nasabah 600 ribu orang dan jumlah Cabang
yang semakin menjamur sebanyak120 buah.18

3. Periode Ketiga (2011-2017)


Pada periode ini, perkembangan Perbankan Syariah terlihat lebih baik daripada
sebelumnya. Sekitar tahun 2013-2017, dimana terjadinya pertumbuhan jaringan kantor
perbankan Syariah yang sudah menyebar hampir ke seluruh kabupaten dan kota di
Indonesia. Secara kuantitas, pencapaian perbankan Syariah terus menerus mengalami
peningkatan secara signifikan dalam jumlah bank, dan pada Januari 2017 total
keseluruhan Bank Syariah telah mencapai 200 unit yang terdiri atas 13 Bank Umum
Syariah dan 21 unit usaha Syariah. Selain itu, jumlah bank perkreditan rakyat Syariah
(BPRS) telah mencapai 166 unit pada periode yang sama. Berdasarkan data, fakta dan
realitas yang telah dikemukakan diatas, terlihat bahwa arah perkembangan Ekonomi
Syariah saat ini menuju ke titik positif. Terutama arah (constituendum) dan kebijakan
(policy, beleid) menyangkut hukum ekonomi syariah. Perkembangan tersebut tentunya
sangat menggembirakan bagi lembaga keuangan Ekonomi Syariah. Namun
perkembangan ini tidak akan berjalan signifikan jika tidak mempunyai dasar dan
kebijakan yang mendukung, sehingga target pertumbuhan ekonomi syariah sulit
tercapai. Ruang gerak lembaga ekonomi syariah harus dituntun oleh regulasi atau
pengaturan yang baik sehingga menciptakan atmosfer pertumbuhan yang baik.19

18
Loc. cit
19
Ibid, hal. 18

13
E. Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia

1. Ekonomi Islam di Era Hindia Belanda


Pulau Jawa tidak sama persis dengan Indonesia. Namun, kondisi ekonomi Jawa
dapat digunakan untuk mengamati realitas sosial ekonomi Indonesia. Dalam konteks
inilah konsep Clifford Gertz, "tentang periodisasi kolonialisme Belanda di Jawa, dapat
digunakan untuk mengamati realitas sosial-ekonomi Indonesia. Clifford Gertz
membagi sejarah penjajahan Belanda di Jawa menjadi tiga periode terpisah dan
mengacu pada tiga tahap perkembangan ini berdasarkan teori TiukHm Ekonomi lsten
Agriculture imvolution. Ketiga periode tersebut adalah (1) periode Voc, abad XVlI
(1602) hingga XVIII (1829), (2) periode tanam paksa, 1630-18/0, dan (3) periode
sistem perkebunan swasta (1870-1941). Selama periode kedua, pola ekonomi ganda
stabil dan menghasilkan involusi. Pada periode ketiga karena penguatan sistem
ekonomi ganda," involusi mencapai puncak perkembangannya.

Meskipun teori involusi pertanian telah menerima banyak kritik untuk tidak
mengatakan itu ditentang oleh para peneliti, bahkan William L. Collier
merekomendasikan bahwa studi masa depan harus meninggalkan konsep involusi
dalam upaya untuk memahami ekonomi Jawa," periodisasi kolonial Belanda Greetz
aman dari kritik. Dengan demikian, validitas periodisasi itu tetap memadai untuk
ukuran saat ini. Selanjutnya, periodisasi Geertz digunakan untuk memetakan realitas
ekonomi era Hindia Belanda.20

2. Masa VOC (1602-1829)


Situasi dan kondisi ekonomi Islam pada masa VOC masih diwakili oleh sektor
perdagangan, terutama etika dan perilaku pedagang muslim dalam menghilangkan
kegiatan usahanya. Dominasi sektor perdagangan yang terus berlanjut merupakan
konsekuensi logis dari potensi ini yang dengan sendirinya dapat memberikan dukungan
kuat untuk mobilitas politik, mobilitas Islam. Meskipun bukan satu-satunya, tetapi juga
karena ada sektor lain seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, penguasaan
teknologi pelayaran, dan kemampuan, sektor perdagangan memainkan peran strategis

