Anda di halaman 1dari 5

DATUAK KATUMANGGUNGAN Jo DATUAK PARPATIAH NAN SABATANG

Pengantar

Janang

Banyak

versi

Tambo

tentang

kisah

Datuak

Katumanggungan jo Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Barikuikkan Janang turunkan


kisah Tambo tantang tagaknyo Balai Saruang jo Balai Nan Panjang, tampek
dirumuskannyo Adat Alam Minangkabau, yang sangat kental dengan ABS-SBK-nya.
Riwayat tentang Balai Saruang dan Balai Nan Panjang, berkaitan dengan kisah
Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan di masa lalu.
Datuak Parpatiah Nan Sabatang pada masa kecil hingga mudanya bernama Sutan
Balun.

Datuak

Katumanggungan

juga

punya

nama

kecil.

Nama

kecil

Datuak

Ketumanggungan yaitu Sutan Rumandung atau Sutan Rumanduang, atau kalau


diterjemahkan menjadi Pangeran Matahari.
Sutan Balun dan Sutan Rumanduang masih bersaudara. Sutan Rumanduang yang
tua dan Sutan Balun yang muda. Mereka berbeda ayah, tapi satu ibunya. Ayah Sutan
Rumandung Raja di Rantau Tanah Jao, sedang ayah Sutan Balun adalah pegawai kerajaan.
Ketika saudara mereka naik nobat sebagai raja di Tanah Jao banyak terjadi
pemberontakan, Maka mereka memutuskan untuk bahu-membahu membantu saudaranya
itu. Sutan Rumandung karena pernah di besarkan dilingkungan kerajaan, maka tak kesulitan
dalammerapatkan diri, sehingga ia kemudian diangkat menjadi Tumenggung.
Sedangkan Sutan Balun menempuh cara mambasuik dari bumi. Yaitu dengan cara
menyusup dan menyamarsebagai rakyat biasa. Sebelum ke Tanah Jao uia malah singgah di
Pulaiu Bali. Kemudian ia baru pergi ke ibukota kerajaan.
Namun karena kesaktian selaku anak dari Cati Bilang Pandai (Indo Jati) tak lama
kemudian ia di angkat jadi bekel (ketua) prajurit istana. Berkat kecerdasannya dan
ketangguhannya, selanjutnya ia diangkat pula jadi Patih. Bahkan taklama antaranya ia
dipromosikan menjadi Mahapatih.
Semenjak itu mereka berdua sering bahu-membahu menyusun kekuatan membela
kerajaan hingga kerajaan tersebut menjadi besar. Tentu saja tanpa banyak yang tahu,
bahwa sesungguhnya Patih dan Tumenggung itu adalah dua orang yang bersaudara.
Setelah lama di rantau, suasana mulai berubah. Apalagi kekuatan kerajaan-kerajaan
Islam semakin berkembang dan mendesak kekuatan pusat. Pertikaian di dalam kerajaan

juga kian menjadi-jadi. Sutan Rumandung yang jadi Tumenggung sering mengalami
kekecewaan, sehingga ia berniat pulang kampung ke Ranah Minang.
Setiba di kampung halaman suasana di Ranah Minang ternyata juga telah berubah.
Ia merasa asing di tanah kelahiraannya sendiri. Apalagi ajaran Islam telah berkembang
dengan pesat. Sementara dan pengiringnya menganut ajaran Bhairawa (satu sekte dari
agama Budha)
Ia coba pindah dari Darmasyraya ke Pariangan. Ternyata di kakigunung Marapi itu
ajaran Islam lebih kental.Semula ia mempelajari Islam dengan tujuan untuk mencari
kelemahannya.Tetapi, setelah beberapa tahun Iamalah memutuskan untuk bersyahadat.
Setelah menjadi muslim dan menjadi penganjur Islam yang taat, Ia didaulat menjadi
Datuak Katumanggungan. Sejak itu ia kembali diterima oleh masyarakatnya. Karena itu pula
ia bersama pemuka adat Minangkabau waktu itu merumuskan UndangTariak Baleh (Hukum
Qisas) sebagai pengganti Undang Si Lamo-Lamo dan Undang Si Gamak-Gamak.
Kini beralih cerita pada Sutan yang telah menjadi Mahapatih di Tanah Jao. Selama
menjadiMahapatih,ia tidak hanya bepergian untukmemimpin angkatan perang.Tetapi ia
memanfaatkan untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan.
Ia menuntut berbagai ilmu di negeri orang. Ia bahkan beberapa kali sampai ke negeri
Cina sebagai wakil kerajaan. Kecerdasan Sutan Balun tentu semakin bertambah.
Namun, akhirnya saudaranya yang menjadi raja mangkat. Selanjutnya digantikan
oleh beberapa keturunannya. Tapi lama kelamaan ia menjadi tidak betah. Kebesaran
kerajaan membuat masyarakat di lingkungan Istana menjadi pongah.
Bahkan ia sering kecewa pada berbagai pola dan kebijakan yang diterapkan di sana.
Setelah rasa sabarnya taklagi terbendung iapun berlayar ke tengah lautan. Ia meninggalkan
jabatannya dan hilang dari pandangan masyarakat di sana.
Datang entah dari mana,dan pergipun entah ke mana. Demikian orang di Tanah Jao
menggambarkan keberadaannya. Sehingga hampir tak ada yang tahu kalau Sang
Mahapatih itu bertolak pulang ke kampung halamannya di Ranah Minang.
Sutan Balun rindu pada kampung halaman. Ia juga rindu pada kakaknya. Apalagi
Sutan Rumandung adalah kakak satu-satunya. Sementara ibu mereka telah tiada.
Kerinduan yang mengharu-biru membuat ia segera ingin kembali bersama.

Sutan Balun akhirnya sampai di kampung halaman. Setelah sampai, Sutan


Rumandung merasa lega. Kepulangan adiknya disambut dengan gembira. Ia segera
mendatangi rumah kediaman adiknya.
Kedua bersaudara itu berjabat tangan dan berpelukan dengan penuh sukacitanya.
Bahkan ia mengadakan upacara penyambutan bersama masyarakat dan mendaulat mantan
Mahapatih yang kemudian dikenal menjadi Datuak Parpatiah Nan Sabatang...
Hanya saja ada kekecawaan yang mendalam di hati Sutan Balun. Ia merasa kecewa
karena kakaknya telah menjadi muslim. Pada hal sewaktu sama-sama menjadi pembesar
kerajaan di Tanah Jao musuh bebuyutan mereka adalah kerajaan-kerajaan Islam yang
semakin menguat.
Akhirnya rasa kecewannya juga takbisadipendam lagi. Ia coba mencari akal.
Bermodalkan kecerdasannya Sutan Balun mendebat Datuak Katumanggungan soal Undang
Undang Tarik Balas. Sutan Balun mengatakan bahwa Undang-Undang ini mempunyai
kelemahan. Kelemahan ini membuat rakyat kurang puas.
Bahkan hal ini menurut Sutan Balun membuat orang teraniaya. Mati satu maka harus
mati satu lagi, sakit seorang maka harus sakit seorang lagi.
Bagaimana bila di masa depan akan lebih banyak terjadi kejahatan. Orang yang
akan menerima balasan tentu akan banyak pula. ujarnya pada Datuak Katumanggungan.
Segala uneg-unegnya ia sampaikan kepada kakaknya. Ia sangat cinta kepada
kebenaran. Rasa kemanusiaannya memancar menyinari otaknya, karena itu ia bertekad
untuk memperjuangkan agar hukum yang sedang berlaku dikoreksi kembali.
Setelah disampaikan, Sutan Rumandung merasa kagum pada pikiran adiknya. Ia
dapat merasakan apa yang dirasakan Sutan Balun. Hampir sama dengan apa yang pernah
dirasakannya sebelum ia paham dengan ajaran Islam yang mulia. Ia tentu juga tak ingin
memaksa adiknya untuk segera sepaham dengannya. Karena itu dengan bijak Datuak
Katumanggungan berjanji untuk mempertimbangkannya usul adiknya.
Semula Sutan Balun merasa gembira. Tapi ternyata kakaknya tidak berbuat apa-apa.
Ia mulai tak sabar. Padahal Datuak Katumanggungan sebenarnya ingin adiknya mau
mempelajari Undang Tariak Baleh dengan lebih rasional. Bukan dengan emosional.
Namun Sutan Balun dan pengikutnya justru tampak menjadi curiga, dan mengira
Datuak Katumanggungan takut kalah pamor dari adiknya.

Untuk menghindari hal yang kurang menyenangkan hati Sutan Balun dan
pendukungnya,

maka

dengan

penuh

kebijakan

ia

mengundang

pemuka-pemuka

masyarakat untuk membicarakannya. Dalamkeikhlasannnya yang kini dituntun oleh aturan


yang disukai Allah SWT, maka ia yakin,akhirnya Allah SWT akan memberikan hidayah pula
pada adiknya. Seperti yang tertuang dalam pantun Minang berikut :
Nan
Walaupun

bana

tak lakang

nafasu

nan

dek

paneh,

mambateh,

nan

hak

hancua

tak lapuak

luluah

dek

dek

hujan,

kanyataan.

(Yang benar tak rengkah oleh panas, Yang hak tak lapuk oleh hujan, Walaupun nafsu yang
membatas, hancur luluh oleh kenyataan.)
Datuak Katumanggungan mengusulkanagar saran Sutan Balun dan pendukungnya
itudibahas denganpemuka-pemuka masyarakat. Setelah musyawarahlah itulah akan
ditetapkan, apakah memang perlu dibentuk undang-undang yang baru.
Agar pembicaraan jangan sampai diketahui oleh umum, dan tidak memancing
keributan , sebelum diputuskan maka diperlukan sebuah tempat yang aman untuk mengkaji
persoalan. Sutan Balun mengusulkan agar Balai Nan Panjang di nagari Tabek diambil
seruang yang yang ditengahnya. Balai yang seruang ini dipindahkan ke Pariangan dan
dinamakan Balai Saruang.
Setelah Balai Saruang di Pariangan siap, dimulailah rapat tersebut. Menurut Sutan
Balun, peraturan yang akan dirumuskan hendaklah sesuai dengan kehendak masyarakat
(Mambasuik dari bumi dalam proses duduak sahamparan, tagak sapamatang ) dan logis
(berdasakan puncak pemikiran yang cerdas atau bodi catni arga) yang tidak melanggar
kebenaran. Hal ini karena yang akan memakai adalah masyarakat juga.
Pendapat-pendapat

dan

keinginan

rakyat

harus

diterima

sebagai

bahan

pertimbangan. Pendapat ini bisa menjadi pedoman dalam membentuk undang-undang.


Sementara Datuak Katumanggungan yang telah sangat mantap dengan ajaran Islam
mengatakan bahwa manusia hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT. Karena itu segala aturan
yang akan dirumuskan harus didasarkan kepada ajaran yang telah diturunkan oleh Allah
SWT (Titiak dari ateh, bajanjang naiak batanggo turun : Nan babarih nan bapaek, nan
baukua nan bakabuang ). Jadi setiap aturan yang dirumuskan haruslah aturan yang disukai
oleh Allah SWT.
Musyawarah itu akhirnya menjadi wadah sambung rasa. Terutama karena Datuak
Katumanggungan tidak pernah mencela apalagi menyalahkan pendapat Sutan Balun.

Perdebatan memang berlangsung sengit. Tetapi bukan membuat keduanya samasama berkeras untuk memaksakan pahamnya. Melainkan mereka sama-sama berusaha
membuat pihak lawan untuk berpikir jernih. (Inilah kemudian yang menjadi cikal budaya Alua
Pasambahan)
Karena ia dihormati dengan santunnya oleh pihak Datuak Katumanggungan, lama
kelamaan nuraninya tergugah. Tirai yang membuat ia jadi berjarak dengan kakaknya
tersibak. Ternyata apa yang ia inginkan tidak jauh berbeda dengan apa yang menjadi roh
dari Undang Tariak Baleh.
Bahkan ia merasa gagasannya menjadi semakin lengkap ketika pihak Datuak
Katumanggungan beserta pendukungnya menjabarkan konsep Islam tentang gagasannya
itu.
Akhirnya dengan sangat bijak rapat di Balai Saruang itu menetapkan kesepakatan
untuk tidak sepakat. Di mana kedua paham dari pihak Sutan Balun dan pendukungnya,
serta paham Datuak Katumanggungan dan pendukungnya sama-sama boleh diterapkan di
Minangkabau. Adat inilah yang kemudian dikenal sebagai Adat Basandi Syarak-Syarak
Basandi Kitabullah.....
Akhirnya hasil rapat ini dibawa ke Balai Nan Panjang untuk dikukuhkan untuk
dimaklumkan kepada umum. Untuak ditabukan ka nan rami, dilewakan ka nan banyak......

Anda mungkin juga menyukai