Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

AKUNTANSI BANK SYARIAH MUSNAWATI, SE, M.Ak

MAKALAH
“AKUNTANSI TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH”

DISUSUN OLEH

Kelompok 6 :

Suci Erdiana (12020525145)


Agus Sidik (12020515263
Fadillah Indah Febriani (12020525184)
Muhammad Hafiizh Taufikurahman (12020515146)
Nurul Izzah Yusriana (12020525101)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah “Akuntansi Transaksi Pembiayaan
Mudharabah”.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami
makna dari materi Akuntansi Bank Syariah. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu,kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami
berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembaca.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 20 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................2

BAB II....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................................3

2.1 Definisi dan Penggunaan.......................................................................................................3

2.2 Ketentuan Syari, Rukun Syarat Transaksi dan Pengawasan Transaksi.................................4

2.3 Alur Transaksi Mudharabah..................................................................................................4

2.4 Cakupan Standar Akuntansi..................................................................................................5

2.5 Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi.....................................................................5

2.6 Penyajian Transaksi Dalam Laporan Keuangan Serta Pengungkapan..................................6

2.7 Contoh Soal...........................................................................................................................7

BAB III...................................................................................................................................9

PENUTUP..............................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9

3.2 Saran......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, perkembangan ekonomi Islam telah diadopsi ke dalam kerangka
besar kebijakan ekonomi. Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di tanah air
telah menetapkan perbankan syariah sabagai salah satu pilar penyangga dual-
banking system dan mendorong pangsa pasar bank-bank syariah yang lebih luas
sesuai cetak biru perbankan syariah. Menurut Antonio Bank Islam adalah bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan Hadis.
Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
riba. Dengan demikian penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah
satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Dalam kegiatan usaha dan
lembaga keuangan (Bank, Asuransi, Pasar modal, Dana pensiun, dan lain
sebagainya) yang berbasis syariah dalam tiga dekade terakhir, lembaga keuangan
telah meningkatkan volume dan nilai transaksi berbasis syariah yang tentunya
meningkatkan kebutuhan terhadap akuntansi syariah.
Perkembangan pemikiran mengenai akuntansi syariah juga makin
berkembang, yang ditandai dengan makin diterimanya prinsip-prinsip transaksi
syariah di dunia internasional. Tidak dapat dipungkiri, bahwa motor dari
penerapan transaksi syariah oleh sistem perbankan syariah dan baru dilanjutkan
dengan sektor lainnya.
Pengertian akuntansi syariah secara sederhana dapat dijelaskan melalui akar
kata yang dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Definisi bebas akuntansi
adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan,
penggolongan, pengelompokan serta pengihktisaran transaksi tersebut sehingga
menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan. Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang ditetapkan oleh Allah
SWT untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktifitas hidupnya di
dunia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan penggunaan transaksi pembiayaan mudharabah?
2. Bagaimana ketentuan syari, rukun syarat transaksi dan pengawasan transaksi?

3. Bagaimana alur transaksi mudharabah?

4. Bagaimana cakupan standar akuntansi?


5. Bagaimana teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi?
6. Bagaimana Penyajian Transaksi Dalam Laporan Keuangan Serta
Pengungkapan?
7. Bagaimana contoh soal dari transasksi pembiayaan mudharabah?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Definisi dan Penggunaan Mudharabah
2. Untuk Mengetahui Ketentuan Syari, Rukun Syarat Transaksi dan Pengawasan
Transaksi
3. Untuk Mengetahui Apa Alur Transaksi Mudharabah
4. Untuk Mengetahui Cakupan Standar Akuntansi
5. Untuk Mengetahui Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi
6. Untuk Mengetahui Apa Penyajian Transaksi Dalam Laporan Keuangan Serta
Pengungkapan
7. Untuk Mengetahui Contoh Soal

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Penggunaan Transaksi Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa,
mudharabah berasal dari kata Dharabah yang artinya melakukan perjalanan yang
umumnya untuk berniaga. Istilah Dharabah populer digunakan oleh penduduk irak.
Untuk maksud yang sama, penduduk hijaz menggunakan istilah muqharadah atau
qiradh yang berarti memotong. Dalam pengertian ini, makna qiradh adalah pemilik
modal memotong sebagian hartannya untuk diserahkan kepada pengelola modal dan
iya juga akan memotong keuntungan usahannya secara teknis, antonio (2001)
mendefenisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua belah pihak
dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak
kedua sebagai pengelola usaha (mudharib) dimana pemilik dana memberikan seluruh
pembiayaan suatu usaha.1
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepkatan yang
dituangkan dalam kontrak, apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainnya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
Penerapan prinsip bagi hasil  atau pembiayaan mudharabah pada
bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara nasabah yang bertindak
sebagai mudharib dengan pihak bank sebagai shahibul maal dalam penetapan nisbah
bagi hasil atas suatu usaha yang dibiayai oleh bank.

2.2 Ketentuan Syar’i, Rukun Syarat Transaksi dan Pengawasan Transaksi


Pembiayaan Mudharabah
1
Rizal Yaya Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Jakarta Selatan : Penerbit Salemba Empat, 2014.
hlm.108.

3
1. Ketentuan syar’i mudharabah
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis yaitu :
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi madharabah muthlagah adalah
bentuk kerja sama antara shahibul moal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan
dengan ungkapan Vel ma syta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mu dharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mesdharabah
wuthlaqah Simudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.2
c. Mudharabah musytarakah
Mudharabah musyatarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. 3
Akad musytarakah ini merupakan solusi sekirannya dalam perjalan usaha,
pengelola dana memiliki modal yang dapat dikotribusikan dalam investasi,
sedang dilain sisi adannya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan
kemajuan investasi. Akad musytarakah ini pada dasarnya merupakan
perpaduan antara akda mudharabah dan akad muyarakah. Dalam mudharabah
musytarakah, pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) menyertakan
dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah). Setelah
penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara pengelola
dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha

2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
hlm.97.
3
Rizal Yaya, Op. Cit., hlm. 109.

4
musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana
musyarakah.

Ketentuan ucapan/lafal (shighat)

1. Akad mudharabah harus dinyatakan secara tegas, jelas, mudah dipahami dan
dimengerti serta diterima para pihak
2. Akad mudharabah boleh dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat, dan
perbuatan/tindakan, serta dapat dilakukan secara elektronik sesuai syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Pengelola (‘amil/mudharib) dalam akad mudharabah tsuna’iyyah tidak boleh
melakukan mudharabah ulang (mudharib yudharib) kecuali mendapatkan izin
dari pemilik modal (shahibul maal)
4. Pengelola (‘amil/mudharib) wajib memiliki keahlian/keterampilan melakukan
usaha dalam rangka mendapatkan keuntungan
2. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Pelaku, jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan
rukun dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah
keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam
akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak
sebagai pelaksana usaha (mudharib). Tanpa dua pelaku ini, maka akad
mudharabah tidak ada.
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah.
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul)

5
Persetujuan, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan
konsekuensi dari prinsip an-taradin minkum (sama-sama rela). Disini
kedua belah pihak harus secara rela bersekapat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah.Shahibul mal setuju dengan perannya untuk
mengontribusikan dana, sementara mudharib usaha pun setuju dengan
perannya untuk mengontribusikan kerja.
d. Nisbah
Nisbah keuntungan, adalah rukun yang khas dari akad mudharabah,
yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan
yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah,
mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal
mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah
yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak
mengenai cara pembagian keuntungan.
3. Syarat Umum Mudharabah
-Berbentuk uang dan bukan barang.
-Memiliki jumlah yang jelas.
-Modal yang diberikan berbentuk tunai dan bukan hutang.
-Harus langsung diserahkan kepada mudharib.
-Pembagian keuntungan yang dilakukan harus jelas dan sesuai nisbah yang
disepakati.
4. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah
Untuk memastikan kesesuaian syariah pada praktik transaksi mudharabah
yang dilakukan bank, DPS melakukan pengawasan syariah secara periodik.
Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dilakukan untuk hal- hal sebagai berikut:
a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan
oleh Bank kerpada nasabah, Bank secara tertulis maupun lisan tentang
persyaratan pembiayaan mudharabah telah dilakukan.

6
b. Menguji apakah perhitungn bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip
syariah.
c. Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian pembiayaan
mudharabah.
d. Memastikan terpenuhinnya rukun dan syarat mudharabah.
e. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk jenis
kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah.

Adannya pengawsana syariah yang dilakukan DPS menuntut Bank


syariah untuk berhati hati dalam melakukan transaksi mudharabah dengan
para nasabah. Selain itu, Bank juga dituntut untuk melaksanakan tertib
administrasi agar berbagai dokumen yang diperlukan DPS dapat tersedia
setiap saat pengawasan dilakukan.

5. Manfaat Mudharabah
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga
bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda de ngan
prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiaya an
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang di hasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.4

2.3 Alur Transaksi Mudharabah


4
Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit,. hlm 97-98.

7
Alur ini bisa dipahami bahwa yang menjadi shahibul maal adalah Lembaga
Keuangan Syariah, yang mana akan menyediakan dana yang berfungsi sebagai modal
kerja, sedangkan mudharibnya adalah nasabah yang akan menjadi pengelola dana
dalam kegiatan proyek / usahanya. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam nisbah
yang telah disepakati di awal akad, dan tidak boleh dilanggar oleh pihak manapun.
Alur lebih jelasnya yaitu sebagai berikut :
a.Di awali dari permohonan pembiayaan, nasabah mengisi formulir permohonan
pembiayaan yang telah disediakan.
b.Modal dari bank yang telah diberikan kepada nasabah harus dipergunakan untuk
memulai usaha yang sudah disepakati di awal perjanjian.
c.Hasil dari usaha harus dievaluasi pada waktu yang telah disepakati di awal
perjanjian.
d. Bank dan nasabah akan menerima bagi hasil sesuai perhitungan yang telah
disepakati di awal perjanjian.
e.Untuk penentuan nisbah bagi hasil tidak pasti, disesuaikan dengan hasil usaha.
f. Bank menerima pengembalian modal dari nasabah.5
5
Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit.

8
2.4 Cakupan Standar Akuntansi
Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam PSAK 105 tahun 2007
tentang akuntansi mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan pengukuran
transaksi baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola dana. 6Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran transaksi adalah mengenai
dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun non kas,
penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha, kerugian
akibata kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah, penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah dan pembagian hasil
pada mudharabah pada musytarakah.
2.5 Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Pembiayaan Mudharabah

Pembahasan teknis dan penjurnalan transaksi pembiayaan mudharabah akan


didasarkan pada kasus berikut :
1 agustus 20XA Bank murni syariah (BMS) menyetujui pemberian fasilitas
mudharabah mutlaqah PT haniah yang bergerak dibidang SPBU dengan
kesepakatan sebagai berikut.
Plafon : Rp. 1.450.000.000
Objek Bagi hasil : Pendapatan (Gross Profit Sharing)
Nisbah : 70% PT Haniah dan 30% Bank Murni Syriah
Jangka Waktu : 10 Bulan ( jatuh tempo tanggal 10 juni 20XB)
Biaya administrasi : Rp. 14.500.000 (dibayar saat akad)
Pelunasan : Pengembalian pokok diakhir periode
Keterangan : Modal dari Bank Mini Syariah diberikan secara tunai
tranggal 10 agustus 20XA. Pelaporan dan pembayaran bagi hasil oleh nasabah
dilakukan setiap tanggal 10 mulai bulan september.
Perhitungan yang diperlukan dalam transaksi mudharabah adalah perhitungan
bagian bank atas bagi hasil yang diperoleh.
1. Saat penandatanganan akan mudharabah

9
Jurnal pada tanggal 1 agustus atau saat akad mudharabah ditandatangani
terdiri atas jurnal pembukuan rekening administratif komitmen pembiayaan
PT. Haniah dan jurnal pembebanan biaya administrasi.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/08/XA Db. Pos lawan komitmen administrasi 1.450.000.000


pembiayaan

Kr. Kewajiban Administratif 1.450.000.000


pembiayaan

Db. Kas/rekening nasabah-PT haniah 14.500.000

Kr. Pendapatan administrasi 14.500.000

2. Penyerahan Pembiayaan Mudharabah


Usaha Mudharabah dianggap mulai berjalan sejak modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana berdasarkan PSAK 105, disebutkan
bahwa dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
pembiayaan mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas
kepada pengelola dana. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur
sebesar jumlah yang dibayarkan (PSAK 104). Misalkan tanggal 10 agustus
20XA, bank murni syariah mencairkan pembiayaan sebesar 1.450.000.000 untuk
pembiayaan mudharabah.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

05/10/XA Db.Pembiayaan Mudharabah 1.450.000.000

Kr. Kas/Rekening Nasabah 1.450.000.000

10
05/10/XA Db. Kewajiban komitmen administratif 14.500.000
pembiayaan

Kr. Pos lawan komitmen administrasi 14.500.000


pembiayaan

3. Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah


Berdasarkan PSAK 105, dinyatakan bahwa pengakuan penghasilan usaha
mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarakan laporan bagi hasil atas
realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana dan tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Sekiranya bagian hasil usaha
belum dibayar oleh pengelola, bagian tersebut diakui sebagai piutang (PSAK
105).
Berikut adalah realisasi laba bruto PT. Haniah selama 10 bulan yang
dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnnya

No Bulan Jumlah laba Porsi bsnk Tanggal Tanggal


bruto (Rp) 30% (Rp) pelaporan pembayaran
bagi hasil bagi hasil

1. Ags XA 20.000.000 6.000.000 10 sep 10 sep

2. Sep XA 50.000.000 15.000.000 10 Okt 10 Okt

3. Okt XA 45.000.000 13.500.000 10 Nov 10 Nov

4. Nov XA 40.000.000 12.000.000 10 Des 10.Des

5. Des XA 60.000.000 18.000.000 10 Jan 10 Jan

6. Jan XB 50.000.000 15.000.000 10 Feb 10 Feb

11
7. Feb XB 40.000.000 12.000.000 10 Mar 10 Mar

8. Mar XB 50.000.000 15.000.000 10 Apr 10 Apr

9. Apr XB 55.000.000 16.500.000 10 Mei 5 Jun

10. MeiXB 60.000.000 18.000.000 15 Jun 15 Jun

Transaksi diatas dapat kita klasifikasikan dalam dua bentuk yaitu :

1. Penerimaan bagi hasil yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan


pelaporan bagi hasil, seperti bagi hasil untuk bulan Agustus, September,
Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret. Bentuk transaksi
adalah sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

10/09/XA Db. Kas/Rekening Nasabah 6.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 6.000.000

10/10/XA Db. Kas/Rekening Nasabah 15.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 15.000.000

10/11/XA Db. Kas/Rekening Nasabah 13.500.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 13.500.000

10/12/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 12.000.000

12
Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 12.000.000

10/01/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 18.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 18.000.000

10/02/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 12.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 12.000.000

10/03/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 15.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 15.000.000

10/04/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 15.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 15.000.000

a. Penerimaan bagi hasil yang waktu pembayarannya berbeda dengan tanggal


pelaporan bagi hasil seperti pada bagi hasil bulan April dan Mei berdasarkan
PSAK 105 disebutkan bahwa bagian hasil usaha belum dibayar oleh pengelola
maka bagian tersebut diakui sebagai piutang. Bentuk transaksinnya adalah sebagai
berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

10/05/XB Db. Piutang pendapatan bsgi hasil 16.500.000

13
mudharabah

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah- 16.500.000


Akrual

05/06/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 16.500.000

Kr. Piutang pendapatan bagi hasil 16.500.000


mudharabah

Db. Pendapatan bagi hasil mudharabah- 16.500.000


Akrual

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 16.500.000

10/06/XB Db. Piutang pendapatan bagi hasil 18.000.000


mudharabah

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah- 18.000.000


Akrual

15/06/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 18.000.000

Kr. Piutang pendapatan bagi hasil 18.000.000


mudharabah

Db. Pendapatan bagi hasil mudharabah- 18.000.000


Akrual

Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 18.000.000

14
Piutang bagi hasil mudharabah diasajikan dalam neraca pada bagian aset aku
ini merupakan sub aku dari piutang. Adapun akun pendapatan mudharabah Akrual
disajikan dalam laporan laba rugi olrh karena bagi hasil tersebut belum berwujud kas
maka pendapatan bagi hasil Akrual tidak diikut sertakan dalam perhitungan bagi hasil
dengan nasabah penghimpunan. Untuk keperluan praktis, pendapatan bagi hasil
mudharabah dibedakan dengan pendapatan bagi hasil yang telah berwujud kas.
Dalam praktik perbankan dibeberapa bank terdapat deviasi dalam bentuk
pengabaian pendapatan bagi hasil mudharabah akrual. Pada tahun berjalan, kendati
telah ada pemberitahuan oleh nasabah pembiayaan, bank tidak mengakuinnya sebagai
pendapatan bagi hasil. Pengakuan bagi hasil pendapatan ditunda hingga bank
menerima porsi bagi hasilnnya. Selanjutnya untuk pelaporan akhir tahun, bank
mengidentifikasi pendapatan yang bersifat akrual secara manual, untuk selanjutnya
mengakuinnya sebagai pendapatan pelaporan laba rugi dan piutang pendapatan bagi
hasil mudharabah pada laporan neraca.
4. Saat akad berakhir
Alternatif 1 : nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal mudharabah
Misalkan pada tanggal 10 juni 20XB pada saat jatuh tempo Pt. Haniah melunasi
pemiayaan mudharabah sebesar 1.450.000.000. Maka, jurnal transaksi tersebut
adalah sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

10/06/XB Db. Kas/Rekening Nasabah 1.450.000.000

Kr. Pembiayaan Mudharabah 1.450.000.000

2.6 Penyajian transaksi dalam laporan keuangan serta pengungkapan pada


transaksi pembiayaan mudharabah

15
1. Akun-akun yang berkaitan dengan transaksi pembiayaan mudharabah antara
lain:
a. Pembiayaan mudharabah disajikan sebesar saldo pembiayaan mudharabah
nasabah kepada Bank. Pembiayaan mudharabah yang diakhiri jatuh tempo
atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan
sabagai bagian dari pembiayaan mudharabah.7
b. Pituang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat
nasabah tergolong performing. Sedangkan apabila nasabah tergolong Non-
performing maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administrasi.
c. Cadangan kerugian penurunan nilai pembiayaan mudharabah disajikan
sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan mudharabah.
2. Pengungkapan
Berdasarkan PAPSI 2013 hal (h.4-5) hal-hal yang harus diungkapkan terkait
transaksi pembiayaan mudharabah antara lain:
a. Rincian jumlah pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat akad
(mudharabah mutlaqah atau mudharabah muqayyadah), jenis penggunaan
dan sektor ekonomi.
b. Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa akad),
kualitas pembiayaan, valuta, cadangan kerugian penurunan nilai tingkat
bagi hasil rata-rata.
c. Jumlah dan persentase pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada
pihak-pihak berelasi.
d. Jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi dan
informasi lain tentang pembiayaan mudharabah yang direstrukturisasi
selama periode berjalan.
e. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian resiko portofolio
pembiayaan mudharabah.

7
Rizal Yaya Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Jakarta Selatan : Penerbit Salemba Empat,
2014. h.126

16
f. Besarnnya pembiayaan mudharabah bermasalah dan cadangan kerugian
penurunan nilai untuk setiap sektor ekonomi.
g. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan
mudharabah bermasalah.
h. Ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus buku yang menunjukkan
saldo awal penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas
pembiayaan mudharabah yang telah dihapus bukukan dan pembiayaan
mudharabah yang telah dihapus tagih dan saldo akhir pembiayaan
mudharabah yang dihapus buku.
2.7 Contoh Soal Transaksi Pembiayaan Mudharabah
Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak
Irfa, seorang pedagang buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad
mudharabah (BJS sebagai pemilik dana dan Irfa sebagai pengelola dana). BJS
memberikan modal kepada Irfa sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha
pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil BJS : Irfa = 30% : 70%.
Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan Laporan Laba Rugi
penjualan buku sebagai berikut:
Penjualan Rp 1.000.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 700.000)
Laba Kotor Rp 300.000
Biaya-biaya Rp100.000
Laba bersih Rp 200.000
Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis
tersebut pada tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi hasil
tersebut menggunakan metode:a. Profit sharingb. Revenue sharing
Jawab:
a. Profit sharingBank Syariah : 30% x Rp 200.000 (Laba bersih) = Rp
60.000Irfa : 70% x Rp 200.000 = Rp 140.000b. Revenue sharingBank
Syariah : 30% x Rp 300.000 (Laba Kotor) = Rp 90.000Irfa : 70% x Rp
300.000 = Rp 210.000

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank


syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa,

18
mudharabah berasal dari kata Dharabah yang artinya melakukan perjalanan yang
umumnya untuk berniaga.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, penulis mengharapkan


yang menbaca makalah ini bisa memahami tentang Pembiayaan Mudharabah.
Serta mengingatkan penulis untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani

19
Harahap Sofian, Dkk,2010, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta : LPFE Usakti

Maulidi ali, 2015,Akuntansi Pembiayaan Mudharabah, Iqtishadiah, Vol.2 No.2

Yaya Rizal, Dkk, 2013, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba Empat.

20

Anda mungkin juga menyukai