Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KELOMPOK

HUKUM PERBANKAN

OLEH KELOMPOK 2 :

1. LA ODE MUHAMMAD BANGKIT SANJAYA - H1A121051

2. LA ODE YUSTAMIN - H1A121052

3. MEI KURNIAWAN ZEGA - H1A121057

4. MUHAMMAD NASWAR ASLAM - H1A121065

5. MUHAMMAT SAIFULLAH - H1A121067

6. NI KADEK GIA UDIANTI - H1A121070

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Segala puji bagi Allah SWT, Sang Pengatur Alam Semesta, yang telah melimpahkan
kasih-Nya sehingga saya dapat menyusun Makalah Hukum Perbankan ini dengan baik untuk
memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan. Meskipun saya sangat berharap
agar makalah ini tidak memiliki kekurangan, tetapi saya menyadari bahwa pengetahuan saya
sangatlah terbatas, sehingga saya tetap mengharapkan masukan serta kritik dan saran yang
membangun sehingga tujuan makalah ini juga bisa tercapai.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca walaupun saya sadar

banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini. Terima kasih kepada semuanya, semoga

kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Kendari, 14 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Giro ........................................................................................................................... 4
2.2 Deposito Berjangka ..................................................................................................................... 6
2.3 Sertifikat Deposito ...................................................................................................................... 7
2.4 Surat Pengakuan Hutang ........................................................................................................... 9
2.5 Pengertian Wesel ....................................................................................................................... 11
2.6 Sertifikat Bank Indonesia......................................................................................................... 16
2.7 Pengertian Obligasi ................................................................................................................... 18
2.8 Pengertian Cek .......................................................................................................................... 21
2.9 Pengertian Inkaso ..................................................................................................................... 23
2.10 Pengertian Kliring .................................................................................................................... 26
2.11 Pengertian Anjak Piutang ........................................................................................................ 27
2.12 Pengertian Kartu Kredit .......................................................................................................... 30
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 33
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis perbankan adalah salah satu bidang usaha yang menunjukkan persaingan
ketat. Peranan bank sangat penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga
perantara keuangan, bank merupakan sendi kemajuan masyarakat dan sekiranya tidak ada
bank maka tidak akan ada kemajuan seperti saat ini. Negara yang tidak mempunyai banyak
bank yang baik dan benar adalah Negara terbelakang. Oleh karena itu kemajuan suatu Bank
disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara yang bersangkutan. Semakin
maju suatu Negara, maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan
Negara tersebut, Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah
dan masyarakatnya. Bank juga sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.

Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok


perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan
pendukung dari kedua kegiatan diatas. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan dana atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas
dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.

Hasibuan (2009) bank adalah lembaga keuangan, badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk aset keuangan (financial asset) serta bermotifkan profit dan sosial,
jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Macam bank dibedakan menjadi dua yaitu
Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank konvensional melaksanakan kegiatan usaha
berdasakan prinsip konvensional, dimana keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga
simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang
disalurkan. Sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

1
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran, sedangkan Bank berdasarkan prinsip syariah yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah islam, atau dengan kata lain yaitu bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Islam (Al-Quran dan Hadist). Dalam tata cara
tersebut dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsut-unsur riba untuk
diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dari pembiayaan
perdagangan. Abdullah dan Francis (2012) jenis bank dilihat dari cara menentukan harga
terbagi menjadi dua macam yaitu bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank
berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan utama antara kedua bank ini adalah dalam hal
penentuan harga, baik untuk harga jual maupun harga beli. Dalam bank konvensional
penentuan harga selalu didasarkan pada bunga, sedangkan dalam bank syariah
didasakanpada konsep islam yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil, baik untung maupun
rugi.

Bank berdasarkan prinsip syariah dengan latar belakang adanya suatu keyakinan
dalam agama islam yang merupakan suatu alternatif atas perbankan dengan kekhususan
pada prinsip syariah. Prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank adalah aturan pejanjian
berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Di Indonesia kehadiran bank yang berdasarkan syariah relative baru, yaitu pada awal 1990-
an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat Muslim terbesar di dunia.
Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada 18- 20 Agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai
basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal 1980. Laporan keuangan pada
perbankan dapat menunjukkan tingkat resiko keungan atau prediksi kebangkrutan
perbankan. Kebangkrutan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio
keuangan. Dengan cara tersebut dapat diketahui sehat atau tidaknya suatu perbankan.
Analisis Z-Score dikembangkan oleh Prof. Edward Altman dengan tujuan untuk
mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial
distress). Berikut pembahasan yang akan kami bahas adalah mengenai “Kegiatan Usaha
Bank”.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Giro?
2. Apa yang dimaksud dengan Deposito Berjangka?
3. Apa itu Sertifikat Deposito?
4. Pengertian Surat Pengakuan Hutang?
5. Apa yang dimaksud dengan Wesel?
6. Apa itu Sertifikat Bank Indonesia?
7. Apa yang dimaksud dengan Obligasi?
8. Pengertian Cek?
9. Apa itu Inkaso?
10. Pengertian dari Kliring?
11. Apa pengertian dari Anjak Piutang?
12. Apa peengertin dari Kartu Kredit?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui dan memahami makna atau pengertian dari istilah dalam kegiatan
usaha bank sebagaimana yang kami maksudkan pada rumusan masalah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Giro

Pengertian giro menurut Undang-Undang Pokok Perbankan (No. 14 tahun 1967 Bab I)
adalah “Simpanan pihak ketiga pada bank, yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lain atau dengan cara pemindah bukuan.

Giro sebagai salah satu bentuk atau jenis simpanan tidak dapat dilepaskan dari pengertian
simpanan. Disamping giro, bentuk simpanan lainnya adalah tabungan dan deposito. Ketiga
bentuk simpanan tersebut harus dikaitkan dan dilakasanakan sesuai dengan pengertian
simpanan.

Pengertian simpanan giro atau yang lebih populer disebut rekening giro menurut Undang-
Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah ”simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan”. Sedangkan pengertian simpanan adalah
”dana yang dipercayakan oleh masyrakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan atau yang dapat disamakan dengan itu”.

Pengertian giro menurut Undang-Undang Pokok Perbankan (No. 14 tahun 1967 Bab I)
adalah “Simpanan pihak ketiga pada bank, yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lain atau dengan cara pemindah bukuan.

Giro sebagai salah satu bentuk atau jenis simpanan tidak dapat dilepaskan dari pengertian
simpanan. Disamping giro, bentuk simpanan lainnya adalah tabungan dan deposito. Ketiga
bentuk simpanan tersebut harus dikaitkan dan dilakasanakan sesuai dengan pengertian
simpanan. Pengertian simpanan giro atau yang lebih populer disebut rekening giro menurut
Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah
”simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mengunakan cek, bilyet

4
giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan”. Sedangkan
pengertian simpanan adalah ”dana yang dipercayakan oleh masyrakat kepada bank dalam
bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau yang dapat disamakan
dengan itu”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa simpanan adalah sejulah uang yang
dititpkan di bank atau dipelihara oleh bank. Jenis simpanan yang ada di bank selain giro adalah
tabungan dan deposito. Pengertian simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Artinya bahwa uang yang disimpan direkening giro
dapat diambil setiap waktu setelah memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan misalnya
waktu jam kantor, keabsahan dan kesempurnaan cek serta saldonya tersedia.

Penarikan uang di rekening giro dapat menggunakan sarana penarikan, yakni cek dan bilyet
giro (BG). Apabila penarikan dilakukan secara tunai, maka sarana penarikannya adalah dengan
menggunakan cek. Sedangkan untuk penarikan non tunai adalah dengan mengunakan bilyet
giro. Di samping itu, jika kedua sarana penarikan tersebut habis atau hilang, maka nasabah
dapat melakukan sarana penarikan lainnya seperti surat pernyataan atau surat kuasa yang
ditandatangani di atas materai.

Pemilik rekening giro disebut girant dan kepada setiap girant akan diberikan imbalan
berupa jasa giro yang besarnya tergantung bank yang mengeluarkannya. Bagi bank giro
merupakan dana murah karena imbalan yang diberikan kepada girant merupakan imbalan yang
paling rendah jika dibandingkan dengan imbalan simpanan lainnya seperti tabungan dan
deposito.

5
2.2 Deposito Berjangka

Pengertian Simpanan Deposito Berjangka (Time Deposit) Simpanan deposito berjangka


merupakan simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
setelah jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang
besangkutan.
Menurut undang-undang no. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah:
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
antara nasabah penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
Pada dasarnya deposito tidak dapat dicairkan sebelum jangka waktu jatuh tempo, tetapi
apabila pencairan dilakukan sebelum jatuh tempo maka bank akan mengenakan penalty rate
(denda) yang besarnya tergantung dari kebijakan bank yang bersangkutan. Di dalam depposito
berjangka ini juga dikenal sebagai ARO (automatic rool over), maksudnya adalah apabila terdapat
deposito yang jatuh tempo dan deposan tidak menarik depositonya maka otomatis bank akan
memperpanjang deposito tersebut dengan jangka waktu yang sama seperti jangka waktu
sebelumnya dengan suku bunga deposito saat perpanjangan.
Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangant tergantung dari
jenis depositonya artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga
diperlukan sarana yang berbeda pula. Untuk deposito berjangka menggunakan bliyet deposito
sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito.

Deposito berjangka (Time Deposit) Simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak
ketiga dengan bank yang bersangkutan. Setiap deposito memiliki suatu jangka waktu tertentu yang
umumnya adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Masingmasing jangka waktu tersebut
sesuai dengan kebijakan dan prediksi bank penyelenggara tentang kondisi moneter di masa yang
akan datang.

6
2.3 Sertifikat Deposito

Pengertian Sertifikat deposito (SD) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh lembaga
keuangan (bank) dalam nominal tertentu sebagai surat atas tunjuk, memiliki nominal tertentu yang
bisa diperdagangkan di pasar uang untuk mendapatkan sejumlah uang tunai.
SD diterbitkan dengan menggunakan klausula atas tunjuk, maksudnya agar siapa pun yang
memegang SD bisa memperjual belikannya kepada orang lain, dan pemegang SD berhak
mencairkan dana simpanan saat jatuh tempo. SD sebagaimana halnya surat berharga lainnya juga
memiliki jangka waktu yang ditawarkan bervariasi, mulai dari 1, 3, 6 hingga 12 bulan. Demikian
pula nilai nominalnya bervariasi mulai dari Rp. 1 juta hingga yang tertinggi Rp 5 miliar. Menurut
Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan bahwa yang dimaksud
Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti simpanannya
dapat dipindahtangankan.
Sesuai undang-undang tersebut, maka dapat diketahui bahwa sertifikat deposito dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan melalui penyerahan sertifikat deposito itu sendiri, sesuai
klausulanya yaitu kepada pembawa atau yang disebut atas tunjuk.

Syarat Penerbitan Sertifikat Deposito :


Suatu sertifikat deposito harus memenuhi syarat, yaitu harus memuat:
1. Kata “ sertifikat deposito” dan “dapat diperdagangkan”
2. Nomer seri dan nomer urut
3. Nama dan tempat kedudukan penerbit
4. Nilai nominal dalam rupiah
5. Tanggal dan tempat penerbitan
6. Tingkat bunga (diskonto)
7. Tanda tangan direksi (penerbit)
8. Tanda tangan pejabat dari kantor cabang ditempat sertifikat deposito diterbitkan.

Persamaan dan Perbedaan dengan Deposito Berjangka


Sertifikat deposito pada prinsipnya tidak berbeda dengan deposito berjangka yang sudah
kita kenal selama ini di masyarakat. Tingkat bunga yang ditawarkan suatu bank umumnya tidak

7
berbeda baik untuk sertifikat deposito maupun untuk deposito berjangka. Jangka waktunya antara
sertifikat deposito maupun deposito berjangka bervariasi tergantung bank penerbitnya. Pajak atas
pendapatan untuk kedua instrumen tersebut adalah juga sama yaitu sebesar 20%. Jika deposito
berjangka yang umumnya dicairkan sebelum jatuh tempo maka akan dikenakan biaya pinalti, hal
ini juga berlaku pada sertifikat deposito. Persamaan lain dimana kedua instrumen ini juga bisa
dipergunakan sebagai agunan kredit.
Adapun perbedaannya dapat dijelaskan secara rinci, sebagai berikut :
A. Pemberian bunga berbeda, dimana pada sertifikat deposito dibayar dimuka, sedang bunga
deposito berjangka dibayar saat jatuh tempo. Contoh, sertifikat deposito pada suatu bank dibuka
Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) untuk waktu 1 tahun dengan bunga 8% per tahun, maka
yang bersangkutan menerima bunga dimuka sebesar Rp 80.000.000 (delapan puluh juta rupiah)
sebelum dikenakan pajak 20%. Ini berarti saat investasi cukup menyotor Rp 920.000.000
(sembilan ratus dua puluh juta rupiah) dan saat jatuh tempo (akhir tahun) yang bersangkutan
memperoleh Rp1.000.000.000 (satu milyar rupiah). Demikian bunga yang diterima di muka di
muka, langsung diinvestasikan melalu sertifikat deposito tersebut.
B. Sertifikat deposito yang menggunakan klausula atas tunjuk bisa dipindahtangankan secepatnya,
jika dikehendaki. Ini berarti sertifikat deposito dapat diperjualbelikan kepada pihak lain, di
samping pemegangnya berhak untuk mencairkannya saat jatuh tempo. Demikian sertifikat
deposito memiliki fleksibilitas dan likuiditas bagi seseorang untuk berbuat menurut
kebutuhannya.
C. Mengingat sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk, maka bank tidak akan menerima klaim
apabila si pemegang sertifikat deposito kehilangan sertifikat depositonya. Dalam kasus ini,
orang yang menguasai sertifikat deposito dapat mencairkannya sekalipun itu diperoleh dengan
cara tidak benar.
D. Sertifikat deposito tidak bisa diperpanjang secara otomatis (auto rollover) seperti deposito
berjangka. Ini berarti, ketika sertifikat deposito jatuh tempo maka si pemegang harus segera
mencairkannya atau mengkonfirmasikan kepada bank untuk memperpanjang jangka waktunya.

8
Kelebihan Sertifikat Deposito :
Sertifikat Deposito sebagai surat berharga memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh
surat berharga lain. Kelebihan tersebut adalah:
1). SD sebagai simpanan nasabah yang resmi dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
2). Melalui suku bunga tetap, nasabah bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dari SD.
3). Melalui suku bunga yang diperhitungkan dimuka, nasabah bisa menginvestasikan bunganya
untuk bisnis lainnya.
4). SD bisa dijadikan sebagai jaminan investasi, dijual atau hadiah buat keluarga atau relasi.

Kekurangan Sertifikat Deposito :

1). Oleh karena SD berklausula atas tunjuk, nasabah bisa kehilangan dana simpanannya pada bank
jika tidak hati-hati menyimpan. Untuk itu, jika SD lepas dari penguasaannya (hilang) segera
menghubungi bank penerbit sertifikat selain untuk memblokir dana simpanan agar tidak
disalahgunakan pihak lain, juga agar bank penerbit sertifikat memberi sallinan sertifikat yang baru
guna mengamankan dana simpanan dalam bentuk sertifikat deposito.
2). Sesuai hukum perjanjian, nasabah terkena sanksi berupa denda jika mencairkan dana simpanan
sebelum batas waktu yang ditentukan semula.

2.4 Surat Pengakuan Hutang


Surat Pengakuan Utang adalah surat berharga (blanket lien) yangditerbitkan untuk
mengikat secara hukum atas seluruh agunan milik Debitur bagi kepentingan Kreditur. Dalam Pasal
1 angka 10, Undang-Undang No.10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan, menyatakan bahwa Surat Berharga adalah Surat Pengakuan Utang, wesel,
saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar
uang. Secara yuridis, dua jenis Surat Pengakuan Utang yang digunakan Bank :

9
a. Surat Pengakuan Utang Bank di Bawah Tangan
Yang dimaksud Surat Pengakuan Utang di bawah tangan adalah Surat Pengakuan Utang
yang dibuat oleh Bank (Kreditur) dan nasabahnya (Debitur) yang dibuat oleh para pihak,
tanpa Notaris.

Kelemahan dari Surat Pengakuan Utang bawah tangan adalah :

1) Apabila diambil tindakan hukum melalui proses peradilan dengan alasan Debitur
wanprestasi, Debitur dapat memungkiri tanda tangannya sehingga berakibat mentahnya
kekuatan hukum perjanjian kredit yang telah dibuat.
2) Dalam pasal 1877 KUHPerdata, jika seseorang memungkiri tulisan/tanda tangannya,
maka Hakim harus memerintahkan agar kebenaran dari pada tulisan atau tandatangan
tersebut diperiksa di muka Pengadilan, tentunya hal tersebut akan merepotkan bank sebagai
Kreditur.
3) Oleh karena Surat Pengakuan Utang ini dibuat oleh para pihak yang formulirnya
disediakan oleh bank, bila terjadi perselisihan, Debitur dapat menyangkal telah disepakati
dalam Surat Pengakuan Utang tersebut.
4) Apabila Surat Pengakuan Utang bawah tangan tersebut hilang karena sebab apapun,
maka Bank tidak lagi memiliki arsip asli mengenai adanya Surat Pengakuan Utang tersebut
sebagai alat bukti.

b. Surat Pengakuan Utang Notariil


Pada dasarnya, perjanjian kredit dalam pemberian kredit Bankzmerupakan salah satu
instrumen utang yang penting, yang dari sisi kepentingan Kreditur seharusnya dapat
dieksekusi terhadap kewajiban pembayaran guna pelunasan utang yang wajib dibayar
oleh Debitur kepada Kreditur. Baik dengan atau tanpa putusan pengadilan sebagai perintah
melaksanakan kewajiban pelunasan utang Debitur. Mengingat kepentingan ini, dalam
proses pemberian kredit sebaiknya :
1) Mempergunakan Hak Tanggungan.
2) Pembuatan perjanjian kredit dalam bentuk akta notariil (Akta
Notaris)

10
c. Surat Pengakuan Utang yang dilegalisasi Notaris
Legalisasi (Pengesahan) adalah pengesahan akta dibawah tangan
oleh Notaris atau pejabat umum lainnya yang ditunjuk oleh Undang- Undang dengan
membubuhkan pernyataan tertentu pada akta dibawah tangan tersebut.
Surat Pengakuan Utang di bawah tangan yang telah dilegalisasi akan menjamin kepastian
mengenai :
a. tanggal akta, bahwa akta tersebut dibuat pada tanggal sebagaimana
tanggal yang tercantum dalam akta;
b. tanda tangan, bahwa tanda tangan yang tercantum dalam akta adalah tanda tangan
orang (para pihak) yang namanya tercantum dalam akta. Sehingga tanggal
dokumen atau surat yang bersangkutan adalah sama dengan tanggal legalisasi
dari Notaris. Dengan demikian ada jaminan keabsahan tanda tangan dari para
pihak. Para pihak yang menandatangani dokumen tersebut tidak bisa
menyangkal atau mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak tahu ataupun tidak
mengerti isi dari dokumen/surat yang ditanda tanganinya (mengingkarinya).

2.5 Pengertian Wesel


Wesel adalah salah satu alat yang sudah umum dan kita kenal di dunia perbankan. Fungsinya,
memudahkan para pemegangnya melakukan suatu transaksi secara praktis dengan beberapa syarat.
Syarat tersebut harus terpenuhi sebelumnya dalam waktu tertentu yang pemegangnya rencanakan
demi tujuan tertentu.

Secara umum pengertian surat wesel dapat kita ketahui berdasarkan pendapat ahli, secara
etimologi, dan secara hukum sesuai yang tertera pada KUHD. Menurut Mahmoeddin, wesel
adalah:
“sejenis surat berharga yang di dalamnya termasuk surat tagihan orang, sekaligus bentuk
perintah secara tertulis, tidak memiliki syarat dari penarik atau yang biasa disebut dengan
penanda tangan, yang nantinya ditujukan kepada seseorang atau bank demi membayar tanpa
syarat sejumlah uang tertentu kepada pihak-pihak maupun seseorang yang ditunjuk untuk
menerimanya.”

11
Pengertian secara etimologi, surat ini sama artinya dengan istilah bahasa Inggris yaitu “Bill of
Exchange”, dan sama pula. dengan istilah Belanda yang pelafalannya pun hampir sama, yaitu
“Wissel”.

Pengertian yang sama juga kita temukan pada istilah dalam bahasa Perancis, surat ini kita
sebut dengan “Letter de Change” atau bisa pula bermakna sebagai surat kuasa pengganti. Masing-
masing pengertian etimologi ini memiliki benang merah yang sama dan mengerucutkan
pengertiannya ini sebagai:
“suatu surat perintah yang dikeluarkan oleh seorang kreditur dan nantinya akan ditujukan
pada penerima (debitur) agar membayarkan sejumlah nominal tertentu pada waktu sebagaimana
yang telah ditentukan dalam wesel.”

Di dalam KUHD juga telah jelas pengertiannya. Menurut KUHD, surat wesel adalah:
“surat yang diterbitkan dengan kelengkapan berupa waktu maupun tanggal di dalamnya yang
nantinya penerbit dapat memerintahkan kepada yang tersangkut dengan tanpa syarat untuk
membayarkan uang sejumlah tertentu pada pengganti atau pemegangnya, yang tentunya harus
sesuai dengan tanggal atau waktu yang tercantum dalam wesel tersebut.”

Oleh karena itu, penggunaannya tidak dapat kita berlakukan secara sembarangan karena perlu
untuk mengetahui batasan waktu sesuai yang terdapat di dalamnya.

A. Fungsi Surat Wesel


Surat ini memiliki beberapa fungsi, di antaranya:
1). Sebagai Alat Bayar Kredit
2). Sebagai Alat Pengiriman Uang

B. Dasar Hukum Wesel


Surat ini memiliki dasar hukum yaitu pada pasal 100 sampai pasal 173 kitab undang undang
hukum dagang (KUHD). Tetapi tidak ada definisi eksplisit mengenainya di dalamnya.
C. Unsur-Unsur Penting dari Surat Wesel

12
Surat ini juga memiliki bagian-bagian tertentu di dalamnya yang membedakan dengan
kuitansi maupun nota-nota semacamnya. Unsur-unsur penting yang terdapat pada surat ini di
antaranya adalah sebagai berikut :
1). Tanggal dan Tempat Penerbitan
Wesel merupakan salah satu surat perbankan yang sifatnya berharga, oleh karena itu di
dalam surat tersebut harus mencantumkan tanggal maupun waktu yang telah kita
sepakati. Tidak hanya itu, di dalamnya perlu tercantum pula tempat penerbitan yang
telah pemberi kuasa tentukan agar nantinya surat ini ada pertanggungjawaban secara
jelas.

2). Perintah Tanpa Syarat


Surat ini dapat kita gunakan tanpa adanya syarat-syarat khusus yang tertuju pada si
tersangkut. Hal ini karena wesel merupakan surat perintah untuk membayarkan
sejumlah uang kepada seseorang yang telah mendapat kuasa tanpa perlu adanya syarat-
syarat tertentu.

D. Pihak yang Terkait


Para pihak yang turut terkait dalam adanya penggunaan surat ini antara lain:
A. Pihak tersangkut (tertarik),
B. Penerima wesel,
C. Endosen atau yang sering kita sebut dengan pemegang, serta
D. Penerbit.
Tanpa adanya penerbit, maka wesel ini tidak dapat kita pergunakan secara
maksimal.

E. Syarat-Syarat Wesel
Penggunaannya juga memiliki syarat-syarat tertentu yang membuatnya memiliki suatu
nilai. Surat ini sebelumnya telah kita kenal dari pedagang-pedagang dari negara lain yang
pada akhirnya tercantum dalam aturan VI KUHD pada pasal 100 sampai dengan pasal 173.
Apabila persyaratan-persyaratan ini telah tercakup dan termuat dalam suatu wesel, maka
barulah surat ini dapat kita gunakan, dan ada pengakuan secara hukum, dan sah.

13
Berikut adalah syarat-syarat yang perlu ada pada wesel:
a. Tertera nama dari tertarik/pembayar/drawee/betrolene.
b. Tanggal pembayaran tercantum dan tertulis dengan jelas.
c. Penulisan surat ini seyogyanya tertulis dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa
yang kita gunakan saat menulis wesel tersebut.
d. Selain perintah untuk membayar uang dalam jumlah tertentu, tidak tercantum
adanya perintah lain dalam wesel.
e. Pihak lain maupun nama orang yang ditunjuk dalam pembayaran yang
menggunakan wesel tersebut, harus melakukan pembayaran sesuai perintah yang
ada di dalamnya.
f. Penulisan tanggal dan tempat yang disepakati untuk diterbitkan harus tertulis.
g. Mencantumkan adanya tanda tangan dari penerbit.

F. Penyebab Tidak Berlaku


Wesel dapat pula tidak berlaku jika terdapat salah satu syarat yang tidak terpenuhi.
Berikut adalah penyebab suatu wesel tidak dapat berlaku secara semestinya.
a. Surat ini tidak berlaku jika tempat pembayaran yang tertulis di samping nama
dari si tertarik berada pada tempat yang dianggap tempat si tertarik berdomisili.
b. Surat ini tidak berlaku secara semestinya jika tidak ada ketetapan hari bayarnya.
Bila dalam surat ini tidak tercantum tanggal atau waktunya, maka surat tersebut
hanya berlaku pada hari ditunjukkannya.
c. Tempat wesel akan dianggap pada tempat sesuai penarik wesel apabila tidak
tercantum tempat wesel tersebut dapat ditarik.

G. Macam-Macam Jenis Wesel


Ternyata, wesel juga memiliki beberapa macam atau jenis. Anda harus bisa
membedakannya, karena berhubungan dengan keperluannya. Surat ini dapat terbagi secara
umum sebagai berikut :

14
1). Surat Wesel atas Pengganti Penerbit
Wesel atas pengganti penerbit ini berdasar pada pasal 102 ayat 1 KUHD,
merupakan surat yang terbit dengan cara menunjuknya sendiri dan berperan
sebagai pemegang yang pertama. Di dalam hal ini, maka, pemegang pertama dan
penerbit merupakan orang yang sama.

2). Wesel atas Penerbit Sendiri


Surat ini termuat dalam pasal 102 ayat 2 KUHD dan diterbitkan dengan
penerbitnya dianggap sebagai tersangkut, sehingga penerbit dapat menunjuk
dirinya sendiri sebagai pihak yang tersangkut. Oleh karenanya, tersangkut dan
penerbit adalah pihak yang sama.

3). Wesel untuk Perhitungan Orang Ketiga


Surat ini memiliki perhitungan orang ketiga di mana surat yang diterbitkan atas
perintah orang ketiga sesuai dengan pasal 102 ayat 3 KUHD yang berbunyi
bahwa pembayaran dibebankan kepada rekening dari pihak ketiga dan dalam
hal ini bank merupakan penerbit.

4). Surat Wesel untuk Menagih


Wesel ini kerap disebut pula dengan Wesel Inkaso. Surat ini termuat dalam pasal
102a ayat 1 KUHD. Surat ini terbit guna memberi kuasa kepada pemegang
pertama untuk dapat menagih sejumlah uang pada yang tersangkut.

5). Wesel Berdomisili


Surat wesel berdomisili yang termuat dalam pasal 103 KUHD ini memiliki
maksud di mana surat ini terbit dengan cara pembayarannya ditentukan sesuai
tempat tinggal pihak ketiga dengan tujuan mempermudah pembayaran.
6). Wesel Berdomisili Blangko
Surat ini sesuai dengan peraturan yang terdapat pada pasal 126 KUHD. Maksud
dari wesel berdomisili blangko adalah surat ini terbit melalui ketentuan

15
pembayaran jika memiliki perbedaan dengan tempat domisili yang
bersangkutan.

2.6 Sertifikat Bank Indonesia

1). Pengertian Sertifikat Bank Indonesia


Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem bungadiskonto. SBI
merupakan salah satu mekanisme yang digunakanBank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer
yang beredar. Tingkat suku bunga SBI yang berlaku pada setiap penjualanSBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang.Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme
"BI rate”, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikapatau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter. BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter
untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar
terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan diharapkan
mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih panjang.
Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan
25 basis poin (bps).

2). Tujuan penerbitan SBI


Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam
paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan
dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi
kelebihan uang primer tersebut.
3). Karakteristik SBI
Berikut ini merupakan Karakteristik SBI, yaitu sebagai berikut :

16
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka
waktu 1 dan 3 bulan.
2. Denominasi: dari yang terendah Rp50 juta sampai dengan tertinggi Rp100 miliar.
3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp100 juta dan selebihnya dengan kelipatan
Rp50 juta, khusus untuk mahasiswa satuan terkecilnya adalah Rp 1 juta diterbitkan
tanpa warkat.
4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus Untuk membeli
SBI, bank perlu memperhitungkan nilai tunai sebagai akibat system diskonto tersebut.
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka. Besarnya
diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tunai.
6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

4). Pemilik SBI


Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka,
penjualan SBI diprioritaskan kepada lembaga perbankan. Meskipun demikian, tidak tertutup
kemungkinan masyarakat baik perorangan maupun perusahaan untuk dapat memiliki SBI.
Pembelian surat berharga ini dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat baik instansi,
masyarakat umum dan warga negara asing. Bisnis investasi ini dapat dilakukan oleh semua
pihak termasuk mahasiswa. Bahkan hanya dengan uang 1 juta rupiah para mahasiswa ini sudah
dapat melakukan pembelian SBI. Sedangkan bagi masyarakat umum, pembelian minimal SBI
adalah 100 juta dan kelipatan 50 juta rupiah setiap pembelian. Bank Indonesia melakukan
penjualannya melalui sistem lelang. Surat berharga ini diterbitkan dalam 3 macam bentuk.
Pertama adalah SBI dengan jangka waktu 1 bulan, bulan dan yang terlama adalah satu tahun.
Nominal dari surat berharga ini dimulai dari nilai 50 juta rupiah hingga 100 miliar.
SBI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia diterbitkan dengan sistem diskonto. Sistem ini
memberikan imbalan dari selisih nilai nominal dan nilai tunai dari SBI tersebut. Pembayaran
diskonto ini dilakukan di muka sehingga pada tenggat waktu pembayaran, BI hanya akan
mengembalikan uang anda. Pembelian SBI tidak bisa dilakukan oleh pembeli secara langsung.
Jika anda tertarik untuk membeli anda harus datang ke bank-bank umum untuk melakukan
pembelian SBI. Pembelian juga dapat dilakukan kepada pialang-pialang yang telah
mendapatkan wewenang untuk menjual kepada pembeli. Metode pembelian SBI dilakukan

17
setiap hari Rabu sedangkan pengumuman terjadinya lelang pada satu hari sebelumnya atau pada
hari selasa.

2.7 Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan (financing) bagi pemerintah dan
perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan suatu
surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana
penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala
dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo. (Adler, Desmon,
Wilson; 2007) .

Obligasi adalah instrumen hutang jangka panjang yang mengindikasikan bahwa sebuah
perusahaan telah meminjam sejumlah uang tertentu dan berjanji untuk membayarnya di masa
depan dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Syarat yang ditentukan sebelumnya adalah
waktu jatuh tempo, coupon interest rate, dan periode pembayaran bunga. (Gitman; 2003).

Sedangkan menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2005), obligasi sering disebut sebagai fixed-
income securities, karena obligasi menawarkan aliran pendapatan kas yang tetap atau aliran
pendapatan kas dengan formula yang sudah ditentukan sebelumnya. Obligasi relatif mudah
dimengerti karena besarnya pembayaran sudah ditentukan dari awal dan risiko yang ditanggung
dapat menjadi relatif kecil selama penerbit obligasi dapat dipercaya kemampuannya untuk
membayar hutangnya.

Karakteristik Obligasi
Secara umum, obligasi dapat dibagi berdasarkan empat karakter berikut (Agus Salim; 2002):
• Fitur Intrinsik (Intrinsic Features)
Kupon, waktu jatuh tempo, dan tipe kepemilikan obligasi merupakan fitur intrinsik yang penting
bagi suatu obligasi. Kupon dari suatu obligasi mengindikasikan pendapatan periodik yang akan
diperoleh investor selama usia dari obligasi tersebut atau selama periode kepemilikannya. Kupon
juga dikenal sebagai pendapatan bunga (interest income). Waktu jatuh tempo adalah tanggal yang

18
spesifik saat usia obligasi berakhir. Pada tanggal tersebut emiten wajib membayar pokok beserta
kupon terakhir dari obligasinya. Nilai pokok obligasi adalah nilai sebenarnya dari suatu obligasi.
Tipe kepimilikan obligasi terbagi menjadi obligasi atas unjuk (bearer bonds) yang berarti bahwa
kepemilikan obligasi berdasarkan siapa yang memegang obligasi tersebut dan yang kedua adalah
obligasi tanpa warkat (registered bonds) yang berarti bahwa kepemilikan obligasi berdasarkan
siapa yang tercatat sebagai pemilik di kustodian sentral.

• Tipe Emisi
Berbeda dengan saham, suatu perusahaan dapat memiliki berbagai jenis obligasi outstanding
yang berbeda-beda pada saat bersamaan. Tipe obligasi dapat dibedakan berdasarkan senioritas
klaim dari obligasi tersebut mulai dari yang paling aman, yaitu obligasi senior (secured bonds),
obligasi paripassu (unsecured / debenture bonds), hingga obligasi subordinate (junior bonds)
yang mempunyai hak klaim atas pendapatan maupun pembayaran pokok paling terakhir.

• Provisi Indenture
Indenture adalah kontrak antara emiten dan investor berkaitan dengan aspek legal dari obligasi.
Trustee, yang umumnya adalah bank, bertindak atas nama pemegang obligasi untuk memastikan
bahwa semua provisi indenture dipenuhi oleh emiten, termasuk pembayaran bunga dan pokok
obligasi yang tepat waktu.

• Fitur yang Mempengaruhi Jatuh Tempo


Investor harus sadar akan adanya fitur yang dimiliki oleh obligasi yang dapat mengakibatkan
obligasi jatuh tempo sebelum waktunya, yaitu opsi call yang memberikan hak kepada penerbit
obligasi untuk melunasi obligasinya pada suatu waktu sebelum jatuh tempo. Selain itu juga ada
opsi put yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk meminta pelunasan obligasi
lebih cepat sebelum waktu jatuh tempo serta Sinking Fund yang secara spesifik membuat obligasi
dilunasi secara bertahap, sistematik, dan periodik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Menurut Gitman (2003), biaya yang dikeluarkan oleh penerbit obligasi biasanya lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan untuk pinjaman jangka pendek. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya tersebut :

19
• Waktu jatuh tempo Pada umumnya, hutang jangka panjang membayar tingkat bunga yang
lebih tinggi daripada hutang jangka pendek. Semakin lama waktu jatuh tempo dari suatu
obligasi, maka semakin rendah akurasi untuk memperkirakan tingkat bunga di masa depan,
sehingga semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh pemegang obligasi.

• Besarnya obligasi yang ditawarkan Besarnya nilai obligasi yang ditawarkan juga
mempengaruhi biaya bagi penerbit obligasi. Semakin besar nilai obligasi yang ditawarkan,
semakin rendah biayanya. Hal ini disebabkan oleh biaya administrasi per dollar yang dipinjam
menurun seiring dengan peningkatan nilai obligasi yang ditawarkan.

• Risiko default penerbit obligasi Semakin besar risiko default dari penerbit obligasi, maka
semakin tinggi pula tingkat bunga obligasi. Pemegang obligasi tentu ingin menerima
kompensasi dengan return yang lebih tinggi jika harus menanggung risiko yang lebih besar.
Biasanya investor mempercayakan pada peringkat obligasi suatu perusahaan untuk
menentukan risiko penerbit obligasi.

Jenis-jenis Obligasi

Berdasarkan jenis penerbitnya secara umum obligasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obligasi
pemerintah dan obligasi korporasi. Obligasi pemerintah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu
obligasi pemerintah pusat (Treasury Bonds) dan obligasi pemerintah daerah (Municipal Bonds).
Di lain sisi, berdasarkan strukturnya, obligasi dapat dibedakan menjadi :
• Obligasi suku bunga tetap (Fixed Rate / Straight Bonds) Obligasi jenis ini memiliki kupon
bunga dengan besaran tetap yang dibayar secara berkala kepada investor sepanjang masa
berlakunya obligasi.

• Obligasi Floating (Floating Rate Notes)


Floating rate note (FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada
suatu indeks pasar uang seperti LIBOR atau Euribor. Floating rate notes ini populer
digunakan pada saat inflasi dan tingkat bunga di masa yang akan datang sulit untuk diprediksi.
Obligasi ini biasanya dijual mendekati harga par karena penyesuaian yang otomatis sesuai
dengan kondisi pasar.

20
• Obligasi tanpa kupon (Zero Coupon Bonds)
Zero Coupon Bonds adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini
diperdagangkan dengan pemberian potongan harga (discount) dari nilai par. Pemegang
obligasi menerima secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi.
• Obligasi Convertible dan Exchangeable
Obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham biasa (common stock) dari perusahaan penerbit
obligasi disebut convertible bonds. Sedangkan exchangeable bonds dapat ditukarkan dengan
saham biasa perusahaan lain.

2.8 Pengertian Cek

Dijelaskan dalam buku Hukum Perbankan Nasional Indonesia oleh Hermansyah, cek adalah
surat berharga yang tertera tanggal dan menyebutkan tempat penerbitnya. Cek merupakan perintah
tanpa syarat oleh penarik (penerbit) untuk membayar kepada pihak pemegang atau pembawanya,
lalu pembayaran dilakukan oleh pembayar yakni bank dari pihak penerbit atau penarik.
Lalu menurut Widjanarto dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Ketentuan Perbankan di
Indonesia, cek adalah surat yang berisi perintah tidak bersyarat kepada bank yang memiliki
rekening nasabah untuk membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada seseorang atau yang
ditunjuk olehnya atau pembawanya.
Mengutip situs Bank Indonesia (BI), cek adalah sarana perintah pembayaran tunai atau
pemindahbukuan. Cek juga bisa dipindahtangankan dan diterbitkan dalam mata uang rupiah.

Macam-Macam Cek
1. Cek Atas Nama
Cek atas nama merupakan jenis cek yang diterbitkan atas nama seseorang atau badan hukum
tertentu. Dengan begitu, nama seseorang yang tertulis di dalam cek tersebut harus jelas sehingga
bisa dibaca dan diketahui dengan mudah.

21
2. Cek Atas Tunjuk
Berbanding terbalik dengan cek atas nama, di dalam cek atas tunjuk tidak tertulis nama
seseorang atau badan hukum tertentu. Jadi siapa saja dapat menguangkan atau mencairkan cek
atau dengan kata lain cek bisa diuangkan oleh si pembawa cek.

3. Cek Mundur
Cek mundur adalah jenis cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal saat ini. Pada
umumnya cek ini dapat terjadi karena terjalin kesepakatan antara si pemberi cek dengan si
penerima cek, yang mana masih belum memiliki uang pada saat itu.

4. Cek Silang
Cek silang atau cross cheque adalah jenis cek yang di bagian pojok kiri atas terdapat dua
tanda silang. Cek ini sengaja diberi silang agar fungsi cek yang semula tunai berubah menjadi
non tunai atau sebagai pemindahbukuan.

5. Cek Atas Pembawa


Cek atas pembawa merupakan cek yang berbanding terbalik dengan cek atas tunjuk. Cek
atas pembawa adalah cek yang tidak menuliskan nama penerima dana, sehingga pihak bank
akan melakukan pembayaran kepada siapa pun yang membawa cek tersebut dan telah
mengajukannya.

6. Cek Kosong
Cek kosong adalah cek yang dananya tidak tersedia atau kurang di dalam rekening nasabah
penarik cek. Jadi, nasabah yang bersangkutan hanya diperbolehkan menerbitkan surat cek yang
jumlahnya maksimal sama dengan isi rekening di dalam giro, apabila jumlah cek melebihi saldo
rekening giro maka dapat dikatakan cek kosong.

Beda Cek dengan Bilyet Giro


Dijelaskan dalam e-Jurnal Cek dan Bilyet Giro oleh Dwi Valen Febriyani, bilyet giro adalah
surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana
dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.

22
Sederhananya, bilyet giro merupakan surat yang dapat dialihkan atau diperdagangkan serta
ditukarkan dengan uang seperti halnya cek.

Apabila bilyet giro tidak disebutkan dan tidak tertera nama si penerima dana oleh
penariknya, maka sangat mudah untuk dialihkan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya.
Maka dari itu, pembayaran bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tak dapat
berpindah tangan melalui endosemen. Lantas, apa yang membedakan antara cek dengan bilyet
giro
1. Cek
a. Pembayaran dari bank bisa dilakukan atas unjuk
b. Cek bisa langsung diuangkan secara tunai melalui bank
c. Penarikan cek akan dikenakan biaya materai
d. Cek tak bisa diuangkan pada bank yang bersangkutan sebelum diberi tanggal
penerbitannya secara resmi
e. Cek berfungsi sebagai surat perintah dari nasabah kepada bank untuk membayar
dengan uang tunai kepada orang yang ditunjuk kepada pemegang cek itu.

2. Bilyet Giro
a. Pemindahbukuan yang dilakukan oleh pihak bank hanya bisa dilakukan atas nama
b. Bilyet giro tak bisa langsung diuangkan secara tunai
c. Penarikan bilyet giro tidak dikenakan biaya materai
d. Bilyet giro bisa diserahkan kepada pihak bank sebelum tanggal efektif bila tanggal
efektif tercantum lebih awal dari tanggal penerbitannya
e. Bilyet giro berfungsi sebagai surat perintah dari nasabah kepada bank untuk
memindahkan dana kepada orang lain yang sudah ditunjuk serta memiliki rekening
yang resmi pada bank tersebut.

2.9 Pengertian Inkaso


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian inkaso adalah
proses penagihan piutang kepada pihak tertagih berdasarkan warkat yang telah
ditentukan atas risiko tagihan.

23
Sementara itu, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengertian inkaso adalah
penagihan cek dan surat utang lain yang termasuk surat aksep maupun obligasi kepada
penerbit surat berharga, serta menerima pembayaran dari bank pembayar.
Singkatnya, inkaso adalah salah satu layanan jasa perbankan dengan melibatkan
pihak ketiga dalam proses penagihan piutang berupa warkat maupun surat berharga
yang tidak kunjung dibayarkan.
Selain inkaso, pemindahan dana dapat dilakukan dengan kliring. Perbedaan kliring
dan inkaso terletak pada objeknya. Kliring merupakan transfer aset berupa sejumlah
uang dengan nominal besar, sedangkan inkaso adalah pemindahan aset berupa wesel,
bilyet giro, cek, money order dan kwitansi.

Jenis-jenis Inkaso
Setelah memahami pengertian inkaso dalam dunia perbankan, Anda harus
mengetahui beberapa jenis inkaso. Pasalnya, terdapat dua jenis yang dibedakan
berdasarkan perputaran dana dan sistem transaksi. Diantaranya sebagai berikut. :

1. Berdasarkan Lalu Lintas Dana


Jika dilihat dari lalu lintas dananya, maka inkaso terbagi menjadi dua, yaitu keluar
dan masuk. Dalam alur masuk, inkaso adalah sejumlah tagihan masuk yang dibebankan
kepada rekening nasabah. Sedangkan, inkaso keluar adalah bentuk penagihan kepada
pihak ketiga di luar kota setelah menjalankan perintah dari nasabah.

2. Berdasarkan Transaksi
Berdasarkan jenis transaksi, pembagian inkaso adalah berdasarkan adanya lampiran
berkas. Yaitu, warkat tanpa memerlukan dokumen seperti cek dan giro, dan warkat
dengan melampirkan dokumen penting, seperti polis asuransi dan surat berharga lainnya
yang telah disetujui pihak bank.
Mekanisme Inkaso
Sama halnya seperti layanan bank lainnya, sistem dari inkaso berbeda-beda
bergantung dengan Berikut ini tiga macam mekanisme pelaksanaan inkaso di Indonesia.

24
Via Bank Sendiri
Dalam mekanisme bank sendiri, inkaso dilakukan jika bank tujuan berada di kota
yang sama dengan bank pihak pembeli. Dengan begitu, layanan inkaso akan
memudahkan nasabah dalam melakukan penagihan, meskipun lokasinya cukup jauh.

Via Bank Koresponden


Mekanisme selanjutnya adalah dengan adanya pihak ketiga untuk membantu
kegiatan inkaso. Jika bank yang ditunjuk tidak memiliki cabang di kota yang sama
dengan nasabah, maka dibutuhkan bank koresponden. Proses dalam sistem ini juga
terbilang cukup rumit dan memakan waktu agak lama dibanding via bank sendiri.

Antar Cabang Bank Sendiri


Mekanisme yang satu ini merupakan proses paling mudah dibanding via bank
sendiri maupun koresponden. Pasalnya, dalam layanan mekanisme inkaso ini sama-
sama menggunakan satu bank induk sama dengan lokasi cabang berbeda.

Pihak yang Terlibat dalam Inkaso


Berkaitan dengan inkaso, pihak yang terlibat dalam Inkaso bank adalah pelaksana
dan pemrakarsa. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Bank Pemrakarsa
Bank pemrakarsa inkaso adalah pihak yang mempunyai tugas sebagai penerima
warkat berupa wesel, giro, dan cek dari pihak ketiga untuk ditagihkan. Dan nantinya
hasil keuntungan tersebut akan diberikan setiap akhir bulan sebesar 50% dari total
komisi.

2. Bank Pelaksana
Sedangkan, bank pelaksana inkaso adalah pihak yang bertugas untuk melakukan
penagihan menggunakan media berupa warkat, seperti cek dan giro kepada pihak ketiga
atas perintah dari bank pemrakarsa.

25
Keuntungan Inkaso :

1. Menghemat Biaya
Menagih warkat di kota yang berbeda tentunya membutuhkan biaya besar. Dengan
begitu, inkaso adalah salah satu solusinya. Pasalnya, biaya inkaso lebih kecil jika
dibandingkan menagih mandiri, serta mengendalikan budget management.
2. Lebih Menghemat Waktu
Selain dapat menghemat biaya, keuntungan lain dari inkaso adalah lebih
menghemat waktu. Dengan adanya layanan inkaso, bank akan membantu Anda dalam
melakukan penagihan. Sehingga tidak memerlukan banyak waktu.
3. Terhindar dari Risiko Kehilangan
Sebagian besar pengguna inkaso adalah perusahaan dagang yang mungkin sering
melakukan pengiriman uang atau melakukan pembayaran dalam jumlah besar. Dengan
menggunakan layanan inkaso, melakukan transaksi antar perusahaan akan sangat aman
terhindar dari segala risiko kejahatan.

2.10 Pengertian Kliring


Pengertian kliring menurut Pratnama Raharja (1997;132), yaitu : “Kliring adalah
Perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara
saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan
untuk dapat diperhitungkan “
Adapun pengertian kliring menurut Thomas suyatno (1999;81), yaitu : “Kliring
adalah sarana perhitungan warkat antar Bank yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia
guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kliring adalah
Sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan surat-surat
berharga dan surat-surat dagang guna memperlancar.lalulintas pembayaran yang terdiri
dari pengiriman uang,inkaso dan pembukaan letter of credit.
Kliring merupakan transaksi lalu lintas pembayaran yang di maksudkan untuk
memudahkan penyelesaian utang piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral.

26
Transaksi ini dilakukan setiap bank peserta kliring melalui perantara bank indonesia
sebagai lembaga kliring.
Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud
agar penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman serta memperluas dan
memperlancar lalu litas pembayaran giral.
Lalu Lintas Pembayara Giral adalah suatu proses kegiatan bayar membayar dengan
warkat kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan diantara bank-bank,
baik atas beban maupun keuntungan nasabah bank.

Jenis Jenis Kliring


1. Kliring Umum, yaitu Sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang pelaksanaannya
diatur Bank Indonesia.
2. Kliring Lokal, yaitu Sarana perhitungan warkat antar bank yang berada dalam satu
wilayah kliring (telah ditentukan).
3. Kliring Antar Cabang (Interbranch Clearing), yaitu Sarana perhitungan warkat antar
kantor cabang suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. Kliring
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu kantor cabang
untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang bersangkutan.

2.11 Pengertian Anjak Piutang


Anjak piutang adalah pengalihan piutang. Jasa keuangan perusahaan pengalihan
piutang yang menjual atau mengalihkan hak atas piutang usahanya kepada anjak piutang,
yang kemudian bertindak sebagai prinsip terpenting bukan sebagai perusahaan perantara
yang mengusahakan penjualan bagi perusahaan lain atas nama pengusaha tersebut.
Pengertian lainnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan adalah
pembiayaan dalam bentuk pembelian serta pengalihan pengurusan piutang jangka pendek
dari transaski perdagangan dalam atau luar negeri. Dalam ketentuan Surat Keputusan
Menteri Keuangan terdapat kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk:
a. Pembelian dan peralihan

27
b. Kepengurusan Anjak piutang dalam definisi tersebut ada kegiatan terpenting
yang perlu diketahui di Indonesia, yakni:
1. Ada 2 jenis transaski anjak piutang, yaitu anjak piutang berhubungan dengan
pembiayaan dibentuk dalam pembelian atau peralihan piutang dan non
pembiayaan anjak piutang ke piutang atau tagihan ke bentuk pengurusan.
2. Transaksi perdagangan dalam negeri dan perdagangan antar negara di bentuk
transaksinya seperti ekspor/impor dapat dilakukan dengan transaksi anjak
piutang. 3. Objek pembiayaan dalam anjak piutang berupa piutang atau bisa
dilakukan dengan tagihan jangka pendek pada transaksi perdagangan luar
maupun dalam negeri yang ada diperusahaan.
4. Anjak piutang dalam pembiayaannya bisa digunakan hanya di perusahaan,
melainkan bukan kepada orang perorangan atau secara individual saja.
Pada prinsipnya peberian kredit kepada supplier merupakan bentuk kegiatan anjak
piutang. Caranya menggunakan pembelian piutang atau tagihan yang ada pada nasabah
atau customer. Dengan begitu yang akan terjadi adalah dalam pemberian kredit itu
ditujukan oleh pemasok kepada pembeli, namun yang membedakan hanya saja sebelum
itu perjanjian anjak piutang telah ditandatangani.
Anjak piutang banyak digunakan oleh perusahaan factoring dan perdagangan yang
banyak memperoleh keuntungan besar dikarenakan banyak memiliki manfaat yang besar.
Kegiatan anjak piutang banyak melibatkan akan memberikan perolehan keuntungan yang
diperoleh bagi masing-masing pihak yang ada, baik pada perusahaan anjak piutang itu
sendiri, bagi klien, maupun customer. Manfaat anjak piutang berupa: 1. Manfaat bagi
klien, yang diperoleh klien terdiri dari:
a. Manfaat perolehan jasa pembiayaan, antara lain:
1). Peningkatan penjualan, yaitu melaui jasa ini pembiayaan klien bisa melakukan
dengan cara kredit (pembiayaan) dalam penjualannya. Sebenarnya dengan cara ini
kredit lumayan sulit untuk melakukannya apabila pada klien mengalami kesulitan
modal. Akan tetapi, jasa yang digunakan seperti anjak piutang, klien akan mampu
menjualnya dengan cara seperti perkreditan. Dengan cara kredit tersebut
peningkatan daya tarik pada penjualan bagi pembeli akan menggunakan dana
terbatas dan seadanya.

28
2). Kelancaran modal kerja, merupakan klien yang memungkinkan jasa anjak
piutang untuk mengubah piutangnya yang belum pernah habis masa ke dana tunai
dengan metode langkah yang efisien dan cukup mudah sehingga cepat. Dana tunai
sebesar itu akan tersedia dan dapat digunakan oleh klien guna memberikan dana
kegiatan pengoperasian klien. Contoh pembelian bahan baku, untuk menggaji
karyawan, dan sebagainya.
3). Dengan tidak tertagihnya piutang dalam pengurangan risiko, berupa dengan
without recourse. Dengan adanya pembayaran seperti itu akan memungkinkan
sebagian risiko akan tidak tertagihnya piutang kepada lenbaga anjak piutang.
Akan sangat menguntungkan menggunakan pengalihan risiko seperti ini. Pasti
lancar dan akan kepastian usaha bagi pihak klien.

b. Manfaat yang didapatkan dari jasa non pembiayaan, antara lain:


1). Memudahkan penagihan piutang, merupakan penagihan utang yang jasa tersebut
diberikan oleh lembaga anjak piutang karena dalam klien ini tidak perlu
penagihannya secara langsung pada pelanggan sehingga tenaga kerja waktunya
dapat bermanfaat untuk melakukan kegiatan lain yang lebih produktif.
2). Efisiensi usaha, yakni pengelolaan kegiatan penjualan akan memungkinkan klien
secara lebih rapi dan efisien karena pihak perusahaan pada administrasinya sudah
berpengalaman.
3). Peningkatan kualitas piutang, pada pemberian fasilitas kredit oleh jasa
administrasi penjualan akan lebih efektif oleh pembeli, sehingga kemungkinan
akan lebih tinggi pada tertagihnya piutang.

2. Manfaat bagi factor (lembaga anjak piutang), yaitu manfaat utamanya yang akan
diterima lembaga anjak piutang adalah dari pihak klien mendapatkan penerimaan
brupa bentuk fee. Fee-nya tersebut terdiri dari:
a. Discount fee (Biaya diskon), yaitu Jasa pembiayaan (uang muka) atas piutang yang
diberikan dan dibayarkan oleh klien kepada factor. Biaya diskon ini
perhitungannya diperoleh dari persentase tertentu dengan apa yang diperoleh
besarannya melalui pembiayaan yang diberikan atas dasar risikonya.

29
b. Service fee (Biaya jasa), yaitu upah yang dibayarkan kepada factor oleh klien.
Karena factor memberikan jasa non pembiayaan yang besar nilai persentase
tersebut ditentukan oleh besar beban kerja yang akan dilakukan oleh factor.
Semakin besar volume penjualan, akan semakin besar pula fee tersebut. Dan
semakin sulit penagihannya, akan semakin kecil.

3. Manfaat bagi pelanggan, antara lain:


a. Klien akan mendapatkan kesempatan melakukan pembelian kredit. Karena
kehadiran jasa pembiayan factoring akan memungkinkan dilakukannya klien
dalam penjualan secara kredit.
b. Klien bisa melakukan penjualan secara cepat dikarenakan pelayanan pada
penjualan lebih baik dengan jasa adminitrasi penjualan.

2.12 Pengertian Kartu Kredit


Kartu kredit bukanlah suatu alat pembayaran seperti halnya wesel dan cek
karena dengan mengunakan kartu kredit sebagai pelaksanaan pembayaran tidaklah
terjadi suatu pemindahan dana dari pemegang kartu kepada penerima pembayaran
(dalam hal ini outlets). Kartu kredit berbeda dengan cek dan wesel, tidaklah diatur
dalam undang-undang dan kartu kredit tidak bisa dipindah alihkan.
Kartu Kredit merupakan istilah yang diadopsi dari istilah credit card,
merupakan kata majemuk, yang terjadi dari dua kata yang masing-masing
mempunyai pengertian dan arti yang berbeda, dalam pengertian yang tidak sepadan
serta berbeda pula pengertiannya secara harafiahnya. Kartu kredit terdiri dari dua
kata yaitu kartu dan kredit. Kartu adalah kertas tebal yang tidak berapa besar
biasanya persegi panjang untuk berbagai keperluan. Kredit/Credit berasal dari
bahasa Romawi “Credue” yang mempunyai arti “Percaya” diadopsi oleh
masyarakat sebagai membeli dan atau menjual secara angsuran. Meskipun
demikian, Purwodarminto memberi arti kredit sebagai menjual/membeli dengan
tidak membayar tunai.
Berikut beberapa pengertian kartu kredit menurut para ahli dan para praktisi:

30
a. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1972 Sebagaimana Telah Diubah
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Kartu kredit
adalah salah satu alat pembayaran paling mutakhir setelah cek dan giro yang
bersifat tidak tunai. Kartu kredit dibuat dari plastik dengan ukuran standar
tertentu dan berisikan data nomor kartu yang terekam dalam magnetic stripe
pada bagian belakang kartu. Pada bagian depan kartu terdapat nama dan nomor
pemegang kartu yang dicetak timbul, juga terdapat tangal masa berlaku kartu
tersebut. Nomor pemegang kartu biasanya terdiri dari 12- 16 digit dan unik untuk
setiap bank dan pemegang kartu.
b. Kartu Kredit adalah alat pembayaran pengganti uang tunai dan cek.
c. Kartu Kredit adalah kartu atau sejenis kartu yang merupakan fasilitas kredit dapat
digunakan untuk membayar barang dan atau jasa di tempat-tempat yang sudah
ditentukan.
d. Kartu Kredit adalah kartu yang umumnya dibuat dari bahan plastik dengan
dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak
terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan
pembayaran harga dari jasa atau barang yang dibeli di tempat-tempat tertentu,
seperti toko, hotel, restoran, penjualan tiket, pengangkutan dan lain-lain.

Selanjutnya membebankan kewajiban kepada penerbit kartu kredit untuk


melunasi harga barang dan jasa. Kemudian kepada penerbitnya diberikan hak
untuk menagih kembali pelunasan harga tersebut dari pihak pemegang kartu kredit
plus biaya-biaya lainnya, seperti bunga, biaya tahunan, uang pangkal, dengan dan
sebagainya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kartu kredit
adalah alat pembayaran untuk membeli barang atau jasa di tempat-tempat yang
sudah ditentukan, dan berupa kartu plastik. Kartu kredit itu sendiri menawarkan
cicilan kepada penggunanya untuk melunasi barang atau jasa konsumennya dalam
jangka waktu tertentu.

Fungsi Kartu Kredit

31
Pada dasarnya fungsi pokok dari kartu kredit ialah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat luas sehingga dapat melancarkan dan mendorong
perdagangan dan perputaran uang. Pada awalnya, konsep kredit muncul karena
adanya kebutuhan dari pihak yang kelebihan uang dengan yang kekurangan uang
demi pencapaian kebutuhan. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat
menunjukkan prestasi yang lebih tinggi berupa kemajuan-kemajuan pada usahanya
atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya.
Adapun bagi pihak yang memberi kredit, secara materiil dia harus
mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang
dijadikan objek kredit dan secara spiritual mendapatkan kepuasan dengan dapat
membantu pihak lain mencapai kemajuan.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Giro adalah jenis simpanan di bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Penarikan uang di rekening giro dapat dilakukan kapan saja dengan menggunakan cek,
bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya yang telah disetujui oleh bank.
Setiap penarikan uang di rekening giro harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
bank, seperti waktu jam kantor, keabsahan dan kesempurnaan cek, dan saldo yang
tersedia. Giro juga dapat dijadikan sebagai sarana pembayaran antar bank. Giro
merupakan salah satu bentuk simpanan di bank, selain tabungan dan deposito.

Deposito berjangka adalah jenis simpanan di bank yang mengharuskan nasabah


untuk menyimpan dana selama jangka waktu tertentu, biasanya berkisar antara satu bulan
hingga enam tahun. Nasabah dapat menarik dana pada saat jatuh tempo deposito atau
sebelum jatuh tempo dengan mengeluarkan biaya penalti. Deposito berjangka
menawarkan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan simpanan tabungan atau
giro, namun tidak seflexibel karena nasabah tidak dapat menarik dana secara bebas seperti
yang bisa dilakukan pada simpanan giro. Deposito berjangka merupakan pilihan yang
tepat bagi nasabah yang ingin menyimpan dana dalam jangka waktu yang lebih panjang
dan tidak membutuhkan akses ke dana secara terus-menerus.

Sertifikat deposito adalah jenis investasi yang terdapat di bank. Sertifikat deposito
merupakan bentuk simpanan yang memberikan imbalan kepada nasabah berupa bunga
atas simpanan yang disetorkan. Sertifikat deposito memiliki jangka waktu tertentu,
biasanya mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Bunga yang diberikan pada
sertifikat deposito biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa, tetapi lebih
rendah daripada bunga obligasi. Sertifikat deposito merupakan pilihan investasi yang
aman karena dana yang disimpan di bank dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS). Namun, sertifikat deposito juga memiliki risiko, seperti risiko inflasi dan risiko
terjadinya krisis ekonomi yang dapat menurunkan nilai investasi.

33
Surat Pengakuan Utang adalah surat berharga (blanket lien) yangditerbitkan untuk
mengikat secara hukum atas seluruh agunan milik Debitur bagi kepentingan Kreditur.
Wesel adalah salah satu alat yang sudah umum dan kita kenal di dunia perbankan.
Fungsinya, memudahkan para pemegangnya melakukan suatu transaksi secara praktis
dengan beberapa syarat. Syarat tersebut harus terpenuhi sebelumnya dalam waktu tertentu
yang pemegangnya rencanakan demi tujuan tertentu.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem
bungadiskonto. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakanBank Indonesia
untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Obligasi merupakan salah satu sumber
pendanaan (financing) bagi pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar
modal.

3.2 Saran
Karena penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dalam
penyusunan maupun isi dalam materi yang di analisis, sehingga saran dari pembaca yang
bersifat membangun sangat dibutuhkan demi kesmpurnaan makalah ini maupun
penyusunan makalah selanjutnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. 2014. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. (Jakarta: Kencana).

Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: RajaGrafindo Persada).

Rahman, Sufirman dan Eddie Rinaldy. 2013. Hukum Surat Berharga Pasar Uang.
(Jakarta: Sinar Grafika).
Djumhana, Muhammad. 1993. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya
Bakti.
Budi Rachmat, SE, MM ,Anjak Piutang Solusi Cash Flow Problem, (Jakarta: Gramedia,
2003)
Naerul Edwin Kiky Aprianto, Anjak Piutamg (Factoring) Dalam Ekonomi Islam, (Jurnal
Ekonomi Islam Vol. 8 No. 1: Januari-Juni 2017).

35

Anda mungkin juga menyukai