Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN BANK SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas Kelompok


Mata kuliah : Akuntansi Bank Syariah I
Dosen Pengampu : Rozi Adriani, M.E

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Adzkia Maharani Zahrah 12020525577


2. Habib Antoni 12020511110
3. Miftahul Ulum 12020525635
4. Muhammad Fajar Junaidi 12020511061
5. Rahmat Syah 12020511052
6. Viyetalia Sari Inovna 12020525460

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji saya ucapkan kepada Allah SWT yang mana Allah telah

memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini

tepat waktu. Adapun judul makalah saya “Pekembangan Bnak Syariah”. Yang

pertama kami ucapkan terima kasih kepada dosen saya, yaitu Rozi Adriani, M.E,

yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan di

dalamnya.Untuk itu saya meminta maaf kepada pembaca yang sudah membaca

makalah ini, saya harap pembaca memberikan saran atau kritik kepada saya.

Pekanbaru, September 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Definisi Bank Syariah Dan Konvensional....................................................................................3
B. Sejarah Bank Syariah.................................................................................................................4
C. Perkembangan Bank Syariah.....................................................................................................6
D. Peluang dan Tantangan perkembangan Bank Syariah di Indonesia..........................................8
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. Kesimpualan............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah di Indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya
pun di Indonesia begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah
sudah pernah dibahas pada tahun 1980-an, namun realisasinya terjadi pada
tahun 1992 yang dilakukan oleh salah satu bank pemerintah, yaitu Bank
Muamalat Indonesia, dengan hukum yang jelas. Pada awalnya perkembangan
bank di Indonesia masih bersifat konvensional dalam artian, belum Memiliki
standar dari bank syariah sendiri, karena bank syariah berbasisi ideologi Islam.
Sedangkan bank konvensional berdasarkan ideologi barat terutama ideologi
Amerika dan Eropa. Pada makalah kali ini kami tidak akan membahas tentang
mengapa bank konvensional Indonesia beralih kepada bank syariah, tetapi
kami membahas bank syariah secara umum.

Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan antara bank


syariah dengan bank konvensional :

1. Bank syariah tidak menggunakan bunga


2. Tidak digunakan untuk usaha yang haram
3. Menerima zakat, infag dan sodagoh untuk disalurkan kepada masyarakat
yang membutuhkan, terdapat 8 golongan dalam Al Aur'an

Pada point pertama, dalam bank syariah tidak menggunakan bunga,


melainkan menggunakan konsep bagi hasil dimana jika bank mendapatkan
keuntungan maka akan dibagi hasil keuntungan tersebut dengan para
penabung, jika bank rugi maka para penabung pun akan rugi. Bank syariah
juga tidak serta merta meminjamkan sejumlah uangnya kepada masyarakat
secara tunai melainkan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli (murabahah) dan prinsip
sewa (ijarah).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bank Syariah dan Konvensional?
2. Bagaimana sejarah Bank Syariah ?
3. Bagaimana perkembangan Bank Syariah hingga saat ini baik di Indonesia
maupun Dunia ?
4. Bagaimana peluang dan Tantangan perkembangan Bank Syariah di
Indonesia ?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai “Perkembangan Bank Syariah” kepada
rekan-rekan pembaca pada umumnya dan untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Akuntansi Bank Syariah 1 pada khususnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bank Syariah Dan Konvensional


Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan
maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi :1
1. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan maupun penyaluran dana, memberikan dan mengenakan
imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu
dari dana untuk suatau periode tertentu yang biasanya ditetapkan pertahun.
2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil.
Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah hukum
Islam yang bersumber dari Al Aur'an dan Al Hadist. Kegiatn operasional bank
harus memperhatikan perintah dan larangan kedua sumber tersebut. Larangan
terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai
riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah
dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada system pemberian
imbalan atau jasa atas dana. Dalam menjalankan operasionalnya, bank
berdasarkan Prinsip Syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam
menentukan sitem imbalan atas dana yang digunakan atau ditipkan oleh suatu
pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang
disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum
Islam. Perlu diakui bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa
sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konven
sional merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah. Dalam hukum Islam,
bunga adalah riba dan diharamkan. Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap
1
Budi santoso, A Totok,dkk, Bank & Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba
Empat,2017

3
masyarakat dan pemasaran, adanya bank atas dasar prinsip Syariah merupakan
usaha untuk melayani dan mendayagunakan segmen pasar perbankan yang
tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.

B. Sejarah Bank Syariah


1. Sejarah Dunia
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa
menggunakan embel-embel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim
yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis.
Pemimpin perintis usaha ini Ahmad EI Najjar, mengambil bentuk sebuah
bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit
Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967,
dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa dengan Mesir.
Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian
besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara
langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat
dengan para penabung.
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social Bank
didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga.
Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada
agama maupun syariat Islam,
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun
1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi
Konferensi Islam, walaupun bank tersebut adalah bank antarpemerintah
yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di
negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee
dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit
menyatakan diri berdasar pada syariah Islam,
Di belahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank
berbasis Islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri
Dubai Islamic of Bank (1975), Faisal Islamic of Sudan (1977), Faisal
Islamic of Esypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Di Asia-

4
Pasifik, Philipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit
presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pigrims Savings
Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung
untuk menunaikan ibadah haji
2. Sejarah Indonesia
Walaupun di Indonesia masyarakatnya mayoritas Islam, namun
belum ada Bank yang tercermin pada bank-bank Timur Tengah, bank di
Indonesia mayoritas Merupakan bank cerminan barat (Amerika dan
Eropa), yang lebih dikenal bank konvensional, dan sebenarnya kajian
tentang perbankan syariah sudah muncul sejak tahun 1980-an namun
realisasinya berdiri tahun 1991 oleh Bank Muamalat Indonesia. Bank ini
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
beberapa pengusaha muslim. Bank ini awalnya Memiliki landasan hukum
yang lemah UU No.7 Tahun 1992 belum dijelaskan tentang bank syariah,
namun setelah terjadi revisi muncul UU No 10 Tahun 1998 dan dengan
revisi UU tersebut maka status bank syariah semakin kuat. Bank
Muamalat Indonesia juga sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir
tahun 1990-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal
awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada
periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia
yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega
Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah
adalah 19 bank di antaranya merupakan bank besar seperti Bank Negeri
Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). System syariah
juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah
berkembang 104 BPR Syariah.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
perkembangan industry perbankan syariah nasional semakin memilki

5
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan asset lebih dari 6386 per tahun
dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan
syariah dalam mendukung perekonomian akan semakin signifikan.

C. Perkembangan Bank Syariah


Industri perbankan syariah di Indonesia mengalamai pertumbuhan yang
bervariasi sesuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Pengembangan
industri perbankan syariah di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang (UU)
yang dikeluarkan oleh Pemerintah, maupun kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh otoritas perbankan. Salah satu UU yang melandasi awal
perkembangan Perbankan syariah adalah Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008. Dengan
Undang-Undang tersebut, maka pengembangan industri perbankan syariah
nasional memiliki landasan hukum yang cukup kuat, sehingga mendorong
pertumbuhan industri ini lebih cepat. Percepatan Pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia, sampai saat ini terus didorong oleh otoritas perbankan,
yaitu Otoritas Jasa keuangan menuju industri perbankan syariah yang
sehat, berkelanjutan, dan berkontribusi positif dalam mendukung
pembangunan ekonomi yang berkualitas.
Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-
rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir,
peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional
semakin signifikan. Peran strategis ini terus didorong dengan beberapa
kebijakan yang telah ditetapan oleh lembaga yang berwenang. Hal ini terbukti
bahwa salah satu prioritas kebijakan OJK pada tahun 2016 sektor perbankan,
adalah peningkatan pilar utama dalam pengembangan perbankan syariah.
Upaya ini dapat menjadikan perbankan syariah sebagai alternatif sistem
perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Inovasi produk yang sejalan dengan

6
pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat melahirkan produk kontribusi
perbankan syariah.2
Bank syariah di Indonesia Secara kosisten telah menunjukkan
perkembangan dari waktu ke waktu. Kendati belum mencapai 5% seperti yang
direncanakan dalam cetak biru perbankan syariah 2002 untuk dicapai pada
tahun 2011, aset bank syariah terhadap total keselururuhan bank telah ada
4,91% pada desember 2009. Selanjutnya pada april tahun 2015, pangsa pasar
bank syariah terhadap total bank sempat mengalami penurunan menjadi 4,65%
kendati aset syariah terus meningkat. Ini menunjukkan pada saat itu
pertumbuhan bank konvensional lebih tinggi dari bank syariah. Kondisi ini
tentu harus menjadi perhatian semua pihak yang berkeinginan
mengembangkan industri bank syariah di tanah air.3 Pada tahun 2015 dan
2016 berbagai regulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk merangsang
pertumbuhan bisnis syariah. Selama tahun 2015, telah diterbitkan sebelas
ketentuan perbankan syariah oleh OJK. Bahkan pada tahun 2016 Pemerintah
telah membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) untuk
mendorong perkembangan industri ini. Perkembangan Bank syariah tahun
2021 dengan total aset Rp.646,21T per September 2021 dengan pertumbuhan
aset sebesar 12,22%, Market share 6.52% serta total 12 Bank Umum Syariah,
21 unit uaha syariah dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat syariah. Nilai
Transaksi digital banking mencapai Rp. 39.841T ditahun 2021 meningkat
46% dan diproyeksikan meningkat 25% ditahun 2022.4

2
Hani werdi Apriyanti, Perkembangan industri perbankan syariah diIndonesia: analisis peluang dan
tantangan,vol 8, No 1(2018), Maksimum Media Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang, hal 18
3
Riza yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer,Jakarta Selatan,Salemba
empat,2009, hal 23
4
Isnaeni Achdiat, Outlook Industri jasa Keuangan Syariah tahun 2022: peluang dan tantangan,2021

7
Statisti Perkembangan Perbankan syariah di Idonesia Tahun 2021

D. Peluang dan Tantangan perkembangan Bank Syariah di Indonesia


Ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri
perbankan syariah agar industri ini tetap survive, sejajar bahkan mampu
melampaui industri perbankan konvensional. Pada tahun 2015 dan 2016
berbagai regulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk merangsang
pertumbuhan bisnis syariah. Selama tahun 2015, telah diterbitkan sebelas
ketentuan perbankan syariah oleh OJK. Bahkan pada tahun 2016 Pemerintah
telah membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) untuk
mendorong perkembangan industri ini.
Momentum yang seharusnya juga dapat mempercepat perkembangan
industri keuangan syariah di Indonesia, adalah konversi beberapa Bank
menjadi bank syariah, pada tahun 2016. Konversi Bank Pembangunan
Daerah (BPD) Aceh menjadi bank syariah telah menambah aset industri
perbankan syariah sebesar 20 Triliun. Momentum konversi ini yang
kemudian akan segera ditambah dengan konversi dua bank dan Unit usaha
syariah pada tahun 2017, akan semakin memperbesar market share
industri perbankan syariah.
Momentum lain untuk perkembangan industri ini adalah rencana
penambahan modal yang akan dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia.

8
Penambahan modal seharusnya dapat diikuti oleh perbankan syariah yang
lain, sebagai salah satu upaya dalam mengatasi permaslahan yang dihadapi
perbankan syariah berkaitan dengan keterbatasan modal atau pendanaan.
Dorongan dari OJK yang telah membuat roadmap perkembangan
perbankan syariah, stimulus pengembangan produk dan edukasi perbankan
syariah dengan agenda seminar tahunan yang dilakukan oleh OJK. Secara
ringkas, tantangan yang dihadapi oleh perbankan syariah di Indonesia
dtahun 2016, dan peluang yang dapat diambil oleh Perbankan syariah
sebagai berikut : 5
1. Peluang
 Konversi beberapa Bank Umum daerah menajdi full syariah
 Pengembangan kelembagaan dan infrastruktur pendukung
 Pengembangan program sinergi antar kelembagaan (termasuk
dengan bank konvensional)
 Peningkatan Peran Working Group Perbankan Syariah
(WGPR)
 Demografi ekonomi : peningkatkan ketersediaan SDM
 Edukasi dan komunikasi
 Inovasi Produk yang dapat merubah oerilaku masyarakat
sesuai konsep syariah (dimensi sosial)
 Dorongan OJK terhadap kualitas good governance
 Kebijakan kualitas layanan perbankan syariah
 Peningkatan Service Excellene
 Kebijakan pengembangan perbankan syariah tentang inovasi
produk perbankan ssyariah
 Kustomisasi produk sesuai preferensi masyarakat sejalan
dengan prinsip syariah
 Inovasi Produk berbasis ICT
 Kemudahan perizinan oleh OJK
 Adanya POJK No 20 tahun 2015 tentang penerbitan Efek
Beragunan Asset (EBA) Syariah
 Pertumbuhan ekonomi dan Bonus Demografi: pemanfaatan
peningkatan simpanan individu
 Rencana Penambahan modal beberapa Perbankan Syariah,
contoh Bank Muamalat Indonesia
5
Keuangan, OJK. (2016). Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019.

9
2. Tantangan
 Sedikitnya jaringan kantor perbankan syariah di Indonesia
 Kuantitas dan Kualitas SDM yang belum memadai
 Rendahnya Pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap konsep syariah
 Belum optimalnya sistem kelembagaan perbankan
syariah
 Produk yang tidak variatif
 Modal yang belum memadai
Dari uaraian diatas jelas berbeda peluang dan tantangan yang dihadapi dari
tahun ketahun. Secara ringkas, tantangan yang dihadapi oleh perbankan syariah
di Indonesia dtahun 2022, dan peluang yang dapat diambil oleh Perbankan
syariah disajikan dalam tabel sebagai berikut :
1. Peluang
 Melalui pengembangan pemanfaatan teknologi digital dalam
perbankan syariah yang dapat menigkatkan pertumbuhan
perbankan syariah
 Halal lifestyle yangkian diminati ditahun ini, dapat meningkatkan
minat generasi muda maupun masyarakat terhadap perbankan
syariah.
 Preferensi konsumsi dari generasi milenial dan Gen-Z, yang dapat
meningkatkan pengembangan kunikan produk syariah dengan tetap
menekankan prinsip syariah
 Peluang penguatan kapabilitas sumber daya manusia pada era
perbankan syariah melalui Perguruan tinggi yang sudah banyak
menyediakan program studi manajemen perbankan syariah
maupun ekonomi syariah
2. Tantangan
 Tantangan terhadap penetrasian yang rendah perlunya peningkatan
market share perbankan syariah indonesia melebihi perbankan
konvensional.

10
 Tantangan terhadap kualitas aset dan laba perbankan syariah yang
masih berlanjut dampak dari restrukturisasi dan peningkatan resiko
sektor rill.
 Tantangan peningkatan digitalisasi perbankan syariah melebihi
perbankan konvensional, diamana infrastruktur tekologi, informasi
dan komunikasi diindinesia yang relatif belum merata serta
kapabilitas, literasi dan penggunaan digital pelaku usaha terutama
UMKM yang sangat terbatas.
 Tantangan peningkatan awareness (kesadaran) dan literasi
masyarakat dalam bidang perbankan syariah maupun keuangan
syariah.6

6
https://www.ojk.go.id

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpualan
Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil.Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah
hukum Islam yang bersumber dari Al Aur'an dan Al Hadist. Larangan
terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan
sebagai riba.
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa
menggunakan embel-embel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim
yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis.
Pemimpin perintis usaha ini Ahmad EI Najjar, mengambil bentuk sebuah
bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit
Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967,
dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa dengan Mesir. Di
belahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis Islam
kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic of
Bank (1975), Faisal Islamic of Sudan (1977), Faisal Islamic of Esypt
(1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Di Asia-Pasifik, Philipine
Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di
Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pigrims Savings Corporation yang
bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan
ibadah haji.
Sebenarnya kajian tentang perbankan syariah sudah muncul di
Indonesia sejak tahun 1980-an namun realisasinya berdiri tahun 1991 oleh
Bank Muamalat Indonesia. Bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini
awalnya Memiliki landasan hukum yang lemah UU No.7 Tahun 1992
belum dijelaskan tentang bank syariah, namun setelah terjadi revisi

