Anda di halaman 1dari 25

AUDIT LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDIT

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Audit

Disusun Oleh :

Muhammad Musleh 202100152


Eni Mayan Fauni 202100146
Maryam Soleha 202200287
Yuni Mustika Sari 212100229
Miftakhul Huda 162200151
M.Wahid Muzadi 202200289

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………........... iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………..…………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………..…….………………….………...….…. 2
C. Tujuan Penulisan……………………………...………………...……….. 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara Akuntansi dengan Pengauditan…...........….…...... 3


B. Asumsi yang mendasari pengauditan : Data Laporan Keuangan bisa di
Verifikasi ………………...........................................................…........ 5
C. Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya kebututuhan akan pengauditan
………………………………………………………………..6
D. Manfaat Ekonomis Suatu Audit ………………………………………….7
E. Keterbatasan Audit ………………………………………………………..8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………….............................22

DAFTAR PUSTAKA …………………….………..……………..................... 23


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Nikmat, dan Karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah  yang berjudul “ Audit Laporan Keuangan dan Laporan Audit “
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang mengikutinya sampai
hari kiamat.
Makalah ini terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak dalam
menyelesaikan hambatan-hambatan selama mengerjakan makalah ini. Maka dari itu,
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  semua pihak,
khususnya teman-teman semua yang telah  membantu dalam menyusun makalah ini.
Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas kepada kita
semua selaku mahasiswa. Kami menyadari masih banyak kekurangan  yang
mendasar. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami selaku penyusun makalah memohon maaf yang sebesar-
besarnya bila ada kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 10 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Audit laporan keuangan adalah penilaian atas suatu perusahaan atau badan
hukum lainnya (termasuk pemerintah) sehingga dapat dihasilkan pendapat yang
independen tentang laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap dan disajikan
secara wajar. Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi pihak
internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit memiliki keterbatasan
tertentu dan beberapa penyimpangan dari standar laporan audit, dan auditor harus
mengetahui semuanya.

Masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan pengguna laporan


keuangan (pengambil keputusan ekonomi) dihadapkan kepada informasi yang
semakin tidak bisa dipercaya. Agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang
berbeda (yang sebagian di antaranya merupakan pihak diluar manajemen), maka
laporan keuangan harus disusun berdasarkan Kerangka Laporan Keuangan yang
Berlaku. Para pengguna laporan keuangan kadang-kadang meragukan kewajaran
informasi yang tertuang dalam laporan keuangan yang disusun manajemen karna
berbagai hal.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah tentang
“Audit Laporan Keuangan” agar nantinya mahasiswa yang telah memperlajari mata
kuliah audit setidaknya dapat memahami dan menyatakan pendapat atas kewajaran
laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
B. Rumusan Masalah

Mengacu kepada hal-hal di atas yang melatar belakangi pembuatan makalah


ini, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut:

1.Jelaskan secara rinci bagaimana latar belakang pengauditan laporan


keuangan?

2. Siapa pihak – pihak yang berinteraksi secara profesional dengan auditor?

3. Bagaimana isi dan struktur Standar profesional akuntan publik yang berlaku
saat ini?

C. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui bagaimana latar belakang pengauditan laporan keuangan.

2. Untuk mengetahui siapa pihak – pihak yang berinteraksi secara profesional


dengan auditor.

3. Untuk mengetahui bagaimana isi dan struktur Standar Profesional Akuntan


Publik yang berlaku saat ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara Akuntansi dan Pengauditan


Banyak pemakai laporan keuangan dan masyarakat awam pada umumnya,
rancu tentang hubungan antara auditing dengan akuntansi. Ada yang mengatakan
bahwa auditing adalah cabang dari akuntansi, karena orang yang melakukan auditing
pasti harus ahli dibidang akuntansi. Ada pula yang mengatakan bahwa pengauditan
adalah pemeriksaan atas catatan akuntansi, sehingga pengauditan di artikan sebagai
pemeriksaan akuntansi.

Sebenarnya segala macam informasi yang bisa dikuantifikasi dan bisa di


verifikasi akan bisa diaudit, sepanjang terdapat kesepakatan antara auditor dengan
pihak diaudit mengenai kriteria yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menyatakan tingkat kepatuhan (kesesuaian). Sebagai contoh, audior bisa diminta
untuk mengaudit keefektivan sebuah perusahaan penerbangan. Kriteria yang biasa
disepakati untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan itu bisa berupa kecepatan,
akselerasi, keceptana jelejah pada keetinggian tertentu, dan sebagiannya. Kriteria –
kriteria tersebut bukan merupakan data akuntansi.

