Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU DAKWAH
TUJUAN DAKWAH & EFEK DAKWAH

Dosen Pengampu : Fariza Makmun, S.Ag.M. Sos. I.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Faqih As-Sufi 2141010159
Feby Putri Maharani 2141010161
Helga Malya Razita 2141010166
Iqstyar Suci Retno Wasiti 2141010170
KMS. Ikhlasul Amal Ramadhan 2141010173
Leo Nardi 2141010175
Mandini Alfariyani 2141010179

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN RADEN INTEN LAMPUNG
2021/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang kami harapkan. Kami
juga berterima kasih kepada Ibu Fariza Makmun, S.Ag.M. Sos.I. selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Ilmu Dakwah kami. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Dakwah. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang Dakwah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bisa membangun selalu kami
harapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan Teman-
teman yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu meridhai setiap kegiatan kita. Aamiin.

Bandar Lampung, 23 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI… …………………………………………………………………ii

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1Latar Belakang................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.3 Efek Dakwah (Atsar)......................................................................................8
BAB III..................................................................................................................12
KESIMPULAN......................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
3.2 saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keinginan melaksanakan dakwah bukan hanya sebagai bentuk kesadaran
dan tanggungjawab seorang muslim terhadap agamanya, lebih jauh lagi
merupakan konsekuensi dari pemahaman terhadap perintah Allah dan rasul-
Nya yang terdapat dalam teks-teks ayat suci yang tertuang dalam al-Qur’an
dan al-hadits. Berdasarkan informasi dari kedua kitab ini ditemukan sejumlah
pernyataan Allah dan rasul-Nya terkait dengan dakwah.
Dakwah adalah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan
bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh da’i. Ilmu Dakwah ialah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia
dan di akhirat. Dakwah adalah mendorong manusia agar melakukan kebaikan
dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat ma’ruf dan mencegah
dan berbuat munkar, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dakwah juga diartikan dengan penyampaian ajaran agama Islam yang
tujuannya agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh
hati.
Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan
menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan yang diridhai Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya
masing-masing. Apa saja yang seharusnya dievalusi dari pelaksanaan dakwah
tidak lain adalah seluruh komponen dakwah yang dikaitkan dengan tujuan
dakwah yang ingin dicapai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Dakwah ?
2. Apa saja Tujuan Dakwah ?
3. Apa saja Efek Dakwah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian Dakwah.
2. Menjelaskan Tujuan Dakwah.
3. Menjelaskan Efek Dakwah.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, kata dakwah berasal dari kata bahasa Arab ‫ يدعو‬-‫دعا‬
yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, mengundang (Mahmud Yunus,
1973: 127)
Kata dakwah secara etimologis terkadang digunakan dalam arti
mengajak kepada kebaikan yang pelakunya ialah Allah swt., para Nabi dan
Rasul serta orang-orang yang telah beriman dan beramal shaleh. Terkadang
pula diartikan mengajak kepada keburukan yang pelakunya adalah syaitan,
orang-orang kafir, orang-orang munafik dan sebagainya.
Jadi dapat dipahami bahwa dakwah merupakan suatu usaha
memindahkan umat dari situasi negatif kepada yang positif. Seperti dari
situasi kekufuran kepada keimanan, dari kemelaratan kepada kemakmuran,
dari perpecahan kepada persatuan, dari kemaksiatan kepada ketaatan untuk
mencapai keridaan Allah, semuanya itu termasuk dalam pengertian dakwah.

2.2. Tujuan Dakwah


Dalam proses pelaksanaan dakwah dalam arti mengajak manusia ke
dalam Islam, diperlukan penetapan tujuan sebagai landasannya. Tujuan
dakwah mengandung arah yang harus ditempuh serta luasnya cakupan
aktifitas dakwah yang dapat dikerjakan (A. Rosyad Saleh, 1977: 29). Dalam
bahasa Arab, tujuan disebut dengan istilah al-qarad, al-qa¡d, al-bugyat, al-
hadf (Louis Ma’luf, 1986: 548). Dari beberapa istilah yang berkenaan dengan
tujuan di atas, maka dapat dipahami bahwa tujuan ialah suatu yang
diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai (Zakiah Darajat
dkk.1992: 29)

Rasulullah saw. ketika berdakwah di Mekkah, perumusan dakwahnya


berbeda ketika di Madinah. Fase Mekkah, materi pesannya adalah bertujuan
mengajak untuk beriman kepada Allah. Pada waktu di Madinah, obyeknya
adalah orang-orang beriman, tujuan pembinaannya agar mereka konsisten
beramal saleh.

3
Pada prinsipnya, tujuan dakwah hanya kepada Allah atau sabili rabbik,
tetapi keadaan obyek dakwah seperti tersebut variatif (ada yang kafir, ahli
kitab, dan orang-oorang beriman), sehingga masing-masing obyek perlu
ditinjau menurut eksistensinya. Peninjauan yang berbeda bertujuan agar pesan
bersifat kondisional dan situasional dan dapat menunjukkan solusi setiap
permasalahan yang dialami oleh obyek.

1) Tujuan Dakwah Kepada Orang Kafir


Orang kafir adalah orang yang mendustakan Allah dan Rasul-rasul-
Nya sekaligus ajaran-ajaranNya. Penolakan mereka menunjukkan bahwa
profil yang tampak itu bukan pada prototipenya yang hakiki.
Salah satu sifat yang dimiliki manusia adalah sifat ketergantungan.
Maksudnya, manusia dengan segala potensi yang dimiliki tidak mampu
mengatasi segala kebutuhannya, tanpa mengharapkan bantuan dengan
manusia dan alam sekitarnya.
Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa sifat ketergantungan yang
dimaksud dalam ayat ini adalah sifat kodrat ketergantungan selain dirinya,
yang berimplikasi bahwa manusia tidak hanya tergantung secara fisik
selama dalam rahim ibunya, tetapi juga setelah lahir. Ia tetap memerlukan
alam lingkungannya demi kelangsungan hidupnya. Dan lebih jauh
dikatakan bahwa sifat ketergantungan manusia lebih jelas apabila ayat ini
dilihat dari segi kedudukannya. Ayat pertama (QS. al-Alaq (97):2), selain
perintah membaca yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. juga
memperkenalkan Tuhan Sang Pencipta. Ayat yang dibahas berkedudukan
sebagai keterangan khusus dari ungkapan terakhir ini. Dengan demikian,
kedua ayat tersebut dapat disusun pernyataan tentang siapa yang dimaksud
dengan rabbika dalam ayat pertama, yaitu khalaqal insana min ‘alaq.
Makna kata rabbika tersebut berarti pemilik, pencipta dan yang
memberikan kebaikan kepada sesuatu. Tuhan yang disebut rabb oleh
karena Dialah yang memberikan kebaikan kepada makhluk-Nya, juga
berarti orang yang mengenal Tuhan.
Sebab lain sehingga manusia memiliki sifat kekafiran adalah
ketidaktahuan, ketidaksengajaan, yang ditandai dengan adanya faktor-

4
faktor yang memungkinkan seseorang mengenal Tuhan. Sifat
kesombongan dan keangkuhan dapat menyebabkan sifat egois,
berpandangan sempit dan sukar menerima dan mengakui realitas di luar
dirinya, sehingga sukar menerima dan mengakui kebenaran dan hidayah.
Watak manusia selalu bersenang-senang. Bila ia memperoleh kenikmatan
hidup, dan jika kesenangan itu dicabut atau gagal dalam memperjuangkan
citacitanya, maka ia berputus asa. Manusia kadang lupa daratan dan tidak
mengingat Tuhan bila mendapatkan kesenangan dunia (Harifuddin
Cawidu, 1991: 91).
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa orang kafir pada
hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang juga membawa fitrah bertuhan
kepada Allah sebagaimana dengan manusia lain. Kekafiran mereka
disebabkan karena pengaruh sosio-kulturalnya (Imam Nawawi, Dar al-
Fikr, t.th: 207-208) Menyeru orang kafir ke jalan Allah berarti berusaha
menyadarkan mereka agar memandang diri mereka dan lingkunganya
secara obyektif. Diri manusia bersama cosmos merupakan bahan untuk
ditelaah secara rasional.
Penyampaian dakwah secara intensif bertujuan agar mereka
beriman kepada Tuhan, dan sadar akan kedudukan dan fungsi dirinya,
sebagai hamba Allah. Fungsi unik yang dimiliki manusia menunjukkan
fungsi yang melengkapi kodrat kejadiannya. Karena fungsi ini mencakup
tugas-tugas peribadatan, sehingga ia dapat disebut sebagai fungsi
ubudiyah. Keunikan fungsi ini mengandung makna bahwa keberadaan
manusia di muka bumi hanya semata-mata untuk menjalankan ibadah
kepada Allah swt. Olehnya itu, manusia yang tidak beribadat kepada-Nya
berarti mereka berada di luar fungsinya (disfungsi).
Dengan demikian, mengajak orang kafir ke jalan Islam adalah
suatu kewajiban. Dakwah memberikan informasi tentang eksistensi dirinya
sebagai makhluk ciptaan Allah dan fungsinya, guna membawa mereka
kepada kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.

5
2) Tujuan Dakwah Kepada Ahli Kitab
Terhadap ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) Alquran menunjukkan
agar dai berusaha menanamkan keyakinan kepada mereka bahwa Nabi
Muhammad saw. adalah rasul terakhir dan kitab suci Alquran adalah
petunjuk bagi manusia secara universal (Ali Hasymi, 1974: 104)
Hal tersebut dapat dipahami dalam QS. al-Syura (42): 15:

‫ت‬ُ ْ‫ب َواُ ِمر‬ ٍ ۚ ‫ت بِ َمٓا اَ ْن َز َل هّٰللا ُ ِم ْن ِك ٰت‬ ُ ‫ع ۚ َوا ْستَقِ ْم َك َمٓا اُ ِمرْ ۚتَ َواَل تَتَّبِ ْع اَ ْه َو ۤا َءهُ ۚ ْم َوقُلْ ٰا َم ْن‬ ُ ‫ك فَا ْد‬ َ ِ‫فَلِ ٰذل‬
‫اِل َ ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ْم ۗ هّٰللَا ُ َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم ۗ لَنَٓا اَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم اَ ْع َمالُ ُك ْم ۗ اَل ُح َّجةَ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم ۗ هّٰللَا ُ يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا ۚ َواِلَ ْي ِه‬
ِ ‫ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬

Terjemahnya :
‘Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa
nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang
diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara
kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami
dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan
kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNyalah kembali (kita)’.
Ayat tersebut merupakan perintah untuk menyampaikan dakwah
kepada ahli kitab. Tujuannya agar mereka sadar dan mengakui kebenaran
segala yang diturunkan Allah kepadanya.

3) Tujuan Dakwah kepada Orang Beriman


Orang mukmin adalah obyek dakwah selain orang kafir dan ahli
kitab. Mukmin adalah orang yang beriman kepada Allah dan segala hal
yang wajib diimani.
Sedangkan orang mukmin disebut umat ijabat, karena mereka
menerima dakwah Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
dan membenarkan ajaran-ajarannya.
Predikat mukmin diberikan kepada seseorang, setelah tumbuhnya
tauhid rububiyat dan tauhid uluhiyat. Pelaksanaan dakwah kepada orang
beriman bertujuan agar mereka intensif melaksanakan amal saleh sebagai

6
bukti ketaatan kepada Allah. Efek amal saleh yang mereka lakukan adalah
terbentuknya akhlak mulia dan di akhirat mendapat pahala mulia di sisi
Allah. Hal ini dijelaskan dalam QS. al-Nahl (16): 97 :
‫طيِّبَ ۚةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم اَجْ َرهُ ْم‬
َ ً‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوة‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫بِاَحْ َس ِن َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
Terjemahnya :
‘Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan’
Ayat ini menjelaskan tentang janji Allah kepada orangorang yang
beriman tanpa membedakan jenis kelamin, berupa hayatan tayyibah
(kehidupan yang baik) dan pahala sebagai balasan amal saleh yang
dilaksanakan. Selain itu, dalam ayat tersebut terlihat pula hubungan sebab
akibat antara usaha manusia dengan tujuan yang dicapai. Dalam ayat ini
disebutkan bahwa iman merupakan dasar utama untuk melakukan usaha
yang dapat mengantar tercapainya tujuan tersebut. Amal saleh dalam
Alquran oleh Muhammad Syalt-t disebutnya dengan istilah syari’at.
Ibnu Katsir dan Ibnu Jarir mengartikan amal saleh dengan
perbuatan yang diwajibkan dalam Alquran dan Sunnah Rasulullah saw
(Abu Ja’far bin Muhammad bin Jarir: 170. Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir:
586) Muhammad Abduh mengartikan amal saleh sebagai perbuatan baik
yang telah terinci dalam Alquran. Hal ini sejalan dengan pendapat
Muhammad Izzat Darwarat yang mengartikan amal saleh sebagai konsep
umum yang mencakup segala segi kebaikan, baik bersifat ibadah ataupun
bukan (Abd. Muin Salim:128)
Abdul al-Karim Zaidan menjelaskan bahwa amal saleh adalah
semua perbuatan yang diridhai Allah, yang memenuhi syarat; 1) Perbuatan
itu hendaknya sesuai dengan ajaran Islam dan 2) Perbuatan itu bertujuan
untuk mencapai keridhaan dan ketaatan kepada Allah. Suatu perbuatan
tidak memenuhi kedua syarat atau hanya terpenuhi salah satu dari dua

7
syarat di atas, tidaklah termasuk perbuatan yang diridhai Allah dan
perbuatan itu tidak mendapat ganjaran (Abdul Karim Zaidan, 1976: 37)
Abu al-A’la al-Maududi menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah
mengajak manusia untuk mengakui dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah. Dia Yang Maha Esa, menguasai, ditaati, membuat peraturan-
peraturan. Karena itu, manusia harus menyerahkan dirinya kepada Allah
dan melaksanakan amal saleh (Abu al-A’la al-Maududi dalam Asywadie
Syukur, 1982: 11-12)
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa Allah memerintahkan kepada
orang beriman agar masuk ke dalam Islam secara keseluruhannya, tidak
ada satu aspek yang keluar dari agama Allah.
Mukmin dengan realitas amal saleh yang dikerjakan akan
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sehubungan
dengan hal ini, Allah swt. berfirman dalam QS. alBaqarah (2): 201
َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّقُوْ ُل َربَّنَٓا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َّوقِنَا َع َذ‬
‫اب النَّار‬

Terjemahnya :
‘Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari
azab neraka.’

Berbagai tujuan dakwah yang variatif tersebut menjadi indikasi


dalam penetapan subyek dakwah yang dapat menunjang tercapainya tujuan
utama dakwah.

2.3 Efek Dakwah


Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika dakwah
telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah
tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad'u,
(mitra/penerima dakwah). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
Arab yang berarti bekasan/sisa, atau tanda. Istilah ini selanjutnya digunakan
untuk menunjukkan suatu ucapan atau perbuatan yang berasal dari sahabat
atau tabi'in yang pada perkembangan selanjutnya dianggap sebagai hadits,
karena memiliki ciri-ciri sebagai hadits (Abuddin Nata, 1998: 363). Atsar

8
(efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini
sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i.
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan maka
selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah maka
kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan
dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar
dakwah secara cermat dan tepat maka kesalahan strategis dakwah akan segera
diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya
(corrective action) demikian juga strategi dakwah termasuk dalam penentuan
unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan.
Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara
radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah.
Seluruh komponen sistem (unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara
komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da'i, para
tokoh masyarakat, dan para ahli. Para da'i harus memiliki jiwa inklusif untuk
pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan ilmu
Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan,
maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Kalau yang
demikian dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme
perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa agama inilah sesungguhnya
disebut dengan ihtiar insani. Bersama dengan itu haruslah diiringi dengan doa
mohon taufik dan hidayah Allah untuk kesuksesan dakwah. Apa saja yang
seharusnya dievalusi dari pelaksanaan dakwah tidak lain adalah seluruh
komponen dakwah yang dikaitkan dengan tujuan dakwah yang ingin dicapai.
Dalam upaya mencapai tujuan dakwah maka kegiatan dakwah selalu
diarahkan untuk memengaruhi tiga aspek perubahan diri objeknya, yakni
perubahan pada aspek pengetahuannya (knowledge), aspek sikapnya
(attitude) dan aspek perilakunya (behavioral). Berkenaan dengan hal tersebut,
Jalaluddin Rahmat, menyatakan: Efek kognitif terjadi bila ada perubahan
pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau

9
informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan
dengan emosi, sikap, serta nilai. efek behavioral merujuk pada perilaku nyata
yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku (Jalaluddin Rahmat, 1982: 269). Sedangkan dalam
buku Strategi Komunikasi Anwar Arifin memperjelas efek di atas sebagai
berikut: Sesungguhnya suatu ide yang menyentuh dan yang merangsang
individu dapat diterima atau ditolak dan pada umumnya melalui proses:
1. Proses mengerti (proses kognitif)
2. Proses menyetujui (proses objektif)
3. Proses pembuatan (proses sencemotorik)
Atau dapat dikatakan melalui proses: terbentuknya suatu pengertian
atau pengetahuan (knowledge), proses suatu sikap menyetujui atau tidak
menyetujui (attitude), dan proses terbentuknya gerak pelaksanaan (prectice).
(Anwar Arifin, 1984: 41).Seorang da’I menyampaikan dakwahnya, namun
tidak ada perubahan perilaku mad’u maka dakwah yang dilakukan tidak ada
efeknya, namun bisa jadi efeknya hanya sebatas kognitif tidak sampai pada
efek behavior. Pengaruh tidak harus adanya perubahan perilaku akan tetapi
pengaruh bisa terjadi jika ada perubahan pemahaman.
Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan (Stuart, 1988) Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan dakwah, menurut kadarnya efek dakwah terdiri dari tiga
jenis: efek kognitif, efek afektif, efek behavior.
Efek kognitif terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek afektif, timbul jika ada
perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang
meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai. Efek
behavioral, merupkan efek pada perubahan perilaku, tindakan, kebiasaaan.
Secara sosiologis media massa memiliki tiga efek prososial: efek
prososial kognitif, efek prososial afektif, dan efek prososial behavior. Efek

10
kognitif berarti media massa mampu memberikan sentuhan pengetahuan dan
pengalaman kognitif kepada orang-orang yang menerima terpaannya, efek
afektif berarti media massa mampu memberikan sentuhan kejiwaan dan
perasaan dalam bentuk belas kasihan, rasa iba, kasih sayang, efek behavioral
berarti media massa mampu memberikan ajakan serta gerakan dalam bentuk
suatu atau berbagai perbuatan kongkret kepada orang-orang yang menerima
terpaan tersebut seperti yang dikehendakinya. (Haris Sumadiria, 2014. 178-
181)
Efek berdasarkan pada respon/umpan balik terhadap mad’u: Efek
berdasarkan golongan menurut (Wahyu Ilah, 2010: 119-120)
Pertama, simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan secara
aktif dalam menerima pesan dakwah. Kedua, golongan pasif, yaitu mad’u
yang masa bodoh terhadap dakwah. Ketiga, golongan antipasti adalah mad’u
tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya dakwah.

11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Tujuan dakwah hanya kepada Allah atau sabili rabbik, tetapi keadaan
obyek dakwah seperti tersebut variatif (ada yang kafir, ahli kitab, dan orang-
oorang beriman), sehingga masing-masing obyek perlu ditinjau menurut
eksistensinya. Peninjauan yang berbeda bertujuan agar pesan bersifat
kondisional dan situasional dan dapat menunjukkan solusi setiap
permasalahan yang dialami oleh obyek.
Atsar dakwah merupakan pangkal pokok yang harus diperhatikan oleh
seorang da’i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dawah selesai
maka apa yang mereka sampaikan da’I selesailah begitu saja. Demi
tercapainya tujuan dakwah yang begitu pokok, maka atsar atau efek dakwah
merupaan langkah utama, oleh karena itu setiap aksi dakwah aan
menimbulkan reaksi. Kemampuan menganalisa efek dakwah sangat penting
dalam kemungkinan yang akan terjadi, hal tersebut untuk meminimalisirkan
kerugian tujuan dakwah dan kesalahan tersebut tidak terulang kembali.

3.2 Saran
Pembuat makalah mengharapkan kepada pembaca, agar memberikan
saran dan kritik serta menerapkan makalah ini menjadi acuan untuk
berlangsungnya interaksi kepada atasan dengan baik dan juga bawahan,
setelah membaca makalah ini agar dapat mengambil hal yang positif, dan
meninggalkan yang negatif.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad Qadaruddin. 2019. Pengantar Ilmu Dakwah. Penerbit
Qiara Media

A, Rosyad Saleh. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Ma’luf, Louis. 1986. Al-Munjid fiy al-Lugah wa al-A’lam. Beirut: Dar Al-
Masyriq

Darajat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Cawidu, Harifuddin. 1991. Konsep Kufur dalam Alquran: Suatu Kajian


Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik. Jakarta: Bulan Bintang

Imam Nawawi dalam Imam Muslim. Shahih Muslim. Beirut: Dar Al- Fikr

Hasymi, Ali. 1974. Dustur Dakwah Menurut Al- Qur’an. Jakarta; Bulan
Bintang

Zaidan, Abdul Karim. 1980. Ui-l al-Da’wah, diterjemahkan oleh H.M.


Asywadi Syukur dengan judul Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Jakarta:
Dewan Dakwah Indonesia

Al-Maud-di, Abu al-A’la. 1982. Tazkira al-Du’at al-Islam, diterjemahkan


oleh Asywadie Syukur dengan judul Petunjuk untuk Juru Dakwah.
Jakarta: Media Dakwah

Pirol, Abdul. 2017. Komunikasi dan Dakwah Islam. Yogyakarta: Deepublish

Al-Munzir, Aminudin. 2016. Konsep Dasar Dakwah. Vol.9. No.1.

13

Anda mungkin juga menyukai