Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH EKONOMI SYARIAH


DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Disusun oleh:
L. SUKMA DARMAWAN
D1A021179

Dosen pengampu
Khaeratun, S.Ag.,SH., MH

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas makalah Mata kuliah Hkum Ekonomi
Syariah, dengan judul “Pengaruh Ekonomi Syariah dalam Perekonomian Indonesia ” dapat
selesai dengan baik meskipun masih terdapat kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Khaeratun, S.Ag.,SH., MH. selaku Dosen mata kuliah Hukum
Ekonomi Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun, terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Mataram, 12 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PEGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia
B. Asas Akad Ekonomi Syariah
C. Kontribusi Ekonomi Syariah dalam Perekonomian Indonesia
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi umatbislam terbanyak di
Dunia. Hal tersebut menimbulkan gagasan bahwa diperlukannya konsep ekonomi yang sesuai
dengan prinsip prinsip islam. Akibat dari banyaknya penduduk Muslim yang memili
keinginan untuk menegakkan konsep islam yang bersifat halal dan baik dalam ekonominya
mengakibatkan konsep ekonomi syariah terus berkembang . pada tahun 1992 konsep
ekonomi syariah mulai muncul dengan adanya bank syariah pertama yaitu bang muamalat.
Setelah didirikannya bank tersebut kemudian bertumbuh bank bank dengan kegiatan usaha
syariah hal ini membawa pengaruh yaitu dengan mulai regulasi mengenai perbankan syariah.
Pada tahun 2008 pemerintah Indonesia kenudian menerbitkan Undang undang yang secara
khusus mengatur tentang Perbankan Syariah secara mendetail mulai dari bentuk badan
hukumnya hingga struktur pengawasan pada bank syariah. Sejak banyaknya bank syariah
kemudian hal ini mengakibatkan banyaknya konsep konsep usaha yang menggunakan konsep
syariah mulai dari asuransi dan lain lain.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah ekonomi syariah di Indonesia?
b. Bagaimana asas dalam perjanjian ekonomi syariah?
c. Bagaimana kontribusi Ekonomi Syariah di Indonesia?
3. Tujuan Pembahasan
a. Menjelaskan bagaimana berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia
b. Memaparkan hal hal yang harus diperhatikan dalam akad ekonomi syariah
c. Menjelaskan tentang kontribusi apa saja yang diberikan ekonomi syariah
dalam ekonomi Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut diatur dengan rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh
bank syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total
menjadi bank syariah.Akan tetapi dengan semakin pesatnya perkembangan perbankan
syariah, maka diperlukan lagi pengaturan mengenainya melalui Undang-Undang. Undang-
Undang yang dimaksud telah disahkan dan diundangkan yakni Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia juga
tidak terlepas dari beberapa faktor pendorong. Secara sederhana, faktor-faktor itu
dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah penyebab yang
datang dari luar negeri, berupa perkembangan ekonomi syariah di negara-negara lain.
Kesadaran ini kemudian ’mewabah’ ke negara-negara lain dan akhirnya sampai ke Indonesia.
Sedangkan faktor internal adalah kenyataan bahwa Indonesia ditakdirkan menjadi negara
dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Fakta ini menimbulkan kesadaran di
sebagian cendekiawan dan praktisi ekonomi tentang perlunya suatu ekonomi yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam dijalankan oleh masyarakat Muslim di Indonesia.
Dengan sistem bagi hasil yang sudah diterapkan oleh bank dan tidak bertentangan
dengan al-Qur'an dan al-Hadits. Dan juga bank syariah berdasarkan pada prinsip profit and
loss sharing (bagi untung dan bagi rugi). Di mana bank syari'ah tidak membebankan bunga,
melainkan mengajak partisipasi dalam bidang usaha yang didanai. Para deposan juga sama-
sama mendapat bagian dari keuntungan bank sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan demikian ada kemitraan antara bank syariah dengan para deposan di
satu pihak dan antara bank dengan para nasabah investasi sebagai pengelola sumber dana
para deposan dalam berbagai usaha produktif di pihak lain. Sehingga organisasi masyarakat
di bidang ekonomi syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) pada tahun 2015 kemarin,
menilai ekonomi syariah tumbuh lebih baik. Hal ini menyesuaikan dengan perkiraan
pertumbuhan ekonomi secara nasional yang juga diperkirakan akan membaik sekitar 5,5%.
Beberapa perkiraan industri terkait ekonomi syariah seperti perbankan syariah dan asuransi
syariah mendukungnya. Pertumbuhan perbankan syariah yang diperkirakan akan mencapai
pangsa pasarnya antara 5-6%. Industri asuransi syariah Indonesia yang kini memegang posisi
keempat dunia tumbuh sebesar 20% pada 2015 kemarin.1
B. Asas Akad Ekonomi Syariah
konomi syariah adalah konsep ekonomi yang berdasarkan pada al Qur'an dan hadis. Sehingga
dalam pelaksanaanya haruslah menggunakan asas asas islam yaitu:
1. Asas Ikhtiyari (sukarela)
Dalam KHES pasal 21 poin a disebutkan bahwa yang dimaksud asasikhtiyari adalah akad
yang dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah
satu pihak atau pihak lain. Sumber hukum pertama dalam ekonomi syariah yaitu alquran telah
menjelaskan bahwasanya dalam setiap transaksi ekonomi syariah hendaknya dilakukan atas
kerelaan/ keridhaan kedua belah pihak (Q.S. an-nisa: 29).Asas ikhtiyari (kerelaan) merupakan
asas yang harus ada dalam setiap akad, akan tetapi hal tersebut bukanlah menjadi sebab
pembolehan bagi suatu akad yang hukum asalnya adalah haram (Wahab, 2022). Dalam
praktiknya asas ini menyertai dalam setiap transaksi-transaksi muamalat yang dilakukan
seperti jual beli, mudharabah, musyarakah, salam, istisna’, ijarah. Dalam sistem ekonomi
islam, asas kerelaan menjadi faktor yang sangat penting, hal ini karena setiap pihak yang
bertransaksi harus memperoleh informasi yang sama sehingga apabila salah satu pihak tidak
memperoleh informasi yang sama akan berpotensi terjadinya suatu penipuan dan kecurangan
(Karim & Sahroni, 2015). Kecurangan tersebut dalam bentuk tadlis dimana salah satu pihak
memperoleh informasi yang lengkap sementara pihak lainnya tidak
2. Asas Amanah
Asas Amanah mengandung makna bahwa setiap akad harus dilaksanakan oleh para pihak
yang berakad sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dan pada saat yang sama
terhindar dari cidera janji Asas amanah merupakan wujud dalam meraih trustantara kedua
belah pihak yang bertransaksi. Amanah juga menjadi ciri khusus bagi orang yang beriman
yang disebutkan dalam alquran amanah memiliki akar kata yang sama dengan iman dan
aman, oleh karenanya orang muslim yang beriman ialah yang bisa menghadirkan keamanan
bagi sekitarnya serta mampu memberi maupun menerima sesuai amanah. Apabila orang tidak
mampu menjalankan setiap tugas yang dilakukannya dengan penuh amanah serta tidak
mampu memberi rasa aman untuk dirinya maupun lingkungannya maka bisa dikatakan ia
bukanlah termasuk orang yang beriman sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi "Tidak ada
iman bagi orang yang tidak berlaku amanah".Dalam konteks keuangan syariah, kasus-kasus

1
Mei santi, perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia, Vol. 7, Jurnal Eksyar ( Jurnal Ekonomi Syariah). (2019)
hal. 54-55
yang terjadi di lembaga keuangan syariah seperti misalnya fraud di perbankan syariah
disebabkan oleh banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh pihak internal maupun
eksternal. Perbankan syariah bahkan harus menanggung rugi akibat fraud yang mencapai
4,62 triliun di tahun 2021 sebagai akibat kecurangan tersebut. Jumlah itu merupakan
gabungan antara fraud yang terjadi pada kuartal I 2020 sebesar Rp. 1,8 triliun serta kuartal II
2020 sebesar Rp. 2,82 triliun. Kasus lain seperti pembiayaan bermasalah (non performing
financing) juga masih banyak terjadi di perbankan syariah. Laporan Statistik Perbankan
Syariah 2021 menunjukkan bahwa masih terdapat pembiayaan bermasalah sebesar 10,54
triliun dari total pembiayaan yang disalurkan sebesar 409,878 triliun (OJK, 2022). Angka ini
meskipun masih berada di kisaran NPF 2,55% namun juga mengindikasikan bahwa
pengabaian asas amanah baik oleh bank maupun nasabah masih sering terjadi dalam akad
yang dilakukan di perbankan syariah. Oleh karenanya, asas amanah menjadi salah satu unsur
yang wajib diterapkan dalam transaksi-transaksi keuangan syariah sehingga lembaga
keuangan syariah bisa terhindar dari penyelewengan transaksi baik oleh pihak bank maupun
nasabah.
3. Asas Ihtiyath (Kehati-hatian)
Suatu akad tidak akan berjalan dengan baik bila tidak dilakukan dengan pertimbangan yang
matang serta dilakukan secara tepat dan cermat. Ini karena dalam setiap akad yang dilakukan
selalu melekat unsur risiko, baik itu risiko rendah sedang maupun tinggi. Tanpa adanya unsur
kehatian-hatian baik sebelum maupun saat akad tersebut berlangsung, maka akan sangat
rawan terjadinya dispute yang muncul dari akad tersebut. Bila hal ini sudah terjadi maka
penanganan akan lebih berat, oleh karenanya kehati-hatian (ikhtiyati) harus senantiasa
dihadirkan dalam setiap akad. Baroroh (2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa bank
perlu senantiasa menerapkan prudential banking pada internal yang berkaitan dengan
pengelolaan dana, terkhusus pada manajemen pembiayaan. Hal ini karena indikasi adanya
moral hazard masih sering terjadi dalam perbankan syariah. Moral Hazard bisa terjadi karena
bank kurang hati-hati dalam mengelola dananya, oleh karenanya sebagai bank yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah, kehati-hatian (ikhtiyati) serta penjaminan dana nasabah
penting dilakukan agar tidak memunculkan kerugian nasabah yang dilakukan oleh bank.
4. Asas Luzum
Akad dalam ekonomi islam harus disusun dengan tujuan yang jelas serta perhitungan yang
cermat ). Hal ini tidak lain bertujuan untuk menghindarkan akad tersebut dari munculnya
spekulasi atau maisir serta perilaku yang berujung kepada kemubaziran. Dalam kitab Nailul
Authar juz VIII halaman 258 dijelaskan bahwa yang dimaksud maisir adalah “setiap
permainan yang pemainnya tidak sunyi dari faktor menang dan kalah”. Penjelasan ini
sekaligus menegaskan bahwa setiap permainan yang pemainnya mempunyai kemungkinan
kalah atau menang bisa dikategorikan sebagai maisir atau judi
5. Asas Saling Menguntungkan
Akad dalam transaksi ekonomi senantiasa dilakukan untuk menghadirkan keuntungan kedua
belah pihak. Sebagai contoh dalam jual beli, pihak penjual memperoleh keuntungan dari
barang yang ia jual sementara pihak pembeli memperoleh keuntungan dari manfaat produk
yang ia beli, keduanya saling diuntungkan. Demikian pula akad-akad yang dilakukan di
lembaga keuangan syariah, praktik-praktik pembiayaan seperti murabahah, mudharabah,
musyarakah harus didasarkan pada asas saling menguntungkan kedua belah pihak. Salah satu
pihak tidak ada yang dirugikan, dan keduanya bertransaksi untuk menciptakan kemaslahatan
bersama.
6. Asas Taswiyah
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dijelaskan bahwa asas taswiyah
merupakan wujud dari adanya kesetaraan dan keseimbangan dalam hak dan kewajiban antar
pihak yang berakad (KHES, 2009). Ini mengindikasikan bahwa setiap akad yang disepakati
senantiasa memunculkan adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah
pihak. Salah satu pihak yang berakad tidak bisa hanya mengharapkan hak yang diperoleh
tanpa memenuhi kewajiban yang harusnya ditunaikan.
7. Asas Transparansi
Transparansi merupakan wujud dari adanya informasi sempurna yang disampaikan oleh
kedua belah pihak yang berakad. Tanpa adanya transparansi, perselisihan atau sengketa akan
mungkin muncul di kemudian hari. Ini karena salah satu pihak menyembunyikan sebagian
informasi terhadap pihak yang lain (asymmetric information) sementara kerelaan kedua belah
pihak baru dapat tercapai apabila informasi yang ada disampaikan secara transparan.
8. Asas Kemampuan
Akad yang dilakukan disesua Akad yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan kedua
belah pihak. Dalam praktik perbankan kita bisa melihat, penggunaan 4C (Character,
Capacity, Capital dan Condition) pada intinya dimaksudkan agar nasabah dalam kondisi siap
ketika bertransaksi dengan bank. Sehingga bank bisa mengukur kemampuan nasabah ketika
akad sudah disepakati. Hal ini tentunya untuk mencegah adanya pembiayaan yang
bermasalah dikemudian hari karena kemampuan yang dimiliki nasabah tidak sesuai dengan
beban yang harus ditunaikan kepada pihak bank.
9. Asas Taisir (Kemudahan)
Islam menghendaki kemudahan dalam setiap ajarannya, hal ini berlaku pula dalam
muamalah. Asas kemudahan ditujukan agar pihak yang berakad tidak kesulitan ketika akad
ini berlangsung, unsur-unsur yang menghadirkan kesulitan hendaknya dihilangkan sehingga
akad benar-benar bisa menghadirkan kemaslahatan sebagaimana kaidah ushuliyah yang
berbunyi: “ad-dhararu yuzâlu” yang bermakna kesulitan harus dihilangkan dan kaidah: “al-
masyaqqoh tajlibu at-taisir”, yang bermakna kesulitan itu dapat menarik kemudahan.
10. Asas Itikad Baik
Itikad yang baik merupakan dasar utama dalam pelaksanaan suatu akad. Itikad dalam akad
didasarkan pada nilai utama yaitu untuk mencapai kemaslahatan juga tidak mengandung
unsur jebakan (KHES, 2009). Dalam transaksi muamalah itikad baik memegang peranan
penting akan kemana arah suatu akad ditujukan, apakah untuk penggunaan yang halal
ataukah haram untuk usaha yang sesuai syariah ataukah bertentangan dengan syariah. Karena
jangan sampai akad yang telah disepakati bersama, dikemudian hari muncul masalah karena
di awal sudah memiliki itikad yang buruk.
11. Asas Sebab yang Halal
Dalam akad, sebab yang halal merupakan salah satu unsur yang mutlak diperlukan. Bahkan
Syaikh Yusuf al Qardawi memberi bab khusus dalam bukunya mengenai halal dan haram.
Dalam tulisannya Qardhawi (Al-Qardawi, 1993) menjelaskan bahwa hal yang haram merujuk
kepada persoalan yang bahayanya lebih besar daripada manfaatnya, oleh karenanya akad
yang dilakukan dilakukan dengan sebab yang halal bertujuan untuk menghindarkan
munculnya bahaya.

12. Asas al Hurriyah (Kebebasan berkontrak)


Asas kebebasan berkontrak mengindikasikan bahwa setiap individu dalam berakad tidak
dalam kondisi keterpaksaan. KHES Buku Pasal 31 menjelaskan bahwa paksaan merupakan
upaya yang dilakukan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak diridlainya dan bukan
merupakan pilihan bebasnya. Terkait hal ini, Islam juga menganjurkan setiap individu bisa
melakukan transaksi dengan keridhaan kedua belah pihak serta terhindar dari transaksi yang
batil (Q.S. An nisa: 29). Sisi lain, Islam mengakui hak-hak individu dalam bertransaksi dan
membelanjakan hartanya di jalan Allah, akan tetapi Islam juga memberikan batasan bahwa
untuk pembelanjaan yang merusak kemaslahatan maka hal tersebut dilarang.
13. Asas al Kitabah (Tertulis)
Akad yang tertulis akan memberikan jaminan keamanan bagi kedua belah pihak. Adanya asas
ini selaras dengan tujuan akad yang menjamin bahwa masing-masing pihak tidak akan
melakukan kecurangan, karena poin-poin kesepakatan telah tertulis secara jelas, sekaligus hal
ini menjadi acuan kedua pihak yang bertransaksi untuk mengetahui secara detail kesepakatan
dalam akad. Penjelasan inipun sudah disampaikan secara jelas dalam Q.S. al Baqarah: 282 2
C. Kontribusi Ekonomi Syariah dalam Perekonomian Indonesia
Ekonomi Islam memiliki peran dalam pengembangan ekonomi di Indonesia,
terkhusus ekonomi yang langsung menaungi rakyat yang pada dasarnya memiliki porsi yang
cukup penting, yang paling utama adalah melihat mayoritas penduduk di Indonesia adalah
yang beragama Muslim, sekitar 88,8%. Jumlah yang sangat besar itu membuat umat muslim
memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi
sebaliknya, dengan jumlah yang banyak bisa juga umat muslim menjadi beban untuk
Indonesia apabila perekonomian tidak dikelola dengan baik. Hal tersebut membuat indonesia
memiliki banyak beban kehidupan bangsanya yang mungkin bisa dikatakan sebagai rakyat
miskin. Semakin banyak rakyat yang tidak bisa mengelola ekonominya, maka indonesia
semakin memiliki beban yang tidak ringan. Dalam hal ini, diharapkan dengan adanya
ekonomi Islam dapat menciptakan keadilan ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan rakyat
kecil, yaitu dengan mengembangkan koperasi syariah . Ekonomi Islam memiliki kontribusi
keuangan bank maupun lembaganya, diantaranya
1. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS)
Aktivitas koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah telah menyalurkan banyak
dana kepada nasabah yang membutuhkannya. Pembiayaan tersebut nyatanya memiliki
manfaat bagi bank itu sendiri, masyarakat serta nasabah. Dan merupakan penyaluran dana
yang paling besar dilakukan oleh bank syariah. Koperasi simpan pinjam syariah ini sebelum
melakukan penyaluran dana melalui pembiayaan, perlu juga melakukan sebuah analisis yang
dilakukan secara mendalam, sehingga kerjasama antara koperasi ini dengan nasabah
dipersamakan dengan kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak untuk menjalankan usaha
dan hasil usaha yang dilakukan, maka hal tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya. Kehadiran koperasi simpan pinjam syariah ini membuat indonesia
sangat terbantu akan peningkatan ekonominya. Dengan kehadiran koperasi ini memiliki
beberapa tujuan untuk memperkokoh perekonomian syariah sebagai ketahanan ekonomi yang
dialami di indonesia dengan beriringan koperasi lainnya, membangun serta meningkatkan
ketahanan perekonomian ini, diharapkan masyarakat bisa meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya serta pedagang kecil bisa memperoleh bantuan atau suplai dana untuk

2
Bahtiar Effendi. "Asas Akad Ekonomi Islam dalam Persfektif KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah)".
Jurnal Alwatzikhoebillah: Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, Humaniora. Vol. 8 No. 2 (2020). 71-78
mengembangkan usahanya. Adanya koperasi ini diharapkan mampu menjadi lembaga yang
memiliki kinerja sebagai motivator, komunikator, dinamisator serta fasilitator bagi
pengembangan koperasi yang ada di Negara ini, sehingga koperasi simpan pinjam syariah
bisa sebagai pelaku yang dapat memberikan kemaslahatan khususnya bagi masyarakat
muslim itu sendiri. Koperasi syariah menjadi salah satu solusi disaat roda kehidupan butuh
motivator untuk mendorong lebih maju, seperti yang sudah dituliskan di Surah An-Nisa ayat
29 yang berbunyi “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil)
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan sukarela di antaramu3
Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah. Lembaga ini adalah wadah
kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan
halal.Dalam Al-Qur‟an surat Shaad: 24: Daud berkata:“Sesungguhnya dia telah berbuat
zalim kepadamu dengan meminta kambing itu untuk ditambahkan kepada kambingnya, dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat
zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; dan amat sedikitlah mereka ini”. Dan Daud mengetahui bahwa Kami Mengujinya;
Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Syirkah
pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa harta atau pekerjaan. Oleh karena itu,
Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja sama kepada siapa saja dengan tetap memegang
prinsip sebagaimana tersebut diatas4.
2. Perbankan Syariah
Keuangan islam memiliki sistem yang berpihak kepada kepentingan mikro,hal
tersebut sangatlah penting. Dalam dunia ekonomi, nampaknya pengembangan bank syariah
sangatlah meningkat, terutama ketika membawa sebuah andil yang sangat baik bagi
perkembangan yang terus mengalami kenaikan. Maka dari itu, dengan adanya perbankan
syariah harus didukung penuh oleh segenap masyarakat muslim. Yang dimaksud bank
syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha utamanya memberikan kredit dan jasa
lain dalam alternatif pembayaran serta uang yang dijalankan dengan prinsip sesuai syariah

3
Doni setiawan. “Kontribusi ekonomi syariah dalam perekonomian Indonesia”. J-CEKI: jurnal cendekia ilmia.
Vol. 1. (2022). 498.

4
Indah Anugraini. "Penerapan Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah dalam Perjanjian Kredit Baku
Pembiayaan UMKM pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Palembang". Jurnal Muamalah Volume 6. (2020). 44-
45
islam. Oleh karena itu, yang merupakan barang dagangan utama yang biasa disebut dengan
uang, harus ada kaitannya dengan bank, supaya tidak salah diartikan. Bank memiliki lembaga
intermediasi keuangan yang keberadaannya menjadi instrumen penting dalam sirkulasi
aktivitas di bidang ekonomi. Hingga sekarang ini, posisi perbankan memiliki posisi yang
strategis, karena fungsi adanya perbankan dapat mengembangkan sektor riil perekonomian
suatu bangsa. Di indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, dengan adanya perbankan
ini menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mereka gunakan sehari-hari, pasalnya nyaris tidak
ada aktivitas ekonomi muslim yang tidak berhubungan dengan sistem perbankan nasional5

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Sejak lahirnya perbaikan syariah telah menjadi pemilu awal dalam beragam usaha
syariah yang muncul pada masa sekarang ini. Selain itu sistem ekonomi syariah juga dapat
dikatakan membawa banyak manfaat terhadap perekonomian indonesia. Dengan konsep
ekonomi yang berlandaskan nilai nilai islam membuat nya sebagai sistem ekonomi yang
cukup ideal. Sebagai contoh adalah bentuk usaha pembiayaan oleh banks syariah yang
menjadi solusi bagi mereka yang ingin melukan kegiatan usaha namun belum memiliki
modal yang cukup. Hal tersebut membantu dalam mendongkrak kegiatan ekonomi dengan
pembagian resiko yang cukup adil sehingga tidak memberatkan nasabah yang menggunakan
alad pembiayaan. Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip syariah yang bersifat tolong
menolong. Selain itu juga telah sesuai dengan konsep ekonomi syariah yang tidak boleh ada
kezaliman dalam setiap kegiatan usahanya.

5
ibid hal. 499
DAFTAR PUSTAKA
Anugraini, Indah.”Penerapan Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah dalam Perjanjian Kredit
Baku Pembiayaan UMKM pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Palembang”. Jurnal
Muamalah Volume 6. (2020)

Effendi, Bahtiar. “Asas Akad Ekonomi Islam dalam Persfektif KHES (Kompilasi Hukum
Ekonomi Syari’ah)”. Jurnal Alwatzikhoebillah: Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi,
Humaniora. Vol. 8 No. 2 (2020)

KHES. (2009). Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Edisi Pert). Prenadamedia


Group.

Santi, Mei. perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia, Vol. 7, Jurnal Eksyar ( Jurnal
Ekonomi Syariah). (2019)

Setiawan, Doni. “Kontribusi ekonomi syariah dalam perekonomian Indonesia”. J-CEKI:


jurnal cendekia ilmia. Vol. 1. (2022).

Anda mungkin juga menyukai