BAB 9
OLEH KELOMPOK 2
KELAS IXF
SIDOARJO
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rasa cinta dan kasih
sayang kedalam sanubari setiap kehidupan yang tidak akan pernah terkikiskan
oleh gejolaknya zaman sehingga dengan rasa cinta dan kasih sayangnya lah
membawa kita kepada pemikiran-pemikiran yang slalu diridhoinya yang
berupa penyusunan makalah ini yang bertemakan SEJARAH ISLAM DI
ACEH Sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita
nabi besar Muhammad SAW, karena denga berkat perjuangan beliau kita
dapat terangkis dari alam jahiliya menuju alam kemahiran, sehingga kita dapat
menikmati ilmu yang dengan baik seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.
Melihat kemanpuan kami yang kurang, kami yakin dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu, kami sangat butuh saran dan
kritik yang bersifat membangun yang mampu membawa kami kepada
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI................................................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………...…………..…….ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN………………….,……………………………………………….
BAB III
Kesimpulan / Penutup……………………………………………….….…….......
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7
M, dan langsung dari Arab.
Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera,
adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai.
Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia
ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam dilakukan
secara damai.
Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa
peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa
Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)
Masuknya Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia,
atau dari Arab. (Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah:
3
e. Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam
terutama di Jawa adalah seni.
4
3. Kejayaan militer. Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam
peperangan.
4. Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai
wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan.
5. Mengajarkan penghapalan Al-Qur’an. Hapalan menjadi sangat penting bagi
penganut baru, khususnya untuk kepentingan ibadah, seperti sholat.
6. Kepandaian dalam penyembuhan. Tradisi tentang konversi kepada Islam
berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai
menyembuhkan. Sebagai contoh, Raja Patani menjadi muslim setelah
disembuhkan dari penyakitnya oleh seorang Syaikh dari Pasai.
7. Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai
kekuatan jahat dan kebahagiaan di akhirat kelak.
1. Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri adalah seorang ulama dan sufi besar pertama di Aceh.
Beliau adalah penulis produktif yang menghasilkan karya risalah keagamaan dan
juga prosa yang sarat dengan ide-ide mistis. Selain itu aktif menulis karya-karya
tentang tasawuf pada paruh ke dua abad ke- 16. dan menguasai bahasa Arab,
bahasa Parsi, disamping juga menguasai bahasa Urdu. Paham tasawuf yang
dibawanya adalah Wujudiyah. Kepopuleran nama Hamzah Fansuri tidak
diragukan lagi, banyak pakar telah mengkaji keberadaan Hamzah yang sangat
popular lewat karya-karyanya yang monumental. Namun mengenai dimana dan
kapan persisnya Hamzah lahir, sampai saat ini masih menjadi pertanyaan dan
perbedaan pendapat para ahli sejarah. Hal itu disebabkan karena belum terdapat
catatan yang pasti tentang hal tersebut. Satu-satunya data yang dapat dihubungkan
dengan tempat kelahiran Hamzah adalah Fansur, yang merupakan suatu tempat
yang terletak antara Sibolga dan Singkel. Dari sebutan namanya Hamzah Fansuri,
yang berarti Hamzah dari Fansur, yang menunjukkan bahwa Hamzah memang
berasal dari Fansur yang merupakan pusat pengetahuan Islam lama di Aceh
bagian Barat Daya. Hal yang sama dikatakan oleh Francois Valentijn bahwa
5
Hamzah Fansuri seorang penyair Melayu termasyhur yang dilahirkan di Fansur
(Barus) sehingga negeri tersebut terkenal dikarenakan syair-syair Melayu
gubahannya.
2. Syamsudin al-Sumatrani
Sufi besar yang muncul di Aceh sesudah Hamzah Fansuri ialah Syamsudin
Al-Sumatrani, atau yang juga dikenal sebagai Syamsudin Pasai karena berasal
dari Pasai. Sebagai penulis risalah tasawuf dia lebih produktif daripada
pendahulunya itu. Banyak mengarang kitabnya dalam bahasa Melayu dan Arab.
Syamsudin Pasai ini seorang ulama dan sangat disayangi sultan Iskandar Muda,
sehingga ia diangkat sebagai pembantu dekatnya, Seorang pelawat Eropa yang
berkunjung ke Aceh mengatakan bahwa Syamsudin sebagai bishop yang berarti
seseorang mempunyai kedudukan tinggi di istana Aceh. Di samping itu ia seorang
ahli politik dan ketatanegaraan seperti Bukhari al-Jauhari pengarang kitab Tajul
al-Salatin (T. Iskandar, 1987)
Dalam penulisan sastra, peranan Syamsudin terutama dalam upayanya
mengembangkan kritik sastra secara hermenuitika sufi (ta’wil) yang telah
berkembang sejak abad 11 M. Karyanya yang menggunakan metode ta’wil ini
tampak dalam risalahnya yaitu Syarah Ruba’I Hamzah Fansuri.Ta’wil merupakan
metode penafsiran sastra yang melihat teks puisi sebagai ungkapan kata-kata
simbolik dan metaforik yang maknanya berlapis-lapis (makna lahir, makna
bathin, dan makna isyarah atau sugestif). Bahasa Melayu yang digunakan
Syamsudin dalam karyanya tidak jauh berbeda dari bahasa Melayu yang
digunakan penulis kitab sastra dalam abad 17-19 M.
3. Nuruddi Ar-Raniri.
Ulama dan sastrawan ini berasal dari Ranir, lahir pada tahun 1568 M. di
sebuah kota pelabuhan di pantai Gujarat.(Windstedt, 1968: 145; Ahmad Daudy,
1983: 49). Ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadhramaut. Sedangkan ibuya
adalah seorang Melayu. Ar-Raniri lebih dikenal sbagai ulama besar Melayu-
Indonesia daripada India dan Arab. Karena sejak kecil sudah tertarik dan senang
mempelajari bahasa melayu, sehingga tumbuhlah ia menjadi seorang yang sangat
6
mencintai dunia Melayu. Iapun telah mengabdikan dirinya demi kepentingan
Islam di Nusantara dengan mendapat kepercayaan dari seorang sultan pada
kesultanan Aceh. Hatinya sangat tertarik dengan dunia Melayu. Setelah beberapa
lama menimba ilmu ke Timur Tengah, ia berangkat ke Aceh pada tahun 1637 M.
dan mendapat kepercayaan dari sultan Iskandar Thani, sebagai Syaikhul Islam.
Setelah mendapat posisi yang kuat di Aceh, Ar-Raniri kemudian melancarkan
pembaharuan Islam dengan radikal. Ia menentang paham Wujudiyah yang dibawa
oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Ar-Raniri menuduh mereka
berdua telah sesat dan menyimpang dari ajaran Islam. Orang-orang yang menolak
melepaskan keyakinannya yang sesat akan dibunuh, dan banyak buku/kitab-kitab
Hamzah Fansuri dibakar.
Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri al-Singkili adalah seorang ulama
besar Aceh yang terakhir. Ia lahir di Fansur, dibesarkan di Singkel, wilayah pantai
Barat-Laut Aceh. Diperkirakan lahir tahun 1615 M. Ayahnya Syech Ali Fansuri
masih bersaudara dengan Syech Hamzah Fansuri. Beliau menghabiskan waktunya
selama 19 tahun untuk menuntut berbagai cabang ilmu Islam di Haramayn.
Setelah selesai belajar berbagai macam ilmu agama ia kembali ke Aceh dan
membaktikan dirinya di Kesultanan Aceh. Pada masa pemerintahan Ratu
Safiatuddin Abdul Rauf ini diangkat sebagai Mufti kesultanan Aceh menjadi
Qadhi Malikul Adil. Dalam kiprahnya beliau melanjutkan usaha pembaharuan
yang pernah dirintis oleh Ar-Raniri. Tema sentral pembaharuannya diutamakan
pada rekonsiliasi, dengan memadukan secara simponi tasawuf dan syariah.
Kegagalan Ar-Raniri menentang menentang paham wujudiyah dilanjutkan oleh
Abdul Rauf, tetapi tidak dengan jalan radikal. Beliau sangat bijaksana dalam
menyikapi dua hal yang bertentangan dan tidak bersikap kejam terhadap mereka
yang menganut paham lain. Beliau juga mengecam sikap radikal yang dijalani Ar-
Raniri. Dengan bijaksana mengingatkan kaum Muslimin Nusantara bahwa jangan
tergesa-gesa dan bahayanya menuduh orang lain sesat atau kafir.
7
2.3 PENYEBAB CEPATNYA PERKEMBANGAN ISLAM di ACEH
a. Samudera Pasai
8
b. Aceh Darussalam
1. Keberhasilan
2. Kemunduran
10
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
3.2 KRITIK
Masih banyak kesalahan dalam penulisan kata,dan susnan yang tidak tepat.
3.3 SARAN
11