Disusun oleh:
KELOMPOK I
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Aspek Hukum Bank Islam dengan
judul Implementasi Prudential Banking Principles (Prinsip Kehati-hatian)
Dalam Bank Syariah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami sepenuhnya sadar bahwa masih banyak kekurangan
baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah kami ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Implementasi
Prudential Banking Principles (Prinsip Kehati-hatian) Dalam Bank Syariah
ini dapat memberikan manfaat maupun menambah wawasan pengetahuan
terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bank Syariah dan Prinsip Pengelolaan Bank Syariah .................. 3
B. Pengaturan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Banking
Principles) Bank Syariah .............................................................. 5
C. Implementasi Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Banking
Principles) Pada Kegiatan Operasional Bank Syariah .................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah suatu yang dianggap penting oleh masyarakat, karena mereka
dipercaya mampu menjaga dan memberikan keuntungan bagi masyarakat.
Demikian tersebut menjadikan bank merasa memiliki nilai positif baik dari
kalangan masyarakat kelas atas maupun kelas bawah. Bank harus bisa menjaga
kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan prinsip
kehati-hatian, semua itu telah termaktub dalam aspek UU Pasal 2 No. Tahun
19981 sebagai sarana perlindungan pada nasabah. Bank mempunyai tanggung
jawab besar dalam menghimpun dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
pada masyarakat dalam bentuk kredit. Beberapa dana masyarakat disimpan di
bank dalam bentuk giro2, deposito3, tabungan4, dan masih banyak lagi.
Prakteknya penyaluran dana perbankan sebagai contohpemberian kredit
memiliki resiko tinggi, apabila terdapat kelalaian dalam pengelolaannya akan
memberikan dampak negatif bagi bank itu serta dampak berkelanjutan bidang
lain.Hal tersebut menjadikan pelaku bisnis perbankan untukmeningkatkan
komitmen dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian. Saat dilandanya krisis
moneter pada tahun pertengahan 1997 Bank-bank yang ada itu antara lain 5: De
javasce naamloze Vennotschap; De post poar Bank; Hulp en Spaar Bank; De
Algemenevolks Crediet Bank; Nederland Handles Maatscappi (NHM); Nationale
1
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasakan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. (UU Pasal 2 Bab II No. 7 Tahun 1992).
2
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
(UU Pasal 1 Bab I No. 7 Tahun 1992).
3
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank. (UU Pasal 1 Bab I No. 7 Tahun
1992).
4
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. (UU Pasal 1 Bab I No. 7 Tahun 1992)
5
Zainal Asikin, 2016, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Kencana), Hlm.5.
1
2
Handles Bank (NHB); dsb. Disamping itu, terdapat pula bank-bank milik orang
lndonesia dan orang-orang asing seperti dari tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-
bank tersebut antara lain :NV. Nederlandsche Indische Spaar En Deposito Bank;
Bank National Indonesia; NV Bank Boemi; The Chartered Bank of India,
Australia and China; Hongkong & Shanghai Banking Corporation; The
Yokohama Species Bank; The matsui Bank; The Bank of China; Batavia Bank;
dsb. Hal megerutkan dahi para pelaku bisnis bank yang ditinggalkan oleh para
nasabahnya karena lemahnya komitmen dalam melaksanakan prinsip kehati-
hatian. Setelah kejadian tersebut, dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 dengan
mengakomodasi perbankan syariah dengan ketentuan sesuai syariah Islam dengan
akad-akad syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Lalu bagaimana
implementasi prinsip kehati-hatian dalam perbankan syariah?
Berdasarkan uraian diatas, pemakalah akan berusaha menyajikan bagaimana
penerapan prinsip kehati-hatian dalam Bank Syariah. Untuk kemudian diharapkan
makalah ini dapat menjadi referensi atau sebagai bahan analisis lanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bank Syariah dan apa saja prinsip pengelolaan Bank Syariah?
2. Bagaimana Pengaturan Prudential Banking Principles pada Bank Syariah?
3. Bagaimana implementasi Prudential Banking Principles dalam sistem
perbankan syariah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Bank Syariah dan produk dari Bank Syariah.
2. Agar mengetahui bagaimana Pengaturan Prudential Banking Principles pada
Bank Syariah.
3. Diharapkan dapat mengetahui bagaimana implementasi Prudential Banking
Principles dalam sistem perbankan syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
6
UU Pasal 6 Butir M No. 10 Tahun 1998 Bagian Kedua (Usaha Bank Umum)
7
UU 21 Tahun 2008
8
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. (UU Pasal 1 No. 21 Tahun 2008)
9
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (UU Pasal 1 No. 21 Tahun 2008)
3
4
10
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit (Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis),
Hlm.139
11
Toto Octaviano Dendhana, 2013, Penerapan Prudental Banking Principles Dalam
Upaya Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana, Penerapan et Societatis Vol.
I/No.I/Jan-Mrt/2013 (Jurnal Online)
5
12
Abdul Ghofur Anshori, 2010, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Analisis
Konsep UU No. 21 Tahun 2008), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Hlm.18.
13
Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit (Suatu Tinjauan di Bidang
Yuridis), Jakarta: PT Rineka Cipta, Hlm.46.
6
Sesuai dengan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 mengenai asas, tujuan, fungsi
perbankan sayariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasakan prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian ditegaskan lagi pada Pasal
35 bab Tata kelola, prinsip kehati-hatian, dan pengelolaan risiko bank.14
Pasal 35
(1) Bank Syariah dan UUS dalam melakukan kegiatan usahanya wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian.
(2) Bank Syariah dan UUS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
laporan keuangan berupa neraca tahunan dan perhitungan laba rugi
tahunan serta penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi
syariah yang berlaku umum, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu
dan bentuk yang diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
(3) Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib terlebih dahulu diaudit oleh kantor akuntan publik.
(4) Bank Indonesia dapat menetapkan pengecualian terhadap kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
(5) Bank Syariah wajib mengumumkan neraca dan laporan laba rugi kepada
publik dalam waktu dan bentuk yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
Hubungan bank dan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kontraktual
antara debitur dan kreditur yang dilandasi prinsip kehati-hatian.15 Pengertian
mengenai prinsip kehati-hatian ini, yang dapat kita ketemui dalam Black Law
Dictionary, yaitu:
Prudence is carefulness, precaution attentiveness and good judgement as
applied to action or conduct, that degree of care required by the exigencies
or circumstances under which it is to be exercised.
Terdapat analisis mengenai kelayakan suatu pembiayaan antara lain
menggunakan The 5’C principles, yang terdiri dari character, capacity, capital,
condition of economy, dan collateral. Adanya prinsip 5 C yang akan diberikan
kepada nasabah, maka bank secara otomatis telah melaksanakan prinsip kehati-
hatian. Penjelasan mengenai prinsip 5 C, yaitu:
14
UU No. 21 Tahun 2008
15
Toto Octaviano Dendhana, 2013, Penerapan Prudental Banking Principles Dalam
Upaya perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana
7
dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agarsesuai dengan
prinsip syariah dalam Bank Indonesia.17
Pada dasarnya prinsip kehati-hatian sudah termuat dalam hukum Islam.
Dalam al-Quran, dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam, sebagai hukum
absolut yang tidak dapat di tawar. Sebagaimana penjelasan dari QS. al-Maidaah
ayat 49, yang berbunyi:
ِ وك َع ْن بَ ْع
ض َما أَنْ َزَل َ ُاح َذ ْرُه ْم أَ ْن يَ ْفتِن اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم ِِبَا أَنْ َزَل ه
ْ اَّللُ َوال تَتهبِ ْع أ َْه َواءَ ُه ْم َو ْ َوأَن
ِ
ِ ض ذُنُوِبِِ ْم َوإِ هن َكثِ ًريا ِم َن الن
هاس ِ اَّلل أَ ْن ي
ِ صيبَ ُه ْم بِبَ ْع ُ ُيد ه ْ َك فَِإ ْن تَ َولهْوا ف
ُ اعلَ ْم أَهَّنَا يُِر َ اَّللُ إِلَْي
ه
)٩٤ :اس ُقو َن (املائدة ِ لََف
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan
Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-
Maidaah: 49).18
Atas dasar dalil diatas, maka prinsip kehati-hatian dalam Bank Syariah tidak akan
memiliki resiko yang sifatnya merugikan. Karena kebenaran dari dalil al-Quran,
Hadist, Ijma’ (ijtihad), Fatwa sahabat Rasul, Qiyas, Istihsan, Urf (tradisi) sangat
mendukung adanya Perbankan Syariah di Indonesia untuk mendapatkan
kepercayaan masyarakat yang kuat sebagai Lembaga Penghimpun Simpanan atau
pembiayaan-pembiayaan yang beretika Islam atau berprinsip syariah dengan
kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Riba; penambahan pendapat secara tidak sah (batil) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan
waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang
mempersyaratakan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang
diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalan waktu (nasi’ah)
17
Mulhadi, 2005, Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle) dalam Kerangka
UU Perbankan di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, USU Repository 2006.
18
Al-Quran, QS. Al-Maidaah ayat 49
9
2. Maisir; transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungnya.
3. Ghafar; transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan,
kecuali diatur lain dalam syariah.
4. Haram; transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah
5. Zalim; transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.19
19
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Hlm. 135
20
Rachmadi Usman, 2014, Aspek Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika,
Hlm. 145
10
b. Restrukturisasi Pembiayaan
Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank syariah dan
UUS dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 sebagaimana telah
diubah dengan peraturan Bank Indonesia nomor 13/9/PBI/2011, Bank Indonesia
21
Ibid, Hlm. 169-173
11
kepada Bank Indonesia laporan keuangan berupa neraca tahunan dan perhitungan
laba rugi tahunan serta penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi
syariah yang berlaku umum, serta laporan berkala lainnya, yang sebelumnya
wajib terlebih dahulu diaudit oleh kantor publik.
Bank Indonesia menetapkan bahwa bank umum diwajibkan untuk
mengumumkan laporan keuangan publikasi secara tiwulanan, yang disajikan
dalam mata uang rupiah dan sekurang-kurangnya mencangkup:23
a. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan
perubahan ekuitas.
b. Komitmen dan kontijensi.
c. Jumlah penyediaan dana kepada pihak terkait.
d. Kualitas aktiva produktif, kredit properti, dan kredit direstrukturisasi.
e. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk dibandingkan
dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
f. Presentase pelanggaran dan pelampauan BMPK.
g. Perhitungan KPMM.
h. Transaksi Spot dan transaksi derivatif.
i. Rasio PDN.
j. Beberapa rasio keuangan bank.
k. Aktiva bank yang dijaminkan.
l. Kredit usaha kecil.
m. Informasi lain yang meliputu komposisi pemegang saham dan susunan
pengurus.
Sebagai bukti, bank umum diwajibkan menyampaikan kepada Bank Indonesia
fotokopi atau guntingan surat kabar yang memuat laporan keuangan publikasi
triwulanan dan disket yang berisi laporan keuangan publikasi triwulanan,
selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak tanggal pengumuman di surat kabar. Di
samping itu, Bank Indonesia juga mengumumkan laporan keuangan publikasi
triwulanan yang disampaikan oleh bank umum pada home page Bank Indonesia.
23
Ibid, Hlm. 224-227.
14
24
Ibid, Hlm. 228-229.
BAB III
PENUTUP
25
UU No. 21 Tahun 2008
15
DAFTAR PUSTAKA
16