Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Lembaga Keuangan Syariah

Manajemen Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Dr. Syafrudin Arif Marah Manunggal, M.S.I.

Disusun oleh :

1. Elysia Septi Amanda (1860406221002)


2. Fitria Ayuningtyas (1860406221036)
3. Yesi Ditaviani (1860406221039)

PRODI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
SYARIAH”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Lembaga Keuangan Syariah di Jurusan Manajemen Keuangan Syariah,
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Syafrudin Arif Marah Manunggal, M.S.I.
selaku dosen pengampu mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
dengan baik dan benar.

Tulungagung, 1 September 2023

(Kelompok 11)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB 1 ................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN............................................................................................... 4

A. Latar belakang ............................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan ............................................................................................ 5

BAB II .................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

1. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Syariah ................................. 6

2. Pendirian, Pengelolaan, dan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan


Syariah 9

3. Pengembangan Perusahaan Pembiayaan ..................................... 13

BAB III ............................................................................................................... 16

PENUTUP .......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat, hal itu ditandai


dengan meningkatnya jumlah bank dan lembaga keuangan syariah. Ekonomi
Islam bukan hanya sekedar membahas tentang perbankan Islam, tetapi semua hal
yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi manusia, diantaranya Perusahaan
Pembiayaan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006
tentang perusahaan pembiayaan bahwa, perusahaan pembiayaan adalah badan
usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan. Kehadiran perusahaan pembiayaan, menambah deretan
berkembangnya industri jasa pembiayaan di Indonesia.Perusahaan pembiayaan
seperti ini memberikan kemudahaan kepada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya, baik dalam bentuk investasi, modal kerja, atau semata-mata untuk
barang yang akan dipakai sendiri (konsumsi).
Hal ini juga terlihat dengan mulai menjamurnya perusahaan pembiayaan,
dikarenakan banyaknya permintaan pembiayaan dari masyarakat atau kredit untuk
barang-barang seperti motor dan alat elektronik. Perusahaan pembiayaan
merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah islam, yakni bagian
muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Di
Indonesia telah banyak bermunculan perusahaan pembiayaan yang mengadopsi
prinsip syariah. Dalam rangka merespons kegiatan usaha perusahaan pembiayaan
secara syariah, Bapepam telah mengeluarkan Peraturan Nomor Per-03/BL/2007
tentang kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam
rangka memberikan kerangka hukum terhadap segala kegiatan bagi perusahaan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Perusahaan Pembiayaan Syariah?
2. Bagaimana pendirian, pengelolaan dan pengawasan Perusahaan
Pembiayaan Syariah?
3. Bagaimana Pengembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Perusahaan Pembiayaan Syariah
2. Mengetahui pendirian, pengelolaan dan pengawasan Perusahaan
Pembiayaan Syariah
3. Mengetahui Pengembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Syariah


Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan1
Menurut Undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah, pembiayaan
yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah.
Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.2
Keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas
pembiayaan untuk lebih memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia
usaha dalam sistem perekonomian modern sangatlah dibutuhkan. Lembaga
pembiayaan diperlukan guna mendukung dan memperkuat sistem keuangan
nasional yang terdiversifikasi sehingga dapat memberikan alternatif yang lebih
banyak bagi pengembangan sektor usaha.
Kebijakan pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan
melalui diversifikasi kegiatan pembiayaan landasan operasi- onalnya diatur lewat
Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 sebagai bagian dari deregulasi 20
Desember 1988 (Paket Desember). Melalui PakDes ini diperkenalkan lembaga
pembiayaan yang bidang usaha usahanya adalah sewa guna usaha (leasing),
modal ventura (venture capital), anjak piutang (factoring), kartu kredit (credit
card), pembiayaan konsumen (amsumer finance), perdagangan surat berharga

1
Jurnal Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah” (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005), hlm. 17.
2
Ismail, “Perbankan Syariah”, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011, hlm. 105-
106

