Anda di halaman 1dari 16

Perusahaan pembiayaan syariah

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perbankan Syariah


Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Dosen Pengampu:

Siti Nur Latifah M.E


NIY:19880605178116

Disusun Oleh:

Mei shinta yudiana


NIM:2019100290683

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN LUMAJANG

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehaditat ALLAH SWT yang mana atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIA
Ucapan terimakasih kami kepada Dosen, serta teman-teman dan semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
dengan tulus memberikan banyak doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena terbatasnya pengalaman
dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Penulis
DAFTAR ISI

cover
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
a. Latar belakang....................................................................................................................4
b.Rumusan masalah................................................................................................................5
C. Tujuan masalah..................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. PENGERTIAN PEMBIAAAN SYARIAH.......................................................................6
B. PERJANJIAN PEMBIAYAAN SYARIAH......................................................................9
C. PEMBINAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH................................................9
D. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN PEMBIAYAAN SYARIAH..............................11
E. KERJASAMA PEMBIAYAAN.....................................................................................11
F. PENDANAAN DAN PENYERTAAN...........................................................................11
G. SERTIFIKASI.................................................................................................................12
H. LARANGAN..................................................................................................................12
I. PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG..............................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat, hal itu ditandai


denganmeningkatnya jumlah bank syariah dan lembaga keuangan non bank.Ekonomi Islam
bukan hanya sekedar membahas tentang perbankan Islam, tetapi semua hal yang berkaitan
dengan kehidupan ekonomi manusia, diantaranya Perusahaan Pembiayaan.Pengaturan
lembaga keuangan dalam syariah islam dilandasi pada kaidah dalam ushul fiqih yang
menyatakan bahwa “maa laa yatimm al wajib illa bihi fa huwa wajib”, yakni sesuatu yang
harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan.Mencari nafkah
(yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib diadakan untuk itu, pada zaman modern
ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanyalembaga keuangan, maka
lembaga keuangan ini pun wajib untuk diadakan.Disini terlihat pentingnya eksistensi
lembaga keuangan dalam hal pembiayaaan.Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan bahwa, perusahaan pembiayaan adalah
badan usaha di luar Bank danLembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yangtermasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kehadiran
perusahaan pembiayaan,menambah deretan berkembangnya industri jasa pembiayaan di
Indonesia.Perusahaan pembiayaan seperti ini memberikan kemudahaan kepada masyarakat
untuk memenuhikebutuhannya, baik dalam bentuk investasi, modal kerja, atau semata-mata
untuk barangyang akan dipakai sendiri (konsumsi).Hal ini juga terlihat dengan mulai
menjamurnya perusahaan pembiayaan, dikarenakan banyaknya permintaan pembiayaan dari
masyarakat atau kredit untuk barang-barangseperti motor dan alat elektronik. Perusahaan
pembiayaan merupakan salah satu aspekyang diatur dalam syariah islam, yakni bagian
muamalah sebagai bagian yang mengaturhubungan sesama manusia. Di Indonesia telah
banyak bermunculan perusahaan pembiayaan yang mengadopsi prinsip syariah.Dalam rangka
merespons kegiatan usaha perusahaan pembiayaan secara syariah, Bapepam telah
mengeluarkan Peraturan NomorPer-03/BL/2007 tentang kegiatan perusahaan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariahdalam rangka memberikan kerangka hukum terhadap segala
kegiatan bagi perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan syariah
merupakan bentuk pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan
pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk mengembalikan
pembiayaantersebut dalam jangka waktu tertentu berdasarkan imbalan.

4
B. Rumusan masalah

1. apa yang dimaksud lembaga keuangan syariah ?


2. apa yang dimaksud prinsip dan kegiatan usaha pembiayaan syariah ?
3. apa yang dimaksud perjanjian pembiayaan syariah?
4. Apa yang dimaksud pembinaan lembaga pembiayaan syariah?
5. Apa yang dimaksud tingkat kesehatan keuangan ?
6. Apa yang dimaksud batas minimum pemberian pembiayaan syariah?
7. Apa yang dimaksud kerjasama pembiayaan?
8. Apa yang dimaksud pendanaan dan penyertaan?
9. Apa yang dimaksud sertifikasi?
10. Apa yang dimaksud dengan larangan?
11. Apa yang dimaksud perusahaan pembiayaan syariah?
12. Apa yang dimaksud pembiayaan anja piutang?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui lembaga keuangan syariah


2. Untuk mengetahui prinsip dan kegiatan usaha pembiayaan syariah
3. Untuk mengetahui perjanjian pembiayaan syariah
4. Untuk mengetahui pembinaan lembaga pembiayaan syariah
5. Untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan
6. Untuk mengetahui batas minimum pemberian pembiayaan syariah
7. Untuk mengetahui kerjasama pembiayaan
8. Untuk mengetahui pendanaan dan penyertaan
9. Untuk mengetahui sertifikasi
10. Untuk mengetahui dengan larangan
11. Untuk mengetahui perusahaan pembiayaan syariah
12. Untuk mengetahui pembiayaan anja piutang

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBIAAAN SYARIAH

Keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas


pembiayaan untuk lebih luas penyediaan pembiayaan alternative bagi dunia usaha dalam
sistem perekonomian modern sangatlah dibutuhkan. Lembaga pembiayaan diperlukan guna
mendukung dan memperkuat sistem keuangan nasional yang terdifersifikasi sehingga dapat
memberikan alternative yang lebih banyak bagi pengembangan sektor usaha.

Kebijakan pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan melalui


diserfikasi kebijakan pembiayaan landasan operasionalnya diatur dalam keputusa presiden no
61 tahun 1988 sebagai bagian dari regulasi 20 desember 1988. Melihat karakteristik jenis
usaha yang beragam, maka perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan
sering pula disebut dengan multifinensi kompeni. Dalam ketentuan lebih lanjut ada dua
kegiatan yang dikeluarkan dari kegiatan perusahaan pembiayaan, yaitu kegiatan perdagangan
surat berharga bedasarkn keputusan mentri keuangan No 1256/KMK.00/1986 tgl 18
november 1989 karena kegiatan perdagangan surat berharga terkait dengan kegiatan dipasar
modal sehingga dialihkan kepada BAPEPAM sebagai otoritas pasar modal. Pada era OJK,
terdapat sejumlah regulasi baru yang ditertibkan untuk menyempurnakan regulasi lembaga
pembiayaan salah satunya peraturan otoritas kesehatan keuangan.

Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan


untuk pengadaan barang dan jasa. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank
dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
yang termsuk dalam bidang usaha( lembaga pembiayaan). Lembaga pembiayaan memberikan
fasilitas kepada masyarakat untuk memperoleh suatu aset yang dapat memberikan nilai
tambah melalui skema pinjaman atau pembiayaan. Untuk itu bagi masyarakat yang
membutuhkan aset, namun secara financial masih terbatas maka dapat menggunakan
pembiayaan sebagai salah satu alternatif cara untuk memperoleh aset tersebut.

Perusahaan pembiayaan selain beroperasi menggunakan sistem konvensioanal juga


dapat melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesapakatan antara perusahaan
pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Adapun
prosedur pendirian dan pengurusan izin usaha kelembagaan penyelenggaraan perusahaan
pembiayaan syariah merujuk pada peraturan otoritas jasa keuangan No 28/POJK.05/2014.

Perusahaan pembiayaan syariah yang mempunyai UUS wajib secara jelas kegiatan
pembiayaan syariah dalam anggaran dasarnya. Perusahaan pembiayaan syariah wajib
memiliki dewan pengawas syariah (DPS) sebagai bagian sari organ perusahaan yang
mempunyai tugas dan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan perusahaan
agar sesuai dengan prinsip syariah.

6
B. PRINSIP DAN KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

Dama POJK no 31/ POJK.05/2014 disebutkan bahwa pembiayaan syariah adalah


perusahaan yang seluruh kegiatatan usahanya melakukan pembiayaan syariah. Pembiayaan
syariah adalah pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yaitu ketentuan
hukum islam berdasarkan fatwa atau/ pernyataan kesesuaian syriah dari dewan syariah
nasional majlis ulama Indonesia

Penyelenggaraan pembiayaan syariah wajib memenuhi sejumlah prinsip, yaitu;

1. Memenuhi prinsip keadilan (adl) yaitu menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya,
memberikan sesuatu hanya pada orang yang berhak, serta memperlakukan sesuatu
sesuai posisinya.
2. Keseimbangan ( tawazun ), yaitu meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual
aspek privet dan public sector keuangan dan sektor ril, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek kemanfaatan dan sosial
3. Maslahah yaitu segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan ukrawi, material
dan spiritual, serta individual dan kolektif serta harus memenuhi tiga unsur yaitu:
kepatuhan syariah (halal), bermanfaat dan membawa kebaikan (toyyib) dalam semua
aspek secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudaratan.
4. Universalisme (alamiah) yaitu dapat dilakukan oleh , dengan, dan untuk semua piha
yang berkepentingan (stikholder) tanpa membedakan suku,ras,dan golongan sesuai
dengan semangat rahmatanlilalami.
5. Serta tidak mengandung unsur:
a. Gharar yaitu transaksi objeknya tidak jelas, tida dimiliki, tidak diketaui
keberadaanya atau tidak dapat diserakan pada saat transaksi dilakukan, kecuali
diatur lain dalam syariah.
b. Maysir yaitu transaksi yang bersifat spekulatif (untung-untungan) yang tidak
terkait langsung disektor riil.
c. Riba yaitu pemastian penambahan pendapatan secara tidak sah( batil) antara lain
dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitasnya dan waktu
penyerahan dalam transaksi pinjaman-pinjaman yang mempersyaratkan nasabah
menerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman
karena berjalannya waktu.
d. Zhulum yaitu transaksi yang menimbulkan ketidak adilan bagi pihak lainnya.
e. Riswah yaitu tindakan swap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya
yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan
dalam suatu transaksi
f. Objek haram yaitu suatu barang atau jasa yag diharamkan dalam syariah.

Kegiatan pembiayaan syariah dapat dilaukan dengan menggunakan akad tunggal atau
gabungan akad dari berbagai akad setelah terlebih dahulu melaporkan setiap penggunaan
akad tunggal atau gabungan akad kepada OJK. Penggunaan akad dilakukan untuk suatu
kegiatan pembiayaan syaria tertentu antara lain penggunaan gabungan akad jual beli, ijarah,

7
dan akad wakalah bil ujrahdan jualah dengan tujuan untuk melakukan pembiayaan jasa usaha
keperantaan dalam bisnis properti.

Kegiatan pembiayaan syaria meliputi sejumlah pembiayaan yang terdiri dari sejumlah
akad sebagai berikut:

1. Pembiayaan jua beli yaitu pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang melaui
transaksi jual beli sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh
para pihak. Akad yang digunakan dalam akad jual beli antara lain:
a. Murabahah yaitu jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih (marjin) sebagai laba
sesuai dengan kesepakatan para pihak.
b. Salam yaitu jua beli suatu barang dengan pemesanan sesuai dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran harga barang terlebih dahulu secara penuh.
c. Istisna’ yaitu jual beli suatu barang dengan pemesanan suatu barang sesuai dengan
kriteria dan persyaratan tertentu dan pembayaran harga barang sesuai kesepatan
para pihak.
2. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan dalam bentuk pembiayaan moda dalam
jangka waktu tertentu untuk kegitan usaha produktif dengan pembagian keuntnga
sesuai dengan perjanjian pembiayaan syaria yang disepakati oleh para pihak, akad
yang digunakan dalam pembiayaan investasi antara lain :
a. Mudharabah yaitu akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak ( shohibulmal
dan mudharib) keuntungan usaha dibai anaar mereka sesuai dengan kesepakatan
para pihak.
b. Musyarokah, yaitu pembiayaan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama.
c. Mudharabah musyarakah, yaitu bentuk mudharabah dimana pengelola dana turut
menyertakan modal dalam kerjasama dan keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama.
d. Musyarakah mutanakisah, yaitu musyarakah atau syirkah yang kepemilikan aset
atau modal salah satu piha berkurang disebabkan pembelian porsi kepemilikan
( hisoh) secara bertahap oleh piha lainnya.
3. Pembiayaan jasa yaitu pemberian atau penyediaan jasa baik dalam bentuk pemberian
manfaat atas suatu barang, pemberian pinjaman atau pelayanan atau tanpa pembyaran
imbalan jasa 9ujra) sesuai dengan perjanjian syaria yang disepakati oleh para pihak.
Akad yang dunakana oleh pembiayaan jasa antara lain :
a. Ijarah yaitu pembinaan hak guna atas suatu barang dalam jangka waktu tertentu
dengan pembayaran sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.
b. Ijarah muntahiyah bittamlik yaitu ijarah yang disertai dengan janji pemindahan
kepemilikan setelah masa ijarah selesai.
c. Hawalah atau hawala bil ujrah, hawalah adalah pengalihan utang dari suatu piha
yang berutang kepada piha lain yang wajib menanggung pembayarannya.

8
d. Wakalah adalah pemberian kuasa dari pemberian kuasa ( muwakil) kepada
penerima kuasa (wakil) dalam hal yang boleh diwakilkan.
e. Juala yaitu janji atau komitmmen.
f. Qardh yaitu pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu.

C. PERJANJIAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Perjanjian pembiayaan syariah antara perusahaan syariah dengan konsumen wajib dibuat
secara tertulis. Perjanjian pembiayaan syariah dalam kegiatan pembiayaan syaria wajib
memenuhi ketentuan penyusunan perjanjian sebagaimana diatur dalam peraturan OJK
mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dan wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut :

1. Dilaksanakan tanpa unsur paksaan diantara para piha yang berakad atau bertransaksi.
2. Objek yang terdapat dalam perjianjian pembiayaan syariah sesuai dengan prinsip
syariah dan peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya perjanjian pembiayaan syariah yang telah disepakati tidak dapat dibatalkan
kecuali:

1. Pola piha setuju untuk menghentikannya.


2. Tidak terpenuhinya kondisi hukum karena tidak memenuhi dua ketentuan diatas.

Perjanjian pembiayaan syariah dalam pembiayaan syariah wajib paing sedikit memuat:

1. Judul perjanjian pembiayaan syariah dan jenis akad perjanjian syariah yang
digunakan.
2. Nomor dan tanggal pembiayaan syariah.
3. Identitas para pihak.
4. Objek perja jian pembiayaan syariah.
5. Tujuan pembiayaan.
6. Objek jaminan.
7. Jangka waktu pembiayaan syariah dan lain sebagainya.

Apabila perusahaan syariah melaukan pembiayaan jual-beli untuk kenderaaan bermotor


perjajian pembiayaan syariah wajib mencantumkan nilai uang muka.

D. PEMBINAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH

1. Mitigassi resiko pembiayaan syariah

Perusahaan syariah wajib melaukan pemagaran (mitigasi) resiko untuk mengurangin


terjadinya kerugian akibat resiko yang terjadi pada pembiayaan syaria dengan melakukan
sejumlah tindakan , yaitu :

9
a. Mengalihkan resiko pembiayaan syariah melalui mekanisme penjaminan syariah yang
telah mendapatkan ijin usaha dari OJK.dan tidak dalam pengenaan sanksi pembekuan
kegiatan usaha dari OJK dengan jangka waktu paling singkat sama dengan watu
pembiayaan.
b. Mengalihkan resiko atas barang yang diabiayai atau barang yang menjadi agunan dari
kegiatan pembiayaan syariah melaui mekanisme asuransi syariah yang tela
mendapatkan ijin usaha dari OJK.
c. Melakukan pembenaan jaminan fidusia atas barang yang dibiayai atau barang yang
menjadi agunan dari kegiatan pembiayaan syariah dan wajibkan mendaftrkan jaminan
fidusia pada kantor pendaftaran fidusia termasuk yang bersumber pembiayaannya
beraal dari dana terusan paing lambat satu bulan setelah tanggal perjanjian
pembiayaan.

Penilaian tingkat resiko perusahaan pembiayaan syariah juga diatur secara khusus dalam
khusus dalam suatu edaran otoritas jasa keuangan nomor 5/SEOJK. 05/2015 tentang
penilaian tingkat resiko lembaga jasa keuangan non bank syariah.

2. Tingkat kesehatan keuangan perusahaan pembiayaan syariah wajib setiah saat


memenuhi ketentuan tingkat kesehatan yang diatur oleh OJK, tingkat kesehatan
keuangan pembiayaan syariah meliputi terpenuhinya rasio permodalan, kualitas aset
produktif, rentabilitas, dan likuiditas.
a. Rasio permodalan perusahaan syariah wajib memenuhi rasio permodalan
paing rendah sebebsar 10%.
b. Kualitas aset produktif dmna perusahaan syariah wajib menilai, memantau,
dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kualitas aset
produktif agar tetap lancar yaitu tida terdapat keterlambatan pembayaran
pokok, marjin, hasil investasi atau bagi hasil, imbaljasa (ujrah) atau
keterlambatan pembayarn pokok, marjin, hasil investasi atau bai hasil.
c. Rentabilitas dimana perusahaan syariah wajib memenuhi rasio rentabilitas
dengan nilai komposit paling sedikit sebesar 2,5. Nilai komposit di hitung
dengan menggunakan metode rata rata tertimbang dari 4 rasio rentabilitas
dengan bobot masing masing 25%.
d. Likuiditas dimana perusahaan syariah wajib memenuhi rasio likuiditas dengan
nilai kompsit paling sedikit 2,5% nilai komposit dihitung dengan
menggunakan metode rata rata tertimbang dari nilai setiap rasio likuiditas
dengan bobot masing masing 33,33%
e. Perusahaan syariah wajib memiliki aset produktif netto paling rendah 40%
dari total aset perusahaan pembiayaan syariah wajib memiliki rasio terhadap
modal di setor paling rendah sebesar 50%

10
E. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan batas maksimum pemberian pembiayaan


syariah (PMPPS) kepada seluruh pihak terkait paling tinggi 50% dari ekuitas perusahaan
syariah syariah pihak terkait yang dimaksud meliputi orang perseorangan atau badan usaha
yang merupakan pengendali perusahaan syariah, badan usaha dimana perusahaan syariah
tertindak sebagai pengendali, orang perseorangan atau badn usaha yang bertindak sebagai
pengendali dari badan usaha badan usaha yang pengendaliannya dilakukan oleh perusahaan
syariah dan suatu badan usaha.

Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan BMPPS kepada satu konsumen yang
bukan merupakan pihak terkait paling tinggi 20% dari ekuitas perusahaan syariah.
Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan BMPPS kepada satu klompok konsumen yang
bukan merupakan pihak terkait paling tinggi 50% dari ekuitas perusahaan syariah kecuali
bagi pembiayaan syariah untuk pengadaan barang dan jasa dalam rangka program
pemerintah.

F. KERJASAMA PEMBIAYAAN

Perusahaan syariah dapat bekerja sama dengan pihak lain, yaitu bank, perusahaan
pembiayaan sekunder perumahan, lembaga keuangan mikro, atau perusahaan syariah melalui
pembiayayaan penerusan dan dilakukan sesuai dengan ketenntuan peraturan perundang
undangan serta dilarang bertentangan prinsip syariah. Pembiayaan penerusan wjib dilakukan
dengan akad wakalah bil ujrah.

Dalam melakukan pembiayaan penerusan, perusahaan syariah dapat bertindak


sebagai:

a. Pihak yang menyalurkan ( pengelola/wakil) melalui kegiatan pembiayaan syariah,


yaitu perusahaan syariah hanya bertindak sebagai pengelola dan memperoleh imbalan
(ujrah) dari pengelolaan dana tersebut.resiko yang timbul dari pembiayaan penerusan
berada pada pihak penyedia dana/moda/barang.
b. Selaku penyedia dana atau modal yaitu pihak yang mewakilkan kepada pihak lain.

G. PENDANAAN DAN PENYERTAAN

Dalam rangka memperoleh pendanaan, perusahaan syariah dapat mengupayakan sumber


pendanaan dari beberapa alternatif. Pendanaan perusahaan syariah wajib menggunakan
alternatif akad mudharabah, mudharabah musytarakah, ijarah, kardh, dan akad pendanaan
lainnya sesuai dengan prinsip syariah. Perusahaan wajib melakukan kegiatan pendanaan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.antaralain:
a. Menerima pendaan dari lembaga pemerintah,bank,industri keuangan non bank,
lembaga atau badan usaha lain baik dari lembaga atau badan usaha indonesia maupun

11
atau badan usaha asing. Jumlah pendaan pembiayaan dari lembaga atau usaha lain
yang berasal dari lembaga atau badan usaha indonesia, wajib memenuhi ketentuan
paing sedikit 300.000.000 untuk setiap pemberi pendaan atau pembiayaan dengan
jangka waktu pengembalian paling singkat 1 taun. Adapun jumla pendaan atau
pebiayaan dari lembaga atau badan usaha lain yang berasal dari lembaga badan usaha
asing wajib memenuhi ketentuan paing sedikit 1.000.000.000 untuk setiap pemberi
pendaan atau pembiayaan dengan jangka waktu pengembalian paling singkat satu
tahun.
b. Menerbitkan obligasi syaria sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Melakukan securitisasi sesuai dengan prinsip syaria dan peraturan perundang-
undangan.

Perusahaan syaria wajib memenuhi ketentuan gearing ratio paling tinggi 10 kali. Geari
gratio harus diperoleh dari perbandingan antara jumlah pendaan dengan selisih penjumlahan
ekuitas dan pinjaman subordinasi dengan penyertaan.

Perusahaan syariah yang menerima pendanaan dalam valuta asing wajib melakukan
lindung nilai secara penuh (full hedge). Lindung nilai secara penuh (full hedge) wajib
dilaksanakan untuk pokok pendaan pembiayaan, hasil investasi atau bagi hasil, marjin, imbal
jasa (ujrah) atau jangka waktu pembayaran.

H. SERTIFIKASI

Berkaitan dengan sumberdaya insani yang menjalankan usaha diperusahaan pembiayaan


syaria terdapat sejumlah ketentuan berkaitan dengan sertifikat kompetensi dibidang yang
dikerjakan, yaitu :

a. Pegawai perusahaan syariah yang menduduki posisi manajerial mulai dari tingkat
kepala kantor cabang sampai dengan satu tingkat dibawa direksi dan pimpinan
denganmenyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan
penunjukan.
b. Direksi perusahaan pembiayaan syariah juga wajib memiliki sertifikat dari lembaga
yang ditunjuk oleh asosiasi dengan menyampaikan pemberi tahuan kepada OJK dan
disertai dengan alasan penunjukan.
c. Dewan komisaris perusahaan pembiayaan syariah wajib memiliki sertifikat tingkat
dasar dibidang pembiayaan atau pembiayaan syariah dari lembaga yang ditunjukkan
oleh asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan
alasan penjukan.

I. LARANGAN

Secara umum perusahaan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya dilarang


menggunakan informasi yang tida benar yang dapat merugkan kepentingan
konsumen, kreditur,dan pemangku kepentingan termassuk OJK. Selain itu,
perusahaan syariah dilarang melakukan sejumlah hal tertentu, yaitu antara lain:

12
a. Menghimpun dana secara langsung dari masyarakat berbentuk iro, tabungan
dana/bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.
b. Memberikan jaminan atas pemenuhan kewajiban piha lain.
c. Menerbitkan surat sanggup bayar (promisorry note) , kecuali sebagai jaminan atas
pendanaan kepada pihak yang memberikan pendanaan.
d. Melakukan tindakan yang menyebabkan atau memaksa lembaga keuangan lainnya
yang berada dibawah pengawasan OJK melanggar peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

J. PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan, bukankepada


individu atau orang-perorangan.Fungsi dan manfaat factoring:a. Factoring berkaitan dengan
masalah piutang clien. Dalam hal ini, factor berfunsimenangani masalah atau mangambil alih
piutang tersebut, dan menagih pembayarannya pada debitur setelah oiutang jatuh tempo. b.
Itu berarti factor bertanggung jawab atas piutang klien dan membebaskan client
danmembebaskan client dari resiko kerugian. Sementara itu, manfaat factoring dapatdilihat
dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan nasabaha)Factoring dapat menolong “cash flow” perusahaan yang


melakukan penjualan secara kredit sehingga dana yang diperoleh dari penjulan
piutang kepada perusahaan anjak piutang akan memperlancar kegiatan produksi,
dibandingkan apabila produsen tersebut menagih sendiri kepada kreditor.
1. Bagi perusahaan yang berkembang sangat pesat dan belum daoat diimbangidengan
divisi kredit, dengan menggunakan jasa perusahaan anjak piutang, perusahaan yang
bersangkutandapat berkonsentrasi dalam meningkatkanusahanya.
2. Factoring dapat memperlancar perputaran modal kerja perusahaan sehinggadapat
meningkatkan laba.
3. Factoring dapat mendorong dunia usaha untuk lebih kompetitif lagi sebabnasabah
perusahaan anjak piutang akan bebas melakukan transaksi perdagangan atas dasar
“open account”, baik didalam maupun luar negeri.
4. Perusahaan anjak piutang merupakan usaha yang dapat melindungi nilaiterhadap
risiko yang mungkin terjadi karena pelanggan mengalami kesulitanlikuiditas.

Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwa pada prinsip-prinsipnya anjak


piutang(factoring) memberikan manfaat antara lain :

a. Pembayaran piutang lebih cepat dari jatuh tempo


b. Menambah dana segar perusahaan
c. Dapat membantu peningkatan keuntungan dan labaDalam Islam Anjak Piutang biasa
disebut juga dengan Hawalah adapun hadis yangterkait dengan Hawalah tersebut
yaitu :Hadis Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dan Ibn.Majah dari „Amr bin „Auf al-
Muzani, Nabi Muhammad S.A.W bersabda :“Perjanjian boleh dilakukan di antara

13
kaum muslimin kecuali perjanjian yangmengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikatdengan syarat-syarat mereka kecuali syarat
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”Imam Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Menunda
pembayaran bagi orang yang mampu adalah satu kezaliman. Dan jika salah seorang di
antara kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu, terimalah
hawalah itu.”Pada hadis ini Rasulullah memberitahukan kepada orang yang
mengutangkan, jikaorang yang berutang menghawalahkan kepada orang yang
mampu/kaya, hendaklah iamenerima hawalah tersebut dan hendaklah ia menagih
kepada orang yang dihawalahkan(muhal‟alaih).”

Sedangkan Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama


Indonesiamenjelaskan Anjak Piutang secara syariah adalah pengalihan penyelesaian piutang
atautagihan jangka pendek dari pihak yang berpiutang kepada pihak yang berutang atau pihak
yan ditunjuk oleh pihak yang berutang sesuai prinsip syariah.13 Dalam fatwatersebut juga
dijelaskan mengenai ketentuan akad Anjak Piutang yaitu:

1. Akad yang dapat digunakan dalam Anjak Piutang secara Syariah adalah Wakalah
bilUjrah
2. .2. Pihak yang berpiutang mewakilkan kepada pihak lain untuk melakukan
pengurusandokumen-dokumen penjualan kemudian menagih piutang kepada pihak
berhutangatau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang berhutang.
3. 3. Pihak yang ditunjukmenjadi wakil dari yang berpiutang untuk melakukan
penagihan (collection) kepada pihak yang berutang atau pihak lain yang ditunjuk
oleh pihak yang berutang untukmembayar.
4. 4. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat memberikan dana talangan(Qardh)
kepada pihak yang berpiutang sebesar nilai piutang.
5. 5. Atas jasanya untukmelakukan penagihan piutang tersebut, pihak yang ditunjuk
menjadi wakil dapat memperoleh ujah/fee.
6. Besar ujah harus disepakati pada saat akad dan dinyatakandalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk persentase yang dihitung dari pokok piutang.
7. Pembayaran ujarah dapat diambil dari dana talangan atau sesuaikesepakatan
dalam akad.
8. Antara akad Wakalah bil Ujarah dan akad Qardh, tidakdibolehkan adanya
keterkaitan.Kemudian Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tesebut menjelaskan
jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
di antara para pihak,maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Nasional Syariah atauPengadilan Agama setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidangusaha
lembaga pembiayaan

Anjak piutang berdasarkan surat Keputusan Menteri Keuangan No.448/KMK.017/2000


adalah “kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan angka jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam
atau luar negeri4.

Pembiayaan konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk mengadakan


barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuaidengan
prinsip syariah. Pembiayaan konsumen diperlukan oleh pengguna dana untukmemenuhi
kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhantersebut.

Perusahaan syariah dapat bekerja sama dengan pihak lain, yaitu bank, perusahaan
pembiayaan sekunder perumahan, lembaga keuangan mikro, atau perusahaan syariah melalui
pembiayayaan penerusan dan dilakukan sesuai dengan ketenntuan peraturan perundang
undangan serta dilarang bertentangan prinsip syariah. Pembiayaan penerusan wjib dilakukan
dengan akad wakalah bil ujrah.

Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan batas maksimum pemberian pembiayaan


syariah (PMPPS) kepada seluruh pihak terkait paling tinggi 50% dari ekuitas perusahaan
syariah syariah pihak terkait yang dimaksud meliputi orang perseorangan atau badan usaha
yang merupakan pengendali perusahaan syariah, badan usaha dimana perusahaan syariah
tertindak sebagai pengendali, orang perseorangan atau badn usaha yang bertindak sebagai
pengendali dari badan usaha badan usaha yang pengendaliannya dilakukan oleh perusahaan
syariah dan suatu badan usaha

15
DAFTAR PUSTAKA

Soemitra, Andri. (2018) Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah jakarta: kencana.350

Surat edaran Otoritas jasa keuangan Nomor/SEOJK.05/2015 tentang tingkat kesehatan


keuangan pembiayaan syariah.

16

Anda mungkin juga menyukai