Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem Perbankan Syariah Indonesia dimulai tahun 1992 dengan digulirkannya UU
No. 7/1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan sistem
bagi hasil. Pada tahun yang sama lahir bank syariah pertama di Indonesia, Bank Syariah
Muamalat Indonesia (BMI). Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang.
Baru setelah diluncurkan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah
mulai menggeliat naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku
bank syariah bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas
mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi syariah bank
konvensional. Pendatang-pendatang baru perbankan syariah dipastikan terus bertambah
mengingat pada akhir 2003, beberapa bank konvensional sudah mengantungi ijin Bank
Indonesia untuk membuka unit/divisi syariah tahun ini.
Sistem ekonomi berbasis Syariah, belakangan ini makin populer bukan hanya di
negara-negara Islam tetapi juga negara-negara barat, yang ditandai dengan makin suburnya
bank-bank yang menerapkan konsep syariah. Di Indonesia perkembangan pemikiran tentang
perlunya menerapkan prinsip Islam dalam berekonomi muncul pada 1974. Tepatnya digagas
dalam sebuah seminar ‘Hubungan Indonesia-Timur Tengah’ yang diselenggarakan oleh
Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK). Perkembangan pemikiran tentang
perlunya umat Islam Indonesia memiliki lembaga keuangan Islam sendiri mulai berhembus
sejak itu, seiring munculnya kesadaran baru kaum intelektual dan cendekiawan muslim
dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
Pada awalnya memang sempat terjadi perdebatan yang melelahkan mengenai
hukum bunga Bank dan hukum zakat vs pajak di kalangan para ulama, cendekiawan dan
intelektual muslim. Akan tetapi, nampaknya perkembangan pemikiran dan
pergumulan ijtihâd panjang dalam masalah hukum ‘bunga bank’ dan ‘zakat vs pajak’
tersebut tidak sia-sia, akhirnya membuahkan hasil yang melegakan dan memuaskan umat
Islam Indonesia. Paling tidak, kalau boleh dikatakan ‘sebuah tonggak’ sejarah baru
kebangkitan ekonomi Islam di Indonesia, tepatnya pada hari Ahad, 3 November 1991 untuk

1
pertama kalinya sebuah Bank Islam dilaunching pendiriannya di Istana Bogor yang Panitia
Penyelenggaranya diketuai oleh Prof. Dr. Ir. M. Amin Aziz (sekarang Ketua Yayasan
PINBUK) Bank Islam Indonesia ini selanjutnya diberi nama Bank Muamalat Indonesia
(BMI). Ketika itu, memang BMI menjadi satu-satunya tumpuan dan harapan 150 juta umat
Islam Indonesia. Bahkan harapan yang sangat besar untuk kapasitas Bank yang baru seumur
jagung. Harapan yang tentunya sangat wajar jika dikaitkan dengan suasana emosional yang
menghinggapi umat Islam yang sudah puluhan tahun bercitacita memiliki lembaga keuangan
yang menggunakan prinsip syariah yang sekaligus untuk mewujudkan ‘mimpi’ akan
kebangkitan ekonomi 90% umat Islam yang hidup
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkansyariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari
oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau
yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan
haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media
yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan
konvensional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Bank Syariah?
2. Apa Karakteristik Bank Syariah ?
3. Apa Penanaman Bank Syariah?

2
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Perbankan Syariah
A. PENGERTIAN BANK SYARIAH
Kata bank dari kata banque dalam bahasa prancis, dan dari banco dalam bahasa
italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai
tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan
sebagainya. Dalam al-Quran, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang
dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi,
hak dan kewajibanmaka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat,
sadaqah, ghanimah (rampasan perang), bai’ (jual beli), dayn (utang dagang), mall (harta)
dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam
kegiatan.1
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh
karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan masalah uang sebagai dagangan utamanya.
Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait dengan komoditas antara lain.
1. Pemindahan Uang
2. Menerima dan membayaran kembali uang dalam rekening koan,
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat surat berharga,
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga,
5. Membeli dan menjual cek wesel,surat order maupun surat surat berharga lainnya,
6. Memberi kredit, dan
7. Memberi jaminan kredit.2
Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan
nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam. Menurut Schaik
(2001), Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum
Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi
risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002).
2
Ibid

3
keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Definisi
Bank Syariah menurut Muhammad (2002) dalam Donna (2006), adalah lembaga keuangan
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam.3Schaik (2001) mengemukakan bahwa
terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam yang menjiwai bank syariah, yaitu:
1. Keadilan, kesamaan dan solidaritas;
2. Larangan terhadap objek dan makhluk;
3. Pengakuan kekayaan intelektual;
4. Harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (fair way);
5. Tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban;
6.  Kondisi umum dari kredit (meliputi; pertama, peminjam yang mengalami kesulitan
keuangan sebaiknya diperlakukan secara baik, diberi tangguh waktu, bahkan akan lebih
baik bila diberi keringanan, dan kedua, terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai
hukum selisih antara kredit dan harga spot, ada yang.4
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel
islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai
gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk
sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr
pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri
9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun
menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri
secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan
para penabung.5
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan
mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta
pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat islam. Islamic

3
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002).
4
Ibid
5
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.    Yogyakarta. Ekonisia.

4
Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara
yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut
adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek
pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee
dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri
berdasar pada syariah islam.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian
muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic
Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank
(1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit
presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang
bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji. Di
Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991,
bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan
dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Saat
ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No.
10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.6
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank
umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank
besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero), Bank Rakyat Indonesia (Persero)dan Bank
swasta nasional: Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Tbk). Sistem syariah juga telah
digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR
Syariah.  Prinsip perbankan syariahPrinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.7

B. KARAKTERISTIK BANK SYARIAH


6
Ibid
7
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.    Yogyakarta. Ekonisia.

5
Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh karakteristik utama yang
menjadi prinsip Sistem Perbankan Syariah di Indonesia yang menjadi landasan
pertimbangan bagi calon nasabah dan landasan kepercayaan bagi nasabah yang telah loyal.
Tujuh karakteristik ini diterbitkan dan diedarkan berupa sebuah booklet Bank Syariah Untuk
Kita Semua.8 Ketujuh karakteristik ini adalah :9
1. Universal. Memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk setiap orang tanpa
memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.
2. Adil. Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu
sesuai dengan posisinya dan melaran adanya unsur maysir (unsur spekulasi atau
untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), haram, riba,
3. Transparan. Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan
masyarakat.
4. Seimbang. Mengembangkan sektor keuangan melalui akitfitas perbankan syariah
yang mencangkup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah)
5. Maslahat. Bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan
6. Variatif. Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah, tabungan umum,
giro, deposito, pembiayaan yang berbasis bagi hasil, jual-beli dan sewa, sampai
kepada produk jasa kustodian, jasa transfer, dan jasa pembayaran (debet card, syariah
charge).
7. Fasilitas. Penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, wakaf, dana kebajikan
(qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet banking dan interkoneksi
antarbank syariah.
Melihat ketujuh karakteristik ini, kita bisa memahami bahwa Perbankan Syariah
sudah memiliki landasan awal yang kokoh sebagai implementasi dari Falsafah Ekonomi
Syariah. Apa itu falsafah Ekonomi Syariah? Dimana Ekonomi Syariah memliki Tujuan, Pilar
dan Pondasi.

Dimana tujuannya adalah Falah.

8
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002)
9
Ibid

6
Al-Falah yaitu kesuksesan yang hakiki berupa tercapainya kesejahteraan di dunia dan di
akhirat. Dimana tidak ada lagi jarak antara kelompok masyarakat kurang mampu dan
masyarakat menengah keatas. Dengan begitu, berarti minimal kebutuhan dasar setiap
manusia akan terpenuhi dan manusia saling memuliakan manusia lainnya. Berlomba-lomba
untuk meraih kemuliaan yang abadi.
Kemudian, pilarnya adalah Keadilan, Kesinambungan, dan Kemaslahatan.
1. Aktifitas ekonomi yang berkeadilan dengan menghindari eksploitasi berlebihan,
spekulatif, dan kesewenang-wenangan
2. Adanya keseimbangan aktivitas di sektor riil-finansial, pengelolaan risk-return,
aktivitas bisnis-sosial, aspek spiritual material, dan azas manfaat-kelestarian
lingkungan.
3. Orientasi pada kemaslahan yang berarti melindungi keselamatan kehidupan
beragama, proses regenerasi, serta perlindungan keselamatan jiwa, harta dan akal.
Yang paling utama, Fondasi.
Fondasi Ekonomi Syariah, bangunan kokoh yang mesti dibangun atas kelayakan pondasi dan
kualitas tinggi bahan-bahan pondasinya. Ada empat hal yang mutlak. Ukhuwah, Syariah,
Akhlak, Aqidah.
1. Ukhuwah. Dimana hubungan transaksi ekonomi yang meletakkan tata hubungan
bisnis dalam konteks kebersamaan universal untuk mencapai kesuksesan bersama.
2. Syariah. Kaidah-kaidah hukum muamalat di bidang ekonomi yang membimbing
aktivitas ekonomi sehingga sesuai dengan syariah.
3. Akhlaq. Membimbing aktivitas ekonomi kita senantiasa mengedepankan kebaikan
sebagai cara mencapai tujuan.
4. Aqidah. Taqwa kepada Allah, menimbulkan kesadaran bahwa setiap akitivitas
manusia memiliki pertanggungjawaban kepada-Nya sehingga menimbulkan
kesadaran bahwa setiap aktivitas manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Dari
kesadaran ini kemudian tumbuh integritas yang sejalan dengan prinsip Tata Kelola
Usaha yang baik dan benar (Good Corporate GovernanceI yang sesuai dengan
tuntutan syariah.

7
Kemudian Adapun Tentang Fungsi, Peran, Tujuan, Ciri-Ciri Perbankan Syariah yaitu:10
1. Fungsi Perbankan Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar
akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (accounting and Auditing Organization For
Islamic Financial Institution), sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat meneglola investasi dana nasabah
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan
kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagimana lazimnya.
d. pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah,
bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial
lainnnya.

2. Tujuan Perbankan Syariah


Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,
khususnya  muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari
praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat
besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membutuhkan peluang
berusaha yang lebih besar tertama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan
usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program utama dari negara-negara yang sedang berkembangan. Upaya bank syariah

10
Usman, Suparman, 2002,  Hukum Islam, Jakarta selatan: Gaya Media Pratama Jakarta

8
di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih
menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program
pembinaan penguusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program
pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program
pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan
mampu manghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi, menghindari
persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
f. Untuk menyelematkan ketergantungan ummat Islam terhadap bank non-syariah

3. Ciri-Ciri Perbankan Syariah


Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-
ciri bank syariah adalah :
a. Beban yang disepakati  bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan
untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya
dikenakan  sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
b. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada
hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank
hanyalah Allah semata.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah)  sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak
dijanjikan imbalan yang pasti.

9
e. Dewan pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari
sulut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-
dasar muamalah Islam.
f. Fungsi kelembangaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan dana, artinya berkewajiban menjaga dan
bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu
apabila dana diambil pemiliknya.

C. PENANAMAN BANK SYARIAH


Banyak orang beranggapan saham merupakan investasi yang lebih cocok untuk orang
"berkantong dalam". Namun sekarang, saham bisa dibeli di mana saja dengan modal yang
tidak terlalu besar. Bahkan cukup dengan dana Rp5 juta, Anda sudah bisa bermain saham.
Inilah yang membuat daya tarik saham semakin besar. Bayangan untung yang tak terbatas
pun menjadi hal yang menggiurkan untuk bermain saham. Namun karena alasan ini pula,
sebagian orang menganggap saham sama seperti judi karena tidak ada kepastian yang jelas.
Semua bisa terjadi ketika Anda mengambil saham tertentu. Kadang untung besar
menghampiri, tetapi bisa juga kerugian yang tidak sedikit mendekati Anda.11
Anggapan yang mengatakan bermain saham sebagai tindakan judi tentu tidak tepat.
Jika judi adalah tindakan ilegal, membeli dan menjual saham adalah tindakan yang sah dan
diakui. Bahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun sudah memastikan tidak ada unsur
perjudian dalam bermain saham. Yang ada hanyalah tindakan jual-beli seperti yang ada di
pasar. Namun jika di pasar yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan pokok, di pasar
saham yang diperjualkan adalah kepemilikan dalam perusahaan-perusahaan tertentu.
Kembali menyoal tentang saham syariah, kepopulerannya yang tengah menanjak
membuat banyak orang tertarik untuk mendapatkan emitennya. Apalagi bagi para muslim,
saham syariah dianggap mampu mengakomodasi keinginan untuk memiliki saham yang
sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Meskipun begitu, tidak sedikit orang pula
yang tidak mengetahui perbedaan saham syariah dengan saham konvensional atau yang

11
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.    Yogyakarta. Ekonisia.

10
biasa. Berikut adalah beberapa karakteristik saham syariah yang membedakannya dengan
saham konvensional biasa yang telah terlebih dulu digemari masyarakat luas.12
1. Emiten Tidak Bertentangan dengan Ajaran Islam
Sebenarnya jenis saham syariah tidak terlalu berbeda dengan model saham konvensional.
Hal yang berbeda adalah jenis emiten atau perusahaan yang dapat dibeli. Di saham
konvensional, Anda dapat membeli emiten apa pun yang menarik perhatian Anda dan
tentu saja yang berprospek bagus. Sementara itu, di saham syariah, ada beberapa emiten
perusahaan yang tidak dapat Anda masuki sebab bertentangan dengan ajaran Islam.
Contohnya saja tidak ada penanaman saham di perusahaan rokok ataupun perusahaan
alkohol ketika Anda bermain saham syariah. Perseroan ataupun perusahaan yang
menerbitkan saham syariah tentu saja juga harus menjalankan usahanya sesuai dengan
konsep ajaran Islam. Jika tidak, perusahaan tersebut tidak dapat menerbitkan saham
syariah.
2. Sistem Bagi Hasil
Sama seperti bank-bank syariah yang tidak menerapkan unsur riba, di saham syariah pun
Anda tidak akan mendapatkan keuntungan berupa bunga atau riba. Sistem yang berlaku di
saham syariah adalah bagi hasil. Dalam sistem ini, pemegang saham tidak hanya memiliki
kemungkinan untuk mendapatkan sebagian untung dari perusahaan, tetapi juga
mempunyai risiko yang sama besar jika perusahaan ataupun perseroan mengalami
kerugian. Sebagai contoh, Anda menanamkan sejumlah dana untuk saham syariah di
perusahaan makanan kaleng. Saat perusahaan tersebut mendapat keuntungan dalam
jumlah tertentu, Anda pun akan mendapat imbasnya. Anda akan memperoleh dividen dari
keuntungan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan itu merugi, Anda pun akan ikut
menanggung kerugiannya.
3. Musyawarah Untung dan Rugi
Dalam saham syariah, masalah bagi hasil untung dan risiko rugi ini sudah mesti
disepakati ketika Anda hendak mendaftarkan saham. Calon pemegang saham dan
perusahaan harus bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama tanpa paksaan.
Inilah yang kemudian disebut dengan iktikad saham. Dengan adanya iktikad saham,
pemegang saham bisa terlepas dari yang namanya ghahar (informasi yang menyesatkan)

12
Ibid

11
maupun masyir (risiko yang berlebihan).Ketika bersepakat, perusahaan ataupun perseroan
memiliki ketentuan untuk memaparkan dengan sejelas-sejelasnya informasi apa saja
mengenai perusahaannya. Seluk-beluk perusahaan harus diketahui calon pemegang saham
agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Tentu saja penjelasan tersebut
diberitahukan kepada calon pemegang oleh perusahaan sekuritas yang menjual saham
tersebut. Calon pemegang saham juga berhak mempertanyakan segala hal yang dianggap
perlu dan ingin diketahui dari emiten yang ia inginkan. Dengan demikian, informasi yang
menyesatkan dapat dihindari. Saham syariah juga membuat pemegang saham menyadari
ada tanggung jawab dan risiko yang ditanggungnya. Misalnya saja bahwa pemegang
saham mesti ikut menanggung kerugian yang didapat dari emitennya. Dengan kesadaran
tersebut, diharapkan Anda tidak menjadi serakah untuk mengejar keuntungan maksimal,
melainkan memainkan saham secara bijak.13
Tidak ada yang sulit ketika Anda ingin mencoba berinvetasi di jenis saham syariah.
Cara berinvestasinya sama saja dengan bermain di saham konvensional. Anda cukup
mendatangi perusahaan sekuritas atau agen yang menjual saham. Di sana, Anda dapat
memilih saham berjenis syariah yang diminati. Namun, tentu membeli saham tidaklah sama
dan tidaklah semudah dengan membeli kue di toko. Ada beberapa hal yang mesti Anda
perhatikan sebelum akhirnya dapat memiliki saham syariah yang diidamkan. Berikut
beberapa langkah yang perlu Anda pertimbangkan dan lakukan saat ingin berinvestasi saham
syariah, khususnya di Indonesia yaitu antara lain:14
1. Kenali Saham yang Diinginkan
Meskipun sering dikatakan dengan istilah 'bermain saham', kegiatan yang satu ini tidak
dapat Anda sama ratakan dengan kegiatan bermain untuk bersenang-senang semata.
Dalam saham, ada risiko dari dana yang Anda tanamkan. Karena itu, menjadi penting
untuk mengetahui terlebih dahulu seluk-beluk saham yang Anda inginkan sebelum
membelinya ke perusahaan sekuritas maupun agen saham lainnya. Khusus untuk saham
syariah, Anda harus mengenali daftar perusahaan apa saja yang bisa Anda tanamkan
saham di dalamnya. Untuk mengetahui hal ini, ada dapat mengeceknya di Daftar Efek
Syariah yang diterbitkan oleh OJK. Dalam daftar tersebut ditampilkan emiten apa saja
yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Ada dua jenis
13
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.    Yogyakarta. Ekonisia.
14
Usman, Suparman, 2002,  Hukum Islam, Jakarta selatan: Gaya Media Pratama Jakarta

12
Daftar Efek Syariah yang diterbitkan, yaitu yang bersifat periodik dan diterbitkan secara
berkala pada akhir Mei atau November dalam tiap tahun serta yang bersifat isidentil atau
tidak berkala.
2. Pastikan Saham Bebas dari Praktik yang Tidak Sesuai Islam
Setelah mengetahui daftar emiten yang bisa Anda beli untuk berinvestasi saham syariah,
langkah berikutnya adalah mengecek ketepatan emiten tersebut. Pastikan bahwa saham
yang telah tercatat bebas dari praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Menurut Peraturan Bapepam LK Nomor II K.1, ada beberapa syarat yang membuat sebuah
emiten dapat dikategorikan sebagai saham syariah. Syarat-syarat tersebut seperti yang
disebutkan di bawah ini.
a. Jenis usaha, produk barang atau jasa, serta akad dan pengelolaan emiten tidak boleh
berseberangan dengan prinsip syariah.
b. Emiten wajib menandatangani dan memenuhi ketentuan akad sesuai dengan prinsip
syariah.
c. Emiten wajib memiliki Syariah Compliance Officer (SCO) untuk menjelaskan
prinsip syariah yang dianutnya. SCO adalah pejabat atau petugas di lembaga atau
perusahaan yang telah disertifikasi Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
sebagai tanda bahwa ia memahami konsep syariah di pasar modal.
3. Datangi Perusahaan Sekuritas
Setelah memahami daftar perusahaan yang sahamnya berkonsep syariah, saatnya Anda
mulai bertindak riil. Jika memang berniat bermain saham syariah, segera datangi
perusahaan sekuritas terpercaya yang menjual saham syariah yang diinginkan. Pastikan
perusahaan sekuritas tersebut diakui OJK. Dengan begitu, Anda dapat memercayakan
dana Anda di sana. Mintalah penjelasan secara rinci dari petugas perusahaan sekuritas
tersebut untuk menjadi pembanding dan pelengkap informasi dari emiten yang ingin
Anda beli. Setelah itu, isi formulir yang diperlukan. Jika ragu untuk langsung bermain
saham syariah, Anda dapat mempertimbangkan reksadana syariah yang risikonya lebih
kecil. Anda bisa mendapatkan penjelasannya dari petugas perusahaan sekuritas yang
Anda datangi pula.
BAB III
PENUTUPAN

13
A. KESIMPULAN
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh
karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan masalah uang sebagai dagangan utamanya.
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel
islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai
gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk
sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr
pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri
9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun
menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri
secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan
para penabung.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk penyempurnaan
penyusunan makalah selanjutnya. Jika ada kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami mohon ma’af sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Usman, Suparman, 2002,  Hukum Islam, Jakarta selatan: Gaya Media Pratama Jakarta
Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.    Yogyakarta. Ekonisia.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002).

15

Anda mungkin juga menyukai