MAKALAH
Oleh :
Dosen Pengajar:
Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga dan para
sahabatnya.
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Pemasaran.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis sadar
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini baik dari segi susunan
kalimat, tata bahasa, maupun segi materinya. Maka, kritik dan saran yang membangun
Penyusun
2
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................... 5
Kesimpulan ................................................................................................................. 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi Islam, dan dalam melakukan transaksi perbankan tersebut, mengacu pada
prinsip profit loss sharing. Di Indonesia sendiri, bank syariah sudah mulai berkembang
pesat, apalagi saat Bank Syariah terbukti tidak terpengaruh dampak dari krisis ekonomi.
Selain itu, mayoritas penduduk di Indonesia yang menganut agama Islam juga menjadi
salah satu faktor pendorong, karena memang beberapa dari mereka pun sudah enggan
No.10 tahun 1998, yang isinya tentang terbaginya industri perbankan di Indonesia
menjadi dua. Yaitu bank yang berlandaskan sistem bunga atau bank konvensional, dan
yang kedua adalah bank dengan berlandaskan sistem bagi hasil atau bank syariah.
Selain itu, perkembangan bank syariah tersebut juga tampak dari adanya beberapa bank
yang melakukan konversi dari sistem konvensional menjadi sistem syariah. Ada pula
Secara bahasa, bank berakar dari bahasa italia banco, Banco merupakan bahasa
italia yang berarti kepingan papan tempat buku, atau sejenis meja. Dalam bahasa
Indonesia dalam melayu terdapat istilah yang relatif sama yaitu “bangku”.Bank
diartikan sebagai modal yang di transfer dari pemilik yang tidak dapat menggunakan
dana tersebut menjadi keuntungan kepada pihak pihak yang dapat menggunakan
sehingga produktif bagi masyarakat banyak. Bank juga sebagai mediasi (intermediari,
4
channel) untuk investasi tanpa resiko dengan suku bunga yang bijak. Di Indonesia, bank
islam dikenal dengan bank syariah. Yaitu lembaga keuangan (financial enterprice),
perusahaan yang terdiri dari berbagai sumber daya ekonomi dan manajemen dalam
memproduksi barang atau jasa. Dengan kata syariah berarti bank syariah sebagai
lembaga keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata bank berasal dari bahasa Italia banco yang berarti uang. Biasanya bank
menghasilkan untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari
pinjaman uang. Menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam
cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu menjauhi praktik-
praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-
Selain itu pengertian bank Syariah adalah institusi keuangan yang memiliki
hukum, aturan dan prosedur sebagai wujud dari komitmen kepada prinsip syariah dan
melarang menerima dan membayar bunga dalam proses operasi yang dijalankan. Secara
umum bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu, menerima
simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam
sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai
dengan syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah
keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang,
6
telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian fungsi-fungsi
utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana dan melakukan
transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Islam bahkan
masyarakat yang mengalami surplus kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk
kredit atau pembiayaan dalam bank syariah. Dalam penghimpunan dana perbankan
memberikan bunga (bank konvensioanl) atau bagi hasil pada perbankan syariah. Bunga
atau bagi hasil yang diberikan kepada pemilik dana tersebut bersumber dari pandapatan
institution) yang kegiatan operasionalnya bebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh
islam, yaitu Maisir, Gharar, Riba, Ryswah, dan Bathil. Dengan demikian berbeda
sistem keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan subsistem dari suatu sistem
ekonomi Islam yang cakupannya lebih luas. Oleh karena itu perbankan Islam tidak
hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut secara
dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip Islam, Syariah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait agar umat terhindar dari
hal-hal yang bersifat maisir dan riba. Prinsip utama yang dianut oleh bank Islam adalah,
7
larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi, menjalankan bisnis dan aktivitas
perdagangan yang berbasis pada memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah,
menumbuhkembangkan zakat.
operasional.
Bank syariah terikat dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam al-Qur’an dan al-
Hadist. Transaksi-transaksi pada perbankan syariah harus terhindar dari interest (riba)
menekankan pada prinsip bagi hasil dan risiko, mengutamakan investasi pada sektor
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito kemudian
dana yang terkumpul tersebut diinvestasikan pada sektor ekonomi yang dibolehkan
secara syariah. Bank syariah dan konvensional secara fungsi memiliki beberapa
kesamaan khususnya pada pengumpulan dana pihak ketiga melalui tabungan dan
investasi. Namun kedua sistem itu sangat berbeda pada instrumen pembiayaannya.
8
Bank syariah mengembangkan instrumen pembiayaan non bunga (interest-free
financing instruments) yang berdasarkan pada dua prinsip, yaitu bagi hasil dan risiko
(profit- and loss-sharing) dan tambahan margin (mark-up margin). Sedangkan bank
Salah satu ciri utama perbankan syariah yang berdampak positif terhadap
pertumbuhan sektor riil dan ekonomi yaitu bahwa lembaga keuangan syariah lebih
lembaga keuangan yang menekankan konsep asset & production based system (sistem
berbasis aset dan produksi) sebagai ide utamanya. Mudharabah dan musharakah adalah
cerminan utama dari ide tersebut. Melalui pola pembiayaan seperti itu maka sektor riil
dan sektor keuangan akan bergerak secara seimbang. Akibatnya semakin tumbuh
perbankan syariah maka akan semakin besar kontribusinya terhadap kinerja dan
akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman
untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman
uang telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian, fungsi-
fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit atau simpanan, menyalurkan
dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
9
kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik dari
Rasulullah SAW dan Khadijah pernah mempraktikkan akad mudharabah semasa hidup
mereka. Khadijah bertindak sebagai shahibul maal dan Rasulullah SAW bertindak
sebagai mudharib (pengelola dana). Dana tersebut dikelola oleh Rasulullah SAW dalam
bentuk usaha perdagangan. Setelah Rasulullah SAW memperoleh hasil dari usahanya,
maka Rasulullah akan memberikan bagi hasil kepada Khadijah sesuai dengan
kesepakatan mereka di awal akad. Dengan demikian dapat dipahami bahwa lembaga
perbankan belum ada pada masa Rasullah SAW, namun praktik perbankan secara
Gagasan mengenai bank yang menggunakan sistem bagi hasil telah muncul
sejak lama, ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang
keberadaan bank syariah, misalnya Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948), dan
Mahmud Ahmad (1952). Kemudian uraian yang lebih terperinci tentang gagasan itu
Hamidullah yang ditulis pada 1944, 1955, 1957, dan 1962, bisa dikategorikan sebagai
gagasan pendahulu mengenai perbankan Islam. Perbankan yang mulanya hanya ada di
daratan Eropa kemudian menyebar ke Asia Barat. Sejalan dengan perkembangan daerah
jajahan, maka perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahan mereka. Di Indonesia juga
tidak terlepas dari penjajahan Belanda yang mendirikan beberapa bank seperti De
Javasche Bank, De Post Paar Bank dan lainnya serta bank-bank milik pribumi, Cina,
Jepang, dan Eropa seperti Bank Nasional Indonesia, Batavia Bank, dan Iainnya. Di
10
zaman kemerdekaan perbankan Indonesia sudah semakin maju, mulai dari bank
sekitar tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non-konvensional.
Rintisan bank syariah lainnya adalah dengan berdirinya Mit Ghamr Lokal Saving Bank
pada tahun 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar. Secara kolektif gagasan berdirinya
sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21-27 April 1969, yang diikuti oleh
19 negara peserta.
sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar nasional Hubungan
Indonesia-Timur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional
Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun, ada beberapa alasan yang menghambat
a) Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan
karena itu, tidak sejalan dengan UU Pokok Perbankan yang berlaku, yakni UU
No 14/1967.
b) Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis, merupakan bagian
dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam, dan karena itu tidak
dikehendaki pemerintah.
11
c) Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura
semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih dicegah,
antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia.
Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak tahun 1988, di
saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi
industri perbankan. Para ulama pada waktu itu berusaha untuk mendirikan bank bebas
bunga, tapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk, kecuali bahwa
perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya rekomendasi dari
lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor tanggal 19-22
Agustus 1990, yang kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional
(Munas) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta, 22-25 Agustus 1990, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank
syariah di Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di Indonesia yang lahir
bank yang sepenuhnya melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah (Sutan Remy
Syahdeini, 2014: 97) BMI lahir sebagai hasil kerja tim Perbankan MUI tersebut di atas.
1991. pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai beroperasi.
Keberadaan BMI ini semakin diperkuat secara konstitusi dengan munculnya Undang-
Undang (UU) No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, di mana perbankan bagi hasil
diakomodasi. Dalam UU tersebut, pasal 13 ayat (c) menyatakan bahwa salah satu usaha
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. dalam peraturan pemerintah.
12
Menanggapi Pasal tersebut, pemerintah pada tanggal 30 Oktober 1992 telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan
prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal 30 Oktober 1992 dalam lembaran
Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS). Namun demikian, keberadaan dua jenis lembaga keuangan tersebut belum
sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh karena itu, dibentuklah
lembaga-lembaga keuangan mikro syariah yang disebut Baitul Maal Wattamwil (BMT).
Setelah dua tahun beroperasi, Bank Muamalat mensponsori berdirinya asuransi Islam,
Syarikat Takaful Indonesia (STI) dan menjadi salah satu pemegang sahamnya. Tiga
tahun kemudian, yaitu 1997, Bank Muamalat mensponsori lokakarya ulama tentang
reksadana syariah yang kemudian diikuti dengan beroperasinya Reksadana Syariah oleh
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan utama dari perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat untuk
pihak yang klebihan dana. Bank Syariah merupakan suatu lembaga keuangan
sendiri, bank syariah Sudah mulai berkembang pesat, apalagi saat Bank Syariah
14
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, R. (2017). Manajemen Permodalan Bank Syariah. Jurnal Bisnis dan Manajemen
Islam, 5(2), 324-325.
Nofinawati. (2015). PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.
JURIS, 14(2), 169-172.
15