sahabat-sahibit blogger sedunia. Saat matahari perlahan muncul menyapa dari ufuk
Timur , tidak terasa kaki-ku menjejak lagi di bumi Toraja, Tondok Lepongan Bulan.
Kali ini saya datang memenuhi undangan dari seorang saudara dekat atau sepupu satu
kali yang bernama Ishak Toding atau biasa dipanggil Bapak Lola.
Lola adalah nama dari anak perempuan pertamanya dan sudah menjadi tradisi suku
Toraja, kalau nama seseorang bisa beruba-ubah, pada waktu bujangan, sesudah menikah
dan punya anak lalu saat sudah menjadi seorang kakek atau nenek. Jadi pada saat
bujang dia dipanggil Ishak, saat sudah menikah dan punya anak dipanggil sesuai nama
anak pertamanya Bapak Lola, dan kemudian entahlah kemudian siapa nama cucu-nya
kelak.
Kali ini Bapak Lola akan menikahkah anak-perempuannya yang pertama yaitu Lola,
dan untuk hajatan inilah dia mengundang semua kerabat dekat agar menghadiri-nya,
karena ini yang pertama kali ia menikahkan anak-nya. Karena Bapak Lola adalah cucu
Perkawinan Adat Toraja yang disebut Rampanan Kapa' merupakan prosesi adat
yang sangat dimuliakan masyarakat Toraja, karena merupakan bahagian
terbentuknya susunan pondasi kebudayaan suku Toraja. Tampak perbedaan yang jelas
antara prosesi adat perkawinan Toraja dengan perkawinan di daerah lain. Karena
bukanlah penghulu agama yang mensyahkan perkawinan itu ,tetapi dilaksanakan oleh
Pemerintah Adat yang dinamakan Ada’ dan perkawinan itu diatur oleh
peraturan dari ajaran adat Aluk Todolo yang disebut Aluk Rampanan
Kapa’.Prosesi perkawinan di Toraja terlaksana karena adanya persetujuan kedua
belah pihak, kemudian disyahkan dalam perjanjian disaksikan oleh pemerintah adat dan
seluruh keluarga.
Dari jauh sudah tampak Mobil Pendoloan, yaitu mobil khusus yang berjalan
didepan Mobil Pengantin, memasuki lokasi pesta. Mobil Pendoloan itu diikuti oleh
Mobil Pengantin dibelakangnya kemudian berhenti tidak jauh dari pusat pesta, untuk
menurunkan pengantin dan rombongan yang menyertainya.
Pengantin lelaki yang bernama Mika kemudian membawa pengantin perempuan Lola
menuju Gereja untuk disyahkan secara agama , kemudian kembali ke lokasi pesta. Pada
saat menuju lokasi pesta, di depan ada pasukan yang membawa Doke semacam
Tombak, kemudian disusul dengan barisan pagar ayu yang berbaju adat Kandore
yaitu baju adat Toraja yang berhiaskan Manik-manik yang menjadi penghias dada,
gelang, ikat kepala dan ikat pinggang. Ada dua warna baju para pagar ayu, yaitu Merah
dan Putih, kemudian di belakang mereka berjalan-lah pasangan pengantin dengan
kuning. Kata Tongkonan sendiri berasal dari bahasa Toraja yaitu Tongkon yang
berarti duduk.
Kalau diperhatikan dengan seksama, maka di bahagian atas tongkonan itu ada semacam
etalase yang terbuat dari kaca, lalu di dalam kaca tersebut terpajanglah Lima
Tengkorak Kepala Manusia. Saya mencoba mencari tahu keberadaan
tengkorak-tengkorak itu, dan hampir semua mengatakan bahwa itu adalah tengkorak
dari para penguasa Tongkonan Lombok sejak jaman dahulu kala. Dan sebagai
penghormatan, maka tengkorak-tengkorak mereka diletakkan di situ. Dan bagi
masyarakat Toraja, sudah menjadi kebiasaan tinggal bersama sisa-sisa jasad para
leluhur mereka. Bahkan ketika mayat belum dikuburpun, biasanya disimpan terlebih
dahulu di dalam rumah tempat mereka tinggal.
Dibawah ini adalah foto-foto suasana pesta perkawinan. Untuk tamu-tamu yang
memiliki posisi tinggi dipemerintahan, atau memiliki kedudukan dalam Dewan Adat
Bambu sebagai wadahnya yang biasa disebut SUKE. Membawa tuak merupakan
tradisi masyarakat Toraja, dimana itu juga merupakan penghormatan kepada tuan
rumah. Meskipun akhirnya Tuak tersebut mereka konsumsi sendiri.
Dan puncak-nya adalah foto kenang-kenangan, foto bareng dengan keluarga, terlebih
dengan keluarga yang datang dari tempat yang jauh, seperti saya misalnya. Bahkan ada
berjumpa dengan keluarga adalah di acara Rambu Solo atau Upacara Adat
Pemakaman dan Rambu Tuka yaitu acara syukuran adat, serta di Pesta
Perkawinan seperti ini, karena setelah itu mereka kembali berpencar ke seluruh
negeri untuk mencari sesuap nasi dan sepiring berlian.
CIRI-CIRI KHUSUS ORANG TORAJA
Suku toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,
Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 600.000 jiwa. Mereka juga menetap di
sebagian dataran Luwu dan Sulawesi Barat.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan dari Luwu. Orang
Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung
arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang Luwu
menyebutnya To Riajang yang artinya adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”.
Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya
(besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut
menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja
dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
Wilayah Tana Toraja juga digelar Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana Matari’allo arti
harfiahnya adalah “Negri yang bulat seperti bulan dan matahari”. Wilayah ini dihuni
oleh satu etnis (Etnis Toraja)