Pengantar
Janang
Banyak
versi
Tambo
tentang
kisah
Datuak
Datuak
Katumanggungan
juga
punya
nama
kecil.
Nama
kecil
Datuak
juga kian menjadi-jadi. Sutan Rumandung yang jadi Tumenggung sering mengalami
kekecewaan, sehingga ia berniat pulang kampung ke Ranah Minang.
Setiba di kampung halaman suasana di Ranah Minang ternyata juga telah berubah.
Ia merasa asing di tanah kelahiraannya sendiri. Apalagi ajaran Islam telah berkembang
dengan pesat. Sementara dan pengiringnya menganut ajaran Bhairawa (satu sekte dari
agama Budha)
Ia coba pindah dari Darmasyraya ke Pariangan. Ternyata di kakigunung Marapi itu
ajaran Islam lebih kental.Semula ia mempelajari Islam dengan tujuan untuk mencari
kelemahannya.Tetapi, setelah beberapa tahun Iamalah memutuskan untuk bersyahadat.
Setelah menjadi muslim dan menjadi penganjur Islam yang taat, Ia didaulat menjadi
Datuak Katumanggungan. Sejak itu ia kembali diterima oleh masyarakatnya. Karena itu pula
ia bersama pemuka adat Minangkabau waktu itu merumuskan UndangTariak Baleh (Hukum
Qisas) sebagai pengganti Undang Si Lamo-Lamo dan Undang Si Gamak-Gamak.
Kini beralih cerita pada Sutan yang telah menjadi Mahapatih di Tanah Jao. Selama
menjadiMahapatih,ia tidak hanya bepergian untukmemimpin angkatan perang.Tetapi ia
memanfaatkan untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan.
Ia menuntut berbagai ilmu di negeri orang. Ia bahkan beberapa kali sampai ke negeri
Cina sebagai wakil kerajaan. Kecerdasan Sutan Balun tentu semakin bertambah.
Namun, akhirnya saudaranya yang menjadi raja mangkat. Selanjutnya digantikan
oleh beberapa keturunannya. Tapi lama kelamaan ia menjadi tidak betah. Kebesaran
kerajaan membuat masyarakat di lingkungan Istana menjadi pongah.
Bahkan ia sering kecewa pada berbagai pola dan kebijakan yang diterapkan di sana.
Setelah rasa sabarnya taklagi terbendung iapun berlayar ke tengah lautan. Ia meninggalkan
jabatannya dan hilang dari pandangan masyarakat di sana.
Datang entah dari mana,dan pergipun entah ke mana. Demikian orang di Tanah Jao
menggambarkan keberadaannya. Sehingga hampir tak ada yang tahu kalau Sang
Mahapatih itu bertolak pulang ke kampung halamannya di Ranah Minang.
Sutan Balun rindu pada kampung halaman. Ia juga rindu pada kakaknya. Apalagi
Sutan Rumandung adalah kakak satu-satunya. Sementara ibu mereka telah tiada.
Kerinduan yang mengharu-biru membuat ia segera ingin kembali bersama.
Untuk menghindari hal yang kurang menyenangkan hati Sutan Balun dan
pendukungnya,
maka
dengan
penuh
kebijakan
ia
mengundang
pemuka-pemuka
bana
tak lakang
nafasu
nan
dek
paneh,
mambateh,
nan
hak
hancua
tak lapuak
luluah
dek
dek
hujan,
kanyataan.
(Yang benar tak rengkah oleh panas, Yang hak tak lapuk oleh hujan, Walaupun nafsu yang
membatas, hancur luluh oleh kenyataan.)
Datuak Katumanggungan mengusulkanagar saran Sutan Balun dan pendukungnya
itudibahas denganpemuka-pemuka masyarakat. Setelah musyawarahlah itulah akan
ditetapkan, apakah memang perlu dibentuk undang-undang yang baru.
Agar pembicaraan jangan sampai diketahui oleh umum, dan tidak memancing
keributan , sebelum diputuskan maka diperlukan sebuah tempat yang aman untuk mengkaji
persoalan. Sutan Balun mengusulkan agar Balai Nan Panjang di nagari Tabek diambil
seruang yang yang ditengahnya. Balai yang seruang ini dipindahkan ke Pariangan dan
dinamakan Balai Saruang.
Setelah Balai Saruang di Pariangan siap, dimulailah rapat tersebut. Menurut Sutan
Balun, peraturan yang akan dirumuskan hendaklah sesuai dengan kehendak masyarakat
(Mambasuik dari bumi dalam proses duduak sahamparan, tagak sapamatang ) dan logis
(berdasakan puncak pemikiran yang cerdas atau bodi catni arga) yang tidak melanggar
kebenaran. Hal ini karena yang akan memakai adalah masyarakat juga.
Pendapat-pendapat
dan
keinginan
rakyat
harus
diterima
sebagai
bahan
Perdebatan memang berlangsung sengit. Tetapi bukan membuat keduanya samasama berkeras untuk memaksakan pahamnya. Melainkan mereka sama-sama berusaha
membuat pihak lawan untuk berpikir jernih. (Inilah kemudian yang menjadi cikal budaya Alua
Pasambahan)
Karena ia dihormati dengan santunnya oleh pihak Datuak Katumanggungan, lama
kelamaan nuraninya tergugah. Tirai yang membuat ia jadi berjarak dengan kakaknya
tersibak. Ternyata apa yang ia inginkan tidak jauh berbeda dengan apa yang menjadi roh
dari Undang Tariak Baleh.
Bahkan ia merasa gagasannya menjadi semakin lengkap ketika pihak Datuak
Katumanggungan beserta pendukungnya menjabarkan konsep Islam tentang gagasannya
itu.
Akhirnya dengan sangat bijak rapat di Balai Saruang itu menetapkan kesepakatan
untuk tidak sepakat. Di mana kedua paham dari pihak Sutan Balun dan pendukungnya,
serta paham Datuak Katumanggungan dan pendukungnya sama-sama boleh diterapkan di
Minangkabau. Adat inilah yang kemudian dikenal sebagai Adat Basandi Syarak-Syarak
Basandi Kitabullah.....
Akhirnya hasil rapat ini dibawa ke Balai Nan Panjang untuk dikukuhkan untuk
dimaklumkan kepada umum. Untuak ditabukan ka nan rami, dilewakan ka nan banyak......