Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Tegar Asby Sumitra
6020220048
Program Studi Ekonomi Syariah 4A
Jl. Pasirgede Raya, Bojongherang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 4321
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat karunia dan kesehatan dari-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah. Dengan dukungan dosen Ricky Hamzah,Se., Me.Sy
Mata Kuliah Bank & Lembaga Keuangan Syriah 1. Makalah ini disusun agar penulis dan pembaca
mengetahui lebih luas lagi ilmu tentang “LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH”.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai materi ini. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Hukum Islam pada dasarnya merupakan konsep yang baku, namun pada perjalanannya
tidak menutup kemungkinan dilakukan ijtihad - ijtihad di dalam bidang yang dibolehkan
selama tidak keluar dari bingkai Syari`ah Islamiyah. Sehingga Islam memang betul-betul
mampu menjawab seluruh perkembangan zaman.
Demikian juga halnya dengan sistem ekonomi Islam yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem Islam, juga tidak luput dari aktivitas ijtihad. Dengan demikian sistem
ekonomi Islam diharapkan mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan ekonomi yang
dihadapi oleh umat manusia, tanpa keluar dan melanggar ketentuan hukum Allah SWT. Sistem
ini memiliki pengawasan yang melekat pada diri setiap individu pelaku ekonomi yang berakar
pada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sistem ini pula menyelaraskan antara
kemashlahatan individu dengan kemashlahatan orang banyak.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Lembaga Keuangan Syariah.
2. Untuk mengetahui Prinsip dan Ciri Bank Syariah.
3. Untuk mengetahui Produk derta Jasanya.
4. Untuk mengetahui Perkembangan .
2
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui, bahwa jenis bank jika dilihat dari cara menentukannya harga
terbagi menjadi dua macam, yaitu bank yang berdasarkan konvensional dan bank yang
berdasarkan prinsip syariah. Dan bank konvensional penentuan harga selalu didasarkan kepada
bunga, sedangkan dalam bank syariah didasarkan kepada Konsep Islam, yaitu kerjasama dalam
skema bagi hasil, baik untung maupun rugi.
Lembaga Keuangan Islam atau yang lebih popular disebut Lembaga Keuangan Syari'ah
adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip
syari'ah Islamiah. Dalam operasionalnya lembaga keuangan Islam harus menghindar dari riba,
gharar dan maisir.
Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk menunaikan perintah
Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta membebaskan masyarakat Islam dari
kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama Islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta
menyelesaikan masalah yang memerangkap umat Islam hari ini , bukanlah hanya menjadi tugas
seseorang atau sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim.
Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat diperlukan
untuk mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
The Mit Ghamr Bank Mesir merupakan lembaga keuangan Islam modern pertama yang
didirikan pada tahun 1963. Perkembangan dan kemajuan Mit Ghamr menyadarkan para
ekonom dan ilmuan muslim, ternyata sistem Islam dapat membawa kemajuan. Tetapi dalam
waktu yang bersamaan keberhasilan itu mengundang kecemburuan dan kedengkian orang-
orang yang tidak suka dengan sistem Islam, sehingga akhirnya Mit Ghamr ditutup. Kelahiran
Mit Ghamr kemudian diikuti oleh pendirian bank-bank Islam di berbagai negara, baik di negara
Islam ( mayoritas Islam ) termasuk Indonesia maupun negara non-muslim.
3
lembaga keuangan yang menjalankan praktek bunga tidak sesuai dengan prinsip Syari'ah
Islamiyah, sehingga keikutsertaan mereka dalam sektor keuangan tidak optimal. Dengan
dikembangkannya lembaga keuangan yang dijalankan dengan prinsip-prinsip Syari'ah
diharapkan seluruh potensi ekonomi masyarakat Indonesia yang belum dioptimalkan dapat
dioptimalkan.
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi
dananya;
4
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Adapun prinsip-prinsip yang membedakan Bank Syariah dengan Bank Konevensional adalah:
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai
dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan
Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan
debitur-kreditur;
3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga
falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat;
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip
kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan
pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial;
5. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak
menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam
Dalam membangun sebuah usaha, salah satu yang dibutuhkan adalah modal. Modal
dalam pengertian ekonomi syariah bukan hanya uang, tetapi meliputi materi baik berupa uang
ataupun materi lainnya, serta kemampuan dan kesempatan. Salah satu modal yang penting
adalah sumber daya insani yang mempunyai kemampuan di bidangnya.
5
harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat Islami., termasuk dalam
memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jeis-jenis produk bank syariah yang
ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Al-wadi’ah (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki.
Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan
tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama
hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang titipan. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik
uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan mengembalikan uang tersebut
secara utuh. Dengan demikian prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-
dhamanah(tangan penanggung).
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk
rekening giro. Wadh'ah dhamanah berbeda dengan wadi'ah amanah. Dalam wadi'ah amanah
harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan dhamanah yang dititipi
(bank) boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Implikasi hukumnya sama dengan qardh,
dimanan nasabah meminjamkan uang kepada bank. Pemilik dana tidak mendapat imbalan tapi
insentif yang tidak diperjanjikan. Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan
deposan (mudharib) biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40%:60% untuk
simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan deposito.
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa
keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
6
untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah
dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.
b. AI-Mudharabah
a. Mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain
yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha
dan daerah bisnis.
b. Mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana
pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Dan keistmewaan dari sebuah mudharabah adalah pada peran ganda dari mudharib, yakni
sebagai wakil (agen) sekaligus mitra. Mudharib adalah wakil dari rabb al- mal dalam setiap
transaksi yang ia lakukan pada harta mudharabah. Mudharib kemudian menjadi mitra dari rabb
al-mal ketika ada keuntungan.
c. Al-Muzara'ah
Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk
pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini
diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen.
7
Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan penggarap
menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu. Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan
imbalan yang telah disepakati.
d. Al-Musaqah
3. Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu
memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang "X" Rp 100.000,-. Keuntungan yang diharapkan
adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-. Kegiatan Bai'al-Murabahah
ini baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan
pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah pada pembiayaan produk
barang-barang investasi baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih
dikenal dengan nama L/C.
4. Bai'as-Salam
5. Bai'al Istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan
dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai'Al istishna' adalah
kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling
menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat
8
dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per
bulan atau di belakang.
6. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu
sendiri.Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan
operating lease maupun financial lease.
7. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat
dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah
disepakati oleh si pemberi mandat.
8. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai
pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat
dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.
9. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak
kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak
piutang atau factoring.
10. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang
atau gadai. Selain itu produk pemberian jasa lainnya, seperti: Jasa penerbitan L/C, Jasa
Transfer, Jasa Inkaso, Bank Garansi, Menerima Zakat, Infak, dan Sadaqoh (untuk disalurkan).
9
2.4 Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
1. Hukum
Sebelum tahun 1998 perbankan syari'ah berjalan tanpa adanya sandaran hukum yang
kokoh dan peraturan operasional perbankan yang sesuai dengan Syari'ah serta perangkat
lainnya. Keadaan ini menyebabkan Perbankan Syari'ah berusaha menyesuaikan produk-
produknya dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Akibatnya ciri khusus produk Islami
belum bisa ditampilkan. Akibat yang lainnya adalah produk-produk itu belum sepenuhnya
dapat diterima masyarakat.
2. Likuiditas
Bank Indonesia belum menyediakan fasilitas likuiditas tanpa bunga bagi perbankan
Syari'ah, hal ini karena BI menjalankan UU Bank Sentral No.13/1968 yang menyatakan bahwa
pendapatan Bank Indonesia adalah bunga.
3. Earning Assets
4. Akuntansi
10
5. Perpajakan
Perbankan Syari'ah memiliki produk bai' (jual beli), dalam hal ini Perbankan Syari'ah
mengalami kendala perpajakan. Produk bai' seharusnya diperlakukan sebagai jual beli riil,
bukan pembiayaan, sehingga akan terjadi pajak ganda (double taxation), yaitu pajak jual beli
ketika transaksi dan pajak pendapatan pada akhir tahun.
6. Standard Fatwa
Jaringan Bank Syari'ah masih sangat terbatas, keterbatasan jaringan ini sangat
berpengaruh terhadap kemampuan pelayanan bank Syari'ah terhadap masyarakat yang
mendambakan produk-produk bank Syari'ah.
Masih sangat terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan prinsip
maupun keterampilan teknis, sehingga akan berpengaruh pada kualitas pelayanan.
9. Persepsi masyarakat
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lembaga Keuangan Islam atau yang lebih popular disebut Lembaga Keuangan Syari'ah
adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip
syari'ah Islamiah. Dalam operasionalnya lembaga keuangan Islam harus menghindar dari riba,
gharar dan maisir. Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor-
koridor prinsip-prinsip:
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana,
serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi
untuk memperoleh keuntungan;
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya;
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat Islami., termasuk dalam memberikan
pelayanan kepada nasabahnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. 2002. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mervvyn Lewis dan Latifa Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, Prospek.
2001. Yakarta: Serambi.
13