Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
KALIMAT EFEKTIF

Dosen Pengampu : Nurul Watifah, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Dastin Akbar Adiguna (2141010148)
Helga Malya Razita (2141010166)
Lovis Kinara Monica (2141010178)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN RADEN INTEN LAMPUNG
2021/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang kami harapkan. Kami
juga berterima kasih kepada Ibu Nurul Watifa, M.Pd. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Bahasa Indonesia kami. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang Bahasa Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bisa membangun selalu kami
harapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan Teman-
teman yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu meridhai setiap kegiatan kita. Aamiin.

Bandar Lampung, 25 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………… 1
1.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………..2
1.4.Manfaat Penulisan……………………………………………….... 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 3
2.1. Pengertian Kalimat……………………………………………….. 3
2.2. Unsur- Unsur Kalimat…………………………………………….. 3
2.3. Kalimat Efektif……………………………………………............ 5

BAB III PENUTUP……………………………………………………….. 9


Simpulan………………………………………………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut KBBI, Bahasa adalah system lambing bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari pengertian tersebut kita
mengetahui bahwa bahasa merupakan salah satu bagian terpenting untuk
menjalani kehidupan, terutama dalam bersosialisasi. Ketika bersosialisasi,
hendaklah kita memperhatikan omongan kita dan bertutur kata yang sopan.
Bahkan alangkah lebih baik jika kita menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Menggunakan kata-kata yang sesuai dengan kaidah dan
aturan yang berlaku baik dalam komunikasi lisan maupun non lisan.
Dari kata-kata tersebut, terbentuklah rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, dan atau perasaan yang dinamakan kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S)
dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna.
Kalimat merupakan salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat
berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan faktor utama dalam
kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena perantara kalimat. Karena peran
kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud dari apa yang ingin
disampaikannya. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu pengertian dari kalimat itu sendiri, unsur-unsurnya, hingga
bagaimana kalimat tersebut dapat menjadi kalimat efektif.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kalimat ?
2. Apa saja unsur-unsur Kalimat ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Efektif ?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Kalimat.
2. Menjelaskan unsur-unsur Kalimat.
3. Menjelaskan yang dimaksud Kalimat Efektif.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan tentang pengertian Kalimat.
2. Menambah wawasan tentang unsur-unsur Kalimat.
3. Menambah wawasan tentang Kalimat Efektif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kalimat


Kalimat adalah satuan gramatikal terbesar yang mengandung predikat
dan mengungkapkan sebuah pikiran. Dalam wujud lisan, kalimat ditandai
oleh intonasi akhir. Intonasi itu ditandai dengan tinggi rendah nada, panjang
pendek durasi, dan keras lembut tekanan, serta disela dengan jeda dan
diakhiri intonasi akhir. Intonasi akhir tersebut diikuti oleh kesenyapan untuk
menghindari perpaduan, asimilasi bunyi, atau proses fonologis lainnya.
Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik {.), tanda seru (!), atau tanda tanya (?).
Sementara itu, di dalamnya dapat disertakan pula berbagai tanda baca, seperti
koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda pisah (-), atau tanda kurung (()).
Tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru sepadan dengan intonasi akhir yang
disertai kesenyapan, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda.

Secara gramatikal kalimat pada dasarnya terdiri atas unsur subjek dan
predikat yang dapat diikuti oleh objek, pelengkap, dan/atau keterangan. Perlu
atau tidaknya kehadiran objek, pelengkap, dan/atau keterangan bergantung
pada verba pengisi predikat.

2.2. Unsur – Unsur Kalimat


Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Predikat
(P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur
pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan
tugasnya masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus
memiliki unsur Subjek (S) dan Predikat (P).

2.2.1. Subjek (S)


(Widjono, 2012:188) subjek atau pokok kalimat merupakan unsur
utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan kalimat. Pada umumnya subjek
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Contoh : Saya sedang belajar.

3
Ibu mencuci piring di dapur.

2.2.2. Predikat (P)


(Alwi dkk, 2003:326)Predikat merupakan konstituen pokok yang
disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek,
pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat biasanya
berupa frasa verbal atau frasa adjektival.
Contoh : Ayah membaca koran di teras
Saya seorang mahasiswa.

2.2.3. Objek (O)


(Alwi dkk, 2003:328) Objek adalah konstituen kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat
aktif. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh : Rayyan sedang menonton film.
Nenek menjahit baju.

2.2.4. Pelengkap (Pel)


(Alwi, dkk, 2003:329) Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa
verbal, frasa adjektival, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa.
Pelengkap berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di
belakang objek kalau unsur ini hadir.
Contoh : Ibunya sakit kepala.
Dia senang bermain tenis.

2.2.5. Keterangan (K)


(Alwi, dkk, 2003:330) Keterangan merupakan fungsi sintaksis
yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat
berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Konstituen keterangan
biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial.
Contoh : Dia memotong rambutnya di kamar.
Dia belajar di sekolah.

4
2.3 Kalimat Efektif
(Kunjana Rahardi,2009:129) Kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri
pendengar atau pembaca.

(Nursalim A.R,2011:40) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat


mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis secara segar, dan
sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap pokok
persoalan yang dibicarakan. Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah
kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara
atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam
pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis.

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan


struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan.
1. Kesepadanan Struktur
(Arifin dan Tasai, 2010:97) Kesepadanan struktur adalah
keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti:
a) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas
b) Tidak terdapat subjek yang ganda
c) Kata penghubug intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Contoh :
a) Kepada semua pegawai untuk memasuki ruang rapat (Salah).
b) Semua pegawai untuk memasuki ruang rapat (Benar).

5
2. Kepararelan Bentuk
(Arifin dan Tasai, 2010:99) Keparalelan bentuk adalah
kesamaan atau bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah
kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk
kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina. Kalau bengtuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh :
a) Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan kenaikan secara
luwes.
b) Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan dinaikkan secara
luwes.
3. Ketegasan Makna
(Arifin dan Tasai, 2010:100) Ketegasan makna adalah
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide
yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberika penekanan atau
penegasan pada penonjolan tersebut. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
Contoh :
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh :
Sekali, dua kali, tiga kali, ia selalu membuat kekacauan.
c) Melakukan pengulangan kata
Contoh :
Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya suka
senyumnya.
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yag ditonjolkan
Contoh :
Novi itu tidak cantik, tetapi berhati tulus.
e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)

6
Contoh :
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan Kata
(Arifin dan Tasai, 2010:101) Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan
kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek
Contoh :
 Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui
bahwa Presiden datang. (Salah)
 Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa
Presiden datang. (Benar)
b) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
pemakaian superordinat (sejumlah perincian)
Contoh :
 Di mana engkau menangkap burung merpati itu? (Salah)
 Di mana engkau menangkap merpati itu? (Benar)
c) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh :
 Sejak dari pagi dia termenung.(Salah)
 Sejak pagi dia termenung.(Benar)
d) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan
kata-kata yang berbentuk jamak
Contoh :
 Para hadirin.(Salah)
 Hadirin (Benar)

7
5. Kecermatan Penalaran
(Arifin dan Tasai, 2010:103) Kecermatan adalah bahwa
kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilhan
kata.
Contoh :
 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri
raja, para hulubalang, dan para menteri. (Salah)
 Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.(Benar)
6. Kepaduan Gagasan
(E.Zaenal Arifin, 2008:103) Yang dimaksud dengan kepaduan
ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Contoh :
 Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat
(Salah)
 Kita harus memperhatikan kehendak rakyat (Benar)

8
BAB III
KESIMPULAN
Kalimat adalah satuan gramatikal terbesar yang mengandung predikat
dan mengungkapkan sebuah pikiran. Dalam wujud lisan, kalimat ditandai
oleh intonasi akhir. Intonasi itu ditandai dengan tinggi rendah nada, panjang
pendek durasi, dan keras lembut tekanan, serta disela dengan jeda dan
diakhiri intonasi akhir.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan pikiran dan
gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan menarik perhatian
pembaca mengenai pokok pembicaraan.Kalimat efektif juga mempunyai ciri-
ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,
kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat sebagai berikut: 1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis. 2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis.

9
DAFTAR PUSTAKA

M, Anton, dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-


Mengarang. Jakarta: Erlangga

Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis


Kompetensi. Pekanbaru: Zanafa Publishing

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo

10

Anda mungkin juga menyukai