Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANALISIS LINGKUP USAHA BANK SYARIAH DAN BANK


KONVENSIONAL
”Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Perbankan”
Dosen Pengampu: Djunaedi Abdillah, SH, MH

Disusun oleh:

Kelompok 2 A4PSR

1. Eva Lanitiyu (020) 9. Azzah Hamdani (028)


2. Hana Zarima (021) 10. Rizqi Ardika A (029)
3. Aulia Khayatul A (022) 11. Ika Maulia D (030)
4. Kholifatus Sa’diyah (023) 12. Tika Isna F (031)
5. Syafa’atul Lutfiyah (024) 13. Naela Sakinatun R (032)
6. Rhumaiza Sovia A (025) 14. Fikrotul Munawaroh (033)
7. Raudlotul Jannah (026) 15. Fitriyani Ningrum (034)
8. Maghfiratun Ni’mah (027)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul " Analisis Lingkup Usaha Bank Syariah Dan Bank Konvensional”

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu Aspek Hukum


dalam Perbankan,Bapak Moch Junaidi Abdillah,M.H.yang telah mengarahkan dan
membimbing pembuatan makalah dengan baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang
hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin

Kudus,12 Juni 2022


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Cover .........................................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

Bab II Pembahasan

A. Definsi Bank Syariah Dan Bank Konvensional Serta Aspek Yang


Membedakan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional.............................3
B. Prinsip Yang Digunakan Dalam Operasional Bank Syariah Dan Bank
Konvensional..................................................................................................6
C. Lingkup Kegiatan Usaha Bank Syariah Dan Konvensional..........................10
D. Produk – Produk Yang Dimiliki Bank Syariah Dan Bank Konvensional.....16

Bab III Penutup

A. Kesimpulan....................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di kalangan masyarakat bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian
menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa – jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran. Menghimpun dana yang dilakukan bank yaitu dalam
bentuk simpanan berupa tabungan, deposito, dan giro. Kemudian untuk peyaluran
dana disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Di perbankan juga
terdapat jasa lain seperti penukaran mata uang dan menerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran.
Di Indonesia perbankan berdasarkan prinsip operasionalnya dibedakan
menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank syariah. Kegiatan operasional
perbankan konvensional mendapatkan keuntungan dari selisish bunga simpanan
dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Sedangkan pada kegiatan
operasional perbankan syariah mendapatkan keuntungan dari sistim bagi hasil.
Bunga menjadi instrument yang sangat dilarang dalam praktik bank syariah. Di
bank syariah jasa yang diberikan sesuai dengan prinsip syariah sesuai dengan
hukum islam.
Bank konvensional ataupun bank syariah memiliki persamaan terutama
dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, syarat-syarat umum
memperoleh pembiayaan dan lain sebagainya. Akan tetapi terdapat perbedaan
mendasar di antara keduanya yaitu dalam bank syariah akad yang dilakukan
memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam.
Membandingkan lingkup usaha bank syariah dan bank konvensional di
perlukan untuk mengetahui dan memahami operasional kegiatan bank syariah dan

1
konvensional. Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim,
kegiatan ini diperlukan supaya masyarakat muslim terhindar dari praktik ribawi.

B. Rumusan Masalah
1. Definsi bank syariah dan bank konvensional serta aspek yang membedakan
bank syariah dengan bank konvensional
2. Prinsip yang digunakan dalam operasional bank syariah dan bank
konvensional
3. Bagaimana lingkup kegiatan usaha bank syariah dan konvensional
4. Apa saja produk – produk yang dimiliki bank syariah dan bank
konvensional?

C. Tujuan dan Maksud


1. Memahami bank syariah dan bank konvensional serta mengetahui aspek
yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional
2. Mengetahui prinsip yang digunakan dalam operasional bank syariah dan
bank konvensional
3. Memahami lingkup kegiatan usaha bank syariah dan konvensional
4. Mengetahui produk – produk yang dimiliki bank syariah dan bank
konvensional

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definsi Bank Syariah dan Bank Konvensional Serta Aspek yang
Membedakan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki aktivitas utama


menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, giro, dan deposito dan
menyalurkan Kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan serta
memberikan jasa – jasa lain dalam lalu lintas pembayaran. Jenis bank jika dilihat
dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik jual maupun harga beli
terbagi dalam dua kelompok yaitu bank syariah dan bank konvensional.

A. Bank Yang Berdasarkan Prinsip Konvensional


Bank konvensional adalah suatu jenis lembaga keuangan yang memberikan
jasa, misalnya menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk kredit, dan memperlancar transaksi perdagangan
dengan menggunakan system perhitungan bunga (Interest Forgone).1Bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional menjadi bank yang mayoritas
berkembang di Indonesia. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga
kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan dua metode yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
tabungan, giro, dan deposito. Demikian pula harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu.

1
Moh. Ali Wafa. 2017. Hukum Perbankan dalam Sistem Operasional Bank. KORDINAT Vol. XVI No.
2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3
2. Untuk jasa – jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan
atau menerapkan berbagai biaya – biaya dalam nominal persentase
tertentu. Sistem pengenaan biaya dikenal dengan fee based2
B. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah
Islam, dengan kata lain Bank yang sistem operasinya mengacu pada ketentuan-
ketentuan yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an dan hadits rasul.3 Bank
berdasarkan prinsip syariah sudah lama berkembang di negara – negara timur
tengah, sedangkan di Indonesia bank berdasarkan prinsip syariah belum lama
berkembang. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank
berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha
atau kegiatan perbankan lainnya. 4

Aspek yang Membedakan Bank Syariah dengan Bank Konvensional5

Aspek Bank Syariah Bank konvensional


Sistem Bank Syariah mengikuti Bank Konvensional yang
Operasional landasan dari prinsip-prinsip dimana sistem operasional
syariat Islam dengan dijalankan atas prosedur
memberlakukan Akad yang sah perbankan yang diatur oleh
sesuai prinsip tersebut. Dan Pemerintah melalui lembaga
semua aktivitas yang dilakukan keuangan dan pihak yang
Bank Syariah harus sesuai terkatit dengan hal tersebut,
2
Kasmir.2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Depok: Rajawali Pers
3
sMoh. Ali Wafa. 2017. Hukum Perbankan dalam Sistem Operasional Bank. KORDINAT Vol. XVI
No. 2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
Kasmir.2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Depok: Rajawali Pers
5
https://www.bprshik.co.id/edukasisyariah-singlepost.php?id=5

4
dengan Fatwa yang dikeluarkan selain itu Bank harus tunduk
oleh lembaga MUI yang pada aturan Hukum yang
berdasarkan syariah Islam. berlaku.  
Pelaksanaan operasional Bank
Syariah diawasi juga oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Cara pengelolaan dana nasabah harus bebas menerima dan
pengelolaan sesuai dengan syariat Islam, menyalurkan dana asalkan
dana dengan memberikan pembiayaan menguntungkan dan tidak
hanya kepada kegiatan yang menyalahi aturan
dapat dinilai Halal. Pemerintah yang berlaku.
Orientasi Bank Syariah juga menjalankan Bank Konvensional
Perbankan aktivitas bisnis yang cenderung mengedepankan
mengedepankan kemakmuran, profit oriented.  
kebahagiaan dunia akhirat.  

Pembagian Bank Syariah yang memberikan Bank Konvensional


keuntungan keuntungan sesuai dengan menjalankan binis dengan
kinerja Bank tersebut. Dengan konsep Bunga, sehingga
persentase pembagian Nisbah keuntungan yang diberikan
(Bagi Hasil) yang sesuai produk oleh Bank kepada nasabah
perbankan yang digunakan, tidak berhubungan dengan
masyarakat memperoleh kinerja bisnis perbankan.
keuntungan lebih ketika Bank Ketika pendapatan Bank
Syariah yang digunakan Konvensional meningkat,
mengalami peningkatan nasabah tidak akan
pendapatan dan sebaliknya.   mendapatkan keuntungan
yang meningkat juga dan

5
sebaliknya, sebab hal itu
dibatasi dengan rate Bunga
yang sudah ditetapkan oleh
pihak bank.
Pengawasan Bank Syariah diawasi oleh Bank Konvensional tidak
perbankan Dewan Pengawas yang terdiri memiliki Dewan Pengawas.
dari beberapa ahli ekonomi dan Hanya saja seluruh kegiatan
agama yang mengerti mengenai dan transaksi yang
fiqih muamalah. dilakukan Bank
Konvensional harus
berdasarkan hukum-hukum
yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dan diawasi
OJK

2.2 Prinsip yang Digunakan dalam Operasional Bank Syariah dan Bank
Konvensional
a. Prinsip operasional bank syariah

Berdasarkan konsep operasional Bank Syariah terdiri atas lima sistem


yaitu: (1) Sistem simpanan murni (2) Sistem bagi hasil dalam penyaluran dana
bank syariah. (3) Sistem jual beli dan marjin keuntungan. (4) Sistem sewa (al-
ijarah) (5) Sistem fee (jasa).

Sistem simpanan murni atau al-wadiah merupakan fasilitas yang


diberikan oleh bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang
berkelebihan dan untuk menyimpan dananya di bank. Fasilitas ini bukan tujuan
untuk infestasi.6Simpanan bank syariah ada tiga macam yaitu: Tabungan
Mudharabah, Deposito Mudharabah dan Giro Wadiah.Tabungan mudharabah ini
6
Warkom Sumitro. Asas-asas Perbankan dan Lembaga-lembaga Terkait, h. 81

6
merupakan tabungan pihak ke III selaku sahibul mall dan pihak bank selaku
mudarib. Keuntungan ini dibagi sesuai dengan rasio laba yang telah disepakati
bersama. Deposito mudharabah adalah simpanan pihak ke III di bank dalam mata
uang rupiah atau asing yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh
tempo, sesuai dengan jangka waktunya. Demikian juga prinsip operasionalnya
adalah nasabah bertindak sebagai pemilik modal (sohibul mal), dan bank bertindak
sebagai pengusaha (mudharib). Giro wadiah, adalah merupakan simpanan pihak ke
III kepada Bank yang penarikannya dapat dikatakan sewaktu-waktu dengan
menggunakan cek, bilyet giro atau pemindah bukuan. Sedang prinsip
operasionalnya adalah nasabah sebagai penitip (dalam hal dana) dan bank sebagai
pemegang amanah yang diperbolehkan menggunakan sekaligus
mempertanggungjawabkan menggunakan sekaligus mempertanggung
jawabkannya titipan dana tersebut. 7Sistem bagi hasil, Sistem ini merupakan tata
cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi
antara bank yang dengan penyimpan dana, ini dapat berbentuk mudharabah dan
musyarakah. Musyarakah dalam bank syariah diartikan sebagai suatu perkongsian
antara dua pihak atau lebih dalam suatu proyek, dimana masing-masing pihak
berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab akan segala kerugian yang
terjadi sesuai dengan pernyataan masing-masing.

Bank syariah dalam kegiatan pembiayaan melakukan ketentuan-ketentuan


sebagai berikut Pertama, Pembiayaan dana bank syariah dengan nasabahnya
melakukan kerja sama dengan memberikan dana (sumber dana berasal dari kedua
belah pihak yaitu shahibul mal dan mudharaib). Kedua, Dalam menggunakan dana
pihak shahibul mal (bank) “boleh” ikut serta dalam meminjam mudharib. Ketiga,
Shohibul mal (Bank) “boleh “ saja meminta jaminan, Keempat, Kegiatan
pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah berdasarkan musyarakah berupaL/C
dan Join Financial.8Sistem Jual Beli dan Marjin Keuntungan pengertianya adalah
7
Moh. Assyaf, al-Ahkamul Fiqhiyah fil Mazahibil Islamiyah al-Arba’ah , h. 2
8
Warku Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, 8

7
Sistem ini menerapkan suatu tata cara jual beli dimana pihak bank akan membeli
terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen
dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai bank melakukan pembelian-pembelian
barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang itu kepada nasabah dengan
harga beli ditambah keuntungna.9Sistem sewa dalam bank syariah ada dua : yakni
al iJarah dan al-Ta’jiri. Al-ijarah yaitu merupakan perjanjian swwa yang memberi
kesempatan keapda penyewa untuk memanfaatkan barang yang disewa dengan
imbalan uagn sewa yang sesuai dengan persetujuan, setelah masa sewa berakhir
barang akan di kembalikan kepada si pemilik. Sedangkan al-Ta’jiri adalah suatu
perjanjian kontrak sewa yang sama dengan al-jarah, tetapi setelah masa sewa
berakhir pemilik barang yang disewa kepada penyewa dengan harga yang
disepakati.Sistem Fee (Jasa) Sistem ini adalah sistem kegiatan yang meliputi
seluruh layanan non pembagian yang diberikan bank, bentuk jasa yang
berdasarkan konsep ini yaitu : a. pemberian garansi denan konsep dasar al-kafalah,
yaitu bank dapat membeirkan garansi atau permintaan nasabah untuk menjamin
pelaksanaan proyek pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin, dan
keving inkaso serta c. pemberian transfer.

b. Prinsip operasional bank konvensional

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998, bahwa bank konvensional adalah


bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang prinsipnya
menggunakan dua metode, yaitu:

1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti tabungan,
deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit) yang diberikan berdasarkan
tingkat bunga tertentu.

9
Warku Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, h. 1

8
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapakan
berbagai biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem penetapan biaya ini
disebut fee based.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, konvensional berarti “menurut apa yang
sudah menjadi kebiasaan.” 10
Dengan demikian bank konvensional adalah yang
operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih
dahulu yang menjadi kebiasaan. Bank konvensional merupakan Bank yang paling
banyak beredar di Indonesia. Bank umum mempunyai kegiatan pemberian jasa yang
paling lengkap dan dapat beroperasi diseluruh wilayah Indonesia Dalam praktiknya
memiliki ragam produk tergantung dari status bank yang bersangkutan. Menurut
status bank konvensional dibagi kedalam dua jenis yaitu bank umum devisa dan bank
umum non devisa.Produk-produk yang terdapat dalam perbankan konvensional
berdasarkan prakteknya memiliki ragam produk, tergantung dari status bank yang
bersangkutan dalam memberikan pelayanan yang berbeda. Kegiatan Bank
konvensional secara lengkap meliputi kegiatan:

a) Menghimpun Dana (Funding)

i) Simpanan Giro

ii) Simpanan Tabungan

iii) Simpanan Deposito

b) Menyalurkan Dana (Lending)

i) Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Perdagangan

ii) Kredit Produktif, Kredit Konsumtif, Kredit Profesi

c) Memberikan Jasa-jasa bank lainnya (Services)

i) Kiriman Uang
10
W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 522

9
ii) Bank Card, Bank Garansi, Bank Draft, Kliring,

iii) Letter of Credit

iv) Inkaso, Melayani Pembayaran

v) Cek Wisata, Safe Deposit Box, Bank Notes

vi) Menerima setoran, Bermain didalam pasar modal.11

2.3 Lingkup Kegiatan Usaha Bank Syariah Dan Konvensional

a. Lingkup kegiatan usaha bank syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syari’ah (hukum) Islam. Usaha pembentukan
sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun
meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan
investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram. (misalnya: usaha yang
berkaitan dengan produksi makanan/ minuman haram, usaha media yang tidak
islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan
konvensional.

Bank syariah beroperasi tidak dengan menerapkan metode bunga, melainkan


dengan metode bagi hasil dan penentuan biaya yang sesuai dengan syariah
Islam,dengan berlandaskan pada hukum perbankan syari’ah yakni:

a. Urgensi Undang Undang Perbankan Syari’ah

b. Hierarki Hukum Nasional

c. Perbankan Syari’ah dalam UUD

d. Perbankan Syari’ah dalamm UU

e. Perbankan Syari’ah dalam Peraturan Pemerintah


11
Kasmir, Dasar- Dasar Perbankan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 31-37

10
f. Perbankan Syari’ah dalam Peraturan Bank Indonesia

g. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).12

Sedangkan dari sisi kelembagaan, perbankan syariah terdiri dari BUS, BPRS
dan UUS. “BUS adalah bank syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran” (pasal 1 angka 8 Undang-Undang Perbankan
Syariah). UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank kovensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, atau uit kerja di kantor cabang
dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanankan
kegiatan usaha secara kovensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syari’ah atau unit syari’ah. Sedangkan “BPRS adalah
bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran” (Pasal 1 angka 9 UU Perbankan Syariah). Jadi kalau BUS dan
UUS dapat melakukan lalu lintas pembayaran maka BPRS tidak dapat
melakukannya.13

Tujuan perbankan Syariah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 UU


Perbankan syariah bertujuan untuk “menunjang pelaksanaan pembangunnan
nsional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan
keadilan rakyat. Menurut Zubairi Hasan, sebagaimana yang tertera dalam
Pasal 22 UU Perbankan Syari’ah, bahwa kegiatan yang sesuai degan prinsip
syari’ah adalah kegiatan yang tidak mengandung unsur:

1. Riba, penambahan pendapatan secara tidak sah. Dalam kaitan ini


menurut Abdurrahman Al-Jaziri seperti dikutip oleh Hendi Suhenndi,
bahwa yang dimaksud dengan riba ialah akad yang terjadi penukaran

12
Edi Wibowo dan Untung Hendi Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia,
2005), h. 21.
13
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari’ah (Jakarta: Raja wali Press, 2009), h. 29.

11
tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut syara atau terlambat
salah satunya.14
2. Maisir, transaksi yang digantungkan pada ketiidakjelasan atau untung-
untungan
3. Gharar, trasaksi yang objeknya tidak jelas
4. Haram, transaksi yang objeknya dilarang syariah
5. Zalim, transaksi yang meimbulkan ketidakadilan.15

Sedangkan struktur dalam perbankan syari’ah adalah:

1. Bank Indonesia
2. Pemegang Saham Pengendali
3. Dewan Komisaris dan Direksi
4. Dewan Pengawas Syari’ah
5. MUI dan Koite Perbankan Syari’ah

Selain itu karakteristik dari perbankan syari’ah adalah memiliki beberapa


karakter tertentu, yaitu:

1. Requitment to operate through Islamic modes of financing.


2. Bank syariah tidak menjadikan uang sebagai komoditi.
3. Dalam hal bank mengalami kerugian, nasabah menyimpan dana
mungkin kehilangan dananya, menurut perbandingan pembagian laba
rugi.
4. Metode bunga digantikan dengan metode bagi hasil (profit and loss
sharing).16

14
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 58
15
Zubairi Hasan, op.cit., h. 31-32
16
Luca Errico dan Mitra Farakh Baksh, Islamic Banking: Issuesnin Prudential Regulations and
Supervision (International Monetary Fund Working Paper, WP/98/30, 1998), h. 6

12
5. Beban biaya atas pelayanan bank syari’ah disepakati bersama pada
saat akad peminjaman atau pembiayaan, dinyatakan dalam bentuk
nominaldengan istilah sesuai dengan produk yang ditawarkan.17
6. Dihindarkannya penggunaan presentase atas peminjaman kredit dalam
menentukan biaya utang karena akan mengikat dan membebani sisa
utang walaupun masa berlakunya kontrak telah selesai.
7. Proporsi bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan usaha yang
diperoleh debitur
8. Bank syariah tidak menjanjikan jumlah keuntungan yang pasti kepada
nasabah penyimpan dana yang menyimpan dananya dalam giro
wadi’ah maupun tabungan deposito/mu ārabah.
9. Prinsip penjaminan collateral tidak dominan dalam pemberian kredit
di bank syariah.18

Perkembangan produk-produk yang terdapat pada perbankan syari’ah, sangat


beragam dan bervariasi, sesuai dengan teori perbankan Islam. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa segi, yaitu:

1) Penyerapan Dana: (1) Prinsip Wadi’ah, dan (2) prinsip Mu ārabah.19

2) Pelayanan Jasa-Jasa: Bank garansi dengan prinsip kafalah

3) Penyaluran dana: (1) Pembiayaan untuk berbagai kegiatan investasi


berdasarkan bagi hasil; dan (2) Pembiayaan untuk berbagai kegiatan
perdagangan.20

b. Lingkup kegiatan usaha bank umum / konvensional

17
Luca Errico dan Mitra Farakh Baksh, loc.cit., h. 6.
18
Juli Irmayanto, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Media Ekonomi Publishing FE
Universitas Trisakti, 1998), h. 61.
19
Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 168
20
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,(Jakarta: Alfabet,
1999), h. 198.

13
Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank
disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat.

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara


konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan usaha yang dapat
dilaksanakan oleh Bank Umum:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa


giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:Surat-surat wesel termasuk
wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih
lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
 Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan
surat-surat dimaksud.
 Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
 Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
 Obligasi.
 Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.
 Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan satu (1) tahun

14
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat.
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu Bank Umum dapat pula:

 Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan


yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

15
 Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
dan
 Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku.21
3. Produk – Produk Yang Dimiliki Bank Syariah Dan Bank
Konvensional
a) Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk pada bank syariah
dikelompokkan menjadi produk penghimpunan dana (funding), produk
penyaluran dana (financing), serta produk jasa.
1. Produk Penghimpunan Dana (funding)
Produk penghimpunan dana (funding) merupakan fasilitas yang
diberikan oleh bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak-
pihak yang memiliki kelebihan dana untuk menyimpan dananya di bank
syariah dengan menggunakan pilihan prinsip yang telah disediakan oleh
bank syariah dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Dalam
produk penghimpunan dana pada bank syariah terdapat 2 pilihan akad atau
prinsip, yaitu prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah.
a. Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah atau titipan adalah prinsip dimana pihak pertama
yaitu nasabah menitipkan dana atau benda kepada pihak kedua
yaitu bank syariah selaku penerima titipan dengan konsekuensi
bahwa barang titipan tersebut dapat diambil kembali sewaktu-
21
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/pages/Bank-Umum.aspx diakses pada tanggal 11 Juni
2022

16
waktu, dimana pihak nasabah yang menitipkan dana atau benda
dapat dikenakan biaya penitipan. Prinsip wadi’ah ini
dikembangkan dalam bentuk : 1) Giro (Current Account) 2)
Tabungan Berjangka (Saving Account)
b. Prinsip Mudharabah
Prinsip Mudharabah dalam produk penghimpunan dana adalah
suatu perjanjian antara dua pihak, dimana pihak pertama atau
nasabah berperan sebagai pemilik dana/shahibul maal dan pihak
kedua atau bank syariah berperan sebagai pengelola
dana/mudharib, dalam prinsip ini bank syariah mengelola suatu
kegiatan atau usaha dengan syarat bahwa keuntungan yang
dihasilkan akan dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dan apabila terjadi kerugian
yang bukan disebabkan kecurangan atau tindakan dari pihak
pengelola dana maka kerugian seutuhnya ditanggung oleh pemilik
modal.
2. Produk Penyaluran Dana (financing)
Dalam produk penyaluran dana pada bank syariah terdapat tiga pilihan
prinsip yang meliputi : prinsip jual beli merupakan transaksi
pembiayaan/penyaluran dana yang bertujuan untuk memiliki barang.
Prinsip sewa merupakan transaksi pembiayaan/penyaluran dana yang
bertujuan untuk mendapatkan jasa. Dan prinsip bagi hasil merupakan
transaksi pembiayaan/penyaluran dana yang bertujuan untuk usaha kerja
sama (syirkah).
a. Prinsip Jual Beli Dalam prinsip jual beli dikembangkan kedalam 3
bentuk pembiayaan, yaitu murabahah, salam dan ishtisna. Mekanisme
jual beli merupakan upaya yang dilakukan untuk pengalihan properti
dimana tingkat keuntungan untuk bank ditentukan di awal dan menjadi
harga jual barang.

17
3. Produk Jasa
Dalam produk jasa pada bank syariah dikembangkan dalam beberapa jenis
akad yang meliputi, al-hiwalah (pengalihan utangpiutang), ar-rahn (gadai),
al-wakalah, al-kafalah (bank garansi), qardh (pinjaman kebaikan) dan
sharf.
a. Al- Hiwalah (pengalihan utang-piutang) Akad Al- Hiwalah merupakan
transaksi pengalihan utang dari pihak yang berhutang kepada pihak
lain yang wajib menanggung atau membayarnya. Biasanya dilakukan
oleh bank syariah dengan tujuan untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai supaya dapat melanjutkan kegiatan
produksinya. Dalam melakukan akad ini bank syariah akan
mendapatkan biaya ganti atau fee.
b. Rahn (Gadai) Akad rahn atau gadai merupakan menahan salah satu
harta nasabah pembiayaan dengan tujuan untuk memberikan jaminan
kepada bank syariah atas pembiayaan yang telah diberikan. Atau dapat
diartikan sebagai jaminan pembayaran kembali atas pembiayaan yang
diberikan oleh Bank. Dimana barang yang digadaikan harus memenuhi
syarat dan kriteria.
c. Wakalah
Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan. Dalam akad
wakalah ini bertujuan untuk mewakilkan dimana pihak pertama yaitu
nasabah memberikan kuasa kepada pihak kedua yaitu bank syariah
untuk mewakilkan dirinya dalam hal melaksanakan pekerjaan jasa
tertentu. Contohnya jasa transfer.
d. Qardh (Pinjaman kebaikan)
Akad pinjaman kebaikan (Qardh). Akad Qardh ini bertujuan untuk
membantu nasabah dalam hal keuangan secara cepat serta berjangka
waktu pendek. Akad Al-Qardh juga diperuntukkan bagi usaha kecil

18
dan keperluan sosial. Sumber dana qardh yang diberikan pada nasabah
berasal dari dana Zakat, Infaq, dan Shadakah.
e. Kafalah (Bank garansi)
Akad Kafalah dapat diartikan sebagai penjamin atau menjamin,
dimana dalam akad ini pihak pertama bersedia menjadi penanggung
atau penjamin atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sesuai
dengan perjanjian, pihak pertama akan mendapatkan imbalan berupa
fee atau komisi atas jasa yang dilakukan.
f. Sharf Akad
sharf yaitu jual beli mata uang asing. Pertukaran atau jual beli mata
uang yang berbeda dengan sistem penyerahan spot atau segera dan
sesuai dengan kesepakatan harga disesuaikan dengan harga pasar saat
dilakukannya pertukaran.22
b) Produk bank konvensional
1. Produk Dana (Bank menghimpun dana)
Produk dana bank antara lain berupa:
a. Tabungan Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
syarat tertentu melalui buku tabungan dan kartu ATM.
b. Giro Simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang
setiap saat dapat ditarik dengan menggunakan cek dan bilyet giro.
c. Deposito Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank.
d. Sertifikat deposito Deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu
tertentu, biasanya 2, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Deposito ini berbentuk
sertifikat dan dapat diperjual belikan atau dipindah tangankan kepada
pihak lain.

22
Iain tulungagung. Produk produk bank sayariah. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18317/5/BAB
%20I.pdf

19
2. Produk Kredit (Bank menyalurkan dana) Produk kredit bank antara lain
berbentuk:
a. Kredit Modal Kerja Kredit dari bank yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja jangka pendek nasabah seperti
kebutuhan aktiva lancar.
b. Kredit Investasi Kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah berupa
aktiva tetap.
c. Kredit Konsumsi (Kredit Multiguna) Kredit yang digunakan dalam
rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan
sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah. Wujudnya
berupa pembelian mobil, rumah, dan barang konsumsi lain.
3. Produk Jasa Layanan Bentuk produk jasa bank yang saat ini ada antara
lain
a. Pengiriman Uang (Transfer)
Pengiriman sejumlah uang atau valuta asing oleh bank atas
nasabah yang ditujukan pada pihak lain, dilain tempat.
b. Letter of Credits
Salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian
barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli
sejak LC dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai
perjanjian.
c. Bank Garansi (Bank Guarantee)
Jasa yang diberikan oleh bank berupa jaminan pembayaran
sejumlah tertentu uang yang akan diberikan kepada pihak yang
menerima jaminan, hanya apabila pihak yang dijamin melakukan
cidera janji.
d. Kliring dan Inkaso

20
Kliring antar bank adalah pertukaran warkat antar bank baik
atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu. Warkat (data keuangan elektonik)
yang dimaksud tersebut merupakan alat pembayaran bukan tunai yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain yang
berlaku dan yang lazim dilaksanakan dalam transaksi pembayaran.
Sedangkan Inkaso adalah bank dengan permintaan nasabah melakukan
akseptasi kepada pihak tertagih ditempat lain atas surat berharga.
e. Kartu Plastik
Alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi
keuangan. Perkembangan penggunaan kartu plastik dalam berbagai
bentuknya menunjukkan bahwa alat ini tidak hanya digunakan sebagai
alat pembayaran tetapi juga untuk tujuan lain seperti penarikan uang
tunai.
f. Money Changer
Fasilitas jasa penukaran uang yang diberikan oleh bank dengan
mata uang dari berbagai Negara.
g. Treveller’s Check
Cek yang dapat dipergunakan untuk teransaksi ataupun dibeli
dan ditukarkan kembali dalam mata uang yang dikehendaki nasabah
selama di dalam perjalanan.
h. Telebanking
Produk perbankan langsung ditujukan untuk setiap klien yang
ingin secara sederhana dan aman untuk mengelola keuangan mereka
melalui telepon. Klien dapat menggunakan produk ini sebagai
pelengkap yang nyaman dengan internet produk perbankan.
i. Kustodian

21
Lembaga keuangan yang bertanggung jawab untuk menjaga
perusahaan atau individu aset keuangan. Peran seorang penjaga dalam
kasus seperti itu yaitu untuk terus dalam penyimpanan aset seperti
saham dan obligasi, mengatur penyelesaian dari setiap pembelian dan
penjualan sekuritas tersebut.

j. Wali Amanat
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum untuk
mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan
perjanjian antara bank umum dengan emiten surat berharga yang
bersangkutan. Dalam kegiatan ini jasa yang diberikan bank lebih
berupa jasa administratif yaitu penyediaan sumber daya manusia yang
mewakili kepentingan pemegang surat berharga.
k. Standing Order
Sebuah instruksi (bankir perintah) dari nasabah kepada bank
mereka untuk membayar jumlah yang ditetapkan secara berkala ke
account lain. Mereka biasanya digunakan untuk membayar sewa,
hipotek atau pembayaran berkala tetap lainnya.
l. Safe Deposit Box Jasa
layanan penyewaan kotak penyimpanan surat-surat berharga
atau harta milik nasabah. Box tersebut aman dari pencurian dan
kebakaran karena terbuat dari baja. Kepada nasabah penyewa box
dikenakan biaya sewa yang besarnya tergantung dari ukuran box serta
jangka waktu penyewaan.23

23
Anantanovi.BAB 5 aktivitas dan produk bank. Jurnal bank dan lembaga keuangan lain. staffnew.uny

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank merupakan suatu Lembaga keuangan yang memiliki aktivitas utama
yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan Kembali
kepada masyarakat serta memberikan jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran. Bank syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan
dalam beberapa aspek diantaranya yaitu system operasi, pembagian
keuntungan, system pengawasan, orientasi perbankan, dan system
pengelolaan dana.

23
Bank syariah beroperasi tidak dengan menerapkan metode bunga,
melainkan dengan metode bagi hasil dan penentuan biaya yang sesuai
dengan syariah Islam sedangkan pada bank konvensional menerapkan
bunga untuk menghasilkan keuntungan. Baik bank syariah maupun bank
konvensional memiliki lingkup usaha utama yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat namun pada bank syariah disertai
dengan akad yang sesuai dengan prinsip islam.

DAFTAR PUSTAKA
Moh. Wafa Ali. 2017. Hukum Perbankan dalam Sistem Operasional Bank. KORDINAT Vol. XVI No.
2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sumitro Warkom. Asas-asas Perbankan dan Lembaga-lembaga Terkait, h. 81
Moh. Assyaf, al-Ahkamul Fiqhiyah fil Mazahibil Islamiyah al-Arba’ah , h. 2
Sumitro Warkom, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, 8
W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 522
Kasmir, Dasar- Dasar Perbankan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 31-37
Wibowo Edi dan Untung Hendi Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia,
2005), h. 21.

24
Hasan Zubairi, Undang-Undang Perbankan Syari’ah (Jakarta: Raja wali Press, 2009), h. 29.
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 58
Hasan Zubairi, op.cit., h. 31-32
Errico Luka dan Mitra Farakh Baksh, Islamic Banking: Issuesnin Prudential Regulations and Supervision
(International Monetary Fund Working Paper, WP/98/30, 1998), h. 6
Irmayanto Juli, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Media Ekonomi Publishing FE
Universitas Trisakti, 1998), h. 61.
Antonio Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 168
Arifin Zainul, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,(Jakarta: Alfabet,
1999), h. 198.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/pages/Bank-Umum.aspx diakses pada tanggal 11 Juni
2022
Anantanovi.BAB 5 aktivitas dan produk bank. Jurnal bank dan lembaga keuangan lain. staffnew.uny

25

Anda mungkin juga menyukai