Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP DASAR KEUANGAN SYARI’AH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah


Dosen Pengampu : Nunung Uswatun Habibah, S.E., M.E.Sy.

Disusun Oleh :

Rifa Rihadatulaisy Sa’diyyah 20201018


Nana Rusdiana 20211014
Sri Siti Julaeha 20211010

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL – MA’ARIF CIAMIS
2023 M/1444 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta,
manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya. Karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Prinsip-Prinsip Dasar Keuangan Syari’ah”. Maksud dan tujuan
dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan Syariah.
Penyusun menyadari bahwasannya seorang manusia tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza Wa Jalla,
sehingga dalam penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif akan senantiasa dinanti dalam upaya evaluasi diri.
Harapannya, bahwa dibalik ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini bisa
ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penyusun
dan pembaca. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Ciamis, Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah
..................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah
...................................................................... 2
BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR KEUANGAN SYARI’AH
2.1. Pengertian Manajemen Keuangan Syaria …............................ 3
2.2 Prinsip Dasar Keuangan Syariah ............................................... 3
2.3 Fungsi Manajemen Keuangan Syariah ………………………... 7
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................. 9
3.2. Saran ................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keuangan syariah merupakan salah satu sistem manajemen keuangan yang
diterapkan dengan mengacu pada prinsip Islam dan dasar hukum Islam sebagai
pedomannya. Hal ini tidak hanya berlaku pada sistemnya saja, tetapi juga berlaku bagi
para lembaga penyelenggara keuangan serta produk-produk yang ditawarkannya.

Secara khusus, tujuan manajemen ini tidak berbeda dengan manajemen


keuangan konvensional pada umumnya, manajemen ini berfungsi untuk mengalihkan
dana tersimpan yang bersumber dari nasabah kepada pengguna dana. Akan tetapi,
penetapan bunga yang ada dalam keuangan syariah disebut bagi hasil baik untuk
pinjaman maupun tabungan. Bagi hasil tersebut tentunya akan berdasarkan pada hukum
Islam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas, maka identifikasi
masalah atau sumber permasalahan yang akan diteliti yaitu :
1. Apa itu Keuangan Syariah ?
2. Apa saja prinsip dasar keuangan syariah ?
3. Apa saja fungsi manajemen keuangan syariah ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan makalah ini merupakan sasaran atau jawaban yang ingin dicapai
oleh penulis. Oleh karena itu, tujuan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa itu keuangan syariah .
2. Mengetahui apa saja yang menjadi prinsip dasar keuangan syariah.
3. Mengetahui apa saj afungsi dari manajemen keuangan syariah.

1
BAB II

PRINSIP-PRINSIP DASAR KEUANGAN SYARI’AH

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Syari’ah


Manajemen keuangan syari’ah bisa diartikan sebagai manajemen terhadap
fungsi-fungsi keuangan dengan bingkai syariah Islam yang berkaitan dengan
masalah keuangan perusahaan. Manajemen dikatakan telah memenuhi syari’ah
apabila: 1) Mementingkan perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan; 2) Mementingkan adanya struktur organisasi; serta 3) Membahas soal
sistem. Sistem ini disusun agar perilaku di dalamnya berjalan dengan baik.
Secara khusus, tujuan manajemen ini tidak berbeda dengan manajemen
keuangan konvensional pada umumnya, manajemen ini berfungsi untuk
mengalihkan dana tersimpan yang bersumber dari nasabah kepada pengguna dana.
Akan tetapi, penetapan bunga yang ada dalam keuangan syariah disebut bagi hasil
baik untuk pinjaman maupun tabungan. Bagi hasil tersebut tentunya akan
berdasarkan pada hukum Islam.

2.2 Prinsip Dasar Keuangan Syariah

Prinsip Dasar Keuangan Syariah


Islam adalah suatu dien yang praktis ,mengajarkan segala yang baik dan
bermanfaat bagi manusia. Islam adalah agama fitrah, yang sesusai dengan sifat dasar
manusia (human nature). Prinsip-prinsip dasar keuangan syariah  mencakup 5 hal
yaitu:
1. Ibadah 
Islam adalah  suatu  agama yang  mengajarkan segala sesuatu  yang baik dan
bermanfaat bagi  manusia. System keuangan  dan perbankan  islam merupakan  bagian
dari konsep yang lebih luas  tentang ekonomi islam  dimana tujuannya  adalah
memberlakukan system nilai dan etika islam  kedalam lingkungan ekonomi,
kemampuan lembaga  keuangan  islam menarik investor dengan sukses  bukan hanya
tergantung  pada tingkat kemampuan  lembaga itu  menghasilkan  keuntungan , tetapi

2
juga pada  persepsi bahwa lembaga tersebut  secara sungguh-sungguh  memperhatikan
batas–batas  yang digariskan oleh islam. Islam  berbeda  dari agama-agama  lainnya,
dalam hal ini ia dilandasi oleh  iman dan ibadah.  atau bisa dikatakan bahwa  transaksi
ekonomi yang dilakukan oleh orang islam dan  dilandasi oleh syariat islam  akan
bernilai ibadah di hadapan Allah swt. 

2. Keadilan
Prioritas  utama dalam  ajaran islam  mengenai perekonomian  adalah
terciptanya keadilan  dan kesetaraan yang  nyata. Pengertian  keadilan  dan kesetaraan,
dari produksi hingga distribusi,  tertanam dalam  system ini. Keadilan  social dalam
islam   terdiri dari penciptaan  dan oenyediaan  kesempatan serta  penghapusan
hambatan   yang sama bagi semua anggota  masyarakat.  Hukum keadilan juga  dapat
diartikan  bahwa semua anggota  masyarakat  memiliki status hukum , perlindungan
hukum, dan  kesempatan hukum yang sama.  Pengertian keadilan ekonomi  dan konsep
distribusi  keadilan yang menyertainya  adalah karakteristik dari system perekonomian
islam: aturan yang  mengatur perlakuan ekonomi  baik diizinkan  maupun dilarang  bagi
konsumen, produsen, dan pemerintah, serta hal-hal  yang menyangkut hak milik,
produksi, dan  distribusi kekayaan berdasarkan  konsep keadilan  social islam.  Untuk
menjamin  adanya keadilan,  system syariat menyediakan  sebuah jaringan aturan etika
dan moral  untuk semuanya  yang berpartisipasi  dalam pasar dan mengharuskan
norma-norma saturan-aturan tersebut dipahami dan ditaati  oleh semua.  Prinsip
keadilan terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 42:

‫ت َف ِانْ َج ۤاء ُْو َك َفاحْ ُك ْم‬ ِ ۗ ْ‫ب اَ ٰ ّكلُ ْو َن لِلسُّح‬


ِ ‫َس ٰ ّمع ُْو َن لِ ْل َك ِذ‬
ْ‫َب ْي َن ُه ْم اَ ْو اَعْ ِرضْ َع ْن ُه ْم َۚو ِانْ ُتعْ ِرضْ َع ْن ُه ْم َف َلن‬
َّ‫ت َفاحْ ُك ْم َب ْي َن ُه ْم ِب ْال ِقسْ ۗ ِط اِن‬*َ ْ‫َّيضُرُّ ْو َك َش ْيـًٔا ۗ َو ِانْ َح َكم‬
‫هّٰللا َ ُيحِبُّ ْال ُم ْق ِس ِطي َْن‬
Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak memakan (makanan) yang
haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad untuk meminta
putusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari mereka, dan jika
engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun.

3
Tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka), maka putuskanlah dengan adil.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.

3. Maslahah
Maslahah  menurut bahasa berarti  manfaat, segala sesuatu yang dianggap
maslahat  itu haruslah  berupa maslahat yang hakiki  yaitu yang benar-benar  akan
mendatangkan   kemanfaatan  atau menolak  kemudharatan,  bukan berupa dugaan  
belaka dengan  hanya memprtimbangkan  adanya kemanfaatan  tanpa melihat  kepada
akibat  negatif  yang ditimbulkannya.  Dalam ekonomi maslahah biasanya menyangkut
tentang bagaimana  penggunaan dari uang yang digunakan untuk transaksi  yang
seharusnya memprioritaskan  kebutuhan umat  dari pada kepentingan umat. Tidak
hanya itu tapi juga kehalalan toyiban juga harus jadi prioritas untuk umat islam yang
melakukan transaksi  yang sesuai dengan syariat islam, kehalalan toyiban ini
menyangkut dari bagaimana cara memperoleh uang itu sendiri dan memanfaatkannya. 

4. Tidak boleh adanya riba


Istilah riba pertama kali  diketahui berdasarkan  wahyu  yang diturunkan
padamasa awal  risalah  kenabian  Muhammad  di makkah, kemungkinan  besar pada
tahun ke IV atau V hijriah  (614/615 M),  praktek riba pada masa pra islam meliputi
segala  bentuk  tambahan (peningkatan) jumlah hutang  yang menjadi tanggungan
debitur apabila  tidak dapat mngembalikan hutangnya sesuai  dengan waktu  yang
ditentukan. Dalam  agama islam larangan bunga atau larangan riba  secara harfiah
berarti “kelebihan” dan ditafsirkan  sebagai “peningkatan modal yang tidak  bisa
dibenarkan  dalam pinjaman maupun  penjualan” ini adalah ajaran pokok dari system
keuangan syariah. Atau lebih tepatnya, semua tingkat  pengembalian positif  dan telah
ditetapkan sebelumnya yang terkait dengan jangka  waktu dan jumlah  pokok
pinjaman(yaitu yang dijamin  tanpa memedulikan  kinerja dari investasi  tersebut)
dianggap  sebagai riba  dan dilarang.

4
Hukum islam mendorong  penerimaan  keuntungan  tetapi melarang  pengenaan
bunga karena keuntungan  ditentukan  setelah  kegiatan  yang melambangkan
kesuksesan  kewirausahaan  dan penciptaan  tambahan kekayaan,  dimana  bunga
ditentukan  sebelum kegiatan sebagai biaya  yang diakui  apapun  hasil dari  operasi
bisnis  yang dilakukan  dan mungkin saja  tidak memberikan kekayaan.  

5. Tidak boleh  adanya gharar


Setelah  riba, ambiguitas  kontrak merupakan  unsure penting  dalamkontrak
keuangan.  Dalam istilah sederhananya adalah gharar yang mengacu pada ketidak
pastian  yang diciptakan  oleh kurangnya  informasi atau control dalam kotrak. Hal ini
dapat dianggap  sebagai ketidak pedulian  mengenai  suatu unsur penting  dalam
sebuah transaksi, seperti  harga jual  yang  pasti  atau  kemampuan  penjual untuk
memberikan  apa yang  telah dijual.
Adanya ambiguitas membuat kontrak  batal dan tidak berlaku. Gharar  dapat
didefinisikan  sebagai   sebuah  situasi dimana salah satu pihak  yang terikat  kontrak
memiliki informasi  mengenai  beberapa  unsur  dari subjek kontrak  yang tidak
diberikan  kepada  pihak  lain atau  dalam  hal kedua  pihak  tidak  memiliki control
atas subjek  dari  kontrak tersebut.  Dengan mengingat  pengertian keadilan dalam
semua  transaksi  komersial islam, syariat menganggap  semua  ketidak pastian  tentang
jumlah, kualitas, pemulihan, atau keberadaan subjek kontrak  sebagai bukti adanya
gharar.
Namun,  syariat   mengizinkan  para ahli hukum  untuk  menentukan tingkat
gharar dalam suatu transaksi  dan bergantung  pada keadaan,  apakah hal  tersebut
membatalkan  kontrak atau tidak. Dengan melarang gharar, syariat  melarang bannyak
kontrak  yang dilakukan  pada masa pra islam,  mengingat kontrak-kontrak tersebut
terkait  dengan  ketidak pastian  yang berlebihan  atau kegelapan  pada salah satu pihak
yang terlibat kontrak.  Dalam banyak  kasus,   gharar  dapat dihilangkan  hanya dengan
menyatakan  objek  penjualan  dan harganya. Sebuah kontrak yang terdokumentasi
dengan baik  juga menghilangkan  ambiguitas. Mengingat gharar  adalah ketidak
pastian  yang berlebihan, kita dapat  menyamakannya dengan unsur resiko.  Beberapa
berpendapat  bahwa larangan  gharar adalah  salah satu cara  untuk mengelola resiko
dalam islam  karena transaksi  bisnis  berdasarkan  pembagian  laba dan rugi  yang
mendorong  pihak-pihak yang terlibat  untuk melekukan  due diligence sebelum sepakat
dalam sebuah kontrak.

5
Larangan gharar  memaksas berbagai pihak  untuk menghindari   kontrak
dengan  tingkat asimetri  informasi  yang tinggi  dan tingkat pembayaran  ekstrem; juga
membuat pihak-pihak  yang terlibat untuk  lebih bertanggung jawab dan accountable.
Memperlakukan  gharar  sebagai resiko  dapat menghalangi  transaksi   perdagangan
instrument derivative yang dirancang  untuk mengalihkan  resiko dari suatu pihak   ke
pihak lain. Area lain dimana larangan  gharar  menimbulkan  perhatian  adalah
transaksi  keuangan  kontemporer  dibidang asuransi. Beberapa berpendapat  bahwa
kontrak  asuaransi  menyangkut nyawa seseorang  termsuk dalam  definisi gharar dan
membatalkan  kontrak. Maslah ini masih dalam  tinjauan dan belum terpecahkan
sepenuhnya. 
Dalam ekonomi islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai
pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya
seefisien dan seoptimal mungkin di dunia, yaitu untuk diri sendiri dan orang lain,
namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan tersebut akan dipertanggung jawabkan di
akhirat nanti. pernyataan tentang sistim perekonomian :
1. Prioritas utama dari ajaran islam mengenai perekonomian adalah keadilan
dan kesetaraan.
2. Paradikma islam menggabungkan spiritual dan kerangka moral .
3. Sistem syariah menciptakan hubungan yang seimbangan antara individu dan
masyarakat.
4. Pengakuan dan perlindungan hak-hak milik semua anggota masyarakat
marupakan dasar dari suatu masyarakat yang berorientasi pada pengaku
kepentingan, menjaga hak-hak mereka dan meningkatkan tanggung jawab
mereka.
Kerangka dasar sisitem keuangan syariah adalah seperangkat aturan dan hukum,
yang secara bersama-sama disebut sebagai syariat, mengatur aspek ekonomi , sosial,
politik, dan budaya masyarakat islam. syariat berasal dari aturan-aturan yang ditetapkan
oleh Al-Quran dan penjelasan serta tindakan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
(lebih dikenal dengan sunah)prinsip-prinsip dasar dari sistem keuangan syariah

2.3 Fungsi Manajemen Keuangan Syari’ah

6
Fungsi manajemen keuangan syariah adalah berkaitan dengan keputusan
keuangan yang meliputi tiga fungsi utama, yaitu: keputusan infestasi, keputusan
pendanaan dan keputusan bagi hasil atau deviden. Masing-masing keputusan harus
berorientasi kepada pencapaian tujuan perusahaan. Dengan tercapainya tujuan
perusahaan tersebut akan mendongkrak optimalnya nilai perusahaan.
Nilai perusahaan akan terlihat pada tingginya harga saham perusahaan
sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan semakin bertambah. Dalam
konteks syariah jika para pemegang saham mencapai kemakmurannya, maka
semakin besar zakat yang dikeluarkan/dibayarkan oleh para pemegang
saham tersebut

a. Keputusan investasi
Keputusan investasi berhubungan dengan masalah bagaimana manajer
keuangan mengalokasikan dana salam bentuk investasi yang akan mendatangkan
keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk dan komposissi investasi akan
mempengaruhi dan menjunjung tingkat keuntungan masa depan.

b. Keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan adalah keputusan yang berkaitang dengan bagaimana
perusahaan mendapatkan dana atau modal. Oleh karena itu keputusan pendanaan
sering disebut kebijakan struktur modal. Dalam hal ini manajer keuangan di tuntut
untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana yang
ekonomis bagi perusahaan. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu membiayai
kebutuhan investasi dan kegiatan usahanya.

c. Keputusan bagi hasil atau deviden

Bagi hasil atau deviden adalah proxi besar-kecilnya kemakmuran investor dalam
menanamkan dannya dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, bagi hasil dan deviden
merupakan bagian yang sangat diharapkan oleh para investor dan pemegang saham.
Keputusan ini merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan:
1) Besarnya presentase laba yang dibagi-hasilkan kepada para investor dan
pemegang saham dalam bentuk chas
2) Stabilitas bagi hasil dan deviden yang dibagikan

7
3) Deviden saham
4) Pemecahan saham (stock split)
5) Penarikan kembali saham yang beredar

Hal ini semua dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham.

d. Keputusan zakat perusahaan


Zakat adalah ajaran agama yang berkaitan dengan keberhasilan seseorang di
dunia dan akhirat. Besarnya zakat yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut telah berhasil dalam bisnisnya. Sebab, zakat perusahaan
adalah pengeluaran perusahaan berdasarkan nishab dan haul. Nishab menunjukkan
besarnya harta yang wajib dizakati. Haul berkaitan dengan batas waktu suatu harta
dapat dizakati

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keuangan syariah merupakan salah satu sistem manajemen keuangan yang
diterapkan dengan mengacu pada prinsip Islam dan dasar hukum Islam sebagai
pedomannya. Hal ini tidak hanya berlaku pada sistemnya saja, tetapi juga berlaku
bagi para lembaga penyelenggara keuangan serta produk-produk yang
ditawarkannya.
Secara khusus, tujuan manajemen ini tidak berbeda dengan manajemen
keuangan konvensional pada umumnya, manajemen ini berfungsi untuk
mengalihkan dana tersimpan yang bersumber dari nasabah kepada pengguna dana.
Akan tetapi, penetapan bunga yang ada dalam keuangan syariah disebut bagi hasil
baik untuk pinjaman maupun tabungan. Bagi hasil tersebut tentunya akan
berdasarkan pada hukum Islam.
3.1. Saran
Diharapkan saran-saran yang telah dijelaskan pada pointpoint diatas dapat
diterima dengan baik dan menjadi masukan positif bagi pihak terkait untuk
memperbaiki diri dimasa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifin ,Zainul, Dasar-dasar manajemen bank syariah, Jakarta , Azkia Publisher,


April 2009.
Arifin zainul. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Tangerang :Azkia
Publisher
Fahmi, Irham, Bank & Lembaga Keuangan Lainya teori dan aplikasi, Bandung,
Alfabeta,CV 2004.
Greuning, Hennie Van dan Zamir Iqbal, Analisis Resiko Perbankan Syariah,
Jakarta, Salemba Empat, 2011.
Rivai dan Andria, islamic financial manajemen, teori, konsep dan aplikasi
panduan praktis untuk lembaga keuangan,nasabah, praktisi dan mahasiswa,
(Jakarta: rajawali press,2008)

Saeed Abdullah. 2008. Bank Islam Dan Bunga. Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah,Yogyakarta, Graha Ilmu, Ruko
Jmbusari no 7A,2012.
Van Greuning Hannie,Iqbal Zamir. 2011.  Analisis Resiko Perbankan Syariah.
Jakarta :Salemba            Empat

10

Anda mungkin juga menyukai