MAKALAH
“AKUNTANSI TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH”
DISUSUN OLEH
Kelompok 6 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah “Akuntansi Transaksi Pembiayaan
Mudharabah”.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami
makna dari materi Akuntansi Bank Syariah. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu,kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami
berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembaca.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
BAB III...................................................................................................................................9
PENUTUP..............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9
3.2 Saran......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, perkembangan ekonomi Islam telah diadopsi ke dalam kerangka
besar kebijakan ekonomi. Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di tanah air
telah menetapkan perbankan syariah sabagai salah satu pilar penyangga dual-
banking system dan mendorong pangsa pasar bank-bank syariah yang lebih luas
sesuai cetak biru perbankan syariah. Menurut Antonio Bank Islam adalah bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan Hadis.
Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
riba. Dengan demikian penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah
satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Dalam kegiatan usaha dan
lembaga keuangan (Bank, Asuransi, Pasar modal, Dana pensiun, dan lain
sebagainya) yang berbasis syariah dalam tiga dekade terakhir, lembaga keuangan
telah meningkatkan volume dan nilai transaksi berbasis syariah yang tentunya
meningkatkan kebutuhan terhadap akuntansi syariah.
Perkembangan pemikiran mengenai akuntansi syariah juga makin
berkembang, yang ditandai dengan makin diterimanya prinsip-prinsip transaksi
syariah di dunia internasional. Tidak dapat dipungkiri, bahwa motor dari
penerapan transaksi syariah oleh sistem perbankan syariah dan baru dilanjutkan
dengan sektor lainnya.
Pengertian akuntansi syariah secara sederhana dapat dijelaskan melalui akar
kata yang dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Definisi bebas akuntansi
adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan,
penggolongan, pengelompokan serta pengihktisaran transaksi tersebut sehingga
menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan. Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang ditetapkan oleh Allah
SWT untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktifitas hidupnya di
dunia.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan penggunaan transaksi pembiayaan mudharabah?
2. Bagaimana ketentuan syari, rukun syarat transaksi dan pengawasan transaksi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Penggunaan Transaksi Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa,
mudharabah berasal dari kata Dharabah yang artinya melakukan perjalanan yang
umumnya untuk berniaga. Istilah Dharabah populer digunakan oleh penduduk irak.
Untuk maksud yang sama, penduduk hijaz menggunakan istilah muqharadah atau
qiradh yang berarti memotong. Dalam pengertian ini, makna qiradh adalah pemilik
modal memotong sebagian hartannya untuk diserahkan kepada pengelola modal dan
iya juga akan memotong keuntungan usahannya secara teknis, antonio (2001)
mendefenisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua belah pihak
dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak
kedua sebagai pengelola usaha (mudharib) dimana pemilik dana memberikan seluruh
pembiayaan suatu usaha.1
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepkatan yang
dituangkan dalam kontrak, apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainnya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
Penerapan prinsip bagi hasil  atau pembiayaan mudharabah pada
bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara nasabah yang bertindak
sebagai mudharib dengan pihak bank sebagai shahibul maal dalam penetapan nisbah
bagi hasil atas suatu usaha yang dibiayai oleh bank.
3
1. Ketentuan syar’i mudharabah
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis yaitu :
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi madharabah muthlagah adalah
bentuk kerja sama antara shahibul moal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan
dengan ungkapan Vel ma syta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mu dharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mesdharabah
wuthlaqah Simudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.2
c. Mudharabah musytarakah
Mudharabah musyatarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. 3
Akad musytarakah ini merupakan solusi sekirannya dalam perjalan usaha,
pengelola dana memiliki modal yang dapat dikotribusikan dalam investasi,
sedang dilain sisi adannya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan
kemajuan investasi. Akad musytarakah ini pada dasarnya merupakan
perpaduan antara akda mudharabah dan akad muyarakah. Dalam mudharabah
musytarakah, pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) menyertakan
dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah). Setelah
penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara pengelola
dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
hlm.97.
3
Rizal Yaya, Op. Cit., hlm. 109.
4
musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana
musyarakah.
1. Akad mudharabah harus dinyatakan secara tegas, jelas, mudah dipahami dan
dimengerti serta diterima para pihak
2. Akad mudharabah boleh dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat, dan
perbuatan/tindakan, serta dapat dilakukan secara elektronik sesuai syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Pengelola (‘amil/mudharib) dalam akad mudharabah tsuna’iyyah tidak boleh
melakukan mudharabah ulang (mudharib yudharib) kecuali mendapatkan izin
dari pemilik modal (shahibul maal)
4. Pengelola (‘amil/mudharib) wajib memiliki keahlian/keterampilan melakukan
usaha dalam rangka mendapatkan keuntungan
2. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Pelaku, jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan
rukun dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah
keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam
akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak
sebagai pelaksana usaha (mudharib). Tanpa dua pelaku ini, maka akad
mudharabah tidak ada.
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah.
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul)
5
Persetujuan, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan
konsekuensi dari prinsip an-taradin minkum (sama-sama rela). Disini
kedua belah pihak harus secara rela bersekapat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah.Shahibul mal setuju dengan perannya untuk
mengontribusikan dana, sementara mudharib usaha pun setuju dengan
perannya untuk mengontribusikan kerja.
d. Nisbah
Nisbah keuntungan, adalah rukun yang khas dari akad mudharabah,
yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan
yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah,
mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal
mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah
yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak
mengenai cara pembagian keuntungan.
3. Syarat Umum Mudharabah
-Berbentuk uang dan bukan barang.
-Memiliki jumlah yang jelas.
-Modal yang diberikan berbentuk tunai dan bukan hutang.
-Harus langsung diserahkan kepada mudharib.
-Pembagian keuntungan yang dilakukan harus jelas dan sesuai nisbah yang
disepakati.
4. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah
Untuk memastikan kesesuaian syariah pada praktik transaksi mudharabah
yang dilakukan bank, DPS melakukan pengawasan syariah secara periodik.
Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dilakukan untuk hal- hal sebagai berikut:
a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan
oleh Bank kerpada nasabah, Bank secara tertulis maupun lisan tentang
persyaratan pembiayaan mudharabah telah dilakukan.
6
b. Menguji apakah perhitungn bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip
syariah.
c. Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian pembiayaan
mudharabah.
d. Memastikan terpenuhinnya rukun dan syarat mudharabah.
e. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk jenis
kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah.
5. Manfaat Mudharabah
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga
bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda de ngan
prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiaya an
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang di hasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.4
7
Alur ini bisa dipahami bahwa yang menjadi shahibul maal adalah Lembaga
Keuangan Syariah, yang mana akan menyediakan dana yang berfungsi sebagai modal
kerja, sedangkan mudharibnya adalah nasabah yang akan menjadi pengelola dana
dalam kegiatan proyek / usahanya. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam nisbah
yang telah disepakati di awal akad, dan tidak boleh dilanggar oleh pihak manapun.
Alur lebih jelasnya yaitu sebagai berikut :
a.Di awali dari permohonan pembiayaan, nasabah mengisi formulir permohonan
pembiayaan yang telah disediakan.
b.Modal dari bank yang telah diberikan kepada nasabah harus dipergunakan untuk
memulai usaha yang sudah disepakati di awal perjanjian.
c.Hasil dari usaha harus dievaluasi pada waktu yang telah disepakati di awal
perjanjian.
d. Bank dan nasabah akan menerima bagi hasil sesuai perhitungan yang telah
disepakati di awal perjanjian.
e.Untuk penentuan nisbah bagi hasil tidak pasti, disesuaikan dengan hasil usaha.
f. Bank menerima pengembalian modal dari nasabah.5
5
Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit.
8
2.4 Cakupan Standar Akuntansi
Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam PSAK 105 tahun 2007
tentang akuntansi mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan pengukuran
transaksi baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola dana. 6Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran transaksi adalah mengenai
dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun non kas,
penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha, kerugian
akibata kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah, penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah dan pembagian hasil
pada mudharabah pada musytarakah.
2.5 Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Pembiayaan Mudharabah
9
Jurnal pada tanggal 1 agustus atau saat akad mudharabah ditandatangani
terdiri atas jurnal pembukuan rekening administratif komitmen pembiayaan
PT. Haniah dan jurnal pembebanan biaya administrasi.
10
05/10/XA Db. Kewajiban komitmen administratif 14.500.000
pembiayaan
11
7. Feb XB 40.000.000 12.000.000 10 Mar 10 Mar
12
Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah 12.000.000
13
mudharabah
14
Piutang bagi hasil mudharabah diasajikan dalam neraca pada bagian aset aku
ini merupakan sub aku dari piutang. Adapun akun pendapatan mudharabah Akrual
disajikan dalam laporan laba rugi olrh karena bagi hasil tersebut belum berwujud kas
maka pendapatan bagi hasil Akrual tidak diikut sertakan dalam perhitungan bagi hasil
dengan nasabah penghimpunan. Untuk keperluan praktis, pendapatan bagi hasil
mudharabah dibedakan dengan pendapatan bagi hasil yang telah berwujud kas.
Dalam praktik perbankan dibeberapa bank terdapat deviasi dalam bentuk
pengabaian pendapatan bagi hasil mudharabah akrual. Pada tahun berjalan, kendati
telah ada pemberitahuan oleh nasabah pembiayaan, bank tidak mengakuinnya sebagai
pendapatan bagi hasil. Pengakuan bagi hasil pendapatan ditunda hingga bank
menerima porsi bagi hasilnnya. Selanjutnya untuk pelaporan akhir tahun, bank
mengidentifikasi pendapatan yang bersifat akrual secara manual, untuk selanjutnya
mengakuinnya sebagai pendapatan pelaporan laba rugi dan piutang pendapatan bagi
hasil mudharabah pada laporan neraca.
4. Saat akad berakhir
Alternatif 1 : nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal mudharabah
Misalkan pada tanggal 10 juni 20XB pada saat jatuh tempo Pt. Haniah melunasi
pemiayaan mudharabah sebesar 1.450.000.000. Maka, jurnal transaksi tersebut
adalah sebagai berikut :
15
1. Akun-akun yang berkaitan dengan transaksi pembiayaan mudharabah antara
lain:
a. Pembiayaan mudharabah disajikan sebesar saldo pembiayaan mudharabah
nasabah kepada Bank. Pembiayaan mudharabah yang diakhiri jatuh tempo
atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan
sabagai bagian dari pembiayaan mudharabah.7
b. Pituang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat
nasabah tergolong performing. Sedangkan apabila nasabah tergolong Non-
performing maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administrasi.
c. Cadangan kerugian penurunan nilai pembiayaan mudharabah disajikan
sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan mudharabah.
2. Pengungkapan
Berdasarkan PAPSI 2013 hal (h.4-5) hal-hal yang harus diungkapkan terkait
transaksi pembiayaan mudharabah antara lain:
a. Rincian jumlah pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat akad
(mudharabah mutlaqah atau mudharabah muqayyadah), jenis penggunaan
dan sektor ekonomi.
b. Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa akad),
kualitas pembiayaan, valuta, cadangan kerugian penurunan nilai tingkat
bagi hasil rata-rata.
c. Jumlah dan persentase pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada
pihak-pihak berelasi.
d. Jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi dan
informasi lain tentang pembiayaan mudharabah yang direstrukturisasi
selama periode berjalan.
e. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian resiko portofolio
pembiayaan mudharabah.
7
Rizal Yaya Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Jakarta Selatan : Penerbit Salemba Empat,
2014. h.126
16
f. Besarnnya pembiayaan mudharabah bermasalah dan cadangan kerugian
penurunan nilai untuk setiap sektor ekonomi.
g. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan
mudharabah bermasalah.
h. Ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus buku yang menunjukkan
saldo awal penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas
pembiayaan mudharabah yang telah dihapus bukukan dan pembiayaan
mudharabah yang telah dihapus tagih dan saldo akhir pembiayaan
mudharabah yang dihapus buku.
2.7 Contoh Soal Transaksi Pembiayaan Mudharabah
Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak
Irfa, seorang pedagang buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad
mudharabah (BJS sebagai pemilik dana dan Irfa sebagai pengelola dana). BJS
memberikan modal kepada Irfa sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha
pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil BJS : Irfa = 30% : 70%.
Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan Laporan Laba Rugi
penjualan buku sebagai berikut:
Penjualan Rp 1.000.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 700.000)
Laba Kotor Rp 300.000
Biaya-biaya Rp100.000
Laba bersih Rp 200.000
Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis
tersebut pada tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi hasil
tersebut menggunakan metode:a. Profit sharingb. Revenue sharing
Jawab:
a. Profit sharingBank Syariah : 30% x Rp 200.000 (Laba bersih) = Rp
60.000Irfa : 70% x Rp 200.000 = Rp 140.000b. Revenue sharingBank
Syariah : 30% x Rp 300.000 (Laba Kotor) = Rp 90.000Irfa : 70% x Rp
300.000 = Rp 210.000
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
mudharabah berasal dari kata Dharabah yang artinya melakukan perjalanan yang
umumnya untuk berniaga.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani
19
Harahap Sofian, Dkk,2010, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta : LPFE Usakti
Yaya Rizal, Dkk, 2013, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba Empat.
20