20
M.Nur Yasin (2009), Hukum Ekonomi Islam, Malang: UIN Malang Press, hal. 33.

14
dan penting terkait dengan kegiatan politik keagamaan. Hampir setiap pertempuran
untuk wilayah pesisir didasarkan pada dan memiliki dampak serius pada sektor
perdagangan. Kondisi Indonesia sebelum kedatangan Belanda ditandai dengan
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Pedagang Mus-lim melarikan diri dari Malaka ke
Aceh sebagai pelabuhan transit. Aceh meningkatkan perdagangan internasional dan
anak-anak pulau di Nusantara, dan berhasil menguasai berbagai wilayah pesisir, seperti
Johor, Jambi, dan Bengkulu sebagai pelabuhan pengekspor lada dan beras, serta
menguasai daerah pedalaman seperti Minangkabau, sebagai produsen lada dan beras,
"Satu lagi di Sumatera, satu lagi di Jawa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa pembawa Islam pertama yang masuk ke Sumatera adalah praktisi ekonomi
(pedagang) Muslim dan sufi, namun tidak ada kesepakatan mengenai waktu
kedatangan Islam, apakah abad ke-8 Masehi atau abad ke-13 Masehi. Menurut
Woodward, sejarah awal Islam Jawa masih samar-samar. Konsensus ilmiah mengakui
bahwa ada masalah signifikan berkaitan dengan asal-usul dan penyebaran Islam di
Jawa. " Diakui bahwa sudah ada Muslim di Jawa pada akhir abad ke-14 dan juga di
Istana Majapahit Proses transisi dan konversi penduduk Jawa Tengah ke Islam secara
bertahap, tidak merata dan berlanjut hingga hari ini. Data tradisional tahu bahwa
Majapahit, kerajaan besar Hindu-Jawa terakhir, pada tahun 1478 Sumber-sumber Cina
menunjukkan bahwa komunitas Muslim sudah ada di wilayah pesisir Utara pada
dekade awal abad ke-15. Prasasti Hindu-Jawa mencatatnya hingga akhir 1486.
Sumber-sumber Portugis membedakan antara "Moor" di Utara dan orang-orang di
pedalaman akhir abad ke-16. Berbeda dengan Robson yang mengaku Islam masuk ke
istana Majapahit pada akhir abad XIV, Clifford Geertz justru mengatakan bahwa Islam
tidak pernah benar-benar dianut di Jawa kecuali di kalangan masyarakat kecil pedagang
dan hampir tidak ada di lingkungan keraton. Meski dalam banyak hal sering disebut
Geertz, namun untuk kasus masuknya Islam di keratorn Majapahit, Woodward lebih
setuju dengan pandangan Robson. 21

21
Ibid, hal. 38

15
Menurut Woodward, faktor lain yang harus diperhatikan adalah masyarakat
muslim pertama di Jawa, terutama pedagang yang terlibat dalam bisnis rempah-
rempah. Mengutip Robson, Woodward menambahkan bahwa pedagang melibatkan
guru agama setelah mereka mendirikan komunitas permanen. Hubungan antara
perdagangan dan konversi orang Jawa ke Islam, pern) sangat dekat, tetapi tidak
langsung Kekuatan hubungan dagang dan hukum menunjukkan bahwa Kerala —
sebuah wilayah di Indonesia selatan — adalah salah satu sumber Islamisasi Jawa dan
bagian lain Indonesia.

Menurut Darmajati Supadjar, Islam berkembang di pulau Jawa, pertama-tama


oleh jasa penyebar Islam dari kalangan Syiah yang kebatinan tidak berkecimpung
dalam politik. Hal ini terbukti dari dakwah mereka sebelumnya sampai sekarang, yaitu
Javayang kebatin-batinan. Gelombang kedatangan Islam berikutnya terjadi atas jasa
Sunnah wa al-Jamaah yang juga dikenal sebagai pedagang. Apakah misi perdagangan
atau misi penyampaian pesan kebenaran lebih dominan? Mengenai hal ini, belum ada
penelitian yang lengkap. Supadjar mungkin dipengaruhi oleh SQ. Fatimi.5 Fatimi
memasukkan unsur-unsur Syiah dalam proses penyebaran Islam di Jawa. Meski tidak
didukung referensi yang akurat, sehingga perlu diuji akurasinya, pandangan Supadjar
menarik, karena mengandung unsur Syiah yang selama ini kurang populer dan jararng
diungkap oleh para sejarawan. Ketika VOC didirikan, pusat kerajaan Islam di Jawa
telah pindah dari pantai ke pedalaman, dari Demak ke Pajang dan kemudian ke
Mataram. Implikasi dari pergeseran pusat-pusat kekuasaan ini, (1) kekuasaan dan
sistem politik berubah menjadi berbasis agraris, bukan lagi maritim, (2) peran wilayah
pesisir dalam perdagangan dan pelayaran mundur, dan pergeseran pusat perdagangan.
Keberadaan pengusaha dagang yang tumbuh di kota-kota terpencil Nusantara pada
abad XV dan XVI yang bergerak di sektor perdagangan ekspor dan pelayaran tidak
mampu bertahan lama setelah terjadi pergeseran dan keseimbangan baru dalam dunia
perdagangan di Indonesia, terutama sebagai akibat dari kehadiran VOC.22 Berbeda
dengan EIC (East Indian Company) di India, aliansi dagang Inggris di India, kehadiran

22
Ibid, hal. 41

16
VOC di Indonesia justru merusak kehidupan pengusaha Indonesia. Dengan
keunggulan, kekuasaan, dan organisasinya VOC merebut dominasi dan memonopoli
hasil pertanian dan perdagangan yang merupakan sistem perdagangan yang dimiliki
oleh raja dan pedagang di Indonesia. Monopoli dan dominasi perdagangan di pusat-
pusat perdagangan di Indonesia dikejar dengan cara damai dan kekerasan. Dengan
perang, kota-kota perdagangan Indonesia yang berkembang dihancurkan dan ditutup.
VOC tidak kooperatif, tidak memberikan kesempatan untuk hidup, dan tidak bersaing
secara adil dengan pedagang Indonesia, malah mematikan kegiatan perdagangan dan
pelayaran di Indonesia, yang sebelumnya independen dan otonom, segera menurun
setelah kedatangan kapitalisme Barat. Berturut-turut para pedagang di pantai utara
Jawa tergusur dan kemudian disingkirkan oleh VOC pada akhir abad XVIII dan
kemudian diikuti oleh pedagang dari daerah lain, seperti Aceh, Palembang, Maluku,
Makasat, Banjarmasin, dan sisa abad XVII dan XVIII.23

3. Masa Tanam Paksa (1830-1870)


Pada tahun 1830-1870 Belanda mengintensifkan penindasan mereka terhadap
rakyat Indonesia dengan menciptakan sistem tanam paksa (eulturstelsel). Culturstelsel
yang dipaksakan pada masa Jenderal van den Bosch hanyalah metode eksploitasi
belaka. Stelsel telah mengakibatkan kehancuran kerajaan pedalaman dan kemiskinan
petani Indonesia. Karena energi dan kekayaannya benar-benar terkuras.6 Selama masa
budidaya, bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, tidak ada
yang bisa dinikmati kecuali gejolak ekonomi, sosial, dan budaya. Terlalu banyak biaya
ekonomi bangsa Indonesia karena Culturstelset. Jangankan memikirkan kemajuan
ekonomi rakyat dan bangsa, memikirkan keselamatan jiwa dan ketersediaan kebutuhan
pangan saja sudah sangat melelahkan.

Bagi rakyat Indonesia, sebaliknya, rakyat terus melakukan de-operate


perusahaan milik Indonesia yang tidak harus bersaing dengan investor asing yang
dilindungi Belanda, banyak yang gulung tikar Hancurnya berbagai perusahaan
Indonesia dan berkurangnya lahan pertanian karena digunakan untuk kepentingan

23
Ibid, hal. 45

17
onderneming dan perkebunan menyebabkan rakyat Indonesia menjadi sama miskinnya
dengan orang miskin. Tarilogi Van Deventer sebagai substansi politik pembalasan
Belanda terhadap rakyat Indonesia sama sekali tidak memuaskan rakyat. Onderneming
- onderneming memerintah di wilayah tersebut. Perbaikan irigasi hanya dilakukan di
area perkebunan dan pabrik yang menguntungkan Belanda. Selain itu, Belanda tidak
segan-segan menggunakan penguasa feodal dan aristakrat sebagai alat pemerasan
rakyat. Meskipun demikian, tidak semua bangsawan ingin digunakan. Banyak dari
mereka, seperti Pangeran Dipenogoro, Sultan Hasarnudin, dan Pangeran Antasari
benar-benar menolak" Realitas kemerosotan kehidupan sosial ekonomi dan
penderitaan umat Islam Indonesia terus berlanjut hingga akhir abad ke-19 Masehi.

Dalam perkembangan selanjutnya, perusahaan kerajinan batik yang berlokasi di


beberapa kota di Jawa pada akhir abad XIX mengalami penurunan akibat melimpahnya
barang-barang tekstil impor dari Eropa7" Memasuki abad ke-20 Masehi meskipun
masih dalam kekuasaan kolonial Belanda, keadaan ekonomi masyarakat sedikit
membaik. Semangat perdagangan yang mengiringi penyebaran Islam ke wilayah
Indonesia masih berlanjut dan tumbuh di awal abad ke-20.24

4. Masa Sistem Perkebunan Swasta


Pada tahun 1830-1870 Belanda mengintensifkan penindasan mereka terhadap
rakyat Indonesia dengan menciptakan sistem tanam paksa (eulturstelsel). Culturstelsel
yang dipaksakan pada masa Jenderal van den Bosch hanyalah metode eksploitasi
belaka. Stelsel telah mengakibatkan kehancuran kerajaan pedalaman dan kemiskinan
petani Indonesia. Karena energi dan kekayaannya benar-benar terkuras.6 Selama masa
budidaya, bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, tidak ada
yang bisa dinikmati kecuali gejolak ekonomi, sosial, dan budaya. Terlalu banyak biaya
ekonomi bangsa Indonesia karena Culturstelset. Jangankan memikirkan kemajuan
ekonomi rakyat dan bangsa, memikirkan keselamatan jiwa dan ketersediaan kebutuhan
pangan saja sudah sangat melelahkan.

24
Ibid, hal. 47

18
Bagi rakyat Indonesia, sebaliknya, rakyat terus melakukan de-operate
perusahaan milik Indonesia yang tidak harus bersaing dengan investor asing yang
dilindungi Belanda, banyak yang gulung tikar Hancurnya berbagai perusahaan
Indonesia dan berkurangnya lahan pertanian karena digunakan untuk kepentingan
onderneming dan perkebunan menyebabkan rakyat Indonesia menjadi sama miskinnya
dengan orang miskin. Tarilogi Van Deventer sebagai substansi politik pembalasan
Belanda terhadap rakyat Indonesia sama sekali tidak memuaskan rakyat. Onderneming
- onderneming memerintah di wilayah tersebut. Perbaikan irigasi hanya dilakukan di
area perkebunan dan pabrik yang menguntungkan Belanda. Selain itu, Belanda tidak
segan-segan menggunakan penguasa feodal dan aristakrat sebagai alat pemerasan
rakyat. Meskipun demikian, tidak semua bangsawan ingin digunakan. Banyak dari
mereka, seperti Pangeran Dipenogoro, Sultan Hasarnudin, dan Pangeran Antasari
benar-benar menolak" Realitas kemerosotan kehidupan sosial ekonomi dan
penderitaan umat Islam Indonesia terus berlanjut hingga akhir abad ke-19 Masehi.
Dalam perkembangan selanjutnya, perusahaan kerajinan batik yang berlokasi di
beberapa kota di Jawa pada akhir abad XIX mengalami penurunan akibat melimpahnya
barang-barang tekstil impor dari Eropa7" Memasuki abad ke-20 Masehi meskipun
masih dalam kekuasaan kolonial Belanda, keadaan ekonomi masyarakat sedikit
membaik. Semangat perdagangan yang mengiringi penyebaran Islam ke wilayah
Indonesia masih berlanjut dan tumbuh di awal abad ke-20.25

F. Perkembangan Ekonomi Syariah (2019-2022)

Indonesia merupakan negara dengan masyarakat terbanyak yang menganut agama


Islam atau bisa dikatakan sebagai negara muslim terbesar. Oleh karena itu, selain
adanya ekonomi konvensional yang banyak dikatakan sebagai ekonomi positif yang
telah tersebar luas, lembaga pengelola uang seperti bank konvensional di Indonesia
juga memiliki ekonomi syariah atau bisa juga disebut ekonomi syariah. Ekonomi
syariah sendiri dapat dikatakan sebagai ekonomi normatif dimana para pelaku ekonomi

25
Ibid, hal. 48

19
menjalankan prinsip-prinsip ekonomi berdasarkan dan memiliki norma-norma yang
terdapat dalam Al-Qur'an dan juga Sunnah.26

Pada periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowidodo, Badan Perencanaan


Pembangunan Nasional telah merancang "Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia
2019-2024" yang merupakan rencana induk dalam pengembangan ekonomi syariah
dalam merespon persaingan pasar global. Berfokus pada pengembangan sektor riil
ekonomi syariah atau industri halal. Hal ini dilakukan dengan upaya pengembangan
keuangan ekonomi syariah yang mendukung pembangunan ekonomi nasional. Nilai
halal adalah strategi utama dalam industri halal, seperti: industri makanan dan
bavarage, dan pertanian halal; Busana busana muslim, farmasi, pariwisata, media dan
rekreasi (BAPPENAS). Oleh karena itu, tidak heran jika Sandiaga Uno selaku
pemegang Kemenparekraf dan Erick Tohir selaku Menteri BUMN rajin
mempromosikan UMKM dan hal-hal ekonomi melalui media sosial. Terlebih lagi saat
ini tidak sedikt paea pesohor tanah air yang ikut andil dalam pengembangan industry
halal yang pasarnya bukan nasioanl, melainkan global.

Pada tahun 2020, pandemic Covid-19 salah satunya pada pelemahan perekonomian
global dan nasional, termasuk ekonomi syariah. Fenomena ini menyebabkan
peningkatan pengangguran dan memperlebar ketimpangan di berbagai daerah. Dikutip
dari berbagai sumber terkait ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah tetap
tangguh dibandingkan sektor lainnya. Lebih lanjut, dikutip dari alamisharia.co.id
sepanjang tahun 2021, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah berkembang
pesat. Salah satunya dari sektor perbankan, hal ini tidak terlepas dari dorongan
pemerintah Indonesia yang melihat peluang dari masyarakatnya yang mayoritas
muslim dan terbitnya regulasi jaminan produk halal terhadap perkembangan industri
halal Indonesia. Dalam pemeringkatan ekonomi syariah industri halal di Asia
Tenggara, Indonesia berada di posisi kedua di bawah Malaysia. Dilihat dari hal
tersebut, diperlukan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan, khususnya

26
Wirdatul Hasanah Siregar (2020), Respon dan Kebangkitan Ekonomi Keuangan Syariah dalam
Menghadapi Wabah Covid-19, Jurnal Artikel Ilmiah, hal. 4

20
generasi muslim, untuk mewujudkan pengembangan ekonomi syariah industri halal di
Indonesia.

Sektor keuangan berbasis syariah di Indonesia juga mengalami dampak penting.


Terutama terjadi pada bank syariah yang mengalami banyak risiko seperti risiko dalam
operasional, pembiayaan hingga kredit macet. Akibatnya, investasi di bank syariah
juga mengalami pelemahan yang ditandai dengan penarikan saham oleh investor.
Apalagi di masa pandemi ini, nilai tukar rupiah mengalami penurunan, yang juga
menjadi alasan keterlambatan pembayaran Fintech Syariah hingga 80 persen.27

G. Manfaat Ekonomi Syariah

a) Mewujudkan keutuhan kaffah mustim, sehingga Islam tidak lagi memihak. Jika
ada umat Islam yang masih berkutat dan mengamalkan ekonomi konvensional
yang mengandung unsur riba, berarti keislamannya belum kafah, dan ajaran
ekonomi Islam diabaikan;
b) Melaksanakan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui barnksyariah, asuransi
syariah, reksa dana syariah, gadai syariah pcgadaian dan atau BaitalMaal wat
Tanrwl (selanjutnya dischut BMT), memperoleh manfaat di dunia—dan di akhirat.
Keuntungan dunia dari bagi hasil dan keuntungan akhirat adalah pembebasan dari
unsur riba yang terlarang. Selain itu, seorang Muslim yang mempraktikkan
ckonomi syariah, mendapat imbalan, karena mencontohkan ajaran Islam dan
meninggalkan kegiatan riba;
c) Praktik ekonominya berdasarkan syariah Islam layak dipuja, karena ia telah
mengamalkan syariah Allah SWT;
d) Mengamalkan ekonomi syariah melalui bank syariah, asuransi yariah dan atau
BMT, berarti mendukung kemajuan lembaga-lembaga ekonomi umat Islam itu
sendiri;
e) Mempraktikkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau
menjadi nasabah asuransi syariah, berarti mendukung upaya pemberdayaan

27
Wirdatul Hasanah Siregar, Op. Cit, hal. 7

21
ekonomi umat Islam itu sendiri, karena dana yang terkumpul dalam keuangan
syariah dapat digunakan oleh umat Islam sendiri untuk mengembangkan usaha
umat Islam,
f) Mengamalkan ekonomi Syania berarti mendukung gerakan Amar Ma'ruf Nahi
Munkar karena dana yang terkumpul hanya dapat digunakan untuk usaha atau
proyek halal. Bank syariah tidak akan mau membiayai usaha haram, seperti pabrik
minuman keras, usaha perjudian, usaha narkoba, hotel yang digunakan untuk
kekerasan atau tempat hiburan bernuansa munkar, seperti diskotik, dan
sebagainya.28

H. Studi Kasus Persepsi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah

Melalui potensi pengembangan yang dimiliki perbankan syariah cukup signifikan


mengingat sebagian besar masyarakat di Indonesia adalah Muslim. Namun di sisi lain,
potensi dan peran perbankan syariah tidak sesuai dengan tingkat pangsa pasar yang
terdapat di sBank syariah dibandingkan dengan bank konvensional.

Berkat upaya para ahli Islam, perbankan syariah telah menjadi fenomena baru
dalam dunia perekonomian modern. Mendukung eksistensi perekonomian syariah di
nusantara dan mampu berkembang serta diakui mampu berinovasi dan memperbaiki
sistem perekonomian tradisional yang berbasis keuntungan. Bank syariah yang
menerapkan sistem operasionalnya tidak dikenakan bunga, karena bunga bank dalam
islam haram karena bank syariah diartikan sebagai bank yang menjalankan usahanya
sesuai atau berdasarkan prinsip syariat Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist
sebagai pedomannya. landasan hukum bagi kegiatan usahanya.

Kurangnya minat masyarakat terhadap bank syariah dapat disebabkan oleh


beberapa faktor, yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap

28
Drs.M.Nur Yasin, Op. Cit, hal 31.

22
bank syariah yang dimiliki sehingga menyebabkan adanya kesalahan atau perilaku
yang tidak tepat terhadap bank syariah tersebut.29

1. Tujuan Bank Syariah


Sepanjang sejarah bank yang ada (bank konvensional) diyakini gagal menjalankan
fungsi utamanya yaitu membangun jembatan antara pemilik modal atau kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana, oleh karena itu bank syariah didirikan dengan
tujuan sebagai berikut:

a. Memberikan bimbingan dalam beraktivitas ekonomi bagi orang-orang yang


beriman kepada Islam agar terhindar dari praktik riba.
b. Diupayakan agar umat Islam tidak bergantung pada bank-bank non-Islam
(konvensional) sehingga umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, oleh karena
itu, pengembangan perbankan syariah memerlukan inovasi.
c. Mempromosikan usaha dan kegiatan ke arah perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah dalam istilah Islam.
d. Menghindari sistem bunga yang digunakan bank tradisional
e. Memberikan nasehat kepada masyarakat agar mereka dapat berpikir dan berbisnis
secara ekonomis, sehingga meningkatkan kualitas hidupnya dan menuju pada
kesejahteraan.30

2. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Masyarakat Terhadap Bank


Syariah:
Faktor pertama, kebutuhan akan pengetahuan. Sebagian masyarakat setempat
menjelaskan bahwa ilmu sangat berpengaruh karena pengetahuan ini, upaya
pemahaman manusia untuk mengetahui dapat disusun menjadi suatu sistem realitas
dalam suatu pemahaman yang terstruktur, mulai dari bagian-bagian dan hukum-hukum
tentang masalah-masalah yang diteliti antara lain alam, manusia, dan agama) upaya-

29
Irmawati, dkk. Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah (Studi Kasus Herlang). Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam, akses: http://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.php/aujpsi. Hal. 2
30
Ibid, hal. 3-4

23
upaya yang dapat dicapai oleh pemikiran manusia yaitu koherensi indera-indera yang
kebenarannya diuji berdasarkan metode empiris, penelitian dan eksperimen.

Faktor kedua, dari pengalaman. Yang dapat memberikan pengaruh pada seseorang
untuk memahami dunianya. Melalui pengalaman seseorang dapat berpikir ini dapat
digunakan untuk menemukan kebenaran.

Faktor ketiga, faktor ekonomi dimana faktor ini dapat mempengaruhi minimnya
tingkat pemahaman masyarakat, karena faktor inilah perlunya inovasi terhadap
masyarakat, sehingga masyarakat mampu memahami keadaan perekonomian di
masyarakat melalui tahapan pendidikan tinggi agar dapat menerima pengetahuan dan
informasi yang meluas dan dapat melindungi masyarakat yang membutuhkan. Status
Ekonomi seseorang menjadi penentu tersedianya fasilitas yang diperlukan dalam
rangka melengkapi kebutuhan kegiatan tertentu.

Faktor keempat, melalui faktor sosial dan lingkungan. Dalam kehidupan


bermasyarakat memiliki tatanan dan strata sosial. Strata Sosial adalah bagian
masyarakat yang relatif permanen dan terstruktur yang anggotanya memiliki nilai,
minat, dan perilaku yang sama. Menjadi rujukan seseorang yang terdiri dari semua
kelompok agar memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku orang tersebutfaktor kelima, melalui informasi.31

31
Ibid, hal. 7

24
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, ekonomi syariah adalah ilmu sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang dipahami oleh nilai-
nilai Islam. Ekonomi Islam atau sistem ekonomi koperasi berbeda dengan kapitalisme,
sosialisme, dan negara kesejahteraan. Ini berbeda dari kapitalisme karena Islam
menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja miskin, dan melarang
akumulasi kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kacamata Islam merupakan tuntutan
hidup sekaligus dorongan yang memiliki dimensi ibadah.

Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi biasa, yaitu
sistem ekonomi Islam dalam memperoleh keuntungan, sistem ini menggunakan sistem
bagi hasil berbeda dengan sistem ekonomi liberal dan sosial yang cenderung
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa memandang aspek konsumennya.

Dengan melihat mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam, maka


pemerintah patut mempertimbangkan untuk menerapkan sistem ekonomi syariah,
untuk memperbaiki perekonomian yang dilanda berbagai permasalahan seperti
sekarang ini. Diperlukan strategi yang baik untuk mengatasi hambatan dalam
penerapan ekonomi syariah di Indonesia.

Bank syariah berbeda secara signifikan dengan bank konvensional dalam hal sistem
dan produk yang ditawarkan. Jika bank konvensional mencari keuntungan melalui
sistem berbasis bunga, maka bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam
yang mengutamakan peningkatan keharmonisan sosial dan gotong royong. Bisnis
utama bank syariah adalah memberikan kredit dan jasa dalam peredaran pembayaran,
dengan keuntungan yang diambil dari transaksi yang dilakukan. Secara keseluruhan,
bank syariah mengutamakan kesejahteraan hidup dibandingkan keuntungan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aravik, H., & Zamzam , F. (2020). Filsafat Ekonomi Islam: Ikhtiar Memahami Nilai
Esensi Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Batubara, Z. (n.d.). Ekonomi Syariah sebagai Fondasi Ekonomi Kerakyatan untuk
Mencapai Indonesia yang Sejahtera. Jurnal Ekonomi Syariah.
Irwan. M. (2018). Politik Hukum Ekonomi Syariah dalam Perkembangan Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia. Jurnal Media Hukum, 10-21.
Irmawati, Nufikasira. H (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
(Studi Kasus Herlang). Jurnal Pendidikan dan Studi Agama. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.
Muslimin. J. (n.d.). Filsafat Ekonomi Syariah. Komisi Yudisial RI.
Nasution, M. E. (2006). Ekonomi & Keuangan Islam : Menggali akar, Mengurai serat.
Tangerang: Kholam Publishing.
Nasution, M. E. (2006). Pengenalan Eklusif Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana
Perdana Media.
Santi, M. (2019). Perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Syariah, 47-46.
Siregar , W. H. (2020). Respon dan Kebangkitan Ekonomi Keuangan Syariah dalam
Menghadapi Wabah Covid-19. Jurnal Artikel Ilmiah.
Yasin. Nur. (2009). Hukum Ekonomi Islam. Malang: UIN Malang Press.
Zaini, A. A., & Zawawi, A. (2019). Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi,
Epistimologi, dan Aksiologi. Jurnal Ummul Qur'an, 49-60.

Anda mungkin juga menyukai