Anda di halaman 1dari 16

Perusahaan Pembiayaan Syariah

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan Tugas Mata Kuliah Bank Lembaga
Keuangan Lainnya

Disusun oleh
Anjely Oktavia ( 2116030043 )

Dosen Pengampu ;
Rahmat Kurnia, S.E., M.E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG 1444/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya
alam ciptaan-Nya . Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada Nabi kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang seperti sekarang
ini. Penulis makala Bank Lembaga Keuangan Lainnya ini dijadikan untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Bank Lembaga Keuangan Lainnya”. Selain itu juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Perusahaan Pembiayaa Syariah dan para penulis, kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Rahmat Kurnia,S.E.,M.E yang telah memberikan kami arahan dan bimbingan
untuk tugas makala ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makala ini, penulis menyadari bahwa makala ini jauh dari kata sempurna,
besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik ataupun
saran.

Padang, 7 April 2023

Penulisan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Syariah........................................................................6
B. Pendirian Perusahaan Pembiayaan Syariah..........................................................................6
C. Pengelolaan Perusahaan Pembiayaan Syariah......................................................................7
D. Pengawasan Perusahaan Pembiayaan Syariah......................................................................8
E. Pengembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah...............................................................10
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUPAN...............................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat. Hal itu ditandai dengan
meningkatnya jumlah bank syariah dan lembaga keuangan nonbank. Ada beberapa yang
memang asli syariah, akan tetapi ada yang berupa unit usaha syariah. Dalam kehidupan
perekonomian, kita tidak hanya mengenal perbankan syariah yang memang menjadi
perhatian banyak orang. Ekonomi Islam bukan hanya sekedar membahas tentang
perbankan Islam, tetapi semua hal yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi manusia.
Dengan perkembangan perbankan Islam, juga berkembang praktek ekonomi Islam yang
lain, seperti leasing, asuransi, pasar modal, dana pensiun, pegadaian, lembaga zakat,
koperasi dan lain sebagainya. Kemajuan ini menjadi sinyal positif untuk menunjang
segala kebutuhan masyarakat yang diselenggarakan secara Islami, mengingat sebelumnya
belum tersedia pelayanan dan proses pemenuhan kebutuhan masyarakat yang sesuai
dengan syariat Islam.
Perekonomian yang Islami, perlu adanya instrumen yang menunjang, baik yang
disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Perkembangan praktek ekonomi Islam di
masyarakat cukup pesat sehingga perlu mendapatkan sebuah payung hukum dan aturan
yang berfungsi untuk melindungi proses ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat.
Termasuk dalam hal ini lembaga pembiayaan nonbank perlu mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah.
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung
dari masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan mencakup beberapa alternatif
kegiatan pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), kartu
kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen (consumer finance). Memasuki dekade
tahun 2000 industri jasa pembiayaan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat sehingga menuntut industri jasa pembiayaan dapat menyesuaikan diri dengan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan yang sangat kompleks.
Perkembangan industri jasa pembiayaan ini secara keseluruhan telah mampu

4
menjadikannya sebagai suatu industri yang cukup menonjol dalam dunia bisnis
khususnya sektor keuangan yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi
secara nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini dapat di rumusan sebagaia berikut :
1. Apa pengertian dari perusahaan pembiayaan syariah?
2. Siapa pendirian perusahaan pembiayaan syariah?
3. Bagaimana pengelolaan perusahaan pembiayaan syariah?
4. Bagaimana pengawasan perusahaan pembiayaan syariah?
5. Bagaiamana pengembangan perusahaan pembiayaan syariah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasakan Latar Belakang dan Rumusan Masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu perusahaan pembiayaan syariah
2. Untuk mengetahui siapa saja pendirian perusahaan pembiayaan syariah
3. Untuk mengetahui pengelolahan perusahaan pembiayaan syariah
4. Untuk mengetahui pengawasan perusahaan pembiayaan syariah
5. Untuk mengetahui pengembangan perusahaan pembiayaan syariah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Syariah


Perusahaan Pembiayaan Syariah adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha
Kartu Kredit berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan definisi tersebut, maka produk
perusahaan pembiayaan syariah berupa pembiayaan atas sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan atau usaha kartu kredit berdasarkan akad dan prinsip syariah.
Berdasarkan Peraturan OJK No.31/P.OJK/2014 (Otoritas Jasa Keuangan, 2014)
dinyatakan bahwa dalam hal perusahaan pembiayaan syariah melakukan pembiayaan jual
beli untuk kendaraan bermotor, perjanjian pembiayaan syariah wajib mencantumkan nilai
uang muka (down payment/urbun). Berdasarkan SE OJK No 48 Tahun 2016 (Otoritas
Jasa Keuangan, 2016), Uang Muka (Down Payment/Urbun) Pembiayaan Kendaraan
Bermotor adalah pembayaran di muka atau uang muka secara tunai yang sumber dananya
berasal dari konsumen (selffinancing) dalam rangka Pembiayaan Jual Beli untuk
kendaraan bermotor. Batasan Down Payment didasarkan pada tingkat kredit bermasalah
atau non-performing financing (NPF) setiap perusahaan pembiayaan atau rasio aset
bermasalah pada perusahaan atau unit usaha syariah (UUS) multifinance. Dengan adanya
ketentuan tersebut, maka perusahaan pembiayaan dengan rasio NPF sekitar 1% yang
menyalurkan pembiayaan bersifat konvensional dapat menerapkan besaran DP minimum
5%. Besaran minimum DP sebesar 5% juga dapat diberlakukan bagi perusahaan
pembiayaan syariah atau UUS yang mempunyai nilai rasio aset produktif bermasalah
lebih rendah atau sama dengan 1% (Yulianti, 2019).

B. Pendirian Perusahaan Pembiayaan Syariah


1. prosedur tata cara pendirian
Untuk mendirikan perusahaan pembiayaan syariah ada beberapa tahapan yang
dapat dilakukan antara lain:
a. Calon mengajukan permohonan izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan kepada
Menteri Keuangan ketua Bapepam LK.
b. Selanjutnya dari ketua bapepam-lk diteruskan ke Biro P3. biro P3 memeriksa
kelengkapan dokumen persyaratan izin usaha PP sesuai PMK no 84/ PMK. 012/

6
2006. jika lengkap maka diteliti informasi daftar kredit macet (dmk) dan daftar
tidak lulus dtl) Bagi direksi komisaris dan pemegang saham jika tidak termasuk
DKM dan dil maka biro P3 memproses permohonan izin usaha sebagai perusahaan
pembiayaan sesuai ketentuan dalam PMK no 84/PMK. 012/ 2006 termasuk
melakukan Fit and Proper test bagi direksi dan komisaris.
c. Selanjutnya biro P3 memberikan pertimbangan menerima atau menolak
permohonan izin usaha PP. Jika pengajuan diterima maka dikeluarkan kmk izin
usaha sebagai PP. pemberian izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan dilakukan
oleh ketua bapepam-Ik.
d. Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebagai PP wajib melakukan
kegiatan usaha selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal izin usaha ditetapkan.
e. Melaporkan kegiatan usaha kepada Menteri Keuangan ketua bapepam-Ik (Biro
perbankan, pembiayaan, dan penjaminan) selambat-lambatnya 10 hari sejak
tanggal dimulainya kegiatan usaha.
2. Persyaratan izin usaha
a. Akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar yang telah disahkan oleh
instansi berwenang yaitu Departemen Hukum dan HAM.
b. Direksi dan dewan komisaris atau pengurus dan pengawas. direksi dan komisaris
atau pengurus dan pengawas nantinya akan di uji Fit propertest.
c. Data pemegang saham atau anggota.
d. Sistem dan prosedur kerja struktur organisasi dan personalia.
e. Pelunasan modal disetor dalam bentuk deposito berjangka pada salah satu bank
umum di Indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima setoran yang masih
berlaku selama dalam proses pengajuan izin usaha.
f. Bukti kesiapan operasional.
g. Pedoman untuk pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah.

C. Pengelolaan Perusahaan Pembiayaan Syariah


Ada beberapa pengelolaan perusahaan pembiayaan syariah antara lain yaitu :
1. Pemasaran antara lain membangun kerjasama dengan dealer. Sinergi bisnis dengan
grup /induk perusahaan, an untuk membangun captive Market.

7
2. Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana di mata konsumen dan
darimitigasi risiko masih tetap aman.
3. Keuangan antara lain bila tak memungkinkan Funding mayoritas dari bank, ada
keterbatasan an untuk menambah jumlah puding yang diperoleh, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber.
4. Permodalan antara lain secara Bertahap perusahaan perlu melakukan pemupukan
modal atau berusaha mendapatkan penambahan modal disetor dari para pemegang
saham.
5. Sumber daya Insani antara lain diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas
agar dapat melakukan marketing, menganalisis resiko, dan melakukan perjanjian jika
terjadi resiko gagal bayar Dari konsumen.

D. Pengawasan Perusahaan Pembiayaan Syariah


Pada perusahaan pembiayaan syariah pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
meliputi :
1. Sumber pendanaan
Sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah wajib diperoleh berdasarkan prinsip syariah. sumber
pendanaan perusahaan pembiayaan syariah wajib diperhitungkan sebagai komponen
dalam menghitung Gearing rasio perusahaan pembiayaan. sumber pendanaan tersebut
dapat diperoleh melalui bank atau badan usaha yang lainnya baik dari dalam maupun
luar negeri dengan menggunakan akad yang sesuai dengan prinsip syariah.
Adapun akad yang diterapkan pada sumber pendanaan ini meliputi:
a. Pedoman mudharabah Mutlaqah yaitu pendanaan yang diperoleh perusahaan
pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak sebagai
penyandang dana (Shahibul maal) dimana shahibul maal tersebut membiayakan
100% modal kegiatan pembiayaan untuk proyek yang tidak ditentukan oleh
perusahaan pembiayaan, dan Keun keuntungan Usaha dibagi sesuai kesepakatan
yang dituangkan dalam akad.
b. Pendanaan mudharabah musyarakah yang diperoleh perusahaan pembiayaan
melalui akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang
dana (Shahibul maal) Di mana shahibul maal tersebut membiayai 100% modal

8
kegiatan pembiayaan untuk proyek yang telah ditentukan oleh perusahaan
pembiayaan, dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
akad.
c. pendanaan mudharabah musyarakah yang diperoleh perusahaan pembiayaan
melalui akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang
dana( Shahibul maal) Di mana shahibul maal dan perusahaan pembiayaan selaku
Pengelola ( Mudharib) turut menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi dan
keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
d. pendanaan musyarakah yang diperoleh perusahaan pembiayaan melalui akad
kerjasama dengan pihak lain untuk usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuanbahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama Sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
2. Kegiatan Pendanaan
kegiatan usaha perusahaan pembiayaan syariah terdiri dari:
a. Sewa guna usaha syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran Sesuai dengan prinsip
syariah.
b. Anjak piutang adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu
perusahaan berikut pengurusan akan piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah
dilakukan berdasarkan akad wakalah Bil ujrah. ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan
pemberian Keuntungan.
c. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran Sesuai
dengan prinsip syariah. konsumen dilakukan berdasarkan akad mudharabah salam
Istishna.
d. Usaha kartu kredit yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah adalah fasilitas
jaminan pembayaran untuk pembelian barang dan jasa dengan menggunakan kartu

9
kredit Sesuai dengan prinsip syariah. Adapun akad yang digunakan dalam
penggunaan kartu tersebut adalah akad kafalah.qaradh, Dan ijarah.
e. Dewan pengawas Syariah
perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah wajib memiliki dewan pengawas Syariah (DPS) Yang terdiri dari paling
kurang 2 orang anggota dan 1 orang ketua anggota DPS diangkat dalam rapat
umum pemegang saham atas rekomendasi MUI. DPS bertugas memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi, mengawasi aspek Syariah kegiatan operasional
perusahaan pembiayaan dan sebagai mediator antara perusahaan pembiayaan
Dengan DSN-MUI.
3. Pelaporan
perusahaan pembiayaan syariah wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap tanggal
10 setiap bulan dan mendapatkan pernyataan kesesuaian syariah oleh DPS yang
dengan tembusan kepada DSN- MUI. Bagi perusahaan laporan disampaikan kepada
Menteri diho dan penjaminan dengan keputusan kepada Bank Indonesia, Direktorat
statistik ekonomi dan moneter bagian statistik moneter. pelaporan perusahaan
pembiayaan umum meliputi laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan public.

E. Pengembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah


Perkembangan perusahaan pembiayaan tidak lepas dari adanya perkembangan
perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dunia perbankan bersinergi dengan
perusahaan pembiayaan untuk menyalurkan dana yang dihimpun dari dari masyarakat.
Bedanya, kalau bank adalah mempunyai kewenangan menghimpun dana dari
masyarakat secara langsung dan sekaligus berwenang menyalurkan dana, maka
perusahaan pembiayaan hanya dapat menyalurkan dana kepada masyarakat dan ia tidak
mempunyai kewenangan menghimpun dana masyarakat, ia hanya dapat. Dana yang
disalurkan oleh perusahaan pembiayaan adalah tetap dana dari bank. Pengawasan
perbankan konvensional dan syariah berada di bawah bank Indonesia, sedangkan
pengawasan perusahaan pembiayaan berada di bawah Departemen Keuangan
khususnya Badan Pengawasan Pasar Modal Lembaga Keuangan atau disingkat
BAPEPAM LK.

10
Sinergisitas antara dunia perbankan dan perusahaan pembiayaan adalah sangat
kentara sekali, karena memang perusahaan pembiayaan kebanyakan merupakan adalah
anak perusahaan bank. Apabila bukan anak perusahaan biasanya merupakan satu
group. Misalnya WOM finance merupakan anak perusahaan BII, Federal Inter-
national Finance merupakan anak perusahaan Astra, kerjasama dengan Bank Permata,
dan Adira Finance dengan Bank Danamon juga sama-sama anak perusahaan temasek.
Kehadiran industri pembiayaan (multi fi- nance) di Indonesia sesungguhnya
belumlah terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari
beberapa sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indone- sia pada 1974.
Kelahirannya didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yaitu
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.
Menjamurnya perusahaan pembiayaan tidak terlepas dari suburnya permintaan
pembiayaan untuk konsumsi masyarakat atau kredit untuk barang-barang seperti motor
dan alat elektronik di Indonesia. Pada tahun 2007 seperti yang dicatat oleh Investor
Daily, pada senin 18 Februari 2008, ada beberapa perusahaan yang mampu melakukan
pembiayaan di atas satu triliun. Perusahaan konvensional seperti Adira menempati
urutan teratas dengan 11 triliun ru- piah, FIF dengan 9 triliun rupiah, BAF dengan 5
triliun rupiah, WOM Finance membiayai sebesar 4,8 triliun rupiah dan BFI Finance
sebanyak 2,5 triliun rupiah. Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah
PT Pembangunan Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut
mengganti namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Kemudian, melalui
Keputusan Presiden (Keppres) No.61/ 1988, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri
Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis
pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, fac- toring, consumer finance,
modal ventura dan kartu kredit.
Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif
tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila
dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul dan
menjamur di mana-mana. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan
telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala gurem. Tetapi banyak
kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang keladi suramnya industri

11
perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada 1996 ketika pemerintah
melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti dengan dimasukkannya
beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup
mengesankan.
Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam pembiayaan
perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika sebelumnya hanya
terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada keperluan kantor,
manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan multifinance kian
dikenal pelaku usaha nasional.
Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan
perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung
berupaya memperbesar asset. Perburuan aset tersebut diantaranya disebabkan tantangan
perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang
tidak beranjak dari skala semula, tampak terguncang-guncang dana akhirnya tutup
sama sekali. Dengan asset dan skala usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan
lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas, mereka
berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling lirik dan
penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak perusahaan leas- ing
yang melakukan penggabungan menjadi satu grup. Tampaknya, langkah ini
membuahkan hasil positif. Selain modal dan asset menggelembung, kredibilitas dan
penguasaan pasar pun ikut terdongkrak.Namun gairah menggelembungkan asset
tersebut berangsur-angsur mulai pudar, karena pada tahun berikutnya (1990), industri
leasing mulai kembali pada prinsip dasar ekonomi, mereka lebih mengutamakan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan di
industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya,
persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar. Bahkan,
kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya dengan
menyerahkan selembar kartu tanda penduduk (KTP). Pada tahun 1991, kembali terjadi
perubahan besar-besaran pada perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang

12
ketat (TMP = tight money policy) - yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I
dan II - suku bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah
disetujui terpaksa ditunda pencairannya.

13
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Perusahaan Pembiayaan Syariah adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha
Kartu Kredit berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan definisi tersebut, maka produk
perusahaan pembiayaan syariah berupa pembiayaan atas sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan atau usaha kartu kredit berdasarkan akad dan prinsip syariah.
Berdasarkan Peraturan OJK No.31/P.OJK/2014 (Otoritas Jasa Keuangan, 2014)
dinyatakan bahwa dalam hal perusahaan pembiayaan syariah melakukan pembiayaan
jual beli untuk kendaraan bermotor, perjanjian pembiayaan syariah wajib mencantumkan
nilai uang muka (down payment/urbun). Berdasarkan SE OJK No 48 Tahun 2016
(Otoritas Jasa Keuangan, 2016), Uang Muka (Down Payment/Urbun) Pembiayaan
Kendaraan Bermotor adalah pembayaran di muka atau uang muka secara tunai yang
sumber dananya berasal dari konsumen (selffinancing) dalam rangka Pembiayaan Jual
Beli untuk kendaraan bermotor.
Untuk mendirikan perusahaan pembiayaan syariah ada beberapa tahapan yang
dapat dilakukan antara lain: Calon mengajukan permohonan izin usaha sebagai
perusahaan pembiayaan kepada Menteri Keuangan ketua Bapepam LK, Selanjutnya dari
ketua bapepam-lk diteruskan ke Biro P3. biro P3 memeriksa kelengkapan dokumen
persyaratan izin usaha PP sesuai PMK no 84/ PMK. 012/ 2006. jika lengkap maka diteliti
informasi daftar kredit macet (dmk) dan daftar tidak lulus dtl) Bagi direksi komisaris dan
pemegang saham jika tidak termasuk DKM dan dil maka biro P3 memproses
permohonan izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan sesuai ketentuan dalam PMK no
84/PMK. 012/ 2006 termasuk melakukan Fit and Proper test bagi direksi dan komisaris.
Selanjutnya biro P3 memberikan pertimbangan menerima atau menolak permohonan izin
usaha PP. Jika pengajuan diterima maka dikeluarkan kmk izin usaha sebagai PP.
pemberian izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan dilakukan oleh ketua bapepam-Ik.
Dan Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebagai PP wajib melakukan kegiatan
usaha selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal izin usaha ditetapkan. Dan Melaporkan
kegiatan usaha kepada Menteri Keuangan ketua bapepam-Ik (Biro perbankan,

14
pembiayaan, dan penjaminan) selambat-lambatnya 10 hari sejak tanggal dimulainya
kegiatan usaha.

B. Saran
Dalam penulisan makala ini penulis makalah ini masih banyak mempunyai
kekurangan seperti penggunaan kata dalam penulisan makalah dan memasukkan data
yang kurang teliti, diharapkan kepada pembaca berikutnya untuk memperbaiki Bahasa
ataupun menggunakan data yang valid

15
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. (2012). analisis pembiayaan bank syariah. 20.

Muhaimin. (2012). Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Syariah. Jurnal studi ekonomi, 16.

Muhammad. (2019). Bank Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta.

Soemitra, A. (2009). Bank Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta.

Yulianti, N. W. (2019). Kinerja Perusahaan Pembiayaan Syariah Di Indonesia Sebelum Dan


Sesudah. sekolah tinggi ilmu ekonomi , 11.

16

Anda mungkin juga menyukai