6
(securities company). Belakangan masuk dalam kategori lembaga pembiayaan ini
adalah per- sahaan pembiayaan infrastruktur.
Melihat karakteristik jenis usaha Jang beragam, maka perusahaan
pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebut dengan
multi finance company. Dalam ketentuan lebih lanjut, ada dua kegiatan yang
dikeluarkan dari kegiatan perusahaan pembiayaan, yaitu kegiatan perdagangan
arat berharga berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 1256/KMK.00/1989
tanggal 18 November 1989 karena kegiatan perdagang an surat berharga terkait
dengan kegiatan di pasar modal sehingga di alihkan kepada BAPEPAM sebagai
otoritas pasar modal, Selanjutnya modal ventura berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No. 468 KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 3, juga dikeluarkan
dari bidang usaha lembaga pembiayaan dan dilakukan secara terpisah dengan
badan hukum tersendiri dengan pertimbangan agar bisnis modal ventura da pat
lebih berkembang dan berkonsentrasi pada penyaluran pembiayaan untuk
membantu usaha kecil menengah. Dalam perkembagan selanjutnya, landasan
hukum perusahaan pembiayaan makin kuat dengan Keputusan Menteri Keuangan
RI No. 448/KMK-017/2000 yang diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
No. 172/KMK.06/2002. Bela- kangan diterbitkan pula Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.
Pada era OJK, terdapat sejumlah regulasi baru 9yang diterbitkan untuk
menyempurnakan regulasi Lembaga Pembiayaan, yaitu: 4
1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POIK.05/2014 ten- tang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiaya an dirilis dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung
perkembangan usaha perusahaan pembiayaan yang bersifat dinamis,
diperlukan pengaturan perizinan usaha dan kelembagaan yang komprehensif,
jelas, dan memberikan kepastian hukum.

3
Andri S. “Bank & Lembaga Keuangan Syariah”, Depok: Kencana, 2007, hlm 246
4
Ibid, hlm. 247

7
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK 05/2014 ten- tang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka
mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan
mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh, kontributif,
inklusif, serta berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan
berkelanjutan.
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 30/POJK 05/2014 ten- tang Tata
Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiaya an dirilis dalam
rangka memperkuat industri Perusahaan Pembiayaan dengan meningkatkan
kualitas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah dirilis dalam rangka memenuhi
prinsip-prinsip syariah Islam, termasuk fatwa-fatwa yang ditetapkan oleh
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan ke- pan
pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa. Perusahaan pembiayaan adalah
badan usaha di luar bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang
khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang masuk dalam bidang usaha
"Lembaga Pembiayaan"5. Lembaga pembiayaan memberikan fasilitas kepada
masyarakat untuk memperoleh suatu aset yang dapat memberikan nilai tambah
melalui skema pinjam- an atau pembiayaan. Untuk itu, bagi masyarakat yang
membutuhkan set, namun secara finansial masih terbatas, maka dapat
menggunakan pembiayaan sebagai salah satu alternatif cara untuk memperoleh
aset tersebut.
Perusahaan pembiayaan selain beroperasi menggunakan sistem
invensional juga dapat melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah pembiayaan berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain

5
Ibid, hlm.248

8
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut
dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Adapun prosedur pendirian dan pengurusan izin usaha serta ke- lembagaan
penyelenggaraan perusahan pembiayaan syariah merujuk pada Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2014 ten- Perizinan Usaha dan Kelembagaan
Perusahaan Pembiayaan. Per- ahaan pembiayaan syariah dapat dibentuk dengan
berbadan hukum operasi atau perseroan terbatas. Selanjutnya, perusahaan
pembiayaan parah dapat terdiri dari perusahaan pembiayaan syariah yang secara
pah melakukan pembiayaan syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) g merupakan
unit kerja dari kantor pusat perusahaan pembiayaan berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor yang melaksanakan Pembiayaan syariah.
Perusahaan pembiayaan syariah dan perusahaan pembiayaan yang
empunyai UUS wajib secara jelas mencantumkan kegiatan pembiaya- syariah
dalam anggaran dasarnya. Perusahaan pembiayaan syariah wab memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS) sebagai bagian dari Or- po perusahaan yang mempunyai
tugas dan fungsi pengawasan terha-dap penyelenggaraan kegiatan perusahaan
agar sesuai dengan pri syariah. Untuk penamaan bagi perusahaan syariah nama
perusahan pembiayaan (finance) disertai dengan kata syariah.