Namun dalam sebagian besar audit, lebih-lebih dalam audit laporan keuangan,
terdapat hubungan yang erat dan banyak melibatkan data akuntansi. Sebagaimana
diketahui akuntansi didefisinikan sebagai proses mengindentifikasi, mengukur, dan
mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pelaporan keuangan yang merupakan tahap pengkomunikasian dalam akuntansi
adalah penyampaian informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan, meski pun
konsep laporan keuangan tidak terbatas hanya pada keuangan.

Gambar/Tabel dibawah ini menunjukan adanya (mencatat, mengelompokan,


dan meringkas transaksi dalam bentuk laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku) berbeda dengan proses auditing
(mendapatkan dan mengevaluasi bukti untuk menghasilkan bahwa laporan keuangan
telat disusun sesuai dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku).

Gambar/Tabel HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DENGAN AUDITING

PELAPORAN KEUANGAN

AKUNTANSI AUDITING

Berlandaskan Standar Kerangka Berlandaskan Standar Auditng

Pelaporan Keuangan Tanggungjawab Auditor

Tanggungjawab Manajemen
Menganalisis kejadian Mendapatkan dan mengevaluasi
bukti tentang laporan keuangan
dan transaksi

Mengukur dan mencatat Memeriksa bahwa laporan


keuangan telah di susun sesuai
Data transaksi dengan kerangka pelaporan keuanga
yang berlaku

Mengelompokan dan meringkas


data Menyatakan pendapat(opini) dalam
laporan auditor

Menyusun laporan keuangan sesuai Menyerahkan laporan


dengan kerangka pelaporan
kepada klien
keuangan yang berlaku

Mendistribusikan laporan keuangan


dan laporan auditor kepada para
pemegang saham dalam laporan
keuangan tahunan

B. Asumsi yang Mendasari Pengauditan: Data Laporan Keuangan Bisa


Diverifikasi

Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa


diverifikasi. Data dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang
memiliki kualifikasi tertentu, masing-masing melakukan pemeriksaan secara
independen atas data tertentu, dan dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh
kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya. Masalah bisa tidak nya data
diverifikasi terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan
sesuai dengan audit yang dilakukan.

Data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksa membuktikan tanpa keraguan


bahwa data benar atau salah. Hal itu tidak berlaku dalam akuntansi dan pengauditan.
Auditor hanya membutuhkan dasar yang memadai untuk menyatakan suatu pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan. Dalam pengauditan laporan, auditor harus yakin
bahwa asersi-asersi individual bisa diverifikasi (atau bisa diperiksa) dan
dimungkinkan untuk mencapai suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai
keseluruhan dengan memeriksa akun-akun yang membentuk laporan.

C. Kondisi - Kondisi yang Menyebabkan Timbulnya Kebutuhan akan


Pengauditan

Masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan pengguna laporan


keuangan (pengambil keputusan ekonomi) dihadapkan kepada informasi yang
semakin tidak bisa dipercaya. Agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang
berbeda (yang sebagian di antaranya merupakan pihak diluar manajemen), maka
laporan keuangan harus disusun berdasarkan Kerangka Laporan Keuangan yang
Berlaku. Para pengguna laporan keuangan kadang-kadang meragukan kewajaran
informasi yang tertuang dalam laporan keuangan yang disusun manajemen karna
berbagai alasan antara lain:

1. Informasi Dibuat Oleh Pihak Lain

Apabila informasi berasal dari pihak lain, maka kemungkinan (disengaja atau
tidak disengaja) adanya informasi yang tidak benar menjadi bertambah besar. Resiko
salah informasi semakin meningkat ketika obyek yang dilaporkan berjauhan dengan
penerima informasi.

2.Bias dan Motivasi Pembuat Informasi

Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak
selaras dengan tujuan pengambilan keputusan, maka informasi bisa menjadi bias
demi keuntungan si pembuat informasi.

3.Volume Data

Bertambahnya jumlah transaksi bisa menyebabkan terjadi kesalahan dalam


pencatatan. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan besar menarik selembar check
yang jumlah rupiah nya ditulis lebih besar beberapa ribu rupiah dar jumlah yang
seharusnya, kesalahan seperti ini sering tidak nampak kecuali bila perusahaan
tersebut memiliki prosedur kontrol yang sangat ketat.

4.Kerumitan Transaksi

Transaksi pertukaran antara organisasai semakin bertambah kompleks dan


akibatnya semakin sulit untuk mencatatnya secara cepat. Sebagai contoh pada tahun-
tahun terakhir ini transaksi leasing (sewa guna) dan pencatatannya cukup rumit
semakin sering terjadi, begitu pula penggabungan dan pengungkapan hasil operasi
dari anak perusahaan pada berbagai industri.

Cara mengurangi resiko informasi

Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi resiko informasi,
yaitu:

1. Pemakai laporan melakukan sendiri verifikasi atas informasi

Pemakai laporan datang keperusahaan untuk melakukan pemeriksaan atas


catatan dan mencari informasi tenteng keandalan laporan.

2. Pemakai Membebankan Risiko Informasi pada Manajemen

Pembebanan kerugian manajemen kadang-kadang tidak dapat menutup


kerugian yang diderita pemakai informasi.

3.Disediakan Laporan Keuangan Auditor

Cara yang umum ditempuh untuk mendapatkan informasi yang dapat di


andalkan adalah dengan mengharuskan dilakukan audit secara independen.
Informasi yang telah di audit kemudian telah digunakan dalam proses
pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat,
dan tidak bias.

D. Manfaat Ekonomis Suatu Audit

Manfaat ekonomis suatu audit keuangan antara lain:

1.Akses kepasar modal


Undang-undang pasar modal mewajibkan perusahaan audit untuk di audit
laporan keuangan nya agar bisa didaftar dan bisa menjual saham nya di pasar modal.
Tanpa audit, perusahaan akan ditolak untuk melakukan akses kepasar modal

2.Biaya Modal Menjadi Lebih Rendah

Oleh karena laporan keaungan auditan dapat menurunkan resiko informasi,


biasanya kreditor bersedia untuk menetapkan bunga yang lebih rendah, dan para
investor mungkin akan bersedia untuk menerima rate off return yang lebih rendah ats
investasi nya.

3.Pencegah Terjadinya Kekeliruan dan Kecurangan

Apabila para karyawan mengetahui akan dilakukan audit oleh auditor


independen mereka cendrung untuk lebih berhaati-hati agar dapat memperkecil
terjadinya kekeliruan dalam pelaksaan fungsi akuntansi dan penyalahgunaan asset
perusahaan.

4.Perbaikan Dalam Pengendalian Operasional

Auditor independen sering kali dapat memberi berbagai saran umtuk


memperbaiki pengendalian dan mencapai efesinsi operas yang lebih besar dalam
organisasi klien.

E.Keterbatasan Audit

Auditor tidak bisa memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan yang
telah di audit nya bebas dari kesalahan penyajian material yang timbul akibat
kesalahan atau pun kecurangan. Laporan keuangan yang telah di audit tidak dapatb
benar-benar akirat. Hal ini disebabkan oleh proses akuntansi yang melahirkan laporan
keuangan, ,maupun oleh proses pengauditan itu sendiri.

Keterbatasan audit yang timbul karna proses audit itu sendiri, bisa terjadi
karna berbagai hal. Idealnya auditor harus bisa memperoleh bukti tangan pertama
untuk mendukung setiap asersi yang melekat dalam laporan keuangan, tetapi hal
seperti itu kadang-kadang tidak prakstis atau tidak mungkin.

• Pihak – Pihak yang Berinteraksi dengan Auditor


Dalam suatu audit atas laporan keuangan, auditor menjalin hubungan
profesional dengan berbagai pihak, yaitu (1) manajemen, (2) pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, (3) auditor internal, dan (4) pemegang saham.

A.Manajamen

Manajemen adalah individu atau sekelompok individu dengan tanggung


jawab eksekutif untuk melaksanakan operasi entitas. Untuk beberapa entitas di
beberapa yurisdiksi, manajemen mencakup beberapa atau semua individu yang
bertanggung jawab atas tata kelola, sebagai contoh, anggota eksekutif dewantata
kelola atau seorang manajer pemilik. Dalam konteks audit, manajemen meliputi
pejabat pemimpin, kontroler, dan personil-personil kunci dalam perusahaan.

Selama audit berlangsung, auditor sangat sering berhubungan atau


berinteraksi dengan manajemen. Untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam
suatu audit, auditor seringkali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Oleh
karena itu sangatlahpenting bagi auditor untuk menjalin hubungan baik dengann
manajemen atas dasar saling sulit untuk dilakukan. Pendekatan yang lazimnya
dilakukan auditor terhadap asersi manajemen adalah apa yang biasa disebut “sekptis
profesional” (professional skepticims). Ini bearti bahwa auditor tidak bersikap tidak
mempercayai asersi manajemen, tetapi juga tidak begitu saja mempercayai atau
menerima pernyataan tersebut. Sikap auditor adalah mengakui perlunya penilaian
yang obyektif atas kondisi yang diselidiki dan bukti yang diperoleh selama audit
berlangsung.

B. Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

Standar audit (SA 260) mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan


pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.
Komunikasi yang dimaksud oleh SA ini adalah komunikasi dua arah yang efektif,
yakni komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam
rangka mendapatkan informasi sebagai bukti audit dan kewajiban auditor untuk
memberi informasi kepada pihak yang bertanggung jaawab atas tata kelola untuk
berbagai keperluan. SA 260 mendefinisikan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola sebagai berikut :

“Individu atau organisasi atau organisasi-organisasi (seperti wali amanat


korporasi) yang memliki tanggung jawab untuk mengawasi arah strategi enitas
dan pemenuhan kewajiban yang berkaitan dengan akuntabilitas entitas. Hal ini
mencakup pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan.”

Menurut SA 260 tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang


bertanggung jawab atas tata kelola adalah :

a. Untuk mengkomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggung


jawab atas tata kelola tentang tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan
audit atas laporan keuanngan, dan gambaran umum perencanaan lingkup dan
saat audit.
b. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
c. Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
secara tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap
tanggung jawab mereka untuk mengawasi proses pelaporan keuangan, dan
d. Untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

Standar audit tidak secara eksplisit menyebut nama badan/dewan atau orang
yang dimaksud sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Hal ini bisa
dimengerti karena standar audit ini adalah standar yang berlaku secara internasional
yang harus bisa merangkum semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dinegara manapun. Padahal, struktur tata kelola bervariaso berdasarkan yurisdiksi dan
entitas, menggambarkan pengaruh seperti perbedaan latar belakangan budaya dan
hukum, dan ukuran serta karakteristik kepemilikan yang berbada. Sebagai contoh,
dalam beberapa kasus, beberapa atau semua pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola terlibat dalam pengelolaan entitas. Dalam kasus yang lainnya, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen terdiri dari individu-individuyang
berbeda. Dalam beberapa kasus, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
bertanggung jawab untuk menyetujui laporan keuangan entitas.dalam kasus lainnya
tanggung jawab tersebut berada pada manajemen.

Dalam sebagian besar entitas,termasuk entitas yang beradadiindonesia, tata


kelola merupakan tanggung jawab bersama suatu badan tata kelola yang disebut
dewan komisaris. Namun entitas yang lebih kecil, satu individu mungkindapat
bertanggung jawab atas tata kelola, sebagai contoh, manajer pemilik yang tidakada
pemilik lainnya, atau pengawas tunggal.

Jika tata kelola adalah tanggung jawab bersama, suatu subgrup seperti komite
audit bahkan seorang individu, mungkin dapat bertanggung jawab atas tugas tertentu
untuk membantu badan tata kelola (dewan komisaris) dalam memenuhi tanggung
jawabnya. SA 260.A7 menyatakan bahwa keberadaan komite audit tedapat dalam
banyak entitas. Meskipun wewenang dan fungsi mereka dapat berbeda, komunikasi
dengan komite audit, jika ada, telah menjadi elemen kunci komunikasi auditor dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.prinsip tata kelola yang baik
menyarankan bahwa :

 Auditor akan diundang secara teratur untuk hadir dalam rapat dengan komite
audit.
 Ketua komite audit dan,jika relevan, anggota lainnya dari komite audit, akan
berhubungan dengan auditor secara periodik.
 Komite audit akan bertemu dengan auditor tanpa kehadiran pihak manajemen
paling sedikit satu tahun sekali.

C. Auditor Internal

Intenal auditor adalah auditor yang berkerja pada satu entitas, dan oleh
karenanya merupakan pegawai dan tunduk pada manajemen entitas dimana ia
berkerja. Fungsi audit internal anatara lain pemeriksaan, pengevaluasian, dan
pemantauan kecukupan dan efektivitas pengendalian internal. Tujuan fungsi internal
auditor ditentukan oleh manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola. Walaupun tujuan fungsi auditor internal berbeda dengan auditor
eksternal, beberapa cara yang digunakan oleh fungsi auditor internal dan auditor
eksternal mungkin sama.

Aktifitas fungsi audit internal dapat mencakup satuatau lebih hal-hal sebagai
berikut :

 Pemantauan pengendalian internal


 Pemeriksaan atas informasi keuangan dan informasi keuangan operasional
 Penelahan aktifitas operasi
 Penelahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undanngan
 Pengelolaan resiko
 Tata kelola

Standar audit (SA 610) mengatur tentang kemungkinan auditor eksternal


menggunakan pekerjaan yang dilakukan oleh auditor internal sepanjang memenuhi
ketentuan yang diatur dalam standar audit tersebut. Dalam menentukan apakah
pekerjaan auditor internal kemungkinan cukup untuk tujuan audit, auditor eksternal
harus mengevaluasi :
 Obyektivitas fungsi auditor internal
 Kompentensiteknis auditor internal
 Apakah pekerjaan auditor internal akan dilaksanakan dengan kecermatan dan
kehati-hatian profesional, dan
 Apakah komunikasi antara auditor internal dengan auditor eksternal akan
efektif.

Apabila auditor eksternal menggunakan pekerjaan auditor internal, tanggung


jawab penggunaan pekerjaan tersubut berada pada auditor eksternal.ia adala
penanggung jawab tunggal atas opini audit yang dinyatakan, dan tanggung jawab
tersebut tidak berkurang dengan digunakannya pekerjaan auditor internal oleh auditor
eksternal.

D. Pemegang Saham

Para pemegang saham mengandalikan pada laporan keuangan yang telah


diaudit untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik. Oleh karena itu auditor memiliki tanggung
jawabyang penting terhdapa para pemegang saham sebagai pemakai utama laporan
audit. Selama perikatan audit berlangsung, auditor biasa tidak berhubungan langsung
dengan para pemegang saham karena mereka bukanlah pejabat atau pegawai
perusahaan. Namun demikian auditor akan berhadapan langsung dengan para
pemegang saham pada saat perusahaan menyelenggarakan rapat umum pemegang
saham (RUPS) dan auditor harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
pemegan saham.

• Standar Profesional Akuntan Publik yang Berlaku Saat Ini

Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam
memenuhi tanggung jawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan
historis. Standar tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain
persyaratan kompetensi dan independensi, pelaporan, dan bukti.

Institut akuntan publik indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi


berkewajiban untuk menetapkan standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut
IAPI membentuk dewan standar yang ditetapkan sebagai badan teknis senior dari
IAPI untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan tentang standar auditing.
Sejalandengan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, IAPI telah
memutuskan untuk mengadopsi international auditing standards (ISA) yang
diterbitkan oleh international auditing and assurance standards boards (IAASB) dan
dengan demikian tidak memberlakukan lagi standar auditing yang selama ini berlaku.

A. Isi dan Struktur Standar Profesional Akuntan Publik

Isi dan struktur SPAP wajib dipahami oleh para auditor dan calon auditor,
karena SPAP merupakan panduan utama yang wajib dilaksanakan dalam pengauditan
laporan keuangan historis berdasarkan standar audit. Walaupun isinya mengandung
banyak persamaan, sistimatika dan struktur SPAP yang sekarang berlaku sangat
berbeda bila dibandingkan dengan SPAP yang berlaku sebelumnya. Berikut ini
adalah judul-judul dari isi standar audit yang telah diberlakukan oleh IAASB dan
diadopsi oleh IAPI.

B. Audit Informasi Keuangan Historis

200-299 Prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab

SA 200 Tujuan keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan audit


berdasarkan standar audit.

SA 210 Persetujuan atas ketentuan perikatan audit

SA 220 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan

SA 230 Dokumen audit

SA 240 Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit
atas laporan keuangan

SA 250 Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit atas


laporan keuangan

SA 260 Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

SA 265 Pengkomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal kepada


pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen

300-499 Penilaian resiko dan respons terhadap resiko yang telah dinilai

SA 300 Perencanaan suatu audit atas laporan keuangan


SA 315 Pengindetifikasian dan penilaian resiko kesalahan penyajian material
melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya.

SA 320 Materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan audit

SA 330 Respons auditor terhaap resiko yang telah dinilai

SA 402 Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu


organisasi jasa

SA 450 Pengevaluasian atas kesalahan penyajian yang didefinikasi selama


audit

500-599 Bukti Audit

SA 500 Bukti Audit

SA 501 Bukti audit – pertimbangan spesifik atas unsur pilihan

SA 505 Konfirmasi eksternal

SA 510 Perikatan audit tahun pertama – saldo awal

SA 520 Prosedur analitis

SA 530 Sampling audit

SA 540 Audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar,
dan pengungkapan yang bersangkutan

SA 550 Pihak berrelasi

SA 560 Peristiwa kemudian

SA 570 Kelangsungan usaha

SA 580 Representasi tertulis

600-699 Penggunaan pekerjaan pihak lain

SA 600 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan grup (termasuk


pekerjaan auditor komponen)

SA 610 Penggunaan pekerjaan auditor internal

SA 620 Penggunaan pekerjaan pakar auditor


700-799 Kesimpilan audit dan pelaporan

SA 700 Perumusan suatu pendapat dan pelaporan atas pelaporan keuangan

SA 705 Modifikasi atas opini dalam laporan auditor independen

SA 706 Paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam laporan
auditor independen

SA 710 Informasi komparatif – angka-angka yang berkaitan dan laporan


keuangan komparatif

SA 720 Tanggung jawab auditor terkait dengan informasi lain dalam dokumen-
dokumen yang berisi laporan keuangnan auditan

800-899 Area – area khusus

SA 800 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan yang disusun


sesuai dengan kerangka bertujuan khusus

SA 805 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan tunggal dan suatu
unsur, akun, atau pos tertentu dalam laporan keuangan

SA 810 Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan

C. Struktur Standar Profesional Akuntan Publik

Struktur setiap standar audit yang tercakup dalam standar profesional akuntan
publlik mengikuti struktur yang terdapat dalam ISA yang menggelompokan informasi
dalam seksi yang berbeda, yaitu : pengantar, tujuan, definisi, ketentuan, dan materi
penerapan dan penjelasan lain..

a. Pengantar

Materi pengantar bisa mencakup informasi yang berhubungan dengan tujuan,


lingkup, dan pokok bahasan dari standar audit yang bersanngkutan, disamping itu
dimuat pula tanggung jawab auditor dan pihak lainnya dalam konteks standar audit
yang bersangkutan.

b. Tujuan

Setiap standar audit (SA) berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan auditor
mengenai hal-hal yang dibahas dalam (SA) tersebut.

c. Definisi

Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang SA, istilah-istilah terkait
didefinisikan dalam setiap SA.

d. Ketentuan

Setiap tujuan didukung dengan ketentuann yang jelas. Ketentuan selalu


dinyatakan dengan frasa “auditor harus”

e. Materi penerapan dan penjelasan lain

Materi penerapan dan penjelasan lain menjelaskan secara lebih tepat makna
dari suatu ketentuan atau apa yang dimaksudkan untuk dicakup, atau menyertakan
contoh-contoh prosedur yang mungkin cocok dalam situasi yang dihadapi.

Penyimpangan dari Laporan Standar


Penyimpangan dari laporan standar terjadi apabila auditor menyimpulkan bahwa (a)
bahasa penjelasan harus ditambahkan pada laporan itu walaupun masih menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualiaan atau (b) jenis pendapat yang berbeda harus
dinyatakan pada laporan keuangan itu.

Bahasa penjelasan dengan pendapat wajar tanpa pengecualiaan


Dapat saja terjadi situasi dimana bahasa penjelasan ditambahkan pada laporan tetapi
auditor masih menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualiaan atas laporan keuangan
bersangkutan. Tujuan dari informasi penjelasan adalah untuk memberi tahu pemakai
laporan itu tentang satu atau lebih fakta material berkenaan dengan audit atau laporan
keuangan yang telah diaudit.

Berikut ini adalah daftar situasi yang dapat mengakibatkan tambahan infomasi
penjelasan pada laporan standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian :

1) Ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang dirumuskan yang diperlukan untuk


kewajaran situasi yang tidak biasa
2) Inkonsistensi dalam prinsip – prinsip akuntansi yang dipertanggungjawabkan
sesuai dengan GAAP.
3) Kepastian yang dipertanggungjawabkna sesuai dengan GAAP
4) Keraguan yang subtansial tentang kelangsungan usaha suatu entitas yang
dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP
5) Penekanan suatu hal oleh auditor
6) Pendapat berdasarkan sebagian dari laporan auditor lain dimana tidak ada
pembatasan ruang lingkup dan ketidaksesuaian dengan GAAP

Jenis – jenis Pendapat Lainnya


Auditor dapat menyimpulkan bahwa pendapat wajar tanpa pengecualian tidak dapat
diberikan. Auditor dapat menyatakan salah satu dari jenis pendapat lain sebagi berikut :

1) Pendapat wajar dengan pengecualian, yang menyatakan bahwa kecuali untuk


pengaruh hal-hal yang berkaita dengan pengecualian. Laporan keuangan itu
menyajikan secara wajar sesuai denga GAAP
2) Pendapat tidak wajar, yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
lsecara wajar sesuai dengan GAAP.
3) Penolakan memberikan pendapat, yang menyatakan bahwa auditor tida
menyatakan suatu opini tersebutatas laporan keuangn.
Disamping berisi salah atau dari pendapat tersebut di atas, laporan auditor juga harus
memuat satu atau lebih paragraph penjelasan sebelum praragraf pendapat yang
memberikan alsasn-alasan substantive atas pendapat yang diberikan. Selain itu, dalam
kerangka kerja standar audit yang berlaku umum dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam memutuskan pendapat yang tepat, auditor harus menjawab pertanyanpertanyaan
berikut:

1) Apakah bukti yang mencukupi telah diperoleh dalam audit guna mendapatkan
dasar yang layak untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan?
2) Apakah laporan keuangan telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil operasi dan arus kas sesuai dengan GAAP?
Materialitas merupakan hal yang penting dalam menjawab kedua pertanyaan tersebut.
Apabila pengaruh dari suatu hal di mana bukti yang telah diperoleh adalah tidak material,
atau apabila keidak sesuaian dengan GAAP mempunyai pengaruh dari suatu hal di mana
bukti yang tidak mencukupi yang telah diperoleh adalha idak material, atau apabial
ketidaksesuaian dengan GAAP mempunyai pengaruh yang tidak material terhadap laporan
keuangan, maka jawaban yang mengiyakan dapat diberikan kepada setiap pertanyaan
dalam menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian. Jawaban negative atas
pertanyaan pertama berarti ada pembatasan rung lingkup dalam pelaksanaan audit.
Demikian pula, Jawaban negative atas pertanyaan kedua berarti ada ketidaksesuaian yang
material dalam GAAP.

Opsi pelaporan dari kedua jenis penyimpangan ini adalah sebagai berikut:

1) Pembatasan ruang linkup: pendapat wajar dengan pengecualian atau penolakan


memberikan pendapat
2) Ketidaksesuaian dengan GAAP: Pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar.
Pilihan diantara kedua pendapat audit untuk masing-masng jenis penyimpangan
merupakan pertimbangan audit. Apabila pengaruh pematasan ruang lingkup atau
ketidaksesuaian demngan GAAP terhadapa laporan keuangan sangat material, maka auditor
kemungkinan besar akan menerbitkan pernyataan penolakan memberikan pendapat atau
tau pendapat tidak wajar.Apabila pengaruhnya tidak sangat material pendapat wajar
dengan pengecualian sangta tepat

Akibat wajar dari kosep materialitas adalah penyebaran yang bekaitan dengan jumlah
pos-pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh situasinya. Apabiala jumlah pos yang
dipengaruhi kecil, auditor biasanya akan memberilkan pendapat wajar dengan pengecualian
karena pengaruhnya dapat dijelaskan secara meamdai dalam paragraph penjelasan, dan
keseluruhan laporan keuangan masih berguna. Sebaliknya jika jumlah pos yang dipengaruhi
besar, maka tidaklah praktis untuk berusaha menjelaskan semua pengaruh dalam paragraph
penjelasan dan penolakan memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar akan
diterbitkan.

Berikut ini adalah daftarn situasi yang dapat mengakibatkan penerbitan pendapat wajar
dengan pengecualian, pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat:

1) Pembatasan ruang lingkup


2) Ketidaksesuaian dengan GAAP (selain ketidaksesuaian yang disyaratkan dengan
GAAP y ng dirumuskan dalam situasi tidak biasa)
3) Inkonsistensi dalam prinsip-prinsip akuntansi yang tidak dipertanggungjawabkan
sesuai dengan GAAP.
4) Pengungkapan yang tidak memadai
5) Ketidakpastian yang tidak dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP
6) Keraguan yang substansial mengenai status kelangsungan usaha entitas yang tidak
dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP
7) Situasi yang berkenaan dengan pemebrian pendapat berdasarkan sebagian dari
laporan auditor lain yang melibatkan pembatasan ruang lingkup atau
ketidaksesuaian dengan GAAP.
Untungnya situasi-situasi ini jarang terjadi dalam praktik. Meskipun demikian, auditor
harus dapat mengenali hal itu dan mengetahui bagaimanahal itu mempengarugi pelaporan
audit.

PENGARUH SITUASI YANG MENGAKIBATKAN PENYIMPANGAN DARI LAPORAN


Standar Pembatasan Ruang Lingkup
Dalam suatu audit yang dilakukan sesuaio dengan GAAP, auditor dapat melaksanakan
semua prosedur audit dianggap perlu dalam situasi bersangkutan. Dari prosedur-prosedur
ini, auditor diharapkan akan mendapatkan buki kompeten yang mencukupi sebagai dasar
unutk memberikan pendapat atas laporan keuangan. Apabila auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur itu tidak memberikan bukti yang
mencukupi, auditor dikatakan mempunyai pembatasan ruang lingkup.

Pembatasan ruang lingkup dapat ditentukan oleh klien atau beralsal dari berbagai
situasi. Contoh – contoh pembatasn yang diajukan oleh klien adalah penolakan untuk
memeperkenakan konfirmasi piutang, mendandatangani surat representasi klien tau
memberikan auditor akses ke catatan rapat dewan komisaris. Contoh pembatasan yang
berasal dari berbagai situasi adalah penetapan waktu prosedur, seperti perjanjian yang
terlalu lambat untuk dapat melakukan prosedur yang dianggap perlu dalam situasi – situasi ,
dan catatan klien yang tidak memadai.

Pendapat Wajar dengan Pegecualian


Apabila ada pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan, auditor harus:

1) Menunjukkan pembatasan ruang lingkup dalam paragraph ruang lingkup


2) Memberikan alasan substantive untuk pembatasan itu dalam paragraph penjelasan
3) Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian pada paragraph pendapat
dengan referensi ke paragraf penjelasan.

Penolakan Memberikan Pendapat


Apabila penolakan memberikan pendapat dinyatakan:
1) Paragraf pendahuluan dimodifikasi
2) Paragraph ruang lingkup ditiadakan
3) Paragraph penjelasan disertakan setelah paragraph pendhuluan yang menjelaskan
alas an-alasan penolakan memberikan pendapat
4) Paragraph ketiga dan kesimpulan berisi penolakan memberikan pendapat

Ketidaksesuaian dengan GAAP


Apabila laporan keuangan dengan klien mengandung ketidaksesuaian dengan GAAP,
maka pengaruhnya terhadap laporan auditor akan berbeda atas dasar apakah hal itu
merupakan ketidaksesuaian yang diperlukan dengan GAAP yang dirumuskan atau
ketidaksesuaian lain dengan GAAP.

Bahasa Penjelasan dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian


Apabila auditor sepakat bahwa karena keadaan yang tidak biasa, ketidaksesuaian
dengan prinsip akuntansi yang dirumuskan diperlukan untuk menjaga agar laporan
keuangan klien tidak menyesatkan, maka laporan standar dengan bahasa penjelasan akan
diterbitkan. Secara khusus, laporan itu berisi:

1) Paragraf pendahuluan dan ruang lingkup standar


2) Suatu paragraf penjelasan sebelum paragraf pendapat yang menjelaskan situasi dan
menyetakan bahwa penggunaan prinsip alternatif dapat dibenarkan
3) Suatu pendapat wajar tanpa pengecualian dalam paragraf pendapat standar

Jenis Pendapat Lain


Pendapat wajar dengan pengecualian diterbitkan, auditor harus:

1) Mengungkapkan dalam paragraf penjelasan sebelum paragfraf pendapat semua


lasan substantif atas pendapat itu
2) Mengungkapkan dalam paragraf penjelasan pengaruh utama dari hal pokok yang
menjadi pengecualian terhadap posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas, juka
dapat diterapkan. Jika tidak dapat diterapkan, maka laporan itu juga harus
menyatakan hal tersebut.
3) Meberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraf pendapat dengan
referensi ke paragraf penjelasan.

Pendapat Tidak Wajar


Pengaruh penerbitan pendapat tidak wajar serupa tetapi tidak sama dengan pengaruh
pendapat wajar dengan pengecualian terhadap laporan auditor. Dalam kasus ini;

1) Paragraf penjelasan harus menunjukan alasan substantif pemberian pendapat tidak


wajar dan pengaruh utama dari hal yang menjadi pokok pendapat tidak wajar, juka
memungkinkan
2) Paragraf pendapat harus menyatakan bahwa karena pengaruh hal-hal yang diuraikan
dalam paragraf penejlasan, maka laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Audit laporan keuangan adalah penilaian atas suatu perusahaan atau badan
hukum lainnya (termasuk pemerintah) sehingga dapat dihasilkan pendapat yang
independen tentang laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap dan disajikan
secara wajar. Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi pihak
internal maupun eksternal perusahaan.

Dalam suatu audit atas laporan keuangan, auditor menjalin hubungan


profesional dengan berbagai pihak, yaitu (1) manajemen yaitu individu atau
sekelompok individu dengan tanggung jawab eksekutif untuk melaksanakan operasi
entitas, (2) pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, (3) auditor internal yaitu
auditor yang berkerja pada satu entitas, dan (4) pemegang saham.

Dalam mengaudit laporan keuangan, auditor menggunakan standar audit


untuk memenuhi tanggung jawab profesional mereka. Standar audit adalah pedoman
umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesional
mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Standar tersebut mencakup
pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi dan
independensi, pelaporan, dan bukti.

Tergantung pada situasinya, laporan auditor dapat mengambil salah satu bentukbentuk
berikut: (1) laporan standar yang berisi pendapat wajar anpa pengecualian, (2) laporan yang
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan tambahan, (3) laporan
yang menyatakan salah satu dari tiga jenis pendapat lain-wajar dengan pengecualian, tidak
wajar, atau penilakan memberikan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono. 2014. “Auditing : Pengauditan Berbasis ISA”. 2 Jil. Yogyakarta :


Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

William C. Boynton, Raymond N. Johnnson, Wallter G. Kell. 2003. Modern Auditing Jilid II
Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Abdul Halim, 2015. Auditing dasar-dasar audit laporan keuangan, Yogyakarta:


UPP STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai