Anda di halaman 1dari 14

BANK SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan dan Keuangan
Non Bank Syariah
Dosen Pengampu: Betty Eliya Rokhmah, SE., M.Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas 6D

1. Ahmad Tiyo Wibowo (192111129)


2. Qoirul Anisa (192111136)
3. Ajeng Khasanah (192111138)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank merupakan suatu hal yang tidak asing lagi dizaman sekarang ini
bagi setiap golongan masyarakat. Semakin berkembangnya zaman, bank juga
mengalami perkembangan sehingga tidak hanya dapat dijumpai diperkotaan,
namun juga akan dapat dengan mudah ditemui didaerah-daerah pelosok
sekalipun. Hal ini tentunya semakin menarik minat masyarakat untuk
melakukan transaksi di bank itu sendiri. Hal ini dikarenakan semakin
dimudahkannya akses untuk bertransaksi tersebut.
Dalam perkembangannya, zaman sekarang ini dalam dunia perbankan
tidak hanya terdapat bank konvensional dengan berbagai jenisnya, namun juga
terdapat bank syariah yang juga semakin berkembang. Namun, perkembangan
bank syariah ini tidak sepesat perkembangan bank konvensional, hal ini
diakibatkan karena masih rendahnya pemahaman masyarakat akan sistem
yang digunakan dalam bank syariah. Selain itu juga, jika dilihat dari segi
eksistensinya, bank konvensional tentunya sudah memiliki namanya sendiri
lebih dulu.
Bank syariah sendiri muncul sebagai bentuk jawaban dari
permasalahan-permasalahan masyarakat yang menginginkan terhindar dari
konsep riba yang terdapat dalam bank-bank konvensional. Hal tersebut
biasanya dirasakan oleh masyarakat yang beragama Islam. Untuk itu, dengan
munculnya bank syariah ini membuat masyarakat Islam yang berkeingan
untuk bertransaksi dalam perbankan merasa aman, nyaman dan tidak
khawatir. Hal ini karena sistem yang terdapat dalam bank syariah sudah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam syariat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Bank Syariah ?

1|B an k S yar iah


2. Apa yang menjadi dasar hukum islam dan hukum positif Bank Syariah ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan Bank Syariah ?
4. Apa kasus terkait Bank Syariah dan bagaimana pandangan hukum islam
dan hukum positif terhadap kasus tersebut ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Bank Syariah
2. Mendeskripsikan dasar hukum islam dan hukum positif Bank Syariah
3. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan Bank Syariah
4. Mengidentifikasi kasus terkait Bank Syariah dan menjelaskan pandangan
hukum islam dan hukum positif terhadap kasus yang terdapat dalam Bank
Syariah

2|B an k S yar iah


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang sekarang ini
banyak digunakan oleh masyarakat. Bank sendiri merupakan suatu badan
usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam
masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.1 Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10
Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masayarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat.2
Dari bank itu sendiri terbagi menjadi bank konvensional dan juga bank
syariah. Dari kedua jenis bank tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu
sebagai penghimpun dan juga penyalur dari dan kepada masyarakat. Namun,
yang berbeda yaitu ada tidaknya bunga dalam sistem operasionalnya. Bank
syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah.3 Prinsip syariah disini yaitu aturan perjanjian berdasakan
hukum Islam antara pihak bank dengan pihak lain, untuk penyimpanan dana
atau pembiayaan kegiatan usaha, yang sesuai dengan syariah Islam.4
Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa
keuangan yang bekerja berdasarkan etika dari sistem nilai Islam. Tentunya
juga bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif
seperti maysir dan gharar, berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan

1
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aplikasi KBBI V, (Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2006)
2
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah di Lembaga Keuangan
dan Bisnis Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2019), hlm. 165.
3
Ascarya, Diana Yumanita, Bank Syariah:Gambaran Umum, Seri Kebanksentralan No.
14, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2005), hlm. 1.
4
Ibid.

3|B an k S yar iah


usaha yang halal.5 Karena pada dasarnya bank syariah mengoperasikan
lembaganya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Untuk itu, bank syariah bisa
menjadi jawaban atas keresahan masyarakat khususnya yang beragama Islam
yang ingin menghindari sistem riba yang ada pada bank-bank konvensional.

B. Dasar Hukum Islam dan Hukum Positif Bank Syariah


Dengan berdirinya Bank Syariah di Indonesia, tentu ada dasar hukum
yang menjadi landasan untuk melindungi dan dijadikan dasar menjalankan
segala aktivitas di perbankan tersebut. Yang dijadikan dasar hukum Bank
Syariah ialah Hukum Positif dan Hukum Islam.6 Adapun dasar-dasar hukumya
yaitu :
1. Hukum Positif
Hukum positif merupakan asas dan kaidah hukum yang berlaku
dalam bentuk tertulis yang saat ini berlaku dan bersifat mengikat. Hukum
tersebut mengikat secara khusus dan umum yang dutegakkan oleh suatu
lembaga peradilan atau pemerintah yang hidup dalam suatu negara.
Sumber hukum positif diklasifikasikan menjadi dua yaitu hukum formil
dan hukum materiil. Berikut pasal pasal yang menjadi dasar hukum bank
syariah
a. Pasal 1 ayat (7) undang-undang No. 21 Tahun 2008
Pasal tersebut menjelaskan tentang pendirian bank syariah, yang
mana bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. 7
b. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 diubah menjadi UU No. 10 Tahun
1998.
Dalam undang-undang tersebut dijelaskan tentang perubahan
penyebutan “Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil” yang kemudian
diubah menjadi “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”. Dalam pasal 1

5
Ibid., hlm. 4.
6
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/hukum/hukum-ekonomi-internasional.
7
Pasal 1 ayat (7) undang-undang No. 21 Tahun 2008.

4|B an k S yar iah


juga disebutkan dalam beberapa ayatnya, diantaranya yaitu ayat (3),
ayat (4), ayat (12), dan ayat (13).8
Dalam pasal 1 ayat (13) disebutkan bahwa: “prinsip syariah
yaitu perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak
lain untuk menyimpan dana dan /atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudarabah), pembiayaan
berdasarkan penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah),atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewadari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina’).”
c. Pasal 2 UU Perbankan Syariah.
Dalam pasal tersebut dijelaskan kegiatan usaha banksyariah
berjalan berdasarkan dengan prinsip syariah. Maksudnya yaitu dalam
setiap kegiatan yang dijalankan tidak mengandung unsur riba, maisir,
gharar, haram, dan zalim. Maka dari itu, hukum perbankan syariah
memberi dasar bahwa kegiatan perbankan syariah atas dasar ekonomi
riil dengan cara berbagi hasil (return) dan risiko (risk).9
d. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Dalam pasal tersebut telah diberikan wewenang kepada bank
Indonesia untuk menetapkan dan melaksnakan kebijakan moneter
dengan berdasarkan prinsip syariah.10

8
Cut Nova Rianda, “Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah Ditinjau Dari
Hukum Positif dan Hukum Islam”, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Teungku
Dirundeng Meulaboh, Jurnal AT-TASYRI’: Vol. XI. No. 2, 2018.
9
Ibid.
10
Mieke Anggraeni Dewi, “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Syariah
Berdasar Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia”, Jurnal Hukum dan
Dinamika Masyarakat, Vol. 14, No. 2, April 2017, hlm. 129.

5|B an k S yar iah


Selain undang undang diatas, terdapat beberapa Fatwa Syariah
yang menjelaskan mengenai fungsi Bank Syariah sebagai penghimpun
dana. Diantaranya yaitu:
a. Fatwa DSN-MUI Nomor 01/DSN-MUI /IV/2000 tentang Giro dan
fatwa Nomor 02/DSNMUI/ IV/2000 tentang Tabungan. Dalam kedua
fatwa tersebut telah di tranformasikan dalam PBI Nomor 14/17/2012
tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan dengan Pengelolaan
(Trust).11
b. Fatwa DSN Nomor 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudarabah (Qiradh). Fatwa tersebut juga telah ditransformasikan
dalam PBI Nomor 14/20/2012 tentang perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/24/2009 tentang fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek Pada Bank Umum Syariah.12
c. Fatwa DSN Nomor 18/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pencadangan
Penghapusan Aktiva Produktif dalam Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam fatwa tersebut telah diserap dalam PBI Nomor 13/13/PBI/2011
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah.13
2. Hukum Islam
Dasar hukum Islam yang menjadi pegangan bank syariah yaitu Al-
Qur’an dan As-Sunnah. berikut dijelaskan dalam firman Allah diantaranya
yaitu:
ِ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيهَ آ َمىُىا ََل تَأ ْ ُكلُىا أ َ ْم َىالَ ُك ْم بَ ْيىَ ُك ْم ِبا ْلب‬
َ ‫اط ِل إِ ََّل أ َ ْن تَكُىنَ تِ َج‬
‫ارةً ع َْه‬
‫َّللاَ كَانَ ِب ُك ْم َر ِحي ًما‬ َ ُ‫اض ِم ْى ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُىا أ َ ْوف‬
َّ َّ‫س ُك ْم ۚ إِن‬ ٍ ‫ت َ َز‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jangnlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

11
Agus Waluyo, “Kepatuhan Bank Syariah Terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional
Pasca Transformasi ke Dalam Hukum Positif”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 10,
No.2, 2016, hlm 526
12
Ibid.
13
Ibid.

6|B an k S yar iah


perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.” (QS.
An-Nisa: 29).14
Kemudian juga dijelaskan dalam firman Allah yang lain:
َّ ‫ض ع َ ا ف ً ا ُم ضَ ا عَ ف َ ت ً ۖ َو ات َّق ُ ىا‬
َ ‫َّللا‬ ْ َ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل َّ ِذ ي َه آ َم ى ُ ىا ََل ت َأ ْك ُ ل ُ ىا ال ِ ّز ب َ ا أ‬
‫ل َ ع َ ل َّ ك ُ ْم ت ُف ْ لِ ُح ى َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali-Imran:130).

C. Kelebihan dan Kekurangan Bank Syariah


Menurut Antonio (2008) menjelaskan tentang kelebihan Bank Syariah
yaitu:(1) kuatnya ikatan emosional keagamaan antara pemegang saham,
pengelola bank, dan nasabahnya. Dari ikatan emosional inilah dapat
dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan membagi
keuntungan secara jujur dan adil. (2) Dengan adanya keterikatan secara religi,
maka semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam adalah berusaha sebaik-
baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun hasil yang
diperoleh diyakini membawa berkah. (3) Adanya Fasilitas pembiayaan (Al-
Mudharabah dan Al-Musyarakah) yang tidak membebani nasabah sejak awal
dengan kewajiban membayar biaya secara tetap. Hai ini adalah memberikan
kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara
tenang dan Sungguh-sungguh. (4) Dengan adanya sistem bagi hasil untuk
penyimpan dana setelah tersedia peringatan dini tentang keadaan bank yang
bisa diketahui sewaktu-waktu dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang
diterima. (5) Penerapan sistem bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga
menjadikan Bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari
dalam maupun dari luar negeri.15
Krisis dunia memang merupakan momentum bagi Indonesia menerapkan
sistem perbankkan syariah. Lalu apa susahnya bagi kita yang mayoritas

14
Muhammad Ardy Zaini, “Konsepsi Al-Qur’an dan Al-Hadits Tentang Operasional
Bank Syariah”, Jurnal Iqtishoduna, Vol. 4, No. 1, 2014, hlm. 34.
15
Agus Marimin, “Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia” , Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, Vol.1 No.2, 2015, hlm. 79 – 80.

7|B an k S yar iah


muslim? Kita masih banyak yang salah paham dan pemahamannya belum
merata tentang perbankan syariah. Ini sebenarnya bukan sekadar misi
profesionalitas tetapi juga misi nasionalisme sebagai bangsa Indonesia.
Otoritas moneter jangan lagi melihat perbankkan syariah dari sisi emosional.
Tapi harus dari rasionalnya. Prancis di bawah Nicholas Sarkozy sudah serius
menerapkan sistem perbankan syariah. Inggris adalah negara non-Muslim
pertama yang menerapkan prinsip syariah, sementara Indonesia yang
merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia justru belum
menerapkan prinsip syariah secara penuh. Di Inggris, kegiatan operasional
bank-bank konvensional dengan perbankan syariah berjalan bersama-sama.
Bahkan banyak bank-bank konvensional di Inggris yang membuka unit
syariah. Negara itu menerapkan aturan industri syariah dengan cara
mengadopsinya dari negara-negara Timur Tengah, kemudian dimodifikasi dan
diintegrasikan dengan aturan serta undang-undang yang sudah ada di
Inggris.16
Di Indonesia, industri perbankan syariah masih belum berkembang
seperti halnya di Inggris karena belum ada instrument (hukum) yang
mengaturnya. Hal itu terjadi antara lain karena berbagai pihak masih terjebak
pada perdebatan dangkal soal riba dan prinsip syariah yang masih dianggap
sebagai bagian dari dominasi ajaran agama Islam. Menurut Karnaen
Perwaatmadja terdapat beberapa kelemahan bank syariah yaitu sebagai
berikut:17
1. Kelemahan utama bank syariah adalah bahwa bank dengan sistem bagi
hasil terlalu berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi
bahwa semua orang yang terlibat dalam bank Islam adalah jujur, sehingga
diperlukan usaha tambahan yang mengawasi nasabah untuk menerima
pembiayaan dari bank Islam.
2. Sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit
terutama dalam menghitung bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan
16
Sri Pujiningsih, “Mengkaji Kelebihan Dan Kekurangan Perbankan Konvensional Dan
Perbankan Syariah”, prosiding seminar nasional ekonomi syariah, 2010, hlm. 255.
17
Ibid., hlm. 258

