Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM DAN


PERANANNYA DALAM KEGIATAN EKONOMI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Lembaga Keuangan Syariah

Dosen pengampu :

Sundari, M.Pd.

Kelompok 4 :

1. Alfu Alfi Ni’am (20201700229006)


2. Muhammad Zul Fikri (20201700229029)
3. Vania Diaz Widyarini (20201700229045)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM

MOJOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia,
serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Manajemen Lembaga Keuangan Syariah mengenai Lembaga Keuangan, Lembaga
Keuangan Islam Dan Peranannya Dalam Kegiatan Ekonomi ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi terakhir,
Nabi Muhammad SAW, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Sundari
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan Syariah .

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal
kami selaku para penulis.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menanbah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagai mestinya.

Mojokerto, 15 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I............................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan penulisan.............................................................................................
BAB II...........................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Pengertian, Peran, dan Fungsi Lembaga Keuangan........................................
B. Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia........................................
C. Lembaga Keuangan Bank Syariah..................................................................
BAB III.......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem ekonomi Islam, suatu identitas usaha seperti lembaga
keuangan syariah merupakan instrumen yang digunakan untuk
menerapkan aturan-aturan ekonomi. Sebagai bagian dari sistem ekonomi,
lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial. Oleh
karenanya, keberadaan masyarakat (manusia), serta nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Karenanya, Islam menolak
pandangan yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang
bebas nilai (value free).
Aturan-aturan ekonomi Islam dalam melakukan suatu usaha tidak
hanya berkaitan dengan pelarangan berbisnis atas komoditas alkohol,
pornografi, perjudian dan aktivitas amoral/asosila lainnya, akan tetapi ia
juga ditujukan untuk memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian
tujuan sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik. Bisnis secara dysrish
dijalankan untuk menciptakan iklim bisnis yang baik dan lepas dari praktik
kecurangan. Aturan-aturan tersebut dibuat berdasarkan perintah Allah
dalam Al-Qur’an, petunjuk Nabi Muhammad Saw. dalam hadis, dan ijma’
serta qiyas para ulama.
Salah satu bentuk bisnis yang dijalankan secara syariah adalah
bisnis keuangan yang dilakukan oleh berbagai lembaga keungan baik yang
berbentuk bank atau non bank. Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
merupakan salah satu sektor ekonomi Islam yang berkembang pesat pada
beberapa dekade terakhir. Perkembangan yang pesat ini tidak saja
didorong oleh memburuknya sistem perekonomian dunia uang dimotori
oleh sistem konvensial, akan tetapi juga oleh semangat religius dan
kepetingan praktis pragmatis dalam membangun perekonomian umat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, peran, dan fungsi dari lembaga keuangan?
2. Bagaimana struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia?
3. Bagaimana lembaga keuangan bank syariah?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, peran, dan fungsi dari lembaga
keuangan.
2. Untuk mengetahui struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui lembaga keuangan bank syariah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan: Pengertian, Peran, dan Fungsinya


1. Pengertian Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis
berurusan dengan transaksi keuangan dan moneter seperti deposito,
pinjaman, investasi, dan pertukaran mata uang. Lembaga keuangan
mencakup berbagai operasi bisnis dalam sektor jasa keuangan
termasuk bank, perusahaan kepercayaan, perusahaan asuransi,
perusahaan pialang, dan penyalur investasi. Hampir setiap orang yang
hidup dalam ekonomi maju memiliki kebutuhan berkelanjutan atau
setidaknya secara berkala untuk layanan lembaga keuangan. Lembaga
keuangan dapat beroperasi pada beberapa skala dari serikat kredit
komunitas lokal hingga bank investasi internasional.
Menurut Kamus Keuangan Bank Indonesia, lembaga keuangan
adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menanamkan dalam bentuk asset keuangan lain, misalnya kredit, surat-
surat berharga, giro, dan aktiva produktif lainnya. Yang termasuk
dalam lembaga keuangan adalah bank dan lembaga keuangan nonbank
(financial institution).
Kasmir mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,
menyalurkan dana atau kedua-duanya. Artinya kegiatan yang
dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang
keuangan, apakah dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-
duanya menghimpun dan menyalurkan dana.
Lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang dalam
aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka
penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atau dasar
prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sedangkan lembaga

6
keuangan perbankan konvensional menggunakan sistem bunga yang
rentan terhadap kondisi ekonomi suatu negara.
2. Peran Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan melayani sebagian besar orang dalam beberapa
cara, karena operasi keuangan merupakan bagian penting dari
perekonomian mana pun, dengan individu dan perusahaan bergantung
pada lembaga keuangan untuk transaksi dan investasi. Pemerintah
menganggap penting untuk mengawasi dan mengatur bank dan
lembaga keuangan karena mereka memainkan bagian integral dari
perekonomian. Secara historis, kebangkrutan lembaga keuangan dapat
membuat panik.
Di Amerika Serikat, Federal Deposit Insurance Corporation
(FDIC) mengasuransikan rekening simpanan reguler untuk
meyakinkan individu dan bisnis mengenai keamanan keuangan mereka
dengan lembaga keuangan. Kesehatan sistem perbankan suatu negara
adalah kunci dari stabilitas ekonomi. Kehilangan kepercayaan pada
lembaga keuangan dapat dengan mudah menyebabkan bank run/ rush
money.
Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai intermediasi
keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana
dari unit surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintah,
maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit
ekonomi lain. intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan
dana dari unit surplus ke unit ekonomi deficit.
Lembaga intermediasi keuangan berdasarkan kemampuan
menghimpun dana dari masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam 2
golongan, yaitu lembaga keuangan depository (Lembaga Keuangan
Bank) dan lembaga keuangan nondepository (Lembaga Keuangan
Non-Bank)
3. Fungsi Lembaga Keuangan
Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek, yaitu dari
sisi jasa-jasa penyedia financial, kedudukannya dalam sistem

7
perbankan, sistem financial, sistem moneter. Keempat fungsi lembaga
keuangan tersebut, yaitu:
a. Fungsi Lembaga Keuangan ditinjau dari sisi jasa-jasa penyedia
financial. Jasa-jasa dinansial yang disediakan oleh lembaga
keuangan syariah harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah.
Di antara fungsinya yaitu: tabungan, penyimpanan kekayaan,
transmulasi kekayaan, dll.
b. Fungsi Lembaga Keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga
keuangan dalam sistem perbankan. Lemabaga keuangan ditinjau
dari sisi kedudukann lembaga keuangan dalam sistem perbankan
yange memiliki kewenangan dalam mengeluarkan uang giral dan
deposito.
c. Fungsi Lembaga Keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga
keuangan dalam sistem moneter. Lembaga keuangan ditinjau dari
sisi kedudukan lembaga keuangan data, sistem moneter berfungsi
menciptakan uang (money). Sistem moneter merupakan sistem
yang terdiri atas sistem perbankan dan lembaga keuangan lainnya
yang memiliki karakteristik bank, tetapi tidak menciptakan uang.
d. Fungsi Lembaga Keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga
keuangan dalam sistem finansal. Yang berfungsi sebagai bagian
dari jaringan yang teintegrasi dari seluruh lembaga keuangan yang
ada dalam sistem ekonomi
Secara umum, ada tiga jenis utama lembaga keuangan:
a. Lembaga penyimpanan: lembaga penerima simpanan yang
menerima dan mengelola simpanan dan memberikan pinjaman,
termasuk bank, building societies, credit unions, trust companies,
dan perusahaan pinjaman hipotek;
1) Bank adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan dari
masyarakat dan menciptakan kredit. Kegiatan peminjaman
dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pasar modal. Karena kepentingannya dalam stabilitas
keuangan suatu negara, bank sangat diatur di sebagian besar

8
negara. Sebagian besar negara telah melembagakan sistem
yang dikenal sebagai perbankan cadangan fraksional di mana
bank memiliki aset likuid yang setara dengan hanya sebagian
dari kewajiban lancar mereka. Selain peraturan lain yang
dimaksudkan untuk memastikan likuiditas, bank umumnya
tunduk pada persyaratan modal minimum berdasarkan
seperangkat standar modal internasional, yang dikenal sebagai
Basel Accords.
2) Building society adalah lembaga keuangan yang dimiliki oleh
anggotanya sebagai organisasi yang saling menguntungkan.
Building society menawarkan layanan perbankan dan
keuangan terkait, terutama tabungan dan pinjaman hipotek.
Building society ada di Inggris dan Australia, dan dulu ada di
Irlandia dan beberapa negara Persemakmuran. Mereka mirip
dengan credit unions dalam organisasi, meskipun hanya
sedikit yang memiliki ikatan bersama. Namun, daripada
mempromosikan penghematan dan menawarkan pinjaman
tanpa jaminan dan bisnis, tujuan Building society adalah untuk
memberikan hipotek rumah kepada anggota. Peminjam dan
deposan adalah anggota masyarakat, yang menetapkan
kebijakan dan menunjuk direktur berdasarkan satu anggota,
satu suara. Building society sering menyediakan layanan
perbankan ritel lainnya, seperti giro, kartu kredit, dan
pinjaman pribadi.
3) Perusahaan trust/ perwalian adalah perusahaan yang bertindak
sebagai fidusia, wali amanat atau agen perwalian dan agen.
Perusahaan perwalian profesional dapat secara independen
dimiliki atau dimiliki oleh, misalnya, bank atau firma hukum,
dan yang berspesialisasi dalam menjadi wali dari berbagai
jenis perwalian.
4) Credit union adalah koperasi keuangan yang dimiliki anggota,
dikendalikan oleh anggotanya dan dioperasikan berdasarkan

9
prinsip orang yang membantu orang, memberikan kredit
kepada anggotanya dengan harga yang bersaing serta layanan
keuangan lainnya.
5) Hipotek digunakan baik oleh pembeli properti nyata untuk
mengumpulkan dana untuk membeli real estat, atau sebagai
alternatif oleh pemilik properti yang ada untuk
mengumpulkan dana untuk tujuan apa pun, sambil
memberikan hak gadai pada properti yang digadaikan.
Pinjaman itu dijamin pada properti peminjam melalui proses
yang dikenal sebagai hipotek asal. Ini berarti bahwa
mekanisme hukum diberlakukan yang memungkinkan
pemberi pinjaman untuk mengambil kepemilikan dan menjual
properti yang dijamin penyitaan atau kepemilikan kembali
untuk melunasi pinjaman jika peminjam lalai dalam pinjaman
atau gagal memenuhi dengan ketentuannya.
b. Lembaga kontrak: perusahaan asuransi dan dana pensiun;
1) Perusahaan asuransi dapat menjual kombinasi jenis asuransi
apa saja, tetapi sering diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok:
a) Perusahaan asuransi jiwa, yang menjual produk asuransi
jiwa, anuitas dan pensiun dan memiliki kesamaan
dengan bisnis manajemen aset.
b) Perusahaan asuransi non-jiwa atau properti / kecelakaan,
yang menjual jenis asuransi lain.
c) Perusahaan asuransi kesehatan, yang terkadang menjual
asuransi jiwa atau imbalan kerja juga
2) Dana pensiun adalah program, dana, atau skema apa pun
yang menyediakan pendapatan pensiun. Dana pensiun
biasanya memiliki sejumlah besar uang untuk diinvestasikan
dan merupakan investor utama di perusahaan-perusahaan
terdaftar dan swasta.

10
c. Lembaga Investasi: Bank Investasi, Penjamin Emisi, Perusahaan
Pialang.
1) Bank Investasi adalah perusahaan jasa keuangan atau divisi
perusahaan yang terlibat dalam transaksi keuangan berbasis
penasihat atas nama individu, perusahaan, dan pemerintah.
Secara tradisional terkait dengan keuangan perusahaan, bank
semacam itu dapat membantu meningkatkan modal keuangan
dengan melakukan penjaminan atau bertindak sebagai agen
klien dalam penerbitan sekuritas. Bank investasi juga dapat
membantu perusahaan yang terlibat dalam merger dan akuisisi
(M&A) dan menyediakan layanan tambahan seperti
pembuatan pasar, perdagangan derivatif dan sekuritas ekuitas,
dan layanan FICC (instrumen pendapatan tetap, mata uang,
dan komoditas).
2) Layanan penjaminan disediakan oleh beberapa lembaga
keuangan besar, seperti bank, atau asuransi atau rumah
investasi, di mana mereka menjamin pembayaran jika terjadi
kerusakan atau kerugian finansial dan menerima risiko
keuangan untuk pertanggungjawaban yang timbul dari
jaminan tersebut.
3) Pialang adalah orang atau perusahaan yang mengatur transaksi
antara pembeli dan penjual untuk komisi ketika transaksi
dijalankan. Pialang yang juga bertindak sebagai penjual atau
pembeli menjadi pihak utama dalam transaksi. Tidak ada
peran yang harus dikacaukan dengan peran agen, seorang
yang bertindak atas nama pihak utama dalam suatu transaksi.
B. Struktur Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia
Soemitra memaparkan, struktur sistem lembaga keuangan syariah
di Indonesia terdiri atas lembaga keuangan bank yang terdiri atas Bank
Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Selain itu terdapat lembaga keuangan syariah lainnya yang terdiri
atas pasar modal, pasar uang, koperasi, perusahaan asuransi, dana pensiun,

11
perusahaan model ventura, perusahaan anjak piutang, pegadaian syariah,
leasing syariah , reksadana syariah, perusahaan kartu plastik, pembiayaan
konsumen. Ada pula lembaga keuangan mikro terdiri atas pegadaian,
lembaga pengelola zakat, lembaga pengelola wakaf, dan BMT (Soemitra,
2009).
1. Lembaga Keuangan Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya bank syariah dibedakan
menjadi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Saat ini keberadaan Bank
Syariah diatur dalam UU. No. 21 tahun 2008 tentang Bank Syariah.
Bank Syariah melakukan bentuk kegiatan usaha yang hampir sama
dengan bank konvensional, yaitu melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dan penyaluran dana masyarakat. Bank syariah juga
menyediakan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah bahwa
semua kegiatan tersbut dilakukan oleh bank syariah dengan
berdasarkan pada prinsip syariah. Implikasinya bank syariah memiliki
berbagai variasi akad sebagaimana yang lazim dalam fiqh muamalat
(Soemitra, 2009).
a. Bank Umum Syariah
Bank umum syariah dalah bank yang melakukan
aktivitasnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
syariah dan melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
syariah dan melaksanakan kegiatan lalu lintas pembayaran.
Kegiatan bank umum syariah secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 fungsi yaitu; penghimpun dana pihak ketiga atau dana
masyarakat, penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan,
dan pelayanan jasa bank.
b. Unit Usaha Syariah
Unit usaha syariah merupakan unti usaha yang dibentuk oleh bank
konvensional, akan tetapi dalam aktivitasnya menjalankan kegiatan

12
perbankan berdasarkan prinsip syariah, serta melaksanakan
kegiatan lalu lintas pembayaran unit usaha syariah adalah unit kerja
dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor sabang dari
suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cang pembantu syariah dan/ atau unit syariah.
(Undang-Undang Prbankan No.21 Tahnn 2008) (Ismail, 2011).
c. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU Perbankan
No. 7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentukdeposito berjangka tabungan dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR yang operasinya
menggunakan prinsip-prinsip syariah.
2. Lembaga Keuangan Syariah Lainnya
Lembaga keuangan lainnya atau disebut juga lembaga keuangan non
bank adalah lembaga keuangan yang lebih terfokus kepada bidang
penyaluran dana dan masing-masing lembaga memiliki ciri-ciri
usahanya sendiri (Soemitra, 2009). berikut penjelasannya.
a. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan, serta mekanisme perdagangannya sendiri telah
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (Harahap, 2017).
b. Pasar Uang Syariah
Merupakan mekanisme yang memungkinkan lembaga keuangan
syariah untuk menggunakan instrumentpasar dengan mekanisme
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah baik untuk mengatasi
persoalan kekurangan likuiditas maupun kelebihan likuiditas.
Kebijakan mengenai Pasar Uang Syariah di Indonesia didasarkan

13
pada Peraturan Bank Indonesia No.10/36/PBI/2008 tentang
Operasi Moneter Syariah yang merupakan pengejawantahan
pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dalam rangka
mendukung tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter (Soemitra, 2009).
c. Koperasi Syariah
Koperasi syariah di Indonesia dalam periode terakhir berkembang
cukup pesat dan Continuitas yang tinggi dalam mengembang
usahanya dalam memenuhi kebutuhan para anggotanya. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya berdiri koperasi-koperasi syariah di
seluruh pelosok negeri. Pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah (KJKS/UJKS) juga
mengalami perkembangan yang pesat dan luar biasa, selain itu
KJKS/UJKS merupakan instrumen pemberdayaan UMKM.
d. Asuransi Syariah
Asuransi Syariah adalah asuransi yang dijalankan berdasarkan
prinsip takaful, yaitu suatu skema kerjasama yang dilandasi oleh
nilai-nilai ukhuwah, solidaritas, saling menjamin untuk
memberikan bantuan finansial kepada peserta takaful jika
membutuhkannya dan mereka sepakat untuk memberikan
konstribusi untuk tercapainya tujuan tersebut. Menurut Fatwa DSN
MUI N0, 21 tahun 2001 tentang Asuransi Syariah, dijelaskan
bahwa Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah (Wirdyaningsih, 2005).
e. Dana Pensiun Syariah
Menurut UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dijelaskan
bahwa Dana Pensiun adalah badan usaha yang menjalankan
program untuk memberikan manfaat pensiun. Sedang Dana
Pensiun Syariah adalah dana pensiun yang dikelola berdasarkan

14
prinsip syariah. Dana Pensiun Syariah Untuk memperoleh uang
pensiun setelah purna tugas merupakan harapan yang ideal bagi
setiap pekerja.
f. Modal Ventura Syariah
Pelajaran penting yang dapat diambil dari pengalaman venture
capital. Venture capital pada hakikatnya tidak berbeda secara
substantif dibandingkan dengan musyarakah. Pengalaman di
banyak tempat dan banyak negara, termasuk negara maju,
membuktikan betapa besar dan pentingnya peran yang
disumbangkan oleh jenis usaha venture capital ini pada
pengembangan usaha dengan basis yang lebih adil, dibandingkan
praktik perbankan konvensional. Sudah umum diketahui, betapa
sejumlah perusahaan kaliber dunia seperti Microsoft dan
Macintosh computer memulai usahanya dengan bekerjasama
modal bersama perusahaan Venture Capital.
g. Anjak Piutang Syariah
Perusahaan Anjak Piutang, perusahaan yang usahanya adalah
mengambil alih pembayaran kredit suatu perusahaan, terutama
dengan cara mengambil kredit bermasalah dengan mekanisme
syariah. Dalam hal ini Anjak Piutang Syariah dijalankan dengan
berdasar pada prinsip akad hiwalah dalam fiqh muamalat
(Harahap, 2017)
h. Pegadaian Syariah
Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan salah satu bentuk harta
milik nasabah atau Rahin sebagai barang jaminan atau marhun atas
hutang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya. Marhun
tersebut memiliki nilai ekonomis sehingga pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya (Rais, 2005).
i. Leasing Syariah Perusahaan sewa guna usaha lebih ditekankan
kepada pembiayaan terhadap barang-barang modal tahan lama atau

15
jangka panjang yang diinginkan oleh nasabahnya dengan sistem
syariah, dalam hal ini bersendikan konsep ijarah (Harahap, 2017).
j. Reksadana Syariah
Reksa Dana Syariah merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk
yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi
menawarkan Reksa Dana Syariah kepada para investor yang
berminat, sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut
dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham
atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan.
k. Perusahaan Kartu Plastik Salah satu kegiatan sistem pembayaran
yang saat ini telah berkembang pesat adalah alat pembayaran
dnegan menggunakan kartu (APMK) atau disebut pula dengan
kartu plastik. Belakangan ini alat pembayaran dengan
menggunakan kartu, baik menggunakan kartu kredit, ATM, kartu
debet, kartu prabayar sebagai produk bank atau lembaga keuangan
nonbank disebut juga dengan kartu plastik (Soemitra, 2009).
l. Pembiayaan Konsumen (Costumer Finance) Pembiayaan konsuen
syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran sesuai dengan Prinsip Syariah (Soemitra, 2009).
3. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro ini
umumnya disebut dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Asian
Development Bank (ADB) mendefinisikan LKM sebagai lembaga
yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loan),
pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money
transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil
LKMS dinilai cocok dengan karakter masyarakat ekonomi bawah yang
berupaya mencapai kemandirian secara ekonomi dan memiliki modal
sosial yang tinggi berupa tingkat kepedulian sosial yang tinggi
(Soemitra, 2018).

16
a. Lembaga ZISWAF
Infak, Shadaqah dan Waqaf. Lembaga ini merupakan lembaga
yang hanya ada dalam system keuangan Islam, karena Islam
mendorong umatnya untuk menjadi sukarelawan dalam beramal
(volunteer). Dana ini hanya bisa dialokasikan untuk kepentingan
social atau peruntukan yang telah digariskan menurut syariah
Islam. Secara khusus pengelolaan zakat adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pendayagunaan
zakat (Soemitra, 2009).
b. Baitul Maal wa Baitul Tamwil (BMT) Penggunaan istilah BMT
diambil dari kata-kata Baitul Maal wa Baitul Tamwil, yang
kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wa
Tamwil yang disingkat menjadi BMT (Rasidi, 2007). Ada dua
bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian
yang berbeda. Pertama, Baitul Maal merupakan lembaga penerima
zakat, infak, sadaqoh (ZIS) dan sekaligus menjalankannya sesuai
dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitul Tamwil
adalah lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama
masyarakat dengan usaha skala kecil (Rasidi, 2007).
Demikianlah struktur lembaga keuangan syariah di
Indonesia yang pasti memiliki perbedaan dan ciri khas masing-
masing dalam mengelola keuangan (Krisnamurti, 2020) Secara
umum perbedaan antara lembaga keuangan bank dan lembaga
keuangan non-bank adalah:
1. Dalam kegiatan penghimpunan dana, lembaga keuangan bank
secara langsung berupa simpanan dana masyarakat (tabungan,
deposito, dan giro) dan secara tidak langsung dari masyarakat
(surat berharga, penyertaan, pinjamankredit dari lembaga lain).
Sedangkan lembaga keuangan non bank hanya secara tidak
langsung dari masyarakat (terutama melalui kertas berharga

17
dan bisa juga dari penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga
lain);
2. Dalam kegiatan penyaluran dana, lembaga keuangan bank
menyalurkan dana untuk tujuan modal kerja, investasi,
konsumsi, menyalurkan dana kepada badan usaha dan individu,
selain itu pihak bank menyalurkan dana untuk jangka pendek,
menengah dan panjang. Sedangkan lembaga keuangan non-
bank penyaluran dananya bertujuan untuk investasi, kepada
badan usaha, dan menyalurkan dana terutama untuk jangka
menengah dan panjang saja (Susilo, 2000).

C. Lembaga Keuangan Bank Syariah


Bank Syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya
tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar
sesuai dengan syariah islam. Dalam menentukan imbalan bank syariah
mennggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan.
Beberapa perbedaan antara bank syariah dan konvensional antara lain:
1. Akad Produk Bank
Pada bank syariah, akad transaksi yang dibuat harus benar-benar
sesuai dengan prinsip syariah Islam serta harus pula memenuhi aturan
hukum positif yang berlaku, sehingga ada dua aspek hukum yang
terpenuhi dalam pola transaksi di bank syariah yaitu aspek hukum
positif dan aspek hukum yang sesuai syariah Islam.
2. Pola Hubungan dengan Nasabah
Apabila pada bank konvensional pola hubungan yang tercipta ialah
debitur-kreditur, sehingga dapat muncul kemungkinan ada salah satu
pihak yang dirugikan. Sedangkan pada bank syariah pola hubungan
yang tercipta ialah kemitraan. Hal ini dikarenakan sistem yang disusun
ialah menggunakan skema bagi hasil yang lebih memberikan keadilan
dan ketentraman kepada seluruh pihak terkait;
3. Lembaga Pengawas
Pada bank konvensional, lembaga yang berfungsi untuk
mengawasi hanyalah dewan komisaris. Sedangkan pada bank syariah

18
selain dewan komisaris yang berfungsi untuk mengawasi operasional
dan manajemen perbankan, terdapat pula dewan pengawas syariah
yang terdapat pada setiap bank syariah dan lembaga keuangan syariah
dengan fungsi dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa
operasional perbankan benar-benar telah sesuai dengan syariah. Selain
itu terdapat pula Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) yang berfungsi dalam mengeluarkan berbagai fatwa
terkait akad-akad transaksi di perbankan syariah. Sinergitas antara
dewan komisaris, dewan pengawas, dan dewan syariah nasional
memastikan operasional perbankan syariah dapat berjalan sesuai
dengan syariah serta aturan yang berlaku.
4. Penyelesaian Sengketa
Pada bank konvensional, setiap penyelesaian sengketa diselesaikan
di pengadilan. Sedangkan pada bank syariah selain penyelesaian
sengketa di pengadilan, dimungkinkan untuk diselesaikan atau
dimusyawarahkan pada badan arbitrase syariah nasional. Serta dapat
pula diselesaikan di Peradilan Agama berdasarkan Undang-Undang
No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama untuk Ekonomi Syariah
dan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
dalam pasal 55 ayat 1 mengenai penyelesaian sengketa;
5. Orientasi Investasi dan Keuntungan
Bank konvensional murni hanya berorientasi kepada keuntungan
yang bersifat duniawi, sehingga orientasi investasi pun mencakup
segala bidang selama menguntungkan maka akan diambil tanpa
melihat apakah industri tersebut halal atau haram. Sedangkan pada
bank syariah berorientasi tidak semata kepada keuntungan duniawi
namun keuntungan ukhrawi, sehingga selain mencari keuntungan
terdapat pula dimensi sosial yang diemban oleh perbankan syariah.
Orientasi bisnis pada perbankan syariah hanya terfokus pada industri
yang halal saja, sedangkan industri yang haram meskipun memiliki
potensi mendapatkan keuntungan yang sangat besar tidak boleh untuk
dilaksanakan.

19
Bank syariah bukan hanya bebas bunga, namun memiliki orientasi
pencapaian sejahtera. Bank Syariah bukan hanya bank bebas bunga,
namun memiliki orientasi pencapaian sejahtera. Secara fundamental
terdapat beberapa karakteristik bank syariah, yaitu:
1. Penghapusan riba.
2. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran
ekonomi islam.
3. Bersifat universal.
4. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan
pengusaha.
5. Kerangka yang dibangun dalam bentuk mengatasi likuiditasnya
dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antar bank syariah dan
instrumenbank sentral berbasis syariah.
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam
pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting
and Audition Organization for Islamic Financial Institution), sebagai
berikut:
1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola dana investasi
nasabah.
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinnya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank islam juga wajib memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara
islami, khususnya muamalat yang berhubungan dengan berbankan agar
terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan

20
lain yang mengandung unsur gharar, dimana jenis-jenis udaha tersebut
selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang lebar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dnegan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama degan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang
diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya
kemandirian usaha.
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam mengetas kemiskinan berupa
pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus
usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen,
pembinaan perdagangan perantara, program pembinaan konsumen,
program pengembangan modal kerja dan program pengembangan
usaha bersama.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank
syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan
adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara
lembaga keuangan.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
konvensional yang masih menerapkan sistem bunga.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga keuangan adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis
berurusan dengan transaksi keuangan dan moneter seperti deposito,
pinjaman, investasi, dan pertukaran mata uang. Lembaga keuangan
mencakup berbagai operasi bisnis dalam sektor jasa keuangan termasuk
bank, perusahaan kepercayaan, perusahaan asuransi, perusahaan pialang,
dan penyalur investasi.
Struktur sistem lembaga keuangan syariah di Indonesia terdiri atas
lembaga keuangan bank yang terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Selain itu terdapat
lembaga keuangan syariah lainnya yang terdiri atas pasar modal, pasar
uang, koperasi, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan model
ventura, perusahaan anjak piutang, pegadaian syariah, leasing syariah ,
reksadana syariah, perusahaan kartu plastik, pembiayaan konsumen.
Bank Syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya
tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar
sesuai dengan syariah islam. Dalam menentukan imbalan bank syariah
menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan.

22
B. Saran
Demikian makalah yang dibuat penulis, dalam makalah ini semoga
dapat menambah wawasan dan disarankan semoga pembaca bisa
menerapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari dengan tanpa adanya
gangguan, penyimpangan dan perbuatan negatif menjalankannya. Dalam
penulisan makalah ini, penulis sadar akan kesalahan dalam penulisan. Oleh
karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari segenap para pembaca
karena mungkin dengan cara ini kami bisa mengoreksi kekurangan dan
membuat penulis menjadi lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Asean, E. 2018. Analisis Peluang Dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah


Untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean Yayat. 2(2).
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Syariah di Bidang Pasar Modal. 2013.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: PT. Intermasa.
Kasmir.2018.Bank & Lembaga Keuangan Lainnya.Dalam jurnal Islamic Banking
and Finance, Vol.1, No 2.
Mahardika Dewa P.K. 2015. Mengenal Lembaga Keuangan. Bekasi: Gramata
Publishing.
Mardani. 2017.Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Edisi I,
Cetakan II. Jakarta: Kencana.

23

Anda mungkin juga menyukai