2. Pendirian, Pengelolaan, dan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan


Syariah
A. Pendirian perusahaan pembiayaan syariah
1. prosedur tata cara pendirian untuk mendirikan perusahaan pembiayaan
syariah ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan antara lain 6:
a. Calon mengajukan permohonan izin usaha sebagai perusahaan
pembiayaan kepada Menteri Keuangan ketua Bapepam LK.
b. Selanjutnya dari ketua bapepam-lk diteruskan ke Biro P3. biro P3
memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan izin usaha PP sesuai
PMK no 84/ PMK. 012/ 2006. jika lengkap maka diteliti informasi
daftar kredit macet ( dmk) dan daftar tidak lulus( dtl) Bagi direksi

6
Ibid, hlm 333

9
komisaris dan pemegang saham jika tidak termasuk DKM dan dtl
maka biro P3 memproses permohonan izin usaha sebagai perusahaan
pembiayaan sesuai ketentuan dalam PMK no 84 / PMK. 012/ 2006
termasuk melakukan Fit and Proper test bagi direksi dan komisaris.
c. Selanjutnya biro P3 memberikan pertimbangan menerima atau
menolak permohonan izin usaha PP.
d. Jika pengajuan diterima maka dikeluarkan kmk izin usaha sebagai
pemberian izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan dilakukan oleh
ketua bapepam-lk.
e. Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebagai PP wajib
melakukan kegiatan usaha selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal
izin usaha ditetapkan.
f. Melaporkan kegiatan usaha kepada Menteri Keuangan ketua
bapepamlk (Biro perbankan, pembiayaan, dan penjaminan) selambat-
lambatnya 10 hari sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha.
2. Persyaratan izin usaha
a. Akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar yang telah
disahkan oleh instansi berwenang yaitu Departemen Hukum dan HAM
b. Direksi dan dewan komisaris atau pengurus dan pengawas. direksi dan
komisaris atau pengurus dan pengawas nantinya akan di uji
c. Data pemegang saham atau anggota
d. Sistem dan prosedur kerja struktur organisasi dan personalia
e. Pelunasan modal disetor dalam bentuk deposito berjangka pada salah
satu bank umum di Indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima
setoran yang masih berlaku selama dalam proses pengajuan izin usah
f. Bukti kesiapan operasional
g. Pedoman untuk pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah
B. Strategi pengelolaan dan pengembangan perusahaan pembiayaan syariah
1. Pemasaran antara lain membangun kerjasama dengan dealer, Sinergi
bisnis dengan grup /induk perusahaan, an untuk membangun captive
Market

