Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“NASH-NASH ALQURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
DOSEN PENGAMPU : Dr. Hj. Ira Suryani, M.Si.

Disusun Oleh : kelompok 1


1. Nurhayati Harahap (0303213085)
2. Wahyu Indah Sari (0303213105)
3. Zachra Aulia (0303213102)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menunju jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang
berjudul “Nash-Nash yang Berkaitan dengan Pendidikan”. Yang dosen pengampunya oleh Ibu
Dr. Hj. Ira Suryani, M.Si. dan juga untuk khalayak ramai sebagai penambah ilmu pengetahuan
serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik,saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini.
Waalaikumussalam Wr.Wb

Medan, 24 Maret 2022

PEMAKALAH
Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2


DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................4
C. Tujuan ........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5
A. Pengertian Nash .........................................................................................................5
B. Pengertian Pendidikan Menurut Al-Qur’an ...............................................................5
C. Tujuan Pendidikan Menurut Al-qur’an ......................................................................6
D. Nash Al-qur’an yang Berkaitan dengan Pendidikan ..................................................8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................14
A. Kesimpulan ...............................................................................................................14
B. Kritik dan Saran ........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU
No.20 tahun 2003). Lafadz nash adalah lafadz yang penunjukanya tegas untuk makna yang
dimaksudkan, tetapi menerima takhsis dan menerima takwil.Yang dimaksud lafadz nash
tersebut yaitu lafadz yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadis. Setiap nash yang sudah
jelas dalalah wajib diamalkan, berdasarkan keberadaanya sebagai yang jelas dalalahnya.
Al-Quran sendiri sangat mendorong manusia untuk belajar dan menuntut ilmu. Bukti
terkuat mengenai hal ini adalah bahwa ayat al-Quran yang pertama kali diturunkan
memberikan dorongan kepada manusia untuk membaca dan belajar. Ayat tersebut juga
menekankan bahwa dengan perantaraan kalamlah Allah mengajarkan manusia membaca
dan mengajarinya apa-apa yang tidak diketahuinya. Lebih jauh Islam menjelaskan, bahwa
al-Quran adalah kalam Allah yang berisi segala hal mengenai petunjuk, yang membawa
hidup manusia menjadi bahagia baikdunia maupun akhirat. Kandungan yang ada di
dalamnya meliputi segala hal termasuk di dalamnya adalah masalah pendidikan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Nash?
b. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Menurut Al-qur’an?
c. Apa yang dimaksud dengan Tujuan Pendidikan Menurut Al-qur’an?
d. Apa yang dimaksud dengan Nash Al-qur’an yang Berkaitan dengan Pendidikan?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Nash.
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pendidikan Menurut Al-qur’an.
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tujuan Pendidikan Menurut Al-
qur’an.
d. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Nash Al-quran yang Berkaitan
dengan Pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nash
Menurut Bahasa Nash adalah raf’u al-syai atau munculnya segala sesuatu yang tampak.
Menurut istilah Nash adalah lafadh yang menunjukkan pengertian secara jelas. Nash
menurut Ad-Dabusi seorang ulama kalangan Hanafiyah adalah “Suatu lafadh yang
maknanya lebih jelas dari pada dhahir bila ia dibandingkan dengan lafadh dhahir”. Nash
adalah raf’u atau munculnya segala sesuatu yang tampak, nash juga sering disebut
dengan munashahat. Nash adalah wahyu Allah atau teks yang ada dalam al Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. Nash yaitu lafadz yang petunjuknya tegas untuk makna
yang dimaksudkan, tetapi menerima takhsis berupa ‘am dan menerima ta’wil kalau berupa
khas. 1

Ibnu Daqiqil Ied dalam Syarah Al Unwan mengemukakan nash dengan beberapa istilah
antara lain sebagai berikut :
• Nash adalah istilah yang tidak menerima selain dari satu makna
• Nash menurut para fuqaha’ adalah lafadz yang dalalahnya sangat kuat
• Nash menurut ahli ijtihad adalah lafadz Al-Qur’an dan Sunnah

Ada beberapa alasan pentingnya memahami nash yakni :


a. Karakter al Quran sebagai wahyu dan bukan buku biasa yang disusun dan
dihubungkan menjadi satu kesatuan yang utuh, tetapi lahir sesuai dengan dan untuk
menjawab kebutuhan dan tuntutan.
b. Kata-kata dan kalimat al Quran bagi muslim merupakan wahyu yang disampaikan
kepada nabi Muhammad dan merupakan dokumen agama yang paling original.
c. Al Quran berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia, sebagaimana disebutkan dalam
beberapa ayat al Quran
d. Masa wahyu diturunkan dan masa kenabian, wahyu turun untuk menjawab seluruh
masalah dan situasi aktual ketika masa nabi.
Dari beberapa pernyataan yang menunjukkan betapa pentingnya memahami nash tersebut
diatas, menunjukkan bahwa keterkaitannya nash sebagai sumber hukum yang berdampak pada
aturan-aturan.

B. Pengertian Pendidikan Menurut Al-Qur’an


Ada dua kata yang digunakan al-Qur’an untuk mengungkapkan makna pendidikan yaitu
kata rabb dengan bentuk masdarnya tarbiyah dan kata ‘allama dengan bentuk masdarnya ta’lim.
Kata tarbiyah sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib al-Ashfahany adalah sya’a al-syai halan
fa halun ila haddi al-tamam; artinya mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi
setahap sampai batas yang sempurna. Sedangkan kata ta’lim digunakan secara khusus untuk
menunjukkan sesuatu yang dapat diulang dan diperbanyak sehingga menghasilkan bekas atau
pengaruh pada diri seseorang. 2
Kata rabb dengan segala derivasinya disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 981 kali. Kata
tersebut selanjutnya digunakan oleh al-Qur’an untuk berbagai makna antara lain digunakan
untuk menerangkan salah satu sifat Allah swt. yaitu rabbul ‘alamin yang diartikan pemelihara,
pendidik, penjaga, dan penguasa alam semesta (lihat QS al- Fatihah/1: 2, al-Baqarah/2: 131,
al-Maidah/5: 28, al-An’am/6: 45, 71, 162, dan 164, al-A’raf/7: 54, digunakan juga untuk

1
Khallaf, Abdul Wahab.1999. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta.
2
Al-Raghib al-Ashfahany, Mu’jam Mufradat li Alfadz al-Qur’an, Bairut: Daār al-Fikr, t.t., h. 336

5
menjelaskan objek sifat tuhan sebagai pemelihara, pendidik, penjaga, dan penguasa alam
semesta seperti: al-‘arsy al-‘azhim yakni ‘arsy yang agung (QS al-Taubah/9: 129), al-Masyariq,
yakni ufuk timur tempat terbitnya matahari (al-Rahman/55: 17), abaukum al-awwalun yakni
nenek moyang para pendahulu orang-orang kafir Quraisy (QS al-Shaffat/37: 126), al-Baldah,
yakni negeri dalam hal ini Mekah al-Mukarramah (QS al-Naml/27: 91; al-Baqarah/2: 126), al-
Bait yakni rumah, dalam hal ini Ka’bah yang ada di Mekah al-Mukarramah (QS Quraisy/106:
3) dan al-Falaq yakni waktu subuh (QS al-Falaq/112: 1). 3Berdasarkan makna-makna tersebut
di atas, terlihat dengan jelas bahwa kata rabb dalam al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan
obyek yang bermacam-macam, baik fisik maupun non fisik. Dengan demikian, pendidikan oleh
Allah swt. meliputi pemeliharaan seluruh makhluk-Nya.
Adapun kata ‘allama dengan segala bentuk derivasinya disebutkan dalam al-Qur’an
sebanyak 854 kali, dan digunakan dalam berbagai konteks. Terkadang digunakan untuk
menjelaskan bahwa Allah sebagai subyek yang mengajarkan kepadamanusia beberapa hal
antara lain: mengajarkan nama-nama (benda) semuanya (surat al-Baqarah/2: 31-32),
mengajarkan al-Qur’an (SQ. Ar-Rahman/55: 1-4), mengajarkan al-hikmah, taurat, dan injil
(QS Ali-Imran/3: 48) mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui (QS al-Alaq/96:
5 dan QS al-Baqarah/2: 239) dan terkadang digunakan bahwa manusia sebagai subyek, seperti
Nabi Musa mengajarkan sihir kepada pengikut Fir’aun (al-Syu’ara/26: 49 dan QS Thaha/20:
71) dan terkadang pula digunakan bahwa Jibril sebagai subyek yang mengajarkan wahyu
kepada Nabi Muhammad saw. (QS An-Najm/53: 5). Dari beberapa ungkapan tersebut, terkesan
bahwa kata ta’lim dalam al-Qur’an menunjukkan adanya sesuatu berupa pengetahuan yang
diberikan kepada seseorang. Jadi, sifatnya intelektual.4Pendidikan menurut al-Qur’an adalah
usaha yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kepada peserta didik sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya
sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

C. Tujuan Pendidikan Menurut Al-qur’an


Pendidikan sebagai upaya untuk membantu manusia dalam melaksankan tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi, maka ada 3 ayat yang dapat dijadikan rujukan untuk
merumuskan tujuan pendidikan menurut al-Qur’an yaitu:
a. QS Al-Dzariyaat/51: 56
‫َو َما َخلَ ْق ُت ٱلْجِ َّن َوٱ ْْل َنس إ َّْل ِل َي ْع ُبدُ ون‬
ِ ِ
Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.
Menurut Sayyid Quthub, meskipun ayat di atas sangat singkat namun mengandung
hakikat yang besar dan agung. Manusia tidak akan berhasil dalam hidupnya tanpa menyadari
maknanya dan menyadarinya, baik kehidupan pribadi maupun kolektif. Ayat ini menurutnya
membuka sekian banyak sisi dan aneka sudut dan tujuan. Sisi pertama bahwa pada hakekatnya
ada tujuan tertentu dari wujud manusia dan jin. Ia merupakan satu tugas. Siapa yang
melaksanakannya, maka dia telah mewujudkan tujuan wujudnya, dan siapa yang
mengabaikannya maka dia telah membatalkan hakikat wujudnya dan menjadilah dia sesorang
yang tidak memiliki tugas (pekerjaan), hidupnya kosong tidak bertujuan dan berakhir dengan
kehampaan. Tugas tersebut adalah ibadah kepada Allah yakni penghambaan diri kepada-Nya.
Menurutnya, pengertian ibadah bukan hanya terbatas pada pelaksanaan tuntunan ritual, karena
jin dan manusia tidak menghabiskan waktu mereka dalam pelaksanaan ibadah ritual. Allah
tidak hanya mewajibkan mereka melakukan hal tersebut, tetapi Allah mewajibkan aneka
kegiatan yang lain yang menyita sebagian besar hidupnya.Aneka kegiatan yang dimaksud tidak

3
Muhammad Zaki Muhammad Khadr, Mu’jam Kalimat al-Qur’an al-Karim, Juz 12, 2005, h. 3.
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya, 2010, h. 29.

6
lain adalah tugas kekhalifahan yakni memakmurkan bumi, mengenal potensinya,
perbendaharaan yang terpendam di dalamnya, sambil mewujudkan apa yang dikehendaki Allah
dalam penggunaan, pengembangan, dan peningkatannya.
Menurut M. Quraish Shihab, hakekat ibadah dalam ayat tersebut mencakup dua hal
pokok: Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan.
Kemantapan perasaan bahwa ada hamba dan ada Tuhan, hamba yang patuh dan Tuhan yang
dipatuhi (disembah). Tidak selainnya. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan
selainnya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua, mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada
nurani, pada setiap anggota badan, dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya hanya mengarah
kepada Allah secara tulus. Melepaskan diri dari segala perasaan yang lain dan segala makna
selain makna penghambaan diri kepada Allah. 5
b. QS Al-Baqarah/2: 31
‫َوعَ َّ ََّل ٰإ َد َم ْ َإْل ْ َْس ۤا َء ُُكَّهَا ُ َُّث َع َرضَ ه ُْم عَ ََل إلْ َم ٰلۤى َك ِة فَقَا َل َإنْْۢ ِب ُٔـ ْو ِ ِْن ِ َِب ْ َْس ۤا ِء ٰهٰٓ ُؤ َ ْۤل ِء ِإ ْن ُك ْن ُ ُْت ٰص ِد ِق ْ َي‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, Aku hendak
ِ
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.
Dari ayat di atas dipahami bahwa Allah swt. menciptakan manusia sebagai khalifah di muka
bumi. Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa
yang datang sebelumnya. Selanjutnya khalifah dipahami sebagai yang menggantikan Allah
dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya.17 Ada empat
sisi yang terkandung dalam tugas kekhalifahan yang saling berkaitan yaitu: (1) pemberi tugas,
dalam hal ini Allah swt.; (2) penerima tugas, dalam hal ini manusia; (3) tempat atau lingkungan
di mana manusia berada, dalam hal ini bumi; dan (4) materi-materi penugasan yang harus
dilaksanakan, dalam hal ini memakmurkan bumi.
c. QS Al-Hujurat/49: 13:
َ ٰ ‫ىُك ۗ ِإ َّن‬
‫إّلل‬ ِ ٰ َ‫ٰ ٰٓ َٰيُّيه َا إلنَّ ُاس ِإَّنَّ َخلَ ْق ٰن ُ ُْك ِٰم ْن َذ َك ٍر َّو ُإن ْٰٰث َو َج َعلْ ٰن ُ ُْك ُش ُع ْو اِب َّوقَ َب ۤاى َل ِل َت َع َارفُ ْوإ ۚ ِإ َّن إَ ْك َر َم ُ ُْك ِع ْند‬
ْ ُ ‫إّلل َإتْ ٰق‬
ِ ‫عَ ِل ْ ٌْي َخب ْ ٌِي‬
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.
Salah satu makna yang dapat dipahami dari ayat di atas adalah bahwa manusia yang paling
mulia di sisi Allah swt. adalah manusia yang paling bertakwa, yaitu manusia yang senantiasa
melaksanakan segala perintah Allah, baik perintah yang berkaitan dengan tugas kehambaan
maupun yang berkaitan dengan tugas khalifahan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan
demikian, tujuan pendidikan menurut al-Qur’an adalah membina manusia sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini
sesuai dengan konsep yang di tetapkan oleh Allah atau dengan kata lain menjadikan manusia
bertakwa kepada Allah swt.6

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid XIII, Jakarta: Lentera Hati, 2000, h. 360
6
Departemen Agama RI, Jilid 9, h. 419.SS

7
D. Nash Al-qur’an yang Berkaitan dengan Pendidikan
Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran tentang pendidikan yang patut kita pelajari dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, selain itu banyak pula Hadis Rasulullah saw.
Tentang kewajiban menuntut Ilmu. Untuk itu berikut ini tafsir ayat-ayat al-Quran tentang
Pendidikan sebagai berikut:

1. Q.S Ar-Rad ayat 16

َ ‫ممندُو ِن ِ ٓۦهأَ ْو ِل َيا ٓ َء ََل َي ْم ِل ُكون َِْلَنفُ ِس ِه ْمنَ ْف ًع َاو ََل‬


ۚ ‫ض ًّرا‬ ِ ُ ‫ضقُِل ََِّّللُ ۚ قُ ْْلَفَٱت َّ َخ ْذت‬ ِ ‫س َٰ َم َٰ َو ِت َو ْٱْل َ ْر‬
َّ ‫نربُّٱل‬ َّ ‫قُ ْل َم‬
َ َٰ َ‫وا َكخ َْل ِقِۦهفَت‬
ۚ ‫ش َب َه ْٱلخ َْلقُ َعلَ ْي ِه ْم‬ ۟ ُ‫ش َر َكا ٓ َء َخلَق‬ ۟ ُ‫ور ۗ أَ ْم َج َعل‬
ُ ‫وا ِللَّ ِه‬ ُّ ‫يرأَ ْم َه ْلتَ ْستَ ِو‬
ُ ُّ‫ىٱلظلُ َٰ َمت ُ َوٱلن‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ىٱْل َ ْع َم َٰى َو ْٱل َب‬
ْ ‫قُ ْل َه ْل َي ْستَ ِو‬
‫ش ْىءٍ َوه َُو ْٱل َٰ َو ِحد ُْٱلقَ َٰ َّه ُر‬ َ ‫قُِلِللَّ ُه َٰ َخ ِلقُ ُك ِل‬
Artinya :
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah:
"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal
mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka
sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah
gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi
Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa
menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan
Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

Penjelasan:
Allah Ta'ala menetapkan dan menegaskan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Dia. Karena mereka telah mengakui bahwa Dia adalah Dzat yang telah
menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, dan Dia adalah Rabb Pernilik dan
Pengurusnya. Meskipun demikian mereka tetap saja mengambil dari selain Allah Ta'ala
penolong-penolong yang mereka sembah, padahal tuhan-tuhan itu tidaklah memiliki
"Manfaat maupun menolak mudharat," [16] bagi diri mereka sendiri dan bagi para
penyembahnya terlebih utama. Maksudnya bahwa tuhan-tuhan itu sa ma sekali tidak
dapat memberi kemanfaatan untuk mereka dan tidak dapat menolak kemudharatan dari
mereka. Maka apakah sama antara orang yang menyembah tuhan-tuhan tersebut
bersama Allah Ta'ala dengan orang yang menyembah hanya kepada Allah Ta'ala satu-
satu Nya tidak ada sekutu bagi-Nya, ditambah lagi bahwa dia berada di atas cahaya dari
Rabbnya? (Tentu saja jawabannya tidak sama, P). Oleh karena itu Allah Ta'ala
berfirman, "Katakanlah, "Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat? Atau
samakah yang gelap dengan yang terang? Apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu
bagi Allah yang da pat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu
serupa menurut pandangan mereka?" [16]. Yaitu apakah orang-orang musyrik itu
menjadikan bersama Allah Ta'ala tuhan-tuhan yang disejajarkan dan disamakan dengan
Allah Ta'ala dalam hal penciptaan, lalu tuhan-tuhan mereka menciptakan hal-hal yang
sama dengan ciptaan Allah, sehingga kedua ciptaan itu sama dan serupa menurut
pandangan mereka yang lemah, dan mereka tidak mengetahui dan menyadari bahwa
tuhan-tu han itu sendiri adalah makhluk dari makhluk selain-Nya?! Tentu saja
jawabannya tidak. Yaitu perkara yang terjadi sebenarnya tidaklah demi kian, karena
tidak ada sesuatu yang menyerupai dan menyamai Allah Ta'ala, tidak ada tandingan
dan saingan bagi-Nya, tidak ada pembantu bagi-Nya, dan tidak ada anak dan pasangan
istri bagi-Nya. Maha suci Allah Ta'ala lagi Maha tinggi dari hal tersebut dengan
ketinggian yang setinggi-tingginya.7

7
Bachtiar Surin, Adz-Dzikraa. Bandung:Penerbit Angkasa Bandung Anggota IKAPI. h.1005-1006.

8
2. Q.S An-Nahl ayat 43-44

َ‫وحيإِلَ ْي ِه ْمفَا ْسأَلُواأ َ ْه ََل ِلذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ََلتَ ْعلَ ُمون‬


ِ ُ‫َلر َجاَلن‬ ِ ‫س ْلن‬
ِ ِ‫َام ْنقَ ْب ِل َكإ‬ َ ‫(و َماأ َ ْر‬43)
َ
َّ َّ َ
َ‫انزَلل ْي ِه ْم َولعَل ُه ْم َيتَفَك ُرون‬ َ َ َّ ُ ْ
ِ ‫الذك َر ِلت َب ِي َن ِللنا ِس َم‬ َ ْ َ ُّ ْ
ِ ‫( ِبال َب ِينَا ِت َوالزب ُِر َوأنزلنَاإِل ْي َك‬44)
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.

Penjelasan:
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, "Ketika Allah Ta'ala mengutus Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai rasul, maka orang-orang Arab mengingkari hal
itu, atau lebih tepatnya ada yang mengingkarinya dari mereka. Dan Allah Ta'ala
berfirman, "Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad). melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; ma ka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." [43]. Maksudnya adalah
tanyalah kepada para ahli kitab-kitab yang terdahulu, apakah rasul-rasul yang datang
kepada ka lian berupa manusia biasa ataukah Malaikat? Apabila mereka benar-benar
Malaikat, maka kalian boleh mengingkarinya; namun jika ternyata mereka dari manusia
biasa, maka janganlah kalian mengingkari kera sulan Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam. Selanjutnya Allah Ta'ala menyebutkan bahwa Dia telah mengutus para
Rasul-Nya dengan mem bawa "Keterangan-keterangan (mukjizat)." [44]. Yaitu dengan
membawa bukti-bukti dan hujjah-hujjah, serta "Kitab-kitab." [44]. Yaitu kitab-kitab.
Penafsiran itu dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-Dhahak, dan selain mereka.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman, "Dan Kami turunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an)
kepadamu." [44]. Yaitu Al-Qur'an. "Agar engkau menerang kan kepada manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka." [44]. Dari Rabb mereka, yaitu berdasarkan
pengetahuanmu tentang apa yang telah diturunkan kepadamu, semangatmu atasnya,
dan ketaatanmu kepadanya, karena kami mengetahui bahwasanya kamu adalah sebaik
baik makhluk dan penghulu anak Adam, maka hendaknya kamu me nerangkan dengan
terperinci kepada mereka apa-apa yang masih ber sifat global, dan menjelaskan kepada
mereka hal-hal yang masih bersifat remang-remang. "Dan agar mereka memikirkan."
[44]. Yaitu mereka mau memerhatikan diri mereka sendiri sehingga mereka
mendapatkan petunjuk, lalu mereka bisa selamat di kehidupan dunia dan di negeri
Akhirat.8

3. Q.S Al-Ankabut ayat 43


ِ َّ‫َوتِ ْلك َْٱْل َ ْم َٰثَلُنَض ِْربُ َها ِللن‬
َ‫اس ۖ َو َمايَ ْع ِقلُ َهآإِ ََّل ْٱل َٰعَ ِل ُمون‬

Artinya:
Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

8
Bachtiar Surin, Adz-Dzikraa. Bandung:Penerbit Angkasa Bandung Anggota IKAPI. 1099.

9
Penjelasan:
Allah Ta'ala berfirman, "Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk
manusia; dan tidak ada yang akan mema haminya kecuali mereka yang berilmu." [43]
Maksudnya, Tidak ada yang bisa memahami dan mentadabburinya selain orang-orang
yang mendalam ilmunya dan mumpuni. Imam Ahmad meriwayatkan dari Amr bin Al-
Ash, ia berkata, "Aku mengetahui seribu perumpamaan yang pernah Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam sampaikan."2" Ini adalah ke utamaan yang dimiliki Amr
bin Al-Ash Radhiyallahu Anhu, di mana Allah Ta'ala berfirman, "Dan perumpamaan-
perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tidak ada yang akan memahaminya
kecuali mereka yang berilmu." [43]9

4. Al- Isra ayat 85


‫يَل‬ ِ ُ ‫ىو َمآأُوتِيت‬
ً ‫ممن َْٱل ِع ْل ِمإِ ََّلقَ ِل‬ َ ‫ِلرو ُح ِم ْنأ َ ْم ِر َر ِب‬
ُّ ‫وح ۖ قُِل‬ ُّ ِ‫َويَسْـَٔلُونَ َك َعن‬
ِ ‫ٱلر‬
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Penjelasan:
Firman Allah Ta'ala, "Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhan ku." [85] Artinya
termasuk dari urusan-Nya, dari ilmu pengetahuan yang tidak ditampakkan kepada
kalian, oleh karena itu Allah Ta'ala berfirman, "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit." [85] Artinya apa yang telah ditampakkan kepada kalian dari ilmu-
Nya adalah sedikit saja, karena tidak ