DOSEN PENGAMPU:
DR. SITI FATIMAH, SE,. MM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Lembaga-
Lembaga Dalam Kegiatan Operasional Perbankan Syariah” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Filsafat Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang lembaga yang terkait dalam kegiatan operasional bank syariah bagi para
pembaca dan juga penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Siti Fatimah, SE,. MM
selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai bidang yang kami tekuni.
Makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang
Definisi ini menegaskan bahwa LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur
kesesuaian dengan syariah Islam dan unsur legalitas dalam operasi sebagai lembaga
keuangan.
Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang pembiayaannya berdasarkan pada
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau
kesepakantan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah; antara lain:
(perantara) antara pihak yang surplus dana kepada pihak yang devisit dana.
1
Perkembangan selanjutnya lembaga keuangan bank maupun non bank semakin
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan di
beri batasan sebagai semua badan yang kegiatannya dibidang keuangan, melakukan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BANK INDONESIA
lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau
pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan
yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.Tujuan Bank
Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Bank Indonesia
berwenang :
Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
3
Penetapan cadangan wajib minimum;
a. Visi
b. Misi
berkualitas.
kepentingan nasional.
4
c. Sasaran Strategi
ke OJK
bebas dari campur tangan pihak atau lembaga lain. Lembaga ini memliki fungsi,
5
2. Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pada Bank Syariah
syariah dan unit usaha syariah pada awalnya berada dalam otoritas Bank
Indonesia. Regulasi ini melekat pada Bank Indonesia sebagai mana diatur dalam
menjadi Undang-Undang.
Indonesia telah dibentuk perbankan syariah. Depertement ini terdiri dari 4 devisi
keuangan yang independen dan bebas campur tangan dari pihak lain, yang
6
mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
dari campur tangan pihak lain, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
diberikan kepada OJK. Akan tetapi OJK tetap bekerjasama dengan BI dan
menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan
terkait dengan operasi dan pengelolaan bank dimasa lalu dengan tujuan
untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik
7
pemenuhan aspek kepatuhan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
nasional dan menjaga segala kegiatan sektor jasa keuangan berjalan dengan
tanggung jawab pada klausula baku yang dibuat oleh pihak perbankan syariah
sebagai pelaku usaha yang mana perbuatan tersebut jelas melanggar ketentuan
yang berlaku.
8
Terkait dengan pengembangan sistem pengawasan perbankan syariah,
Syariah untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS),
(BPRS), Rencana Bisnis Bank (RBB) untuk BPRS serta sosialisasi dan
lembaga yang mampu melindungi segala kepentingan para pihak dalam sektor
syariah sebagai pihak yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam membuat
9
C. DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI (DSN-MUI)
merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu
yang memerlukan fatwa akan ditampung dan dibahas bersama agar diperoleh
Syariah (DPS) yang ada di lembaga keuangan syariah Untuk mendorong penerapan
ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan, DSN-MUI akan senantiasa
a. Visi
masyarakat.
b. Misi
c. Tugas
Menetapkan fatwa atas sistem, kegiatan, produk, dan jasa LKS, LBS,
10
Mengawasi penerapan fatwa melalui DPS di LKS, LBS, dan LPS
lainnya;
lainnya;
Rekomendasi ASPM;
yang memerlukan;
11
2. Peran DSN-MUI Pada Bank Syaiah
syariah dalam beberapa tahun terakhir ini memang mengalami peningkatan yang
sangat signifikan. Hal tersebut juga didukung dengan upaya pemerintah dalam
(islam) secara formal sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1911, yaitu
ekonomi syariah mulai tumbuh dan berkembang. Hal tersebut disebabkan, selain
ternyata juga terus meningkat. Berbicara bidang syariah, atau lebih spesifik
tentang perbankan syariah, maka topik bahasan tersebut tidak bisa mengabaikan
eksistensi lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau sub bidang dari
lembaga MUI yang menangani khusus mengenai bidang ekonomi syariah, yaitu
dalam ketentuan Pasal 1 ayat (12) UUPS 21 Tahun 2008: “prinsip syariah adalah
12
prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
ketentuan Pasal 26 ayat (2) UUPS 21 Tahun 2008: “prinsip syariah sebagaimana
dimaksud ayat satu difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia”, dan Pasal 32
ayat (2): “Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia”.
untuk setiap lembaga keuangan syariah. Selain itu, lembaga tersebut tidak
Agustus tahun 1990 ketika acara lokakarya dan pertemuan yang membahas
13
berdasarkan prinsip syariah. Sehingga pada 14 Oktober 1997 diselenggarakan
MUI dimaksudkan sebagai usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama
lebih lanjut, dalam Surat Keputusan tersebut juga dinyatakan: “demikian pula
Pasal 28 dan Pasal 29, jika ternyata kegiatan usaha yang dimaksudkan belum
14
D. DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang terdiri dari
para pakar syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan dalam bidang
pelaksanaan keputusan DSN pada lembaga keuangan syariah tersebut. Posisi DPS
adalah sejajar dengan dewan komisaris, karena harus mendapat persetujuan RUPS
merealisasikan fatwa yang telah diputuskan oleh DSN. DPS berperan sebagai
kegiatan pebankan syariah baik itu bank syariah, asuransi syariah, pasar modal
syariah dan lain-lain, sehingga semua lembaga keuangan syariah dapat berjalan
sesuai dengan tuntutan syariat Islam. DPS tidak terlibat secara langsung dalam
DPS adalah badan independen yang terdiri dari para pakar syariah
muamalah yang juga memiliki pengetahuan dalam bidang perbankan yang ada
diperhatikan beberapa hal: (a) DPS bukan staf bank, dalam arti bahwa mereka
15
tidak tunduk dibawah kekuasaan administratif. (b) DPS dipilih oleh rapat umum
pemegang saham (RUPS). (c) Honorarium DPS ditentukan oleh RUPS. (d) DPS
mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya badan pengawas
lainnya.
produk dan prosedur bank syariah sesuai dengan prinsip syariah. Karena
menduduki posisi yang kuat, karena keberadaannya sangat penting dan strategis
syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah
sangat khusus jika dibanding bank konvensial. Karena itu, diperlukan garis
panduan ini disusun dan ditentukan oleh DSN (Irham 2019, 447). Prinsip
syariah merupakan acuan utama bagi DSN dalam menyusun fatwa terkait
bank (IKBS) maupun nonbank (IKNB). Karena setiap industri keuangan syariah
16
baik bank maupun nonbank diwajibkan memiliki dewan pengawas, yang secara
otomatis baik industri keuangan syariah bank maupun non-bank terikat dengan
55).
dewan komisaris wajib mempunyai DPS. (2) DPS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas
rekomendasi MUI. (3) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
hukum perseroan terbatas wajib mempunyai DPS. Sejalan dengan itu, undang-
undang nomor 21 tahun 2008 pasal 32 menyebutkan: (a) DPS wajib dibentuk di
bank syariah dan bank umum konvensional yang memiliki UUS. (b) DPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh RUPS atas rekomendasi
MUI. (c) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan
nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai
dengan prinsip syariah. (d) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS
perusahaan syariah.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yang kuat bagi industri perbankan syariah secara nasional, tapi juga memberikan
Perbankan Syariah secara umum juga memberikan arah kebijakan dan bentuk
lembaga yang menjadi infrastruktur penting bagi industri perbankan syariah seperti
Selain diatur dalam UU, perbankan syariah juga diatur dengan peraturan lain
yang dikeluarkan oleh lembaga otoritas perbankan, yaitu Bank Indonesia (BI) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI memiliki peran penting dalam mengatur dan
strategi, kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh BI sejak saat itu untuk
mulai tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan
18
B. SARAN
kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan kami
19
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, R. (2021). Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Perbankan Syariah. Jurnal
Perbankan Syariah, 2(1), 42-53.
Nofinawati. (2015). Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia. JURIS, 14(2), 169-
183.
Prabowo, B. A., & Jamal, J. B. (2017). Peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap
Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum, 24(1), 113-129.
Segara, T., & Jumeri. (2020). Mengenal Otoritas Jasa Keuanga Dan Industri Jasa
Keuangan. Jakarta: PT. Mediakarya Produktama.
Zamroni, M. (2018). Peran Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam
Kegiatan Perbankan Syariah. Jurnal Tasyri', 25(1), 45-56.
20