10
2. Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana di mata
konsumen dan dari mitigasi risiko masih tetap aman
3. Keuangan antara lain bila tak memungkinkan Funding mayoritas dari
bank, ada keterbatasan an untuk menambah jumlah puding yang
diperoleh. oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk memperoleh
pendanaan dari berbagai sumber
4. Permodalan antara lain secara Bertahap perusahaan perlu melakukan
pemupukan modal atau berusaha mendapatkan penambahan modal
disetor dari para pemegang saham
5. Sumber daya Insani antara lain diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas agar dapat melakukan marketing, menganalisis resiko, dan
melakukan perjanjian jika terjadi resiko gagal bayar Dari konsumen.
C. Pengawasan lembaga pembiayaan Syariah Pada perusahaan pembiayaan
syariah pengawasan yang dilakukan meliputi :
1. Sumber pendanaan Sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib diperoleh
berdasarkan prinsip syariah. sumber pendanaan perusahaan pembiayaan
syariah wajib diperhitungkan sebagai komponen dalam menghitung
Gearing rasio perusahaan pembiayaan. sumber pendanaan tersebut dapat
diperoleh melalui bank atau badan usaha yang lainnya baik dari dalam
maupun luar negeri dengan menggunakan akad yang sesuai dengan prinsip
syariah. Adapun akad yang diterapkan pada sumber pendanaan ini
meliputi:
a. Pedoman mudharabah Mutlaqah yaitu pendanaan yang diperoleh
perusahaan pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak lain
yang bertindak sebagai penyandang dana (Shahibul maal) dimana
shahibul maal tersebut membiayakan 100% modal kegiatan
pembiayaan untuk proyek yang tidak ditentukan oleh perusahaan
pembiayaan, dan Keun keuntungan Usaha dibagi sesuai kesepakatan
yang dituangkan dalam akad

11
b. Pendanaan mudharabah musyarakah yang diperoleh perusahaan
pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak
sebagai penyandang dana ( Shahibul maal) Di mana shahibul maal
tersebut membiayai 100% modal kegiatan pembiayaan untuk proyek
yang telah ditentukan oleh perusahaan pembiayaan, dan keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad
c. Pendanaan mudharabah musyarakah yang diperoleh perusahaan
pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak
sebagai penyandang dana( Shahibul maal) Di mana shahibul maal dan
perusahaan pembiayaan selaku Pengelola ( Mudharib) turut
menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi dan keuntungan
usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad
d. Pendanaan musyarakah yang diperoleh perusahaan pembiayaan
melalui akad kerjasama dengan pihak lain untuk usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama Sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad
2. kegiatan pendanaan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan syariah terdiri
dari:
a. Sewa guna usaha syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran Sesuai dengan prinsip syariah
b. Anjak piutang adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka
pendek suatu perusahaan berikut pengurusan akan piutang tersebut
sesuai dengan prinsip syariah. dilakukan berdasarkan akad wakalah Bil
ujrah. ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian Keuntungan
c. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara

12
angsuran Sesuai dengan prinsip syariah. konsumen dilakukan
berdasarkan akad mudharabah salam Istishna
d. Usaha kartu kredit yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah
adalah fasilitas jaminan pembayaran untuk pembelian barang dan jasa
dengan menggunakan kartu kredit Sesuai dengan prinsip syariah.
Adapun akad yang digunakan dalam penggunaan kartu tersebut adalah
akad kafalah,qaradh, Dan ijarah
3. Dewan pengawas Syariah perusahaan pembiayaan yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib memiliki dewan
pengawas Syariah (DPS) Yang terdiri dari paling kurang 2 orang anggota
dan 1 orang ketua. anggota DPS diangkat dalam rapat umum pemegang
saham atas rekomendasi MUI. DPS bertugas memberikan nasihat dan
saran kepada Direksi, mengawasi aspek Syariah kegiatan operasional
perusahaan pembiayaan dan sebagai mediator antara perusahaan
pembiayaan Dengan DSN-MUI
4. Pelaporan perusahaan pembiayaan syariah wajib menyampaikan laporan
kegiatan setiap tanggal 10 setiap bulan dan mendapatkan pernyataan
kesesuaian syariah oleh DPS yang dengan tembusan kepada DSN- MUI.
Bagi perusahaan laporan disampaikan kepada Menteri diho dan
penjaminan dengan keputusan kepada Bank Indonesia, Direktorat statistik
ekonomi dan moneter bagian statistik moneter. pelaporan perusahaan
pembiayaan umum meliputi laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
oleh akuntan publik.

3. Pengembangan Perusahaan Pembiayaan


Perusahaan pembiayaan harus mempunyai program kerja yang jelas,
komprehensif, serta dilakukan pemantauan secara terus-menerus, untuk
mengetahui apakah program kerja dapat dilakukan sesuai yang ditentukan, dan

13
apabila ada kendala bagaimana cara mencari solusinya Di antara program kerja
yang dapat dilakukan oleh perusahaan pembiayaan:7
1. Melakukan mapping terhadap jenis kegiatan usaha yang selama ini telah
dilaksanakan oleh perusahaan. Selanjutnya hasil mapping ini akan
diketahui nasabah-nasabah yang potensial, sektor usaha ma- na yang
masih layak dikembangkan, serta sektor usaha yang risikonya tinggi.
2. Setelah mengetahui hasil mapping kemudian dilakukan langkah- langkah
mengembangkan usaha kepada sektor yang masih mem punyai prospek
baik, mencari ceruk jenis usaha lain yang layak di- kembangkan,
membangun kerja sama dengan dealer.
3. Sedangkan bagi sektor usaha yang mempunyai Non Performing Finance
(NPF) tinggi, perlu dilakukan langkah-langkah menilai kembali apakah
masih dapat diperbaiki dengan restrukturisasi, melakukan serangkaian
negosiasi dengan konsumen untuk mela- kukan pembayaran, melakukan
penagihan ataupun litigasi bilama- na tidak mungkin dapat dibayar
kembali.
4. Diversifikasi dalam funding untuk memperbaiki struktur penda naan.
5. Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan agar dapat memenuhi krite- ria
sebagaimana diatur dalam POJK mengenai perusahaan pembiayaan
syariah.
6. Perlu dilakukan pemantauan yang terus-menerus, untuk menjaga agar
pembiayaan bermasalah tidak melampaui 5%. Perusahaan ja perlu
melakukan diversifikasi pembiayaan, agar terjadi penyebar risiko.
7. Meningkatkan dan mengoptimalkan sumber daya manusia, keberhasilan
usaha pembiayaan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki, sehingga perbaikan kualitas sumber daya manusia
merupakan hal yang sangat penting

7
Ibid, hlm 338

14
8. Perbaikan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui training, baik
secara internal maupun eksternal. Pertemuan antara pimpin- an dengan staf
untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi perlu dilakukan secara
rutin, sebagai wadah untuk komunikasi dua arah dan pembahasan rencana
ke depan bagi perusahaan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Pembiayaan dalam perbankan syariah tidak menggunakan
transaksi yang berupa utang piutang dengan konsekuensi bunga, akan
tetapi menggunakan transaksi yang berupa sharing modal dengan sistem
bagi hasil atau transaksi jual beli dengan margin keuntungan dan sewa
serta fee untuk transaksi yang bersifat jasa. Dalam pelaksanaan
pembiayaan, bank syari’ah harus memenuhi dua aspek yang sangat
penting. Pertama, aspek syar’i, di mana dalam setiap realisasi pembiayaan
kepada para nasabah, bank syari’ah harus tetap berpedoman pada syari’at
Islam (anatara lain tidak mengandung unsur maysir, garar, riba, serta
bidang usahanya harus halal).
Selanjutnya aspek ekonomi, yaitu dengan tetap
mempertimbangkan perolehan keuntungan, baik bagi bank syari’ah
maupun bagi nasabah bank syari’ah. Ada tiga prinsip dalam melakukan
akad pada bank syari’ah, yaitu: pertama, prinsip bagi hasil; kedua, prinsip
jual beli; ketiga, prinsip sewa. Perusahaan pembiayaan adalah badan
usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha
Lembaga pembiayaan. pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha
perusahaan pembiayaan secara kelembagaan dilakukan oleh menteri
keuangan. pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip syariah
dilakukan oleh dewan Syariah nasional MUI yang menempatkan dewan
pengawas Syariah( DP ) dimasing-masing perusahaan pembiayaan syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ismail. (2011). Perbankan Syariah. Jakarta : Kencana Prenadamedia.

Muhammad. (2005). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. UPP AMP YKPN,


17.

Soemitra, A. (2017). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Depok: Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai