Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANTROPOLOGI AGAMA DAN BUDAYA

“TEORI ASAL-USUL AGAMA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Agama Dan Budaya
Dosen Pengampu : Siska Meirita, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

FAQIH AS-SUFI (2141010159)


HANIFAH UMMI RAMADHAN (2141010164)
HELGA MALYA RAZITA (2141010166)
LINGGAR SEPTIANI (2141010177)

PROGRAM KOMUNIKASI DAN PENYIAR ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ Teori
Asal-Usul Agama” secara tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Agama Dan Budaya
yanga mana dengan harapan para pembaca mampu menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca tentang Teori Asal-Usul Agama oleh beberapa ahli yang akan kami bahas.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harap kepada para pembaca dapat memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 29 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1 Biografi E.E Evans-Pritchard...................................................................................................... 5
2.2 Definisi Agama ............................................................................................................................. 7
2.3 Asal-usul Agama Menurut E. Evans-Pritchard .......................................................................... 8
2.4 Teori Agama Construct of Heart Masyarakat oleh E.E. Evans-Pritcard ................................... 8
2.5 Argumentasi Yang Dibangun Dalam Teori Agama Construct of Heart Masyarakat oleh E.E.
Evans-Pritcard ................................................................................................................................... 9
2.6 Pandangan E.E. Evans-Pritcard Terhadap Teori Agama Lainnya ........................................... 9
2.7 Biografi Dan Pendidikan Mircea Eliade ................................................................................... 12
2.8 Teori-Teori Agama Mircea Eliade ............................................................................................ 13
BAB III ................................................................................................................................................ 20
PENUTUP............................................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 20
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana riwayat hidup E. Evans Pritchard ?
2. Apa yang dimaksud dari agama ?
3. Bagaimana asal-usul agama menurut E. Evans-Pritchard ?
4. Bagaimana penjelasan Teori Agama Construct of Heart Masyarakat oleh E.E. Evans-
Pritcard?
5. Apa argumentasi yang dibangun Dalam Teori Agama Construct of Heart Masyarakat
oleh E.E. Evans-Pritcard
6. Bagaimana pandangan E.E. Evans-Pritcard terhadap teori agama lainnya
7. Menjelaskan Biografi dan Pendidikan Mircea Eliade
8. Menjelaskan Teori Agama yang Dikemukakan Mircea Eliade

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana riwayat hidup E. Evans Pritchard
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari agama
3. Untuk mengetahui bagaimana asal-usul agama menurut E. Evans-Pritchard
4. Untuk mengetahui bagaimana penjelasan Teori Agama Construct of Heart Masyarakat
oleh E.E. Evans-Pritcard
5. Untuk mengetahui apa argumentasi yang dibangun Dalam Teori Agama Construct of
Heart Masyarakat oleh E.E. Evans-Pritcard
6. Untuk mengetahui bagaimana pandangan E.E. Evans-Pritcard terhadap teori agama
lainnya
7. Untuk mengetahui biografi dan latar pendidikan Mircea Eliade sebagai salah satu tokoh
Antropologi
8. Untuk mengetahui teori agama yang dikemukakan Mircea Eliade
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi E.E Evans-Pritchard


Edwards Evans-Pritchard dilahirkan pada tahun 1902, sebagai anak kedua dari pasangan
seorang pendeta gercja Inggris, Rev. John Evans Pritchard dan Dorothea. Ayahnya mengabdi
di daerah Crowborough, Sussex, di Inggris bagian tenggara. Dia melanjutkan pendidikan ting
ginya di Winchester College, Universitas Oxford. Dia belajar di sana selama 4 tahun dan
berhasil meraih gelar M.A dalam bidang sejarah modern. Pada saat inilah, minatnya terhadap
antropologi mulai tumbuh. Tahun 1923, dia masuk Pascasarjana di London School of
Economics.

Seperti disinggung sebelumnya, studi antropologi di Inggris te lah berubah dari sejumlah
riset-riset "di belakang meja dan perpusta kann" yang dilakukan oleh ahli-ahli seperti Muller,
Tylor dan Frazer menjadi studi-studi "magang" terhadap masyarakat yang berbeda de ngan
peradaban Eropa dan Amerika modern-biasanya masyarakat ini kita sebut masyarakat
primitif.' Merubah pandangan lama inilah yang menjadi tekad utama Evans-Pritchard. Di
London dia belajar kepa da C.C. Seligman, ahli antropologi profesional pertama yang memili
lapangan studinya di Afrika. Pada saat yang sama, Bronislaw Mali nowski datang ke London
dan menjadi pembimbing kedua Evans-Prit chard. Malinowski pernah menghabiskan waktu
empat tahun untuk mempelajari masyarakat pulau Trobriand. Dia adalah antropolog per tama
yang meneliti masyarakat dengan menggunakan bahasa asli mereka dan terlibat jauh ke
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat primirif tersebut. Dialah yang mendorong Evans-
Pritchard untuk melanjutkan apa yang telah dirintisnya, mempelajari sebuah masyarakat
secara men dalam. Seligman mengusulkan kepadanya agar memilih kebudayaan Afrika. Atas
anjuran kedua pembimbingnya ini, Evans-Pritchard berangkat ke Sudan, di Afrika Timur,
wilayah tempar bertemunya sungai Nil dan Kongo. Pada waktu itu daerah yang dikenal
dengan sebutan Anglo Agyptian ini berada di bawah kekuasaan bersama, Inggris dan Mesir.
Antara tahun 1926 sampai 1932, serelah menemukan beberapa masya takat tribal, dia
mengunjungi satu suku bernama Azande. Setelah mempertimbangkan masak-masak, Evans-
Pritchard kemudian memutuskan untuk hidup bersama mereka lebih kurang dua tahun dan
mempelajari bahasa mereka. Dalam rentang waktu itu pula, dia menulis disertasi doktoralnya
serta artikel-artikel lepas lainnya tentang kehidupan sosial. Antara tahun 1930-1936, dia
melanjutkan pekerjaannya pada suku Nuer di Sudan. Pada tanun 1935, dia diangkat menjadi
Research Lecturer in African Sociolgy di Oxford. Empat tahun kemudian, dia menikah de
ngan seorang wanita Sudan bernama loma Nicholls. Dari perkawinan ini, dia dikaruniai tiga
orang putra dan dua orang putri. Di tahun 1937, dia mempublikasikan karya pertamanya
berjudul Wictcraft, Oracles, and Magic among the Azande. Awalnya buku ini memang tidak
terlalu punya gaung. Nilai lebih nya baru mulai dilirik orang beberapa tahun setelah Perang
Dunia II, bahkan dianggap sebagai salah-satu otoritas paling terkemuka dalam antropologi
yang pernah dipublikasikan dalam abad ini. Buku ini ke mudian dukuti dengan penerbitan
bagian pertama dari tiga volume karyanya tentang studi suku primitif, yaitu The Nuer: A
Description of the Modes of Livelihood and Political Institutions of a Nilotic people yang
diterbitkan tahun 1940.

Selama Perang Dunia II, Evans-Pritchard mengabdi pada Angkatan Bersenjata Inggris.
Dia memimpin sekelompok pejuang Azande (ben tuk jamak dari kata Zande) dalam
mengkampanyekan perlawanan ter hadap Italia di Afrika Timur. Kemudian sewaktu bertugas
pada salah satu pos Inggris di daerah Cyrenaica, Libia, dia kembali melanjutkan risetnya.
Kali ini yang ditelitinya adalah masyarakat yang menganut sebuah ordo Sufi Islam yang
disebut Sanusiyah. Pada tahun 1949, dia berpindah agama ke agama Katolik Roma. Dia
kembali ke Inggris setelah perang usai. Awalnya dia menetap di Cambridge, kemudian
menjadi Profesor di Oxford setelah menggantikan A.R. Radcliffe Brown, seorang pembela
teori fungsionalis yang telah memasuki masa pensiun. Di Oxford, karir Evans-Pritchard
semakin menanjak sebagai salah seorang figur terkemuka dalam bidang antropologi social di
Inggris. Selama di Oxford inilah, karya-karyanya yang sebagian besar di bidang antropologi
dipublikasikan; hasil risetnya di Libia, The Sanusi of Cyrenaica (1951); volume II dan III
dari studinya tentang masyarakat Nuer, yaitu Kindship and Mariage among the Nuer (1951)
dan Nuer Religion (1956); serta buku tentang metodologi dan sejarah, di antaranya Social
Anthro phological Thought (1981), yang terbit beberapa tahun setelah dia wafat.
Kemasyhuran Evans-Pritchard dalam antropolgi sering dibanding kan dengan
kemasyhurannya di Oxford sebagai seorang akademisi eksentrik dan menyenangkan. Tidak
mudah ditebak, pemalu dan selalu memakai pakaian yang kadang-kadang membuat
tampangnya seperti seorang tukang. Teman-teman dekatnya sangat kagum dengan kefasih an
dan kelancaran lidahnya. Mereka mengungkapkan kekaguman itu dengan ungkapan "Dia
mengagumkan" seperti keahlian bangsa Celtic minum. Tahun 1970 Evans-Pritchard pensiun
dari tugasnya dan di rahun-tahun berikutnya dia tetap ingin melakukan banyak hal tapi kon
disinya tak memungkinkan lagi. Dia wafat dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1973.

2.2 Definisi Agama


Menurut KBBI definisi agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan). Dan kepribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia, serta lingkungannya.

Kata agama berasal dari bahasa sanskerta yang berarti “tradisi” istilah lain yang
memiliki makna identik dengan agama adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Mengikat di sini
maksudnya adalah dengan ber-religi maka seseorang akan mengikat dirinya kepada tuhan.

Sedangkan agama menurut E. Evans-Pritchard, yaitu:

a. Agama adalah salah satu faktor pendukung perubahan sosial dalam masyarakat
b. Kehidupan sosial manusia termasuk kehidupan beragama, tidak bisa dipahami
sebatas apa yg terpikirkan dan diciptakan seorang individu, kendati dalam
bentuk kelompok dan dengan jumlah yang banyak
c. Sebagaimana Durkheim, Pritchard percaya bahwa pola pikir seseorang
dibentuk oleh masyarakat
d. Pikiran magis adalah kepercayaan bahwa beberapa aspek kehidupan bisa
dikontrol oleh daya mistik atau kekuatan supranatural
2.3 Asal-usul Agama Menurut E. Evans-Pritchard
Dalam buku Prof. Evans Pritchard, guru besar antropologi social pada Universitas Oxford
dari pada tahun 1946-1970. Menurut Prof. Evans Pritchard ada dua teori pokok tentang asal –
usul agama. yaitu sebagai berikut:

1) Bersumber pada ajaran – ajaran agama wahyu


Beliau mengatakan bahwa asal muasal agama adalah dari Tuhan sendiri yang
diturunkan kepada manusia kedunia bersama-sama dengan penciptaan manusia pertama,
yaitu Adam, yang sekaligus juga merupakan nabi pertama.
Selanjutnya dalam perjalanannya yang jauh agama mengalami pasang surut, pada
tempat dan kurun waktu tertentu agama diselewengkan oleh pemeluknya, sehingga
agama pada dasarnya sifatnya Monotheistik menjadi Poletheis dan bahkan Animis
maupun Samanis karena itulah kemudian Tuhan mengirim utusan – utusannya untuk
meluruskan kembali penyelewengan itu, yang tetap terjadi dari masa – kemasa, sampai
dikirimkannya wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad Saw.
2) Tinjauan secara antropologis, sosiologis, historis, maupun psikologis
Tinjauan secara antropologis, sosiologis, historis, maupun psikologis yang intinya
sama yaitu bahwa agama adalah merupakan fenomena sosial, kultural, dan spiritual. Yang
mengalami revolusi dari bentuknya yang sederhana, yang biasa dinamakan agama
primitive, atau disebut agama alam (natural religion), kebentuk yang lebih sempurnah
sehongga akhirnya sampai pada yang kita jumpai sekarang ini.

2.4 Teori Agama Construct of Heart Masyarakat oleh E.E. Evans-Pritcard


Pandangannya tentang agama berbeda dengan pendapat-pendapat ahli lainnya, ia tidak
mengemukakakan definisi agama secara eksplisit. Dalam menjelaskan agama, Evans-
Pritchard mengungkap pandangannya tentang magi, menurutnya magi adalah kepercayaan
bahwa beberapa aspek kehidupan dapat dikontrol atau direkayasa dengan kekuatan mistik
atau kekuatan supernatural.

Magi atau ilmu sihir didasarkan kepada kepercayaan bahwa kegagalan itu karena
adanya kekuatan lain yang memengaruhi hukum alam sehingga hukum alam itu tidak
berlaku padanya, seperti kenapa suatu penyakit hanya menyerang dia. Evans-Pritchard
mengatakan bahwa logika magi itu sangat cerdas dan tepat untuk menghadapi berbagai
permasalahan sehari-hari. Evans-Pritchard membantah evolusi kepercayaan dari animisme,
ke dinamisme, polyteisme, trinitas dan monoteisme.

2.5 Argumentasi Yang Dibangun Dalam Teori Agama Construct of Heart


Masyarakat oleh E.E. Evans-Pritcard
Analisisnya tentang agama ia dapatkan dari hidup bersama suku Azande selama dua
tahun dan suku Nuer selama enam tahun di Sudan. Evans-Pritchard memandang bahwa
seseorang tidak akan dapat memahami agama atau aspek kebudayaan apa pun dari suatu
masyarakat tanpa menempatkan objek studi itu dalam konteks kebudayaan dari masyarakat
yang diteliti secara komprehensif. Perbedaan masyarakat primitif dan modern bukan terletak
pada bodoh atau tidaknya, tetapi terletak pada lautan kebudayaan masing-masing yang
berbeda. Ia mengkritik pendapat-pendapat yang mengatakan agama dan magi adalah cara
berpikir pralogis dan irasional, sedangkan sains adalah cara berpikir yang logis dan rasional.
Menurutnya, agama bangsa primitif juga monoteisme. Pada suku Nuer walaupun
mereka percaya kepada banyak ruh, ada ruh di atas ada ruh di bawah atau di bumi, tetapi
pemikiran mereka yang pertamayang paling utama tertuju kepada Tuhan Yang Esa yang
mereka kenal dengan Kwoth Nhial (Tuhan yang tanpa pamrih mencintai makhluk manusia
ciptaan-Nya dan selalu hadirdalam kehidupan mereka). Menurut Evans-Pritchard, orang
primitif biasanya tidak mengungkapkan sesuatu dengan pengertian denotatif sebagiamana
yang diucap, tetapi banyak yang kiasan dan konotatif.
Evans-Pritchard mencoba memahami agama dari cara penganutnya sendiri,
menggunakan pendekatan fenomenologis. Penilaian ini menunjukkan bahwa Eliade dan
Evans-Pritchard sepenuhnya membenarkan agama primitif seperti agama atau kehidupan
masyarakat yang dilihatnya akan tetapi, pembenaran ini, sebagaimana diungkapkannya,
cocok dengan lautan budaya masyarakat yang bersangkutan.

2.6 Pandangan E.E. Evans-Pritcard Terhadap Teori Agama Lainnya


Antropolog Edward Evan Evans-Pritchard (1902-1973) melakukan studi etnografi
yang luas antara Azande dan orang Nuer yang dianggap "primitif" oleh masyarakat dan
sarjana sebelumnya. Evans Pritchard-melihat orang-orang ini sebagai bagian yang berbeda,
tapi tidak primitif.
Berbeda dengan sarjana sebelumnya, Evans Pritchard-tidak mengusulkan teori
universal yang besar dan dia melakukan pekerjaan lapangan jangka panjang yang luas di
antara masyarakat "primitif", mempelajari budaya dan agama, antara lain antara Azande.
Tidak hanya lewat kontak, seperti Eliade.

Dia berargumen bahwa agama Azande (sihir dan nubuat) tidak dapat dipahami tanpa
konteks sosial dan fungsi sosialnya. Sihir dan nubuat memainkan peran besar dalam
memecahkan perselisihan antara Azande. Dalam hal ini dia setuju dengan Durkheim,
meskipun ia mengakui bahwa Frazer dan Tylor benar, bahwa agama mereka juga memiliki
aspek intelektual jelas. Iman Azande dalam ilmu sihir dan nubuat cukup logis dan konsisten
setelah beberapa prinsip-prinsip dasar yang diterima. Hilangnya iman dalam prinsip-prinsip
dasar tidak dapat bertahan karena pentingnya sosial dan karenanya mereka memiliki sistem
penjelasan rumit (atau alasan) terhadap penyanggahan bukti. Selain istilah sistem alternatif
atau sekolah pemikiran tidak ada.

Ia sangat kritis tentang teori sebelumnya tentang agama primitif dengan terutama milik
Lucien Levy-Bruhl, menegaskan bahwa mereka membuat pernyataan tentang orang-orang
primitif tanpa punya cukup pengetahuan dalam membuat lebih dari menebak. Meskipun
memuji karya Bruhl, Evans-Pritchard tidak setuju dengan pernyataan Bruhl bahwa anggota
dari suku "primitif" mengatakan "Saya adalah bulan" adalah pra-logis, tapi bahwa
pernyataan ini masuk akal dalam budaya mereka jika dipahami secara metaforis.

Terlepas dari Azande, Evans Pritchard-, juga belajar tetangga, tapi sangat berbeda
dengan manusia Nuer. Nuer telah memiliki iman yang monoteistik abstrak, agak mirip
dengan Kristen dan Yahudi, meskipun itu termasuk mencakup roh-roh yang lebih rendah.
Mereka juga memiliki totemisme, tapi ini adalah aspek kecil dari agama mereka dan
karenanya koreksi untuk generalisasi Durkheim harus dibuat. Evans Pritchard-tidak
mengusulkan teori agama, tetapi hanya teori agama Nuer.

 Teori evolusi
Teori evolusi melihat agama sebagai salah satu adaptasi atau produk sampingan.
Teori adaptasi melihat agama sebagai nilai adaptif bagi kelangsungan hidup manusia
Pleistosen. Teori sampingan melihat agama sebagai spandrels.
 Agama Dan Pembiasan (Refraksi) Dalam Tatanan Sosial
Roh-roh totem dan colwic menggambarkan apa yang di sebut evans-pritchard
sebagai pembiasan (refraksi) soaial dari agama, seperi sebuah sinar yang di
pendarkan oleh sebuah prisma dan menjadi sebuah warna. Masyarakat nuer berpikir
tentang roh atau tuhan seperti analogi tersebut, di biaskan menjadi beberapa tingkat
kekuatan ilahiyah yang diwujudkan dengan beraneka cara kepada suku dan
kelompok-kelompok sosial.
Disini walaupun masyarakat nuer merasa bahwa mereka tetap menyembah tuhan,
tapi mereka menjadikan tuhan tersebut sebagai figur atau simbol-simbol yang
diasosiasikan dengan satu pertalian darah, roh-roh yang ada di udara kadang-kadang
juga di asumsikan dengan posisi ini,ketika masyarakat memiliki seorang nabi yang
menjadi pemberi berita gembira kepada salah satu klan atau ketika nabi tersebut
turun kepada salah satu pertalian darah. Begitu juga dengan benda-benda keramat
dan roh-roh alam, yang sering kali dimiliki dan diwariskan secara turun temurun
dalam suatu keluarga.
Menurut evans-pritchard, apabila kita selami lebih dalam konsep-konsep
masyarakat nuer ini, kita akan masuki suatu khazanah ekspresi yang sangat mirip
dengan agama di barat. Tuhan atau roh penguasa langit di sembah melalui dewa-
dewa dan kurban kurban sederhana, hymne, prosesi dan ramalan-ramalan menjadi
sangat umum, seperti yang kita lihat roh-roh yang ada di udara dan roh-roh yang ada
bumi.
Hierarki roh-roh ini juga memperlihatkan dunia lain, yaitu dimensi politis dalam
masyarakat, dengan menganggap tuhan sebagai penguasa dan roh-roh yang ada di
udara sebagai aristokrat. Dibawahnya adalah roh-roh totem yang menempati posisi
“kelas menengah”, yang esensinya adalah roh tapi berada dalam binatang atau
tumbuhan. Tingkatan terakhir adalah benda-benda keramat yng posisinya tidak
diinginkan dan di anggap asing, walaupun beda-benda ini memiliki kekuatan mistik.
Senada dengan hal tersebut, masyarakat nuer menggambarkan pertentangan abadi
antara cahaya dan kegelapan. Tuhan adalah pemimpin roh-roh, roh yang ada di udara
adalah putra-Nya dan roh-roh totem adalah putra-putra dari anak perempua-Nya oleh
karena itu, wajarlah bila kita kembali teringat Durkheim ketika kita mengikuti pola
hubungan antara tingkatan-tingkatan tuhan ini dengan strata masyarakat.dalam
beberapa hal, roh-roh dalam masyarakat nuer melambangkan kelompok-kelompok
sosial.
Bagi evans-pritchard ini merupakan gambaran yang benar-benar lengkap. Dia
menyatakan bahwa suatu penafsiran dalam bentuk struktur sosial akan
memperlihatkan kepada kita bagaimana ide-ide tentang roh-roh ini berkaitan
langsung dengan kelompok-kelompok yang ada dalam kehidupan sosial. Tapi hal ini
tidak akan membuat kita lebih memahami inti-inti terdalam dari ide-ide itu sendiri.
Dalam suatu ungkapan yang menyebabkan posisinya sangat berseberangan
dengan kaum reduksionis, evans-pritchard mengatakan bahwa “model-model
sosiologis tersebut sangat terbatas, karena tidak membantu kita dalam memahami
lebih banyak fakta religius yang lebih khas.” Evans-pritchar menambahkan: “Ketika
saya menulis tentang struktur sosial masyarakat Nuer, penelaahan terhadap agama
adalah hal yang terpenting untuk dilakukan. Akan tetapi dalam satu studi agama,
jika emang ingin memahami esensi terdalam dari agama tersebut, maka kita harus
mencoba memahaminya dari dalam, melihht agama tersebut sebagaimana
masyarakat Nuer melihatnya.”

2.7 Biografi Dan Pendidikan Mircea Eliade


Mircea Eliade lahir pada tanggal 9 Maret 1907, lahir di Bukares, Rumania,
mempunyai ayah yang bernama Gheorghe Ieremia. Keluarga Mircea pindah ke desa
Ramnicul Sarat, lalu pindah kembali ke lycSe, Bukares. Mircea Eliade merupakan
penulis yang handal, awal karir Mircea di dunia tulis menulis dimulai dari menulis
seri pertama cerita pendek, yaitu Nuvele gi povestiri (tidak dipublikasikan), jurnal
otobiografi pertama, yaitu Jurnalul (unpub.), artikel pertama yang diterbitkan tentang
entomologi di Ziarul gtiinjelor, dan novel pertama, yaitu Memoriile unui soldat de
plumb (unpub) dan Romanul remajaului miop (bagian pub.). Pada tahun 1924
Mircea menemukan karya Frazer, yaitu artikel tentang Orientalisme dan Okultisme
diterbitkan. Pada tahun berikutnya Mircea masuk ke Fakultas Sastra dan Filsafat
Universitas Bukares. Dan mempunyai guru yang bernama Nae Ionescu. Pada tahun
selanjutnya Mircea kembali menulis artikel kontroversial tentang N. Iorga dan
mengundurkan diri dari majalah sekolah dan bergabung dengan Ionescu sebagai staf
surat kabar publik CuyantUl. Pada tahun 1927 Mircea Tour ke Italia selama tiga
minggu, mengunjungi para sarjana menerbitkan rangkaian artikel berjudul “Itinerariu
Spiritual”. Pada tahun berikutnya Mircea mengikuti studi di Italia selama tiga bulan
sambil meneliti dan menulis tesis master tentang Renaisans Italia serta menerima
beasiswa dari seorang maharaja untuk belajar di India. Dua tahun kemudian Mirce
memulai petualangan tiga tahun di India sambil melanjutkan studi di Yoga di bawah
S. Dasgupta di Universitas Calcuttaz , kemudian Mircea Mengunjungi R. Tagore,
dan menyelesaikan novel pertama yang diterbitkan: Isabel i apele Diavolului. Di
tahun 1930 Universitas ditutup karena perang saudara dan Mircea tinggak di
Dasgupta’ tempat tinggal dan memiliki kesalahpahaman dengan dia atas putrinya,
Maitrey. Akhirnya Mircea Mundur ke biara-biara tempat dia berlatih.
Di tahun berikutnya Mircea kecewa dengan India, gurunya, dan gadis muda yang
bernama Jenny lalu Mircea kembali ke Rumania. Di tahun selanjutnya Mircea
menyerahkan disertasi doktoral tentang Yoga ke University of Bukares dan
mempelajari cerita rakyat, serta mulai menerbitkan di surat kabar Vremea. Pada
tahun 1933 Mircea diangkat sebagai Asisten Profesor di bawah Nae Ionescu yang
memegang ketua Metafisika dan Logika di Universitas Bucharest, serta menerbitkan
novel terkenal, yaitu Maitrevi. Pada tahun berikutnya Mircea mulai menerbitkan
dalam Revista Fundajilor Regale.C. Di tahun selanjutnya Mircea mulai merumuskan
istilah untuk studi ilmiah agama. Pada tahun 1936 Mircea menerbitkan disertasi
doktor Yoga yang terakreditasi oleh para ulama terkemuka. Di tahun berikutnya
Mircea dituduh pornografi dan didenda oleh Menteri Nasional Pendidikan dan di
tempat dia berkuliah para mahasiswa berunjuk rasa atas namanya. Di tahun
selanjutnya Mircea mendirikan majalah dalam History of Religions* Zalmoxis. Di
tahun 1940 Mircea menerima posisi sebagai atase budaya* untuk kedutaan Rumania
di London. Tidak akan kembali ke Rumania kecuali sebentar dan kemabali
kunjungan tahun 1942.

2.8 Teori-Teori Agama Mircea Eliade


Dalam buku “The Sacred and The Profane,” Mircea Eliade menjelaskan
bahwa langkah utama untuk memahami agama terlebih dahulu harus memahami
kehidupan/sejarah masyarakat arkais (kuno) yang hidup di zaman pra-sejarah atau
masyarakat tribal dengan kebudayaan terbelakang dari kehidupan saat ini, yang
seharihari mereka mengajarkan pekerjaan secara alami, seperti berburu, memancing
dan bercocok tanam. 1
Yang ditemukan dari masyarakat ini adalah adanya pemisahan antara
wilayah yang sakral dan wilayah yang profan. Yang profan adalah bidang kehidupan
sehari-hari, yang dilakukan secara teratur. Sedangkan yang sakral adalah wilayah
yang supernatural, sesuatu yang ekstraordinasi, tidak mudah dilupakan dan teramat
penting. Yang profan itu mudah hilang dan terlupakan, hanya bayangan. Sebaliknya,
yang sakral itu abadi, penuh substansi dan realitas. Yang profan adalah tempat di
mana manusia berbuat salah, mengalami perubahan dan terkadang dipenuhi chaos.
Yang sakral adalah tempat di mana keteraturan dan kesempurnaan berada, tempat di
mana berdiamnya roh para leluhur, para ksatria dan dewa-dewi. 2
Agama dalam pengertian Eliade adalah terpusat dan berasal dari yang
sakral, yang terlihat sebagai sesuatu yang luar biasa, substansial, agung, amat nyata.
Agama bukan hanya sekedar hal yang dilihat oleh kacamata sosial, akan tetapi jauh
mendekati pandangan Taylor dan Frazer yang telah lebih dahulu mendefenisikan
agama sebagai kepercayaan terhadap kekuatan supernatural. 3 Agama dalam
pandangan Eliade juga membawa kita pada pandangan Rudolf Otto (berkebangsaan
Jerman) tentang The Ide of Holy (bhs Jerman: Das Hellege) yang menggunakan
konsep yang sakral tetapi bukan dalam konteks sosial dan kebutuhannya. Rudolf
Otto dalam penjelasanya tentang yang sakral mengatakan bahwa, ada suatu masa
dalam kehidupan manusia pernah merasakan suatu hal yang luar biasa dan sangat
kuat. Mereka sangat terpukau oleh suatu realitas yang sama sekali berbeda dengan
diri mereka sendiri, hal itu adalah sesuatu yang misterius, mengagumkan, dahsyat,
dan teramat indah. Pengalaman itu disebut dengan “Pengalaman Yang Suci” yaitu,
suatu perjumpaan dengan yang sakral.
Dalam istilah Latin, Otto menyebut yang sakral itu dengan mysterium,
yang terdiri dari iremendum et fascinans, yaitu sesuatu yang misterius bersamaan

1
Daniel L Pals, Seven Theories,…, 233
2
Ibid,.234
3
Daniel L Pals, Seven Teories,…, 234
dengan yang sangat agung sekaligus menakutkan. Nama lain yang ia berikan adalah
perasaan tentang The Numinious (Latin: Numen, artinya spirit atau realitas
keilahian). Ketika seseorang mengalami perjumpaan dengan The Numinous, ia akan
merasakan dirinya bagaikan tidak ada, hanya sekedar kabut dan debu. Pertemuan
dengan The Numinious ini sangat menarik dan unik dan oleh karenanya tidak bisa
direduksi. Perasaan ini berbeda dengan perasaan ketika berjumpa dengan hal-hal
indah dan menakjubkan. Dalam perasaan berjumpa dengan The Numinious ini pada
akhirnya membawa kita kepada titik emosi terdalam dalam hati, dan itulah yang
disebut agama.
Dari sinilah konsep Eliade tentang yang Sakral dipengaruhi oleh Otto.
Eliade mengatakan bahwa, dalam perjumpan dengan yang sakral, seseorang merasa
disentuh oleh sesuatu yang nir-duniawi. Ia seolah-olah menyentuh satu realitas yang
belum pernah dirasakan sebelumnya. Sebuah dimensi dari eksisitensi yang maha
kuat, terasa berbeda dan merupakan realitas abadi yang tiada tandingnya. Yang
sakral tersebut sama dengan satu kekuatan, dan ia sama dengan realitas. Kekuatan
yang sakral dipenuhi oleh “Yang Ada”. Ia adalah realitas, abadi dan dahsyat. Itulah
sebabnya mengapa manusia punya hasrat ingin bersatu dengan Realitas ini untuk
meraih kekuatannya.4 Yang sakral itu bukan hanya sekadar Tuhan yang umumnya
dipahami oleh orang Kristen-Yahudi ataupun Muslim, akan tetapi bisa berarti
kekuatan dewa-dewi, arwah para leluhur atau kekuatan Brahman. Yang sakral itu
absolut dan amat penting bagi kelangsungan eksistensi alam karena akan selalu
mempengaruhi jalan hidup mereka.
Tugas utama agama adalah memahami yang sakral itu, agar manusia bisa
menemukan dan merasakan serta membawa keluar dari alam dan situasi sejarahnya,
lalu menempatkan pada suatu kualitas yang berbeda, dunia yang sama sekali lain,
yang sangat transenden dan suci. 5 Bagaimanapun tersembunyi dan samarnya yang
sakral, isinya tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pikiran dan
aktivitas manusia. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpanya, ketika mata dibuka
untuk melihat keberadaannya, ternyata yang sakral berada dalam segala penjuru.

4
Mircea Eliade, The Sacred and The The Profane: he Nature f Religion, (New York: Harcout, Brac
5
Mircea Eliade, Authobiography, volume II, 1937-1960: Exille’s Odyssey, (Chicago: Chicago University Press,
1988), 188-189 33
Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan yang
sakral dalam pengalaman yang normal? Menurut Eliade, penyelesaiannya adalah
terdapat di dalam “pengalaman tidak langsung” (indirect experience) terhadap
bahasa, simbol dan mitos.6 Dalam buku yang berjudul Patterns in Comparative
Religions, Eliade mengeksplorasi tentang simbol-simbol religus. Satu hal yang
ditekankan bahwa apa saja dalam kehidupan ini yang bersifat biasa-biasa saja adalah
bagian dari Yang Profan. Dia ada hanya untuk dirinya sendiri. Tapi dalam waktu –
waktu tertentu, hal-hal profan dapat ditransformasikan menjadi yang sakral. 7
Sebuah benda, seekor binatang, nyala api, bunga yang merekah, sebuah batu
bahkan seorang manusia bisa saja menjadi tanda yang sakral asal manusia
menemukan dan meyakininya. Jadi seluruh objek simbolik memiliki karakter ganda,
sebagai dirinya sendiri dan bisa berubah menjadi sesuatu yang baru, sesuatu yang
beda dengan sebelumnya. Sebuah batu di satu sisi ia menjadi dirinya sebagai batu
biasa, tetapi pada saat yang bersamaan ia bisa menjadi suci. Misalnya, Ka’bah bagi
orang Muslim, disatu sisi ia hanyalah seonggok batu biasa, tetapi karena hierophani, 8
Ka’bah tersebut menjadi sakral. Ia tidak hanya sekedar batu biasa, tetapi di dalamnya
terkandung yang sakral. Ia menjadi berubah menjadi sakral karena yang sakral atau
hierophani tersebut telah masuk di dalamnya. Batu yang tadinya adalah biasa-biasa
saja (natural) karena hierophani yang masuk di dalamnya, berubah menjadi sesuatu
yang sakral (supernatural).
Proses masuknya yang supernatural ke dalam yang natural disebut dengan
“dialektika yang sakral”. Sebuah objekpada dasarnya terbatas, tetapi dengan sifatnya
yang lain akan mampu memperlihatkan pada orang beriman kehadiran yang sakral
yang dimiliki oleh objek tersebut. Persoalan adalah bagaimana hal yang profan dan
sakral ini yang pada satu sisi bertentangan, tetapi pada sisi yang lain mampu bekerja
secara bersama? Bagaimana yang profan (natural) sekaligus bisa menjadi yang sakral
(supernatural)? Eliade menjawabnya bahwa hal itu bisa terjadi, sebab dalam
beberapa hal, rasio manusia tidak bertanggungjawab atas proses pertukaran tersebut.

6
Daniel L Pals, Seven Teories,…, 241
7
Mircea Eliade, Patterns In Comprative Religion, (New York: Meridian Books, 1963), 11
8
Hierophani artinya manifestasi dari yang Kudus atau Yang Sakral. Tipe Hierophany yang lain adalah theophany
(dari bahasa Yunani theos artinya Tuhan ) Lih. Daniel L. Pals, Seven Teories,…, 254-255 34
Simbolsimbol yang mewujudkan diri dalam imajinasi-imajinasi manusia biasanya
muncul dalam ide-ide kontradiksi. Kemudian mengikat seluruh aspek pribadi, emosi,
keinginan, dan aspek-aspek bawah sadar lain manusia. Sebagaimana dalam pribadi
manusia hasrathasrat yang kontradiktif dapat berkumpul, impian dan fantasi yang
tidak logis bisa saja terjadi, maka dalam pengalaman religius hal-hal yang
berlawanan itu (yang sakral dan yang profan) juga bisa bertemu. 9 Dalam perjalanan
intuisi dan imajinasi religius, hal-hal yang profan dapat berubah menjadi yang sakral,
yang natural menjadi yang supernatural.
Fungsi sebuah simbol adalah mengubah suatu objek atau tindakan menjadi
sesuatu yang lain di mata pengalaman profan.10 Aneka ungkapan pengalaman
manusia dilukiskan dengan sangat mendalam melalui simbol dan penciptan simbol.
Melalui bentuk-bentuk simbol, manusia menanggapi hierophani-hierophani, tidak
hanya sekedar dengan berusaha menghasilkan refleksi atau cerminan dari apa yang
dilihat dan didengar, akan tetapi dengan menghubungkan dirinya pada apa yang
menciptakan manifestasi itu. Dengan kata lain, kegiatan simbolik itu tidak bersifat
univok, tetapi bersifat multivalen, dan mengungkapkan segi-segi barang suci yang
bervariasi.
Peranan penting yang dimainkan oleh simbolisme dalam pengalaman religius
manusia bukan karena perubahan hierophani-hierophani menjadi simbol, atau karena
simbol mendukung hierophani dan mengambil tempatnya, tetapi pertama-tama
karena simbol mampu meneruskan hierophani dan bahkan kadangkala menjadi
hierophani itu sendiri. Saat hierophani masuk dan mendiami sebuah simbol, maka
simbol yang profan bisa berubah menjadi sesuatu yang sakral, simbol yang
sebelumnya natural bisa berubah menjadi sesuatu yang supernatural.
Selain karena hierophani, sebuah simbol bisa menjadi sesuatu yang sakral
disebabkan oleh “mitos” mengenai simbol tersebut. Menurut Eliade, masyarakat
Arkhais memandang mitos sebagai sesuatu yang memiliki hubungan “dengan yang
di atas” serta mitos-mitos yang lainnya untuk membentuk satu framework sebuah
simbol. Berfungsinya sebuah simboll karena terkait dengan simbol dan mitos-mitos

9
Daniel L Pals, Seven Teories,…, 243
10
Mircea Eliade, Patterns,…, 445
yang lainnya, sehingga dunia berada dalam suatu sistem yang terkait dan bukan
sebuah dunia yang chaos. Simbol menyatakan suatu realitas suci atau kosmologis
yang tidak dapat dinyatakan oleh manifestasi yang lainnya. 11
Setiap manusia mula-mula dibenamkan dalam dunia profan, tetapi simbolisme
menciptakan solidaritas tetap antara manusia dan kudus. 12 Dengan demikian simbol
adalah sebuah bahasa yang menghapus batas-batas manusia di dalam kosmis,
sehingga manusia tidak merupakan fragmen saja, tetapi dengan membuat jati dirinya
yang terdalam serta status sosialnya jelas dan membuat dirinya menjadi irama alam,
mengintegrasikan dirinya ke dalam kesatuan yang lebih besar, masyarakat dan alam
semesta.
Dalam buku The History of Religion:Essay in Methodology, 13 13
Eliade
menjelaskan ciri-ciri simbol yang mutivalen dan metaempiris, yaitu: menunjuk jauh
lebih daripada dirinya sendiri kepada yang kudus, dunia realitas tertinggi, hidup yang
lebih mendalam, dan lebih misterius. Sebuah simbol selalu berhubungan dengan
pengalaman manusia aktif. Ia selalu tertuju kepada suatu realitas atau situasi yang
melibatkan manusia, hanya dengan demikian simbol memberi arti atau makna dalam
eksistensi manusia. Melalui simbol keagamaan yang autentik manusia dibebaskan
dari isolasinya, subjektifitas dan pamrih dirinya dibawa masuk ke dalam sikap
terbuka kepada Roh dan pada akhirnya memiliki kemampuan untuk mendekati yang
universal. 14
Eliade mengacu pada dua fungsi simbolisme keagamaan, yakni pemaduan dan
pendamaian. 15 Artinya simbol keagamaan memungkinkan manusia untuk
menentukan kesatuan tertentu di dunia dan pada saat yang sama membuka diri
kepada tujuan hidup sebagai bagian integral dunia. Salah satu contoh simbolisme
keagamaan yang mampu menjawab kebutuhan ini misalnya terdapat dalam agama
Kristen. Agama Kristen memberikan simbol-simbol yang hidup, baik mengenai
keutuhan, perpaduan berbagai unsur di dalam suatu sintesis yang hidup, maupun

11
Ibid., 446
12
Ibid., 41
13
Mircea Eliade dan J.M Kitagawa (eds), The History of Religion:Essay in Methodology, (Chicago: Chicago
University Press, 1959), 103
14
Ibid., 103
15
F.W. Dillistone, The Power Of,…, 144.
mengenai pendamaian, pendobrakan, pertentangan antara dua kekuatan yang
berlawanan. 16
Pengalaman manusia mengenai dunia organis pertama-tama adalah pengalaman
bertemu dengan aneka macam unsur yang membutuhkan suatu pusat integrasi
(perpaduan). Misalnya, pengalaman bermasyarakat, hubungan antarpribadi, bersifat
ambigu dan ambivalen, (cinta dan benci, persahabatan dan persaingan kepercayaan
dan kecurigaan) serta membutuhkan ikatan pendamaian. Melalui simbol Kristus yang
menjelma, disalibkan, dan dibangkitkan, kedua kebutuhan ini telah dipenuhi secara
memadai. 17
Jadi baik yang profan dan yang sakral itu berada satu di dalam dunia yang sama.
Yang profanebisa saja dianggap biasa, tetapi pada waktu yang supernatural
(hierophani) masuk ke dalamnyaia berubah menjadi sesuatu yang sakral. Demikian
halnya yang terjadi dengan simbol-simbol religius. Seseorang yang memasuki dunia
yang sakral/supernatural (yangmysterium) merasa disentuh sesuatu yang nir-duniawi,
sebuah realitas yang belum pernah dirasakan sebelumnya, berdimensi eksistensi yang
kuat, abadi dan tiada tandingnya.

16
Ibid., 145
17
Ibid
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Edward Evan Evans-Pritchard (1902-1973) dan Mircea Eliade (1921–1986) keduanya
memiliki perspektif penelitian yang cukup unik dimasanya. Karena dapat menyelami objek
penelitian dengan bijak dan dapat mengesampingkan ego pemikiran Enlightened West yang
kuat pada waktu itu. Pritchard mampu mengumpulkan data-data pengamatan dengan hidup
bersama suku yang diamatinya sementara antropologis lain masih menganggap Going Native
ialah hal yang tabu. Dan Eliade mampu melihat agama tidak hanya sebagai fungsi sosial atau
dorongan psikologis sebagaimana pemikir-pemikir klasik lain menjabarkannya.

Kedua Antropologis ini mengajarkan kita bahwa pentingnya pengamatan dari perspektif
objek pengamatan. Karena hanya dengan itu peneliti dapat memahami aspek-aspek dari objek
penelitian secara kontekstual bahkan praktis.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan materi mengenai teori agama oleh Edward Evan Evans-
Pritchard dan Mircea Eliade di dalam makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat
memahami materi tersebut. Serta kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan untuk
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agama menurut E.E Evans Pritchard. (2021, oktober 9). Retrieved from Hindunque.blogspot:
https://hindunque.blogspot.com/2015/06/agama-menurut-e-evans-pritchard.html

antropologi agama. (2021, oktober 12). Retrieved from academia.edu:


https://www.academia.edu/6149511/Tugas_Matakuliah_Antropologi_Agama

Antropologi agama E.E Evans Pritchard. (2021, oktober 12). Retrieved from kolomsosiologi.blogspot:
https://kolomsosiologi.blogspot.com/2012/11/antropologi-agama-evans-pritchard.html

Konsep Teori Agama, Argumentasi Dan Bukti Yang Dikemukakan Oleh Para Teoritis (Studi Agama-
agama). (2021, oktober 12). Retrieved from catatananakdakwah: Konsep Teori Agama,
Argumentasi Dan Bukti Yang Dikemukakan Oleh Para Teoritis (Studi Agama-agama)

Pals, D. L. (2011). Seven Theories Of Religion. yogyakarta: IRCiSoD.

Review teori agama E.E Evans Pritchard. (2021, oktober 12). Retrieved from studocu.com:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-indonesia/anthropology/review-teori-
agama-primitive-evans-pritchard/5636676

teori agama. (2021, oktober 16). Retrieved from wikipedia.org:


https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_agama

teori tentang agama. (2021, oktober 16). Retrieved from academia.edu:


https://www.academia.edu/30956176/rsip_Tag_teori_tentang_agama
teori-teori tentang agama. (2021, oktober 16). Retrieved from uinsby.ac.id:
http://digilib.uinsby.ac.id/15952/5/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai