Anda di halaman 1dari 7

ADAT PERNIKAHAN SUKU TORAJA

sahabat-sahibit blogger sedunia. Saat matahari perlahan muncul menyapa dari ufuk

Timur , tidak terasa kaki-ku menjejak  lagi di bumi Toraja, Tondok Lepongan Bulan.
Kali ini saya datang memenuhi undangan dari seorang saudara dekat atau sepupu satu
kali yang bernama Ishak Toding atau biasa dipanggil Bapak Lola.
Lola adalah nama dari anak perempuan pertamanya dan sudah menjadi tradisi suku
Toraja, kalau nama seseorang bisa beruba-ubah, pada waktu bujangan, sesudah menikah
dan punya anak lalu saat sudah menjadi seorang kakek atau nenek. Jadi pada saat
bujang dia dipanggil Ishak, saat sudah menikah dan punya anak dipanggil sesuai nama
anak pertamanya Bapak Lola, dan kemudian entahlah kemudian siapa nama cucu-nya
kelak.

Kali ini Bapak Lola akan menikahkah anak-perempuannya yang pertama yaitu Lola,
dan untuk hajatan inilah dia mengundang semua kerabat dekat agar menghadiri-nya,
karena ini yang pertama kali ia menikahkan anak-nya. Karena Bapak Lola adalah cucu

langsung dari almarhum Puang Dopang Batara Manikallo dan

almarhumah Elizabeth Bangun, maka itulah kerabat yang hadir sebahagian


besar dari rumpun keluarga Manikallo. Lokasi pesta-nya diadakan di Tongkonan
LOMBOK di Sipate, Kelurahan Tambunan , Kecamatan Makale Utara, jalan-nya
lumayan dekatlah, apalagi sudah mendapat dana dari PNPM jadi lebih tertata dan sudah
pengerasan dengan bahan baku beton. 
Saya datang bersama rombongan, om dan tante serta saudara dekat dan saudara jauh
kelokasi pesta. Kami datang sebelum pengantin lelaki tiba untuk menjemput pengantin
perempuan, karena kamilah yang akan menyambutnya. Cuaca mulai agak mendung,
mudah-mudahan tidak segera hujan, begitu doa-ku dalam hati. O-iya postingan ini
sebenarnya sudah harus saya posting pada tahun lalu, namun belum sempat diedit
karena beberapa kesibukan dunia sebenarnya dan sayang sekali kalau sampai tidak
diposting. Pada kesempatan ini barulah bisa saya memposting-nya. 

Perkawinan Adat Toraja yang disebut Rampanan Kapa' merupakan prosesi adat
yang sangat dimuliakan masyarakat Toraja, karena merupakan bahagian
terbentuknya susunan pondasi kebudayaan suku Toraja. Tampak perbedaan yang jelas
antara prosesi adat perkawinan Toraja dengan perkawinan di daerah lain. Karena
bukanlah penghulu agama yang mensyahkan perkawinan itu ,tetapi dilaksanakan oleh

Pemerintah Adat yang dinamakan Ada’ dan perkawinan itu diatur oleh

peraturan dari ajaran adat Aluk Todolo yang disebut Aluk Rampanan
Kapa’.Prosesi perkawinan di Toraja terlaksana karena adanya persetujuan kedua
belah pihak, kemudian disyahkan dalam perjanjian disaksikan oleh pemerintah adat dan
seluruh keluarga.

Dari jauh sudah tampak Mobil Pendoloan, yaitu mobil khusus yang berjalan
didepan Mobil Pengantin, memasuki lokasi pesta. Mobil Pendoloan itu diikuti oleh
Mobil Pengantin dibelakangnya kemudian berhenti tidak jauh dari pusat pesta, untuk
menurunkan pengantin dan rombongan yang menyertainya. 

Pengantin lelaki yang bernama Mika kemudian membawa pengantin perempuan Lola
menuju Gereja untuk disyahkan secara agama , kemudian kembali ke lokasi pesta. Pada

saat menuju lokasi pesta, di depan ada pasukan yang membawa Doke semacam

Tombak, kemudian disusul dengan barisan pagar ayu yang berbaju adat Kandore
yaitu baju adat Toraja yang berhiaskan Manik-manik yang menjadi penghias dada,
gelang, ikat kepala dan ikat pinggang. Ada dua warna baju para pagar ayu, yaitu Merah
dan Putih, kemudian di belakang mereka berjalan-lah pasangan pengantin dengan

diiringi oleh Payung Kebesaran, selanjutnya menyusul-lah para keluarga dari


keluarga kedua mempelai. Kedua mempelai itu berjalan menuju kursi pelaminan yang
telah disediakan.
TENGKORAK DI ATAS TONGKONAN LOMBOK

Nama tempat pelaksanaan pesta perkawinan adalah Tongkonan LOMBOK,


dan disitulah pelaminan pengantin disediakan. Tongkonan adalah Rumah
Tradisional Toraja yang  dihiasi dengan ukiran berwarna hitam, merah dan

kuning. Kata Tongkonan sendiri berasal dari bahasa Toraja yaitu  Tongkon yang
berarti duduk.

Kalau diperhatikan dengan seksama, maka di bahagian atas tongkonan itu ada semacam

etalase yang terbuat dari kaca, lalu di dalam kaca tersebut terpajanglah Lima
Tengkorak Kepala Manusia. Saya mencoba mencari tahu keberadaan
tengkorak-tengkorak itu, dan hampir semua mengatakan bahwa itu adalah tengkorak
dari para penguasa Tongkonan Lombok sejak jaman dahulu kala. Dan sebagai
penghormatan, maka tengkorak-tengkorak mereka diletakkan di situ. Dan bagi
masyarakat Toraja, sudah menjadi kebiasaan tinggal bersama sisa-sisa jasad para
leluhur mereka. Bahkan ketika mayat belum dikuburpun, biasanya disimpan terlebih
dahulu di dalam rumah tempat mereka tinggal.

Dibawah ini adalah foto-foto suasana pesta perkawinan.  Untuk tamu-tamu yang
memiliki posisi tinggi dipemerintahan, atau memiliki kedudukan dalam Dewan Adat

dan memiliki unsur kebangsawanan di persilahkan bergabung duduk di Alang, atau


Tempat Duduk Di bawah Lumbung, dimana Lumbung adalah tempat menyimpan
padi bagi masyarakat Toraja dan merupakan tempat kehormatan bagi para tamu.
Sementara para tamu lainnya dibuatkan pondok dari bambu yang memanjang, dan di
sesuaikan dengan asal kampung mereka. Juga disediakan kursi bagi para udangan
lainnya.

Biasanya para undangan membawa Jerigen yang berisi Tuak, yang

digunakan sebagai air minum pengganti air putih setelah menikmati


konsumsi yang disediakan oleh tuan rumah. Tuak ini diminum dengan menggunakan

Bambu sebagai wadahnya yang biasa disebut SUKE. Membawa tuak merupakan
tradisi masyarakat Toraja, dimana itu juga merupakan penghormatan kepada tuan
rumah. Meskipun akhirnya Tuak tersebut mereka konsumsi sendiri.

Dan puncak-nya adalah foto kenang-kenangan, foto bareng dengan keluarga, terlebih
dengan keluarga yang datang dari tempat yang jauh, seperti saya misalnya. Bahkan ada

yang datang dari Propinsi Sulawesi Barat, dan Jakarta khusus


menghadiri pesta perkawinan ini.  Bagi masyarakat Toraja, tempat berkumpul dan

berjumpa dengan keluarga adalah di acara  Rambu Solo atau Upacara Adat

Pemakaman dan Rambu Tuka yaitu acara syukuran adat, serta di Pesta
Perkawinan seperti ini, karena setelah itu mereka kembali berpencar ke seluruh
negeri untuk mencari sesuap nasi dan sepiring berlian.
CIRI-CIRI KHUSUS ORANG TORAJA
Suku toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,
Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 600.000 jiwa. Mereka juga menetap di
sebagian dataran Luwu dan Sulawesi Barat.

Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan dari Luwu. Orang
Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung
arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang Luwu
menyebutnya To Riajang yang artinya adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”.
Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya
(besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut
menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja
dikenal kemudian dengan Tana Toraja.

Wilayah Tana Toraja juga digelar Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana Matari’allo arti
harfiahnya adalah “Negri yang bulat seperti bulan dan matahari”. Wilayah ini dihuni
oleh satu etnis (Etnis Toraja)

Anda mungkin juga menyukai