12
muncul UU No 10 Tahun 1998 dan dengan revisi UU tersebut maka status
bank syariah semakin kuat. Bank Muamalat Indonesia juga sempat
terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 1990-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002
dapat bangkit dan menghasilkan laba. Pada tanggal tanggal 16 Juli 2008
telah diberlakukannya Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, maka perkembangan industry perbankan syariah
nasional semakin memilki landasan hukum yang memadai dan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan
asset lebih dari 6386 per tahun dalam lima tahun terakhir.
Percepatan Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, sampai
saat ini terus didorong oleh otoritas perbankan, yaitu Otoritas Jasa
keuangan menuju industri perbankan syariah yang sehat, berkelanjutan,
dan berkontribusi positif dalam mendukung pembangunan ekonomi yang
berkualitas. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang
mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima
tahun terakhir, peran industri perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional semakin signifikan. Bank syariah di Indonesia
Secara kosisten telah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Kendati belum mencapai 5% seperti yang direncanakan dalam cetak biru
perbankan syariah 2002 untuk dicapai pada tahun 2011, aset bank syariah
terhadap total keselururuhan bank telah ada 4,91% pada desember 2009.
Selanjutnya pada april tahun 2015, pangsa pasar bank syariah terhadap
total bank sempat mengalami penurunan menjadi 4,65% kendati aset
syariah terus meningkat. Perkembangan Bank syariah tahun 2021 dengan
total aset Rp.646,21T per September 2021 dengan pertumbuhan aset
sebesar 12,22%, Market share 6.52% serta total 12 Bank Umum Syariah,
21 unit uaha syariah dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat syariah. Nilai

13
Transaksi digital banking mencapai Rp. 39.841T ditahun 2021 meningkat
46% dan diproyeksikan meningkat 25% ditahun 2022.
Peluang Perbankan syariah pada saat ini yaitu Melalui
pengembangan pemanfaatan teknologi digital dalam perbankan syariah
yang dapat menigkatkan pertumbuhan perbankan syariah. Halal lifestyle
yangkian diminati ditahun ini, dapat meningkatkan minat generasi muda
maupun masyarakat terhadap perbankan syariah, Preferensi konsumsi dari
generasi milenial dan Gen-Z, yang dapat meningkatkan pengembangan
kunikan produk syariah dengan tetap menekankan prinsip syariah dan
lainnya. Tantangan Perbankan Syariah pada saat ini Tantangan terhadap
penetrasian yang rendah perlunya peningkatan market share perbankan
syariah indonesia melebihi perbankan konvensional, tantangan terhadap
kualitas aset dan laba perbankan syariah yang masih berlanjut dampak dari
restrukturisasi dan peningkatan resiko sektor rill, tantangan peningkatan
digitalisasi perbankan syariah melebihi perbankan konvensional, diamana
infrastruktur tekologi, informasi dan komunikasi diindinesia yang relatif
belum merata serta kapabilitas, literasi dan penggunaan digital pelaku
usaha terutama UMKM yang sangat terbatas dan lainnya.

B. Saran
Dalam penulisan materi pembahasan diatas tentunya banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan,oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikan kritikan dan saran yang membangun terhadapa makalah
kami,yang nantinya dapat kami jadi sebagai pembelajaran untuk
kedepannya. Sebelum dan sesudahnya kami haturkan terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

acidiat, I. (2021). Outlook industri jasa keuangan syariah tahun 2022: Peluang dan
tantangan. italic.

Apriyanti, H. w. (2018). Perkembangan industri perbankan syariah diIndonesia: analisis


peluang dan tantangan. italic, 16-23.

Budi santoso, A. T. (2017). Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

dkk, R. Y. (2009). Akuntansi Perbankan syariah teori dan praktik kontenmporer. Jakarta
Selatan: Salemba empat.

https://www.ojk.go.id. (n.d.).

Keuangan. (2016). Roadmap Perbankan Sayariah Indonesia 2015-2019. Jakarta: OJK.

15

Anda mungkin juga menyukai