8|B an k S yar iah


yang nilai simpanannya di bank tidak tetap. Dengan demikian
kemungkinan salah hitung setiap saat bisa terjadi sehingga diperlukan
kecermatan yang lebih besar dari konvensional.
3. Karena bank ini membawa misi bagi hasil yang adil, maka bank Islam
lebih memerlukan tenaga kerja professional yang andal daripada bank
konvensional yang hasil pendapatannya sudah tetap dari bunga.
Kelemahan-kelemahan yang ada ini akan membawa resiko yang besar bagi
penyimpan dana. Karena bila dana yang dipergunakan oleh peminjam
dana mengalami kegagalan maka penyimpan dana juga akan ikut
menanggung kerugian tersebut. Kecurangan bisa terjadi bila peminjam
dana mengurangi hasil yang didapatnya dari perputaran dana tersebut.
Kalau dana yang dipergunakan oleh peminjam dana mengalami
keuntungan maka tidak ada masalah bagi penyimpan peminjam dana
karena dia akan mendapat keuntungan juga dari hasil tersebut.

D. Kasus Terkait Bank Syariah dan Pandangan Hukum Islam dan Positif
Terhadap Kasus Tersebut
Pada praktiknya dikehidupan nyata, dalam hal transaksi-transaksi yang
terdapat di bank syariah tentunya tidak dapat dihindarkan dari permasalahan-
permasalahan. Misalnya pada praktik pembiayaan mudharabah yang
dilakukan oleh bank syariah kepada nasabahnya. Dari aktivitas tersebut
biasanya juga menimbulkan permasalahan yaitu terkait pembiayaan yang
bermasalah.
Pembiayaan bermasalah yaitu pembiayaan yang kualitasnya berada
dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan juga macet.18 Permasalahan-
permasalahan ini dapat ditimbulkan dari sisi banknya sendiri (faktor intern)
ataupun dari pihak nasabahnya (faktor ekstern). Dalam hal faktor intern yaitu
faktor yang disebabkan dari pihak bank itu sendiri biasanya dikarenakan
kondisi manajerialnya. Yang mana hal ini dapat dilihat dari beberapa hal,
18
Ilham Firmansyah Fahmi, “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus
pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batu)”, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2018), Skripsi, hlm. 17.

9|B an k S yar iah


seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya
pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat,
penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, serta permodalan yang tidak
cukup.19 Kemudian, dari segi faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar
kekuasaan manajemen perusahaan bank misalnya yaitu adanya bencana alam,
peperangan, kondisi perekonomian, perubahan-perubahan teknologi, dan lain-
lain.20
Atas permasalahan ini tentunya pihak perusahaan bank akan melakukan
upaya-upaya untuk mengatasinya. Dalam hal ini biasanya terdapat usaha
preventif dan juga usaha represif. Dalam hal usaha preventif dapat dilakukan
dengan pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan
perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin
kepentingan bank, dan juga pemantauan serta pengawasan terhadap
pembiayaan yang diberikan.21
sedangankan untuk usaha represif yaitu usaha yang dapat dilakukan
apabila suatu masalah sudah terlanjur terjadi. Dalam hal ini usaha represif
yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rescheduling, reconditioning,
dan restructuring.22 Rescheduling (penjadwalan ulang), yaitu perubahan
jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya diubah.
Reconditioning (Persyaratan kembali), yaitu perubahan sebagian atau seluruh
persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah
angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak
menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.
Kemudian yang terakhir yaitu restructuring (penataan kembali), yaitu upaya
perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan pembiayaan, piutang, dan
ijarah terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya. Kegiatan restrukturisasi ini dapat berupa:23

19
Ibid., hlm. 18.
20
Ibid.
21
Ibid., hlm. 4.
22
Ibid., hlm. 19-20.
23
Ibid., 21.

10 | B a n k S y a r i a h
1. Penurunan imbalan/ bagi hasil
2. Pengurangan tunggakan bagi hasil
3. Pengurangan tunggakan pokok pembiayaan
4. Perpanjangan jangka waktu pembiayaan
Atas usaha-usaha tersebut diatas dimaksudkan supaya pembiayaan-
pembiayaan yang bermasalah yang menyebabkan tidak lancarnya pembiayaan
dapat menjadi atau secara bertahap kembali menjadi lancar. Dengan adanya
usaha represif tersebut juga akan dapat meringankan beban dari nasabah.
Menurut kelompok kami, atas kasus tersebut beserta dengan upaya
penyelesaian yang dilakukan oleh bank syariah tersebut sudah baik. Hal ini
karena upaya represif ketika masalah itu timbul juga tidak menyulitkan pihak
nasabah. Dalam hal ini, pihak bank dalam mencari jalan keluar atas masalah
yang timbul juga disesuaikan dengan ajaran syariat yang ada. Sehingga jalan
dari penyelesaian masalah yang diambil tidak menimbulkan kemudharatan
bagi pihak manapun. Yang ada kemashlahatanlah yang akan muncul.

11 | B a n k S y a r i a h
BAB III
KESIMPULAN

Dari materi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa bank syariah


merupakan lembaga perantara bagi masyarakat yang memiliki dana lebih, dan
juga sebagai penyalur bagi masyarakat yang kekurangan dana. Dalam aktivitas
menghimpun dan menyalurkan tersebut bank syariah menggunakan prinsip-
prinsip yang telah sesuai dengan syariat Islam. Aktivitas tersebut dilakukan guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dalam bank syariah sendiri tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya yang paling mencolok yaitu mengenai prinsipnya yang tidak ingin
membebani masyarakat, terutama bagi nasabahnya yang hendak bermitra melalui
produk pembiayaan. Namun disisi lain tentunya juga terdapat kekurangan yang
mengiringi kelebihan dari bank syariah tersebut. Salah satunya yaitu terkait
dengan perhitungan lama yang akan diterima pihak bank. Dalam perhitungan
lama tersebut dapat dibilang cukup rumit, karena laba yang akan diperoleh setiap
bulannya selalu berbeda.
Kemudian, terkait kasus yang biasanya muncul dibank syariah sendiri
yaitu terkait pembiayaan yang bermasalah. Yang mana biasanya nasabah
mengalami kesulitan untuk memenuhi angsurannya. Untuk itu dalam hal ini
biasanya pihak bank akan menawarkan jalan keluar, seperti melakukan
rescheduling, reconditioning, dan restructuring.

12 | B a n k S y a r i a h
DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. Diana Yumanita. Bank Syariah: Gambaran Umum, Seri


Kebanksentralan No. 14. (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan, 2005).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aplikasi KBBI V, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2006).
Dewi, Mieke Anggraeni. “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Syariah
Berdasar Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia”.
Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat. Vol. 14, No. 2, April 2017.
Fahmi, Ilham Firmansyah. “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi
Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batu)”. (Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018). Skripsi.
Marimin, Agus. “Perkembangan Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam. Vol.1 No.2, 2015.
Pasal 1 ayat (7) undang-undang No. 21 Tahun 2008.
Pujiningsih,Sri. “Mengkaji Kelebihan dan Kekurangan Perbankan Konvensional
dan Perbankan Syariah”. prosiding seminar nasional ekonomi syariah,
2010.
Rianda, Cut Nova. “Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah Ditinjau
dari Hukum Positif dan Hukum Islam”. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri ( STAIN ) Teungku Dirundeng Meulaboh. Jurnal AT-TASYRI’.
Vol. XI. No. 2, 2018.
Soemitra, Andri. Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah di Lembaga
Keuangan dan Bisnis Kontemporer. (Jakarta: Kencana, 2019).
Waluyo, Agus. “Kepatuhan Bank Syariah Terhadap Fatwa Dewan Syariah
Nasional Pasca Transformasi ke Dalam Hukum Positif”. Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan. Vol. 10, No.2, 2016.
Zaini, Muhammad Ardy. “Konsepsi Al-Qur’an dan Al-Hadits Tentang
Operasional Bank Syariah”. Jurnal Iqtishoduna. Vol. 4, No. 1, 2014.
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/hukum/hukum-ekonomi-internasional.

13 | B a n k S y a r i a h

Anda mungkin juga menyukai