Anda di halaman 1dari 6

Nama : Milda zendriani.

Todje

Npm : 91911404122047

Kelas : B

Mk : Manajemen syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia

 Pendahuluan
Penelitian ini menyoroti perkembangan perbankan syariah di Indonesia, karena
perbankan syarih di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan aksistensi
ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di indonesia dewasa ini kian pesat.
Maklum, Indonesia termasuk negara muslim terbesar di Dunia shingga memiliki
peran besar dalam membangun ekonomi syariah.
Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama menjadi pionner bagi
bank syariah lainnya, dan telah lebih dahulu menerapkan sistem ini di tengah
menjamurnya bank-bank konvesional.
Kehadiran Bank Syariah Indonesia menjadi tonggak sejara baru bagi bangsa ini.
Dengan penyatuan bank syariah tersebut, indonesia ditargetkan menjadi pusat
ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

 Latar Belakang
Praktik perbankan di zaman Rasulullah Saw melaksanakn tiga fungsi utama yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana, melayani jasa keuangan lainnya. Ketiga fungsi
utama tersebut merupakan fungsi utama dari bank konvensional yang menggunakan
sistem bunga (riba) dalam kegiatan operasionalnya. Satu fungsi utama lainnya yang
ada pada bank syariah adalah fungsi sosial dalam bentuk kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kebajikan (qardul hasan).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia mulanya hanya ada di daratan
eropa kemudian menyebar ke Asia Barat. Sejalan dengan perkembangan daerah
jajahan, maka perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahan mereka. Di Indonesia
juga tidak terlepas dari penjajahan Belanda yang mendirikan beberapa bank seperti
De Javasche Bank, De Post Paar Bank dan lainnya serta bank-bank milik pribumi,
Cina, Jepang, dan Eropa seperti Bank Nasional Indonesia, batavia Bank, dan lainnya.
Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia
sekitar tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non-
konvensional. Rintisan bank syariah adalah dengan berdirinya Mit GhamrLokal
Saving Bank pada tahun 1963 di Mesir oleh Dr.Ahmad el-Najar. Secara kolegtif
gagasan berdirinya bank syariah di tingkat internasional, muncul dalam konferensi
negara-negara islam sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21-27 April
1969, yang diikuti oleh 19 negara peserta.
Untuk lebih mempermudah perkembengannya bank syariah di negara-negara
muslim perlu ada usaha bersama di antara negara muslim. Maka pada bulan desember
1970, pada sidang Menteri Luar Negeri negara-negara organisasi konferensi islam
(OKI) di Karachi, pakistan, delegasi Mesir mengajukan sebuah proposal untuk
mendirikan bank syariah.
Pesatnya perkembangan bank syariah menimbulkan ketertarikan bank
konvensional untuk menawarkan produk-produk bank syariah. Hal tersebut tercermin
dari tindakan beberapa bank konvesional yang membuka sistem tertentu di dalam
masing-masing bank dalam menawarkan produk bank syariah, misalnya “the Islamic
windows” di Malaysia, “the Islamic transactions” di cabang bank perdagangan Arab
Saudi. Sementara itu Citibank mendirikan Citi Islamic Investment Bank pada tahun
1996 di Bahrain yang merupakan wholly-owned subsidiary.
Sementara itu gagasan untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya
sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar
nasional Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan pada tahun 1976
dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan Bineka Tunggal Ika.
Namun ada beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini. Yaitu:
operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur (UU No
14/1967), konsep bank syariah dari segi politis berorientasi ideologis, masih
dipertanyakan siapa yang bersediah menaruh modal dalam ventura semacam itu.
Akhirnya gagasan mengenaui bank syariah itu muncul lagi sejak tahun 1988, di
saat pemerintah mengeluarkan paket kebijakan oktober (pakto) yang berisi
liberalisasi industri perbankan.
Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di Indonesia yang lahir
sebelum lahirnya undang-undang Nomor 7 taahun 1992 yang memungkinkan
berdirinya bank yang sepenuhnya melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah
(Sutan Remy Syahdeini, 2014:97) BMI lahir sebagai hasil kerja tim Perbankaqn MUI
tersebut di atas.
Keberadan BMI ini semakin diperkuat secara konstitusi dengan munculnya
undang-undang (UU) No 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi
hasil diakomodasi.
Pendirian Bank Muamalat ini diikuri oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS). Namun demikian, keberadaan dua jenis lemaga keuangan tersebut belum
sanggup menjangkau masyarakat islam lapisan bawah. Oleh karena itu, dibentuklah
lembaga-lembaga keuangan mikro syariah yang disebut Baitul Maal Wattamwil
(BMT). Setelah dua tahun beroperas, Bank Muamalat mensponsori berdirinya
asuransi islam, Syarikat Takaful Indonesia (STI) dan menjadi salah satu pemegang
sahamnya. Tiga tahun kemudian, yaitu 1997, Bank Muamalat mensponsori lokakarya
ulama tentang reksadana syariah yang kemudian diikuti dengan beroperasinya
Reskadana Syariah oleh PT Danareksa Investment Management.
Pada tahun 1998 muncul UU No.10 tahun n1998 tentang perubahan UU No. 7
tahun 1992 tentang perbankan. Dalam UU ini terdapat beberapa perubahan yang
memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah.
Pemberlakuan UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992
tentang perbankan yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan
pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi BI/peraturan Bank Indonesia, yang telah
memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan syariah
di Indonesia.
Agustianto juga mengemukakan bahwa perkembangan perbankan syariah di
Indonesia makin pesat dan berkembang secara fantastis. Krisis keuangan global di
satu sisi telah membawa hikmah bagi perkembangan perbankan syariah.hal ini
dikarenakan masyarakat dunia, pasar oakar, dan pengambil kebijakan ekonomi, tidak
saja melirik tetapi lebih dari itu mereka ingin menerapkan konsep syariah ini secara
serius.
Dengan telah diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
pada 16 juli 2008, maka perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin
memiliki landasan huikum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi.
Perkembangan industri lembaga keuangan perbankan syariah menunjukan
keunggulannya dalam memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional.
Pertumbuhan BUS, UUS, BPRS (diagram 1) dapat dilihat bahwa pertumbuhan
perbankan syariah dari segi lembaganya selalu mengalami peningkatan. Walaupun
peningkatannya perlahan.
Pertumbuhan jaringan kantor (diagram 2) pertumbuhan jumlah jarinagn kantor
perbankan syariah dari tahun ke tahun selalu bertambah dengan pertumbuhan rata-rata
24,4% namun berfluktuasi.
Pertumbuhan Asset,DPK dan Pembiayaan yang Disalurkan (digram 3)
menunjukan kinerja yang sangat bagus. Hal itu terlihat pada statistik perbankan
syariah yang dipublikasikan oleh otoritas jasa keuangan, dimana pertumbuhan jumlah
assset, jumlah DPK, dan jumlah PYD selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.

 Kelebihan
1. Akad dan aspek legalitas
Di dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekwensi duniawi
dan ukrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan ketentuan syari’at
islam.di dalam perbankan syariah, apabilah pihak-pihak yang melakukan akad
atau transaksi melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah disepakati dan
ditandatangani, maka konsekwensinya hukum yang akan diterima tidak hanya
ketika hidup didunia saja tetapi juga kelak di hari kiamat.
2. Lembaga penyelesaian sengketa
Jika perbankan syariah terjadi perselisihan antara bank dan nasabahnya, maka
kedua belah pihak tidak menyelesikannya di pengadilan Negeri, tetapi di
Badan Arbitrase Syaiah Nasional (BASYARNAS). Lembaga inilah yang
mengatur penyelesaian sengketa yang terjadi antara perbankan syariah dan
nasabhnya.
3. Struktur oeganisasi
Bank Syariah diperkenankan untuk memiliki struktur organisasi yang sama
dengan bank konvesional, misalnya adanya dewan komisaris dan direksi.
Namun, disisi lain terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara struktur
organisasi yang diriah, miliki bank syariah dan konvesional. Perbedaan yang
mendaasar itu adalah bahwa didalam struktur organisasi perbankan syariah
harus ada dewan pengawas syariah. Hal ini untuk menjamin efektifitas
pendapat atau opini yang dikemukakan oleh dewan pengawas syariah.
4. Bisnis dan usaha yang dibiayai perbankan syariah
Di dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari
ketentuan dan petunjuk syariah. Karena itu, bank syariah tidak diperkenankan
membiayai bisnis dan usaha yang diharamkan oleh syariah. Lmbaga keuangan
syariah dan perbankan syariah tidak akan memperhatikan permohonan
pembiayaan dari suatu usaha atau bisnis sebelum mendapatkan kejelasan dan
kepastian akan beberapa hal pokok yaitu: obyek pembiayaan haram atau tidak,
proyek yang akan dibiayai itu menimbulkan madharat atau tidak, proyek yang
didabau berkaitan dengan perbuatan zina/asusila lainnya, proyek itu berkaitan
dengan perjudian, proyek itu dapat mrugikan syariah islam baik secara
langsung atau tidak langsung.

 Kekurangan
Di dalam pasal 1 undang-undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
disebutkan bahwa perbankan syariah adalah segalah sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan uasaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya
Pendapat Karnaen Perwataatmadja dan M syafi’I Antonio dalam buku “apa
dan bagaimana Bank Islam” kelemahan bank syariah adalah :
1. Bahwa bank dengan sistem ini terlalu berprasangka baik kepada semua
nasahbanya dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat dalam bank islam
atau bank syariah adalah jujur. Dengan demikian bank syariah sangat rawan
terhadap mereka yang beriktiatd tidak baik, sehingga diperlukan usaha
tambahan untuk mengawasi nasabah yang menerima pembiayaan dari bank
syariah.
2. Sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit terutama
dalam menghitung bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan yang nilai
simpanannya di bank tidak tepat. Dengan demikian kemungkina salah hitung
setiap saat bisa terjadi sehingga diperlukan kecermatan yang lebih besar dari
bank konvesional.
3. Karena bank ini membawa misi bagi hasil yang adil, maka bank syariah lebih
memerlukan tenaga-tenaga profesional yang handal daripada bank
konvesional.
Selain itu pula, yang tidak kalah pentingnya dari kelemahan banka syariah adalah
perkembangan perbankan syariah tentunya juga harus didukung oleh sumber daya
manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitsanya.

 Kesimpulan
Bank syariahyang tumbuh pesat di Negara Indonesia ini tentunya merupakan
suatu kebanggan tersendiri bagi umat muslim di negara ini namun
pertumbuhan itu haruslah dibarengi dengan sumber daya manusia yang handal
dan berkualitas dibidangnya.
Perkembangan praktik perbankan syariah di Indonesia dari berbagai aspeknya
telah menunjukan catatan pertumbuhan, jumlah BPRS beserta dengan jaringan
kantornya, jumlah DPK dan jumlah pembiayaan yang disalurkan, serta jumlah
asset yang cukup menggembirakan.

Anda mungkin juga menyukai