Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI BANK SYARIAH

GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Akuntansi Bank Syariah

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

MAULIDYA RAHMI (12120521103)


SURYANI (12120521291)
ZULIA SAHARA PUTRI (12120521315)

DOSEN PENGAMPU:
MUSNAYANTI, SE, M.Ak

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TP. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT, tuhan semesta alam yang telah
memberikan karunia dan nikmat-nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Gambaran Umum Perbankan Syariah” dengan tepat
waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
makalah studi hadis dengan dosen pengampu, Ibu Musnawati SE, M.Ak dalam
program studi ekonomi syariah , untuk itu makalah bertujuan untuk menambah
wawasan terhadap hadist muttawatir.

Shalawat dan beringkan salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan
alam yakni, nabi Muhammad SAW, semoga perbanyaknya kita bershalawat kepada
beliau kita mendapatkan safaatnya di yaumil akhir nanti, aamiin.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan bagi dari segi bahasa maupun dari penulisannya .
untuk itu kami berharap adanya saran dan juga kritik yang membangun serta usulan
demi perbaikan makalah di masa yang akan dating. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun makalah dan bagi yang
membacanya.

Pekanbaru, 13 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah ......................................................................................... 3


B. Landasan Hukum Bank Syariah .............................................................................. 5
C. Bidang Kegiatan Usaha Bank ................................................................................. 9
D. Alur Opersional Bank Syariah ................................................................................ 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUTAKA .......................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perbankan memiliki peran penting dalam pembangunan khususnya
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah
hukum positif yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank.
Bank adalah salah satu lembaga pembiayaan yang menghimpun dana
masyarakat dan menyalurkan kembali pada masyarakat. Sesuai dengan Pasal
1 UU No. 7 Tahun 1992 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan
(selanjutnya disebut UU Perbankan) menyatakan bahwa: Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam
bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Pada saat ini lembaga perbankan sangat berperan penting dalam


pembangunan ekonomi dan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Sistem perbankan konvensional yang telah ada sebelumnya menjadi semakin
lengkap dengan adanya system perbankan Islam atau perbankan syariah.
Salah satu tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya
Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 yang beranggotakan 22
negara Islam pendiri. Berdirinya IDB ini kemudian memicu berdirinya bank-
bank Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia

Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya


berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Pada dasarnya, aktivitas bank
syariah tidak jauh berbeda dengan aktivitas bank- bank konvensional yang
telah ada, yang menjadi kritik system perbankan syariah terhadap perbankan
konvensional bukan dalam hal fungsinya sebagai lembaga intermediasi

1
keuangan (Financial Intermediary Institution), akan tetapi karena didalam
operasionalnya terdapat unsur-unsur yang dilarang berupa unsur perjudian
(maisir), unsur ketidakpastian/keraguan (Gharar), unsur bunga (Interest/riba)
dan unsur kebathilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perbankan syariah?
2. Apa landasan hukum bank syariah?
3. Apa saja bidang kegiatan usaha bank syariah?
4. Bagaimana alur operasional bank syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perbankan syariah
2. Mengetahui landasan hukum bank syariah
3. Mengetahui bidang kegiatan usaha bank syariah
4. Mengetahui alur operasional bank syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Pengertian bank syariah menurut pasal 1 butir 1 UU No 7 tahun 1992
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis-jenis perbankan menurut
pasal 5 UU No 7 tahun 1992 adalah:
1) Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. (pasal 1 UU No 7/1992 tentang perbankan).
2) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan hal itu (pasal 1 UU No 7/1992 tentang
perbankan).1

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada


pasal 1 butir 13 undang-undang tersebut sebagai berikut:

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam


antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabab), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(masharakab), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(marahahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa piliban (arab) atau dengan adanya pilihan pemindahan

1
Sofyan dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, 2010, hal. 2

3
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (jarah
wa iqtina).

Ketentuan syariah dalam Undang-undang nomor 21 Tahun 2008


tentang Perbankan Syariah, pasal 1 angka 12 sebagai berikut:
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.2

Menurut UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah yaitu segala


sesuatu yang berkaitan bank syariah dan unit usaha syariah yang mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, hingga proses pelaksanaan kegiatan
usahanya.Bank syariah merupakan bank yang menjalankan aktivitas
usahanya dengan menggunakan landasan prinsip-prinsip syariah yang
terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), BPRS (Bank Perkreditan Rakyat
Syariah), dan UUS (unit Usaha Syariah).

Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan


usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Berdasarkan pengertian tersebut, bank syariah merupakan bank yang


memiliki ciri khusus dalam operasionalnya dengan menerapkan syariah
yaitu berbagi keuntungan dan kerugian baik dalam penghimpunan dana dan
pembiayaan maupun dalam produk jasa. ada perbedaan antara bank
berdasarkan prinsip syariah, dibanding dengan bank konvensional yaitu
bank syariah melakukan usaha berdasarkan prinsip berbagi keuntungan dan
kerugian, sedangkan bank konvensional melakukan penghimpunan dana
dan penyaluran dana dalam bentuk kredit berbasis bunga. Kedua perbankan

2
Ibid, hal.4

4
tersebut memiliki sistem hukum yang berbeda-beda sesuai dengan
basisnya.3

B. Landasan Hukum Perbankan Syariah

Dalam membahas undang undang yang terkait dengan bank syariah


adalah :

1. Undang undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan


2. Undang undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan undang
undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
3. Undang undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

Untuk membahas landasan hukum perbankan syariah tidak lepas


dari sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Perbankan
syariah perkembangan di Indonesia melalui beberapa tahap periode yaitu:

1) Periode sebelum tahun 1992


Pada perinde ini BPRS didirikan sesual dengan perundang-
undang pethankan yang berlaku saat itu (banke konvensional), dan
tidak ada ketentuan yang mengatur tentang bank syariah disamping
masyarakat yang belum memungkinkan untuk diajak untuk
bertransaksi syariah, sehingga BPR-Syariah tersebut mari secara
pelan-pelan.

2) Periode tahun 1992 sampai dengan tahun 1998


Dalam periode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank
Umum Syariah, yaitu Bank Muamalar Indonesia. Pada periode ini
Bank Syariah didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun
1992 tentang perbankan. Dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992

3
Dr. Amiruddin, “perbankan syariah di Indonesia”, 2022, hal. 42

5
ini tidak dibahas secara jelas atau secara langsung tentang bank
syariah, hanya dalam pasal 6 huruf in dan pasal 13 huruf c mengatur
tentang usaha bank syariah yaitu:

Usaha Bank Umum: "Menyediakan pembiayaan bagi nasabah


berdasarkan prinsip bagi hasil sesual dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah" (pasal 6 hutaf m). Usaha Bank
Perkreditan Rakyat : " menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah" (pasal 13 huruf e).

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992


tentang perbankan tersebut pemerintah mengeluarkan dua ketentuan
perbankan syarian yaitu:
a. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank
Berdasarkan Bagi Hasil. Sehingga undang-undang nomor 7
tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan Pemerintah
tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank Umum
Syariah.
b. Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang Bank
Perkreditan rakyat Berdasarkan Bagi Hasil. Sehingga undang-
undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan
Pemerintah terschut sebagai landasan hukum berdirinya Bank
Perkreditan Rakyat dalam periode ini.4

3) Periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2008


Dari pengalaman dan kajian yang dilakukan ternyata bank
syariah memiliki karakteristik yang berdeda dengan hank
konvensional, maka Undang-undang nomor 7 tentang perbankan
4
Op.cit hal. 7

6
disempurnakan dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 7 tentang Perbankan. Dalam
Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tersebut telah dibahas
ketentuan-ketentuan hank syariah misalnya:
a. Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (haha), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (shanka), prinsip juai heli harang dengan
memperoleh keuntungan (rahaha), atau pembiayaan marang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (erab),
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
harang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (garuh wa
iqtina).
b. pasal 6 huruf m" menyediakan pembiayaan dan/atau
melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sexual
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia" Dalam
penjelasan pasal ini disebutkan "pokok-pokok ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain:

1) Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip


syariah
2) pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah
3) Persyaratan hal pembukaan kantor cabang yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsi syariah 5

5
Ibid, hal 8

7
c. masih banyak pasal pasal lain yang mengatur tentang
perbankan syariah

4) Periode setelah tahun 2008


Mulai tahun 2008 perbankan syariah di Indonesia memilik
Undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang nomo 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Undang-undang ini secara lengkap
sebagaimana tercantum dalam lampiran buku ini. Bank Syariah yang
didirikan dan/atau menjalankan kegiatan nsabanya mulai tahun 2008,
sudah tentu berdasarkan Undang- Undang nomor 21 dan seluruh
peraturan pelaksanaannya. Ketentuan-ketentuan yang diatur
berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 dan peraturan
pelaksanaannya tetap berlalu sepanjang tidak bertentang dengan
ketentuan Undang undang nomor 21 tahun 2008. Hal ini sesuai
ketentuan dalam pasal 69 undang-undang tersebut yaitu:
"Pada saat Undang-Undang ini mulal berlaku, segala ketenman
mengenal Perhankan Syariah yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3472) schagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3790) beserta peraturan pelaksanaannya
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini".6

6
Ibid, hal 9

8
C. BIDANG KEGIATAN USAHA BANK SYARIAH

a) Lembaga keuangan bukan bank

Lembaga keuangan bukan bank atau LKBB adalah sebuah


badan yang bergerak di bidang keuangan dengan tugas menghimpun
dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat. Uang yang
dihimpun tidak dalam bentuk deposito, tabungan, atau giro. Tetapi
LKBB menerbitkan surat-surat berharga. Sedangkan dana disalurkan
kepada masyarakat melalui layanan investasi dan kredit.

Fungsi Lembaga keuangan bukan bank :

1. Pemberi bantuan modal

2. Menghimpun dana Masyarakat

3. Membantu likuidasi kas bisnis

4. Menjamin risiko finansial Masyarakat

5. Menjadi perantara transaksi

6. Mendirikan usaha bidang keuangan

LKKB secara operasional dibina dan diawasi oleh otoritas jasa


keuangan. Pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip
prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia7. Di Indonesia banyak dijumpai contoh Lembaga
keuangan bukan bank, seperti Leasing, Factoring (anjak piutang),
Consumer Financing, Asuransi, modal ventura, dana pensiun,
pegadaian dan Perusahaan penjaminan. Lembaga ini dibawah
pengawasan dan pembinaan Departemen Keuangan. Lembaga
keuangan bukan bank tidak diperkenankan menghimpun dana

7
Dadang dkk, Ekonomi Syariah, 2020,hal. 71

9
langsung dari Masyarakat jadi sumber dana umumnya dari
pemodal lainnya atau bank. Lembaga ini bergerak pada sektor riil.

b) Lembaga keuangan bank

Lembaga keuangan bank adalah lembaga yang menyalurkan


atau memberi pinjaman, menghimpun dana dari masyarakat, serta
menyediakan jasa keuangan lainnya. Lembaga ini dibawah pembinaan
dan pengawasan Bank Indonesia. Yang dikemlompokkan dalam
Lembaga ini adalah Bank Umum dan BPR. Secara umum Lembaga
Keuangan Bank bergerak dalam bidang sektor moneter. Berdasarkan
ketentuan bank syariah, bank tidak diperkenankan untuk menjalankan
kegiatan usaha diluar dari bidang keuangan.

Berikut gambaran kegiatan usaha bank syariah dibandingkan


dengan Lembaga keuangan non bank lainnya seperti misalnya
Perusahaan leasing, multifinance, pegadaian dan lain sebagainya8.

1. Leasing – Ijarah

Bank konvensional tidak melakukan transaksi sewa atau yang


biasa disebut leasing karena ini merupakan kegiatan usaha
Perusahaan leasing. Karena bank tidak diperkenankan untuk
menjalankan kegiatan diluar bidang keuangan. Sedangkan bank
syariah dapat menyewakan barang dengan mempergunakan akad
ijarah.

2. Anjak Piutang – Hawalah/Hiwalah

Bank syariah diperkenankan untuk melakukan transaksi anjak


piutang dengan akad Hawalah/Hiwalah yang bertujuan untuk

8
Op.Cit,hal. 13

10
tolong menolong. Sedangkan bank konvensional tidak
diperkenankan untuk melakukan transaksi anjak piutang. Pada
system anjak piutang umum dilakukan dengan system diskonto
sedangkan pada bank syariah tidak diperkenankan menggunakan
system diskonto dan sifatnya tolong menolong.

3. Consumer financing – murabahah

Transaksi ini diperkenankan pada bank syariah dengan akad


murabahah. Sesuai dengan ketentuan syariah yang ada murabahah
merupakan transaksi jual beli barang (bukan uang), nasabah
sebagai pembeli menerima barang bukan menerima uang. Bank
syariah diperkenankan untuk melakukan negosiasi keuntungan dan
harga jual barang.

4. Pegadaian – Rahn

Bank konvensional tidak diperkenankan melakukan kegiatan


ini tetapi bank syariah diperkenankan untuk melakukan kegiatan
usaha pegadaian dengan akad Rahn.

11
D. Alur Operasional Bank Syariah

 Dalam penghimpunan dana bank syariah, yang diperhatikan adalah


prinsip syariah yang digunakan yaitu prinsip wadiah yad dhamanah
dan prinsip mudharabah mutlaqah. Selain itu bank syariah juga
mempunyai sumber dana lain yang berasal dari modal sendiri. Semua
sumber dana tersebut dicampur menjadi satu dalam bentuk pooling
dana. Dalam penghimpunan dana inilah bank syariah sangat berperan
sebagai manager investasi dari pemilik dana yang dihimpun,
khususnya pemilik dana mudharabah, karena pemilik dana
mudharabah tergantung pada hasil usaha pengelolaan dana yang
dilakukan oleh bank syariah

 Dana bank syariah yang dihimpun disalurkan dengan pola pola


penyaluran dana sesuai syariah dan dilakukan dengan tiga pola
penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil dan prinsip prinsip
ujroh/sewa. Karena dana bank syariah dicampur menjadi satu dalam
bentuk pooling dana maka penyaluran tersebut tidak diketahui jelas
dari prinsip penghimpunan dana yang mana.

12
 Dari penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan yaitu dalam
prinsip jual beli disebut dengan margin dan prinsip bagi hasil
menghasilkan hasil usaha serta dalam prinsip ujroh akan memperoleh
upah (sewa). Pendapatan dari penyaluran dana ini disebut dengan
pendapatan operasi utama yang akan dibagi hasilkan. Disamping itu
bank syariah memperoleh pendapatan operasi lainnya yang berasal
dari pendapatan jasa perbankan yang sepenuhnya milik bank syariah

 Dari pendapatan operasi utama yang penerimaannya telah terjadi akan


dibagi hasilkan antara pemilik dana dan pengelola dana hasil dari
pendapatan dari penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari
mudharabah mutlaqah. Perhitungan hasil usaha hanya dilakukan oleh
mudharib tanpa campur tangan shahibul maal karena sesuai dengan
prisnip mudharabah.

 Pendapatan bank syariah tidak hanya dari bagian pendapatan


pengelolaan dana mudharabah tapi juga ada pendapatan lain yang
menjadi hak sepenuhnya bank syariah dan tidak dibagi hasilkan antara
pemilik dan pengelola dana (bank). Pendapatan tersebut antara lain
berasal dari fee base income, misalnya pendapatan atas fee kliring, fee
transfer, fee inkaso, dan fee lainnya dari jasa layanan yang diberikan
bank syariah. Pendapatan yang menjadi milik bank syariah
sepenuhnya juga pendapatan dari mudharabah muqayyadah dimana
bank syariah bertindak sebagai agen.9

9
Ibid, hal 23.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang
berkaitan bank syariah dan unit usaha syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, hingga proses pelaksanaan kegiatan usahanya.Bank syariah merupakan bank
yang menjalankan aktivitas usahanya dengan menggunakan landasan prinsip-prinsip
syariah yang terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), BPRS (Bank Perkreditan
Rakyat Syariah), dan UUS (unit Usaha Syariah).

Undang undang yang terkait dengan bank syariah adalah Undang undang
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, Undang undang nomor 10 tahun 1998
tentang perubahan undang undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, Undang
undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bidang kegiatan usaha bank
syariah dikelompokkan menjadi dua yaitu Lembaga keuangan bank dan Lembaga
keuangan bukan bank.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan dkk, 2010, Akuntansi Perbankan Syariah, LPPE Usakti, Jakarta Barat.

Dadang Muljawan dkk, 2020, Ekonomi Syariah, Departemen Ekonomi dan


Keuangan Syariah Bank Indonesia, Jakarta.

Dr. Amiruddin, 2022, Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar, Samata.

15

Anda mungkin juga menyukai