Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Dewan Pengawas Syariah


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu:
Dr. Syafrudin Arif Marah Manunggal, M.S.I

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Galih Prasetya (1860406222056)
2. Dewi Syahira (1860406222060)
3. Renita Syilviana (1860406222069)

KELAS 3C

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

AGUSTUS 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Selawat
serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN SATU Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN SATU Tulungagung.
3. Bapak Muhammad Aswad, S.Ag., M.A., selaku Ketua Jurusan Bisnis dan
Manajemen UIN SATU Tulungagung.
4. Ibu Hj. Amalia Nuril Hidayati, S.E., M.Sy., selaku Koorprodi Manajemen
Keuangan Syariah UIN SATU Tulungagung
5. Bapak Dr. Syafrudin Arif Marah Manunggal, M.S.I. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Lembaga Keuangan S yang telah memberikan pengarahan dalam
penulisan makalah ini.
6. Teman-teman yang membantu hingga terselesainya penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku
penulis.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca yang berguna
untuk memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Tulungagung, 30 Agustus 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Dewan Pengawas Syariah..................................................


B. Penting Keberadaan DPS......................................................................
C. Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah......................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan ekonomi Indonesia dipengaruhi munculnya
lembaga keuangan baik syari'ah maupun non syariah. Lembaga-lembaga
keuangan tersebut muncul sebagai mediator antara pemodal dan pengusaha.
Namun sayang, praktek kerja lembaga-lembaga keuangan tersebut tidak
menjalankan prinsip-prinsip syari'ah Islam. Dimana banyak sekali praktek-
praktek riba mereka jalankan demi mengeruk keuntungan sebanyak-
banyaknya tanpa menghiraukan keberhasilan usaha orang lain bahkan tidak
takut dengan ancaman Allah SWT
Lembaga keuangan terutama bank syariah memiliki sejumlah keunikan
pada hubungan antara nasabah deposan dengan bank syariah, Pertama,
nasabah bank syariah berkeinginan agar seluruh penerimaan yang diperoleh
dari bank syariah adalah halalan toyyibah. Keunikan berikutnya, sebagai
konsekuensi sistem bagi hasil, nasabah deposan bersedia untuk menerima
return yang bersifat variabel berdasarkan realisasi laba rugi bank di masa
datang dan nasabah dimungkinkan pula menanggung risiko kerugian.
Kedua keunikan inlah yang kemudian membedakan sistem pengelolaan
bank syariah dengan bank konvensional Pada bank konvensional. sistem
pengelolaan yang baik dapat dikembangkan dengan memperjelas fungsi,
kewenangan dan pola hubungan antara pemegang saham (dewan komisaris)
dan pengurus bank1. Sedangkan pada perbankan syariah, agar semua
kepentingan para pihak dapat terpenuhi dengan baik, struktur pengelolaan dan
pengawasan akan melibatkan empat pihak, yaitu: pemegang saham (dewan
komisaris), pengurus bank, Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan/atau Dewan
Syariah Nasional (DSN), serta nasabah deposan.
Masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda. Karena itu
suatu sistem pengelolaan bank syariah yang baik, mempersyaratkan adanya
pengaturan yang jelas tentang batasan hak, kewenangan dan kewajiban dari

1
Siti Aminah, “ Dewan Pengawas Syariah” dalam https: //www.academia.edu., diakses pada 30
Agustus 2023

4
setiap unsur tersebut, untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan.
Selain itu juga, agar tidak terjadi dominasi kepentingan salah satu pihak
dengan mengabaikan kepentingan pihak lain serta pencapaian tujuan
perusahaan yang hanya mengakomodasi beberapa pihak dan mengabaikan
kepentingan pihak lainnya.
Oleh karena itu, dalam makalah berikut akan dibahas mengenai
Pengertian Dewan Pengawas syariah, penjelasan dari Pentingnya Keberadaan
Dewan Pengawas Syariah, dan Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Pengertian Dewan Pengawas Syariah?


b. Bagaimana Peran Penting Keberadaan Dewan Pengawas Syariah?
c. Bagaimana Mekanisme Kerja Dari Dewan Pengawas Syariah?

C. Tujuan Masalah

d. Untuk mengetahui tentang Dewan Pengawas syariah.


e. Untuk mengetahui apa saja peran penting dari Dewan Pengawas
Syariah.
f. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari Dewan Pengawas Syariah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian DPS (Dewan Pengawas Syariah)

Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Lembaga Keuangan Islam merupakan pihak


yang bertanggung jawab dalam pengawasan prinsip-prinsip syariah. Oleh
karenanya, anggota dewan dituntut untuk menguasai ilmu fiqh muamalah, keuangan
dan ekonomi. Tapi dalam prakteknya, sangat sulit mendapatkan orang-orang yang
benar-benar menguasai dua bidang ilmiah tersebut. Untuk mengatasi masalah ini,
maka anggota DPS harus mendapatkan pendidikan khusus untuk mendukung
profesi, profesional dan bekerja penuh waktu (full-time), memiliki dan menjadi
anggota asosiasi profesional, memiliki komitmen untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan yang berkualitas, serta berani menegur Lembaga Keuangan Islam
manajer yang menyimpang dari ketentuan syariah. Dewan pengawas syariah
merupakan dewan pakar ekonomi dan ulama yang menguasai bidang fiqh
mu’amalah (Islamic commercial jurisprudence) yang berdiri sendiri dan bertugas
mengamati dan mengawasi operasional lembaga keuangan syariah dan semua
produk-produknya agar sesuai dengan ketentuanketentuan syariah. Perbedaan laian
antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional adalah
adanya kewajiban pemenuhan kepatuhan pada prinsip syariah. Setiap pelaksanaan
kegiatan usaha pada lembaga keuangan syariah wajib memenuhi kepatuhan pada
prinsip syariah yang terimplementasi dalam produk, jasa dan operasionalnya.
Kepatuhan pada prinsip syariah adalah suatu bentuk pelaksanaan akad dalam
perbankan syariah yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan, prinsip
syariah adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.
Pihak yang mengawasi penerapan prinsip-prinsip syariah pada lembaga
keuangan syariah adalah Dewan Pengawan Syariah (DPS) yang merupakan sebuah
lembaga internal dan independen. Ia berperan untuk mengawal dan memastikan
bahwa bank syariah dalam operasionalnya sesuai dengan prinsip syariah. DPS
mempunyai tugas yang sangat berat yaitu mengawasi dan tentunya menjamin bahwa

6
lembaga keuangan syari’ah yang diawasinya benar-benar berjalan di atas rel
syari’ah. Oleh karenai itu, DPS seharusnya beranggotakan orang-orang yang
menguasai ilmu fiqh muamalah, keuangan dan ekonomi agar mampu menajalankan
tugas tersebut. Akan tetapi, dalam kenyatannya sangat sulit untuk mendapatkan
orang yang betul-betul menguasai dua bidang keilmuan tersebut.
Peran DPS adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN.
Sedangkan, fungsi utamanya adalah pertama, sebagai penasehat dan pemberi saran
kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang syariah
mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah; dan kedua, sebagai mediator
antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan
saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN. Dalam menjalankan tugasnya Dewan
Pengawas Syariah dituntut untuk mengikuti fatwa-fatwa DSN, mengawasi kegiatan
usaha lembaga keuangan syari'ah agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip
syari'ah yang telah difatwakan oleh DSN dan melaporkan kegiatan usaha dan
perkembangan lembaga keuangan yang diawasinya secara rutin kepada DSN,
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun. Dengan demikian, DPS dalam
lembaga keuangan berkewajiban mengarahkan, mereview, dan mengawasi aktivitas
lembaga keuangan agar dapat diyakini bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip
syari’ah Islam, fatwa aturan DPS mengikat lembaga keuangan syariah tersebut.
Secara internal dan normatif, dalam rangka menjamin kesyari’ahan sebuah lembaga
keuangan syari’ah, sudah ada ketentuan bahwa setiap lembaga keuangan syari’ah
wajib mempunyai DPS.
Adapun Peran pokok DPS pada setiap lembaga keuangan syariah adalah:
1. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan
pimpinan kantor cabang lembaga keuangan syariah mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan aspek syariah.
2. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif, terutama dalam
pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan pengarahan/pengawasan atas
produk/jasa dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syari'ah.
3. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam

7
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari
lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN2
B. Pentingnya Keberadaan Dewan Pengawas Syariah

1. Peran Dewan Pengawas Syariah menurut Perundang-undangan


Pada UU No. 25 tentang Koperasi, tugas pengawas adalah melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan pengelolaan Koperasi dan membuat
laporan tertulis tentang hasil pengawasannya (Pasal 39 ayat (1)). Dalam rangka
melaksanakan tugasnya, pengawas memiliki kewenangan meneliti catatan yang
ada pada Koperasi dan mendapat segala keterangan yang diperlukan (Pasal 39
ayat (2))3.Pada Keputusan Menteri Koperasi & UKM No. 91 tahun 2004
menyebutkan tugas Dewan Pengurus Syariah melakukan pengawasan
pelaksanaan usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa Keuangan
Syariah berdasarkan prinsipprinsip syariah dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada pejabat (Pasal 32).4
Disinilah salah satu yang membedakan adanya bank konvensional dan
bank syariah,yaitu dalam perbankan syariah terdapat DSN dan DPS. Banyak dan
beragamnya DPS dimasing-masing lembaga keungan syariah adalah suatu hal
yang harus disyukuri dan diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan adanya
kemungkinan timbulnya fatwa yang berbeda dari masing-masing DPS dan hal
itu tidak mustahil akan membingungkan nasabah. Oleh karena itu, MUI sebagai
payung dari lembaga dan organisasi keislaman tanah air, menganggap perlu
dibentuknya satu dewan syariah yang bersifat nasional dan membawahi seluruh
lembaga keuangan syariah. Lembaga ini yang kemudian dikenal dengan Dewan
Syariah Nasional atau DSN. Fungsi utamaDSN adalah mengawasi produk-
produk lembaga keuangan syariah agar sesui dengan syariah Islam. Dengan
terwadahinya ulama dalam Dewan Syariah Nasional (DSN), ulama dapat
mengeluarkan fatwa-fatwanya guna pengembangan produk, perluasan jenis
transaksi dan hal-hal operasional lainnya yang bisa juga dilakukan oleh lembaga
2
Akhmad Faozan, “Optimalisasi Peran Dewan pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan
Syariah” dalam https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/eljizya/article/view/389,
3
Undang-undang No 25, tentang Koperasi pasal 39
4
Keputusan Menteri Koperasi & UKM No. 91 tahun 2004, tentang Tugas Dewan Pengawas
Syariah

8
keuangan syari‟ah lainnya seperti Pegadaian Syariah. DSN tidak hanya menjadi
pedoman bagi perbankan syariah tapi juga lembaga keuangan syariah lainnya.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya fatwa DSN harus dijadikan patokan.
Demikian halnya di Koperasi Syariah, DPS berfungsi memberikan fatwa
kehalalan suatu produk yang dikeluarkan Koperasi Syariah sekaligus mengawasi
jalannya produk tersebut sesuai dengan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional.
(DSN). Dewan Syariah Nasional (DSN) sendiri merupakan bagian dari MUI
yang membantu pihak terkait, seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia,
dan lainnya dalam menyusun peraturan/ketentuan untuk lembaga keuangan
syariah.5 Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang
yang terkait dengan muamalah syariah yang ditunjuk dan diangkat oleh MUI
dengan masa bakti sama dengan periode masa bakti pengurus MUI pusat 5
(lima) tahun. Produk fatwa DSN yang menjadi rujukan DPS di perbankan
syari‟ah selanjutnya mendapat penguatan dari Bank Indonesia (BI) berupa
dikeluarkannya peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 Tentang
Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dari prespektif regulasi,
perizinan, dan pengawasan menurut PBI ini, produk perbankan syari‟ah
dinyatakan sah apabila memenuhi ketentuan Bab II Pasal 2 yang menentukan
bahwa bank wajib melaporkan rencana produk baru kepada Bank Indonesia. Hal
yang sama belum menyeluruh dilaksanakan di lembaga keuangan syariah
lainnya.6 Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah
mengawasi jalannya operasional bank atau lembaga keuangan syariah sehari-
hari agar selalu sesuai dengan ketentuanketentuan syariah. Hal ini karena
transaksitransaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika dibanding
bank konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang
mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah
Nasional. Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala
(biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan
ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report)
bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan. Tugas lain Dewan Pengawas

5
Nurhisam Luqman, Kepatuhan Syari’ah dalam Industri Keuangan Syari’ah; Jurnal Hukum
No.1 Vol.23, 2016,
6
Abdullah Ma‟ruf, 211-212.

9
Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank atau
lembaga keuangan yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas
Syariah bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti
kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.7
2. Peran Dewan Pengawas Syariah dalam Pengembangan Ekonomi Syariah
Sejarah untuk mengenal ulama bukan semata-mata sebagai sosok
berilmu, melainkan juga sebagai penggerak dan motivator masyarakat. Kualitas
keilmuan para ulama telah mendorong mereka untuk aktif membimbing
masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Terumuskannya sistem
ekonomi Islam secara konseptual, termasuk sistem perbankan syariah adalah
buah kerja keras para ulama. Peran ulama melalui fatwa-fatwanya diperlukan
dalam melaksanakan prinsip-prinsip Islam di bidang ekonomi. Dalam kegiatan
ekonomi, khususnya di Lembaga Keuangan Syariah keberadaan Dewan
Pengawas Syariah adalah representasi dari peran ulama dalam mengawasi
pelaksanaan nilai-nilai syariah di masyarakat. Para ulama yang berkompeten
terhadap hukum syariah memiliki fungsi dan peran yang besar dalam
mengembangkan perbankan syariah. Sebagai komitmennya dibentuklah Dewan
Syariah Nasional ( DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Lembaga ini
dibentuk pada tahun 1999 secara resmi yang merupakan hasil rekomendasi
Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang sama. Lembaga ini
merupakan lembaga otonom di bawah MUI dipimpin oleh Ketua Umum MUI
dan Sekretaris.8 Dengan demikian, peran ulama yang berkompeten terhadap
hukum-hukum syariah memiliki peran yang besar dalam mengawasi lembaga
keuangan syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Lembaga Keuangan
Syariah adalah representasi dari peran ulama dalam penegakan nilai-nilai Islam
dan pengembangan di bidang ekonomi. Dalam pengembangan perbankan
syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya, DPS memiliki peran yang
stategis. Peran tersebut adalah : 1) Supervisor, yaitu melaksanakan fungsi dan
tugas pengawasan langsung kepatuhan syariah dan implementasi fatwa DSN
pada operasional LKS. Biasanya dilakukan setiap satu minggu sekali, setiap hari

7
Abdullah Ma‟ruf, Ibid., hal. 216
8
El Qori Dani, Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Terhadap BPD Daerah
Istimewa Yogyakarta; Jurnal Studi Keislaman, Volume 1, Nomor 1, September 2014, 276-279.

10
jumat. 2) Advisor, yaitu memberikan nasehat, inspirasi, pemikiran, saran serta
konsultasi untuk pengembangan produk dan jasa yang inovatif untuk persaingan
global. Biasanya dilakukan kunjungan face to face dengan staff nya untuk
mengevaluasi kinerjanya. 3) Marketer, yaitu menjadi mitra strategis untuk
peningkatan kuantitas dan kualitas industry LKS melalui komunikasi massa
untuk memberikan motivasi, penjelasan dan edukasi public sebagai penyiapan
SDM, sosialisasi, community dan networking building dan peranperan strategis
lainnya dalam bentuk hubungan kemasyarakatan (public relationship). Biasanya
disampaikan pada saat RAT. 4) Supporter, yaitu memberikan berbagai support
dan dukungan baik networking, pemikiran, motivasi, doa dan lain-lain untuk
pengembangan perbankan dan ekonomi syariah. 5) Player, yaitu sebagai pemain
dan pelaku ekonomi syariah baik sebagai pemilik, pengelola, nasabah
penyimpan/investor maupun mitra/nasabah penyaluran dan pembiayaan. 35
Dengan demikian, peran Dewan Pengawas Syariah tidak hanya mengawasi
operasional Lembaga Keuangan Syariah agar tetap dalam koridor syariah, akan
tetapi lebih dari itu DPS mempunyai peran yang lebih besar lagi, yaitu turut
serta bersama institusi-institusi lainnya dalam mengembangkan bukan hanya
Lembaga Keuangan Syariah, tetapi ekonomi yang berbasis syariah. Kelima
peran di atas menunjukkan peran yang sangat strategis yang dapat dilakukan
DPS dalam mengembangkan ekonomi yang dilandasi nilai-nilai syari‟at. Peran
DPS ini juga sudah mencakup aspek kelima diatas yang biasanya dilakukan
evaluasi setiap seminggu sekali dan setiap sebulan sekali disaat rapat anggota
maupun kunjungan lainnya. DPS selalu menghimbau kinerja karyawannya.
3. Peran Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah
Salah satu yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan
lembaga keuangan konvensional adalah keberadaan DPS pada lembaga
keuangan syariah. DPS memegang peran penting untuk memastikan bahwa
lembaga keuangan syariah tidak melakukan penyimpangan terhadap prinsip-
prinsip syariah. Tugas utama DPS dalam Keputusan DSN No. 03 Tahun 2000
adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai
dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional. Sedangkan Fungsi utamanya adalah: 1) Sebagai penasehat

11
dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan
kantor cabang syariah mengenai halhal yang terkait dengan aspek syariah. 2)
Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari
lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.Dilihat
dari tugas dan fungsi utama peran Dewan Pengawas Syariah terhadap Lembaga
Keuangan Syariah adalah: 1) Melakukan pengawasan atas perencanaan dan
operasional Lembaga keuangan Syariah. 2) Memberi nasehat dan saran kepada
Lembaga Keuangan Syariah mengenai hal-hal yang terikat dengan syariah. 3)
Memberi opini syariah. 4) Mediator hubungan antara BMT dengan Dewan
Pengawas Syariah terutama dalamsetiap upaya pengembangan produk dan jasa
yang perlu mendapatkan fatwa dari DSN. Opini syariah adalah pendapat
kolektif dari Dewan Pengawas Syariah yang telah dibahas secara cermat dan
mendalam mengenai kedudukan/ketentuan syar‟i yang berkaitan dengan
produk atau aktifitas Lembaga Keuangan Syariah. Opini syariah dapat
dijadikan pedoman sementara sebelum adanya fatwa DSN mengenai masalah
tersebut. Untuk lebih mengefektifkan peran Dewan Syariah Nasional (DSN),
pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS), dibentuk Dewan Pengawas Syariah
(DPS) sebagai perwakilan DSN pada lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan. DPS merupakan suatu badan yang diberi wewenang untuk
melakukan supervisi atau pengawasan dan melihat secara dekat aktivitas
lembaga keuangan syariah agar lembaga tersebut senantiasa mengikuti aturan
dan prinsip-prinsip syariah.37 Oleh karena itu, DPS pada dasarnya merupakan
perpajangan tangan DSN dalam merealisasikan fatwa-fatwa yang telah
diputuskan oleh DSN. DPS berperan sebagai pengawas dari lembaga-lembaga
keuangan syariah, yaitu bank syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah,
dan lain-lain, agar semua lembaga tersebut bejalan sesuai dengan tuntutan
syariat Islam. Pengawasan selain pada aspek produk-produk keuangan syariah,
juga meliputi manajemen dan administrasi lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan syariah. Di sisi lain, DPS adalah bagian dari lembaga keuangan
syariah yang bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan DSN. Dalam
menjalankan tugasnya Dewan Pengawas Syariah dituntut untuk mengikuti

12
fatwafatwa DSN, mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar
tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan
oleh DSN dan melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga
keuangan yang diawasinya secara rutin kepada DSN, sekurang-kurangnya dua
kali dalam satu tahun. DPS berkewajiban secara langsung melihat pelaksanaan
suatu lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang dari ketentuan yang
telah difatwakan oleh DSN Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
berkedudukan di Jakarta. DPS melihat secara garis besar dari aspek manajemen
dan administrasi harus sesuai dengan syariah, dan yang paling utama sekali
mengesahkan dan mengawasi produk-produk perbankan syariah agar sesuai
dengan ketentuan syariah dan undang-undang yang berlaku.38 DPS merupakan
perwakilan DSN yang ditempatkan di lembaga keuangan syariah mempunyai
beberapa peran sebagai berikut: 1) Mengikuti fatwa DSN. 2) Merumuskan
permaslahan yang memerlukan pengesahan DSN. 3) Melaporkan kegiatan
usaha serta perkembangan lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada
DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.39 Peran pokok DPS pada
setiap lembaga keuangan syariah adalah: 1) Memberikan nasihat dan saran
kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang
lembaga keuangan syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek
syariah. 2) Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif,
terutama dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan
pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha agar sesuai
dengan prinsip syari'ah. 3) Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah
dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk
dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari
DSN.
C. Mekanisme Kerja DPS (Dewan Pengawas Syariah
Adapun mekanisme kerja DPS, sebagaimana tertera dalam Pedoman Dasar
DSN, yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syari’ah yang


berada di bawah pengawasannya.
2. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syari’ah

13
kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada Dewan Syari’ah
Nasional.
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syari’ah
yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun
anggaran.
4. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan DSN.

Dari paparan di atas, maka setidaknya dapat diketahui bahwa perbedaan


mendasar antara DSN dan DPS terletak pada wewenang yang diemban oleh masing-
masing Dewan. DSN berwenang untuk menetapkan dan mengeluarkan fatwa-fatwa
hukum Islam yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan keuangan syari’ah
sedangkan DPS hanyalah mengawasi pelaksanaan fatwa DSN di lapangan yang
dilaksanakan oleh lembaga ekonomi atau lembaga keuangan Syari’ah.

14
BAB III
PEUNUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Faozan, Akhmad. 2014. “Optimalisasi Peran Dewan pengawas Syariah Pada Lembaga
Keuangan Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam, (Online), 2 (1) : 25-29,
(https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/eljizya/article/view/389), diakses 30
Agustus 2023.
Aminah Siti, “ Dewan Pengawas Syariah” dalam https: //www.academia.edu., diakses
pada 30 Agustus 2023

Keputusan Menteri Koperasi & UKM No. 91 tahun 2004, tentang Tugas Dewan
Pengawas Syariah

Luqman Nurhisam, Kepatuhan Syari’ah dalam Industri Keuangan Syari’ah; Jurnal


Hukum No.1 Vol.23, 2016,

Dani El Qori, Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Terhadap BPD


Daerah Istimewa Yogyakarta; Jurnal Studi Keislaman, Volume 1, Nomor 1,
September 2014, 276-279.

16

Anda mungkin juga menyukai