Dosen Pengampu : Assoc. Prof. Dr. H. Zulhelmy, S.E., M.Si., Ak., C.A., ACPA.
DISUSUN OLEH :
ELVIANITA 204313018
PRODI AKUNTANSI SI
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
AKUNTANSI SYARIAH dengan judul ” “AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DAN PENGHIMPUNAN DANA”
Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang “Akuntansi Lembaga Keuanangan Syariah dan Penghimpunan
Dana”.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca khususnya untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengembangan wawasan.
Kelompok 8
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................14
3.2 Saran........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
Prinsip ini digunakan oleh perbankan syariah dan membedakan bank syariah dengan
bank konvensional. Perbankan syariah nasional makin lama makin dilirik oleh nasabah
bahkan oleh Negara lain. Perbankan syariah di tanah air telah mengalami perkembangan yang
pesat terutama sejak keluarnya UU Perbankan No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur secara lebih mendetail mengenai industri
perbankan syariah.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah dapat memahami
konsep lembaga keuangan syariah, prinsip-prinsip transaksi, PSAK Syariah, dan memahami
akuntansi penghimpunan dana.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
semakin lama semakin dibutuhkan dan juga mengalami perkembangan misalnya sebagai
mediasi antara pihak yang memiliki dana dengan yang memerlukan dana.
Lembaga keuangan salah satunya adalah bank. Bank Syariah menjadi sebuah lembaga
keuangan intermediasi keuangan antara unit defisit dengan unit surplus atau menawarkan jasa
simpan pinjam, asuransi, dan penyediaan mekanisme pembayaran dengan berlandaskan pada
prinsip Syariah Islam. Di Indonesia telah banyak didirikan lembaga keuangan Syariah.
Lembaga keuangan Syariah terdiri dari 2 lembaga yaitu Bank dan Non-Bank. Lembaga non-
bank di antaranya adalah asuransi, pegadaian, reksa dana, pasar modal, BPRS, dan BMT.
Prinsip transaksi syariah adalah perbedaan antara sistem perbankan syariah dan
konvensional. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
5
4) Jiwa dan keselamatan (nafs); dan
5) Harta benda (mal).
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Indonesia sebagai lembaga resmi yang
mengatur masalah standarisasi keuangan di Indonesia, telah menyusun suatu kerangka dasar
akuntansi keuangan yang berbasis pada hukum-hukum islam. Kerangka dasar ini merupakan
pondasi dari bangunanbangunan akuntansi syariah selanjutnya yang dinyatakan dalam bentuk
Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (PSAK Syariah).
6
2.3.1 Tujuan Kerangka Dasar
Laporan keuangan entitas syariah akan mempunyai nilai guna bagi stakeholder apabila
laporan keuangan tersebut dapat memenuhi sifat-sifat berikut:.
Laporan keuangan harus dapat dipahami dengan mudah oleh pemakainya. Pemakai laporan
keuangan dalam hal ini diasumsikan telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta memiliki kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian kompleksitas informasi yang
7
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak boleh diabaikan, demi kemudahan
dalam memahami laporan keuangan tersebut.
2.4.2. Relevan
Laporan keuangan yang relevan adalah laporan keuangan yang dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini, atau masa depan, serta mampu menegaskan atau mengkoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Selain itu laporan keuangan yang relevan berarti juga bahwa
laporan keuangan entitas syariah harus mampu memberikan informasi yang berguna untuk
peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu
dengan yang lainnya.
2.4.3. Materialitas
Tingkat relevansi laporan keuangan dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas informasi yang
dikandungnya. Materialitas informasi laporan keuangan tergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian mencantumkan
(ommission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Informasi dipandang material
jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
Namun demikian dalam hal bagi hasil konsep materialitas harus diabaikan. Hal ini
dikarenakan dalam bagi hasil, dasar yang dibagi-hasilkan harus mencerminkan jumlah yang
sebenarnya tanpa mempertimbangkan pelaksanaan konsep materialitas.
Laporan keuangan memiliki kualitas yang handal apabila bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkanoleh pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan. Suatu informasi mungkin relevan tetapi jika pada
hakekatnya penyajian informasi tersebut tidak dapat dihandalkan atau penggunaan informasi
itu dapat menyesatkan pemakai dalam mengambil keputusan, maka informasi tersebut tidak
perlu disajikan dalam laporan keuangan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat disajikan.
Walaupun informasi keuangan pada umumnya susah menghindari resiko penyajian yang
dianggap kurang jujur dari yang seharusnya digambarkan. Namun demikian penyajian
informasi tersebut harus bukan karena faktor kesengajaan untuk menyesatkan, akan tetapi
lebih pada kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya
yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau dalam menerapkan ukuran dan teknik penyajian
yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
8
2.4.6. Substansi Mengungguli Bentuk
Peristiwa ekonomi dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang
sesuai dengan prinsip syariah dan bukan hanya pada bentuk hukumnya.
2.4.7. Netralitas
Informasi harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai, dan bukan pada kebutuhan dan
keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyaikepentingan yang berlawanan.
Laporan keuangan disusun dengan berdasarkan pada pertimbangan sehat (prudence), yaitu
suatu pertimbangan yang mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan
atas ketidakpastian peristiwa ekonomi. Hal ini dimaksudkan disaat menghadapi suatu
ketidakpastian peristiwa ekonomi laporan keuangan disusun dengan pertimbangan sehat,
sehingga asset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban
tidak dinyatakan terlalau rendah, yang mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak netral
dan tidak memiliki kualitas yang handal.
2.4.9. Kelengkapan
Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang lengkap dalam batasan materialitas dan
biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) akan mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar dan menyesatkan sehingga tidak dapat dihandalkan dan mengurangi
relevansi laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan entitas syariah harus dapat diperbandingkan, baik dalam perbandingan
antar periode dalam entitas syariah, maupun dalam perbandingan laporan keuangan antar
entitas syariah. Perbandingan laporan keuangan entitas syariah antar periode digunakan untuk
mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan entitas syariah. Perbandingan
laporan keuangan antar entitas syariah, digunakan untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif entitas syariah. Oleh karena itu,
konsistensi dalam pengukuran dan penyajian transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dipertahankan, baik antar periode dalam entitas syariah yang sama atau berbeda, maupun
dengan entitas lainnya.
Implikasi dari karakteristik ini yaitu entitas syariah harus memberikan informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan
kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut kepada pemakai laporan keuangan, termasuk di
dalamnya ketaatan terhadap standar keuangan entitas syariah yang berlaku. Selain itu agar
pemakai laporan keuangan entitas syariah dapat membandingkan posisi keuangan, kinerja
9
serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka entitas syariah harus menyajikan
informasi periode sebelumnya dalam laoran keuangan.
Di Indonesia sendiri akhirnya pada 1 Mei 2002 telah disahkan PSAK 59 Akuntansi
Perbankan Syariah dan Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Bank Syariah yang
resmi berlaku sejak 1 Januari 2003. Adapun kronologis penyusutan PSAK perbankan syariah
dijelaskan oleh Yanto (2003) sebagai berikut:
Akhirnya, pada tanggal 18 Oktober 2005 IAI merespon dengan membentuk Komite
Akuntansi Syariah (KAS) yang bertugas untuk merumuskan Standar Akuntansi Keuangan
Syariah. Dalam waktu 1 tahun setelah berdirinya KAS berupaya memberikan sumbangan
dengan membangun konsep prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku umum (House of
Generally Accepted Syariah Accounting Principles), Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah, serta enam konsep ED PSAK Syariah.
Produk-produk yang dihasilkan KAS ditargetkan untuk memenuhi tiga karakter kualitas.
Pertama, merupakan aturan-aturan yang mencerminkan penjabaran dan prinsip-prinsip
syariah yang berlandaskan pada al-Quran, as-Sunnah, dan Fatwa Jumhur Ulama. Kedua,
mengacu pada pengaturan akuntansi atas transaksi syariah yang seharusnya dan bukan
memfasilitasi kondisi pragmatic (praktik) atau kebiasaan yang belum tentu atau tidak jelas
landasan syariahnya. Ketiga, dirumuskan dengan mempertimbangkan asas kehati-hatian dan
jika perlu dirinci lebih detail untuk menghindari penafsiran dan atau penerapan aturan yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
10
Pada tanggal 19 September 2006 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
menyetujui untuk menyebarluaskan Exposure Draft PSAK Syariah yang terdiri dari :
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) bahkan telah menyetujui tentang kelompok
nomor (block number) untuk PSAK Syariah yaitu nomor 101 sampai dengan nomor 200, hal
ini menunjukkan keseriusan IAI dalam merespon perkembangan praktik Akuntansi di
lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional maupun
bank syariah dilakukan dengan menggunakan instrumen tabungan, deposito, dan giro yang
secara total biasa disebut dengan dana pihak ketiga. Akan tetapi, pada bank syariah,
klasifikasi penghimpunan dana bank syariah tidak didasarkan pada nama instrumen tersebut
melainkan berdasarkan pada prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN), prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua,
yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
Wadiah berarti titipan dari satu pihak kepihak lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang menerima titipan, kapanpun si penitip
menghendaki. Wadiah terbagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah dan wadiah yad-amanah.
Wadiah yad-dhamanah adalah titipa yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat
dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh
keuntungan, maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan. Prinsip titipan wadiah yad-
amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si
penitip mengambil kembali titipannya.
Prinsip wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syarah adalah wadiah yad-
dhamanah dan biasa disingkat dengan wadiah. Prinsip ini dapat diterapkan pada kegiatan
penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada
bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
11
giro, kartu Automatic Teller Mechine ATM, sarana perintah pemayaran lainnya, atau dengan
cara pemindah bukuan. Adapun tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank
syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
menggunakan kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara
pemindah bukuan. Berdasarkan observasi penulis, prinsip wadiah cenderung digunakan bank
syariah di Indonesia untuk kegiatan penghimpunan melalui giro, sedangkan penghimpunan
dana melalui tabungan cenderung menggunakan prinsip mudharabah.
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak
pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan istilah shahibul maal, sedang pihak yang
mengelola usaha biasa disebut dengan istilah mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan
sesuai dengan hibah bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal. Akan tetapi, jika terjadi
kerugian, shahibui maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerjanya selama proyek
berlangsung.
Berdasarkan PSAK 105, mudharabah terbagi atas tiga, yaitu mudharabah muthlaqah,
mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah. Mudharabah muthlaqah adalah
mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha
tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut. Batasan yang dimaksud berupa
jenis usaha, tempat, pemasok, dan konsumen usaha. Mudharabah muthlaqah biasanya disebut
juga dengan investasi tidak terikat mudharabah muqayyadah adalah shahibul maal, memberi
batasan kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok
maupun konsumen. Mudharabah muqayyadah biasa disebut juga dengan ivestasi terikat.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan penghimpunan dana bank syariah (tabungan
deposito, dan giro) dapat menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam praktek untuk
keperluan kegiatan tabungan dan deposito, perbankan syariah di Indonesia umumnya
menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Kendati hanya ditulis tabungan mudharabah,
skema yang dimaksud pada dasarnya adalah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah
muthlaqah.
1. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dapat dipersamakan dengan itu. Pada sub-sub penghimpunan dengan prinsip wadiah,
disebutkan bahwa prinsip syariah dapat diterapkan pada transaksi tabungan wadiah.
Perbedaan tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah terletak pada tiga aspek, yaitu sifat
dana, insentif dan pengembalian dana. Sifat dana pada tabungan wadiah bersifat titipan,
12
sedang sifat dana pada tabungan mudharabah bersifat investasi. Investasi pada tabngan al-
wadiah berupa bonus yang tidak disyaratkan dimuka dan bersifat suka rela jika bank hendak
ingin memberikanya.adapun insentif pada tabungan mudharabah adalah berupa bagi hasil
yang wajib diberikan oleh bank jika memperoleh pendapatan atau laba pada setiap periode
yang disepakati (biasanya 1 bulan) kepada penabung sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Beberapa ahli perbankan syariah menambahkan perbedaan lain tabungan wadiah dengan
tabungan mudharabah, yaitu pada waktu penarikan. Berdasarkan waktu penarikan, tabungan
wadiah dapat dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan tabungan mudharabah hanya dapat
dilakukan pada periode atau waktu tertentu. Akan tetapi pandangan ini tidak disepakati oleh
semua ulama, termasuk oleh DSN MUI.
Berdasarkan fatwa DSN No.2 Tahun 2000 tentang tabungan, disebutkan ketentuan
tentang tabungan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk
melakukan mudharabah dengan pihak lain
c. Modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan
yang bersangkutan.
2. Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema pemilik dana (sahibul maal)
memercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan hasil yang diperoleh di bagi
antara pemilik dana dan bank dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Dalam transaksi
penyimpanan deposito mudharabah, bank wajib diberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara pemberian keuntungan atau perhitungan distribusi keuntungan serta
resiko yang dapat timbul dari deposito tersebut.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Demikian makalah ini, semoga pembahasan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan. Apabila terdapat
ada suatu kesalahan baik dalam pembahasan atau dalam segi penulisan kami mohon para
pembaca dapat mema’afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak
luput dari salah khilaf.
14
DAFTAR PUSTAKA
Khaddafi, M., dkk. (2016). Akuntansi Syariah. Medan: Madenatera. Tersedia dari
https://id.id1lib.org/book/16692425/7a60b6
Mauludi AC, A. (2014). Akuntansi Syariah; Pendekatan Normatif, Historis dan Aplikatif.
Iqtishadia, Vol. 1 No. 1, 67-69. Tersedia dari https://doi.org/10.19105/iqtishadia.v1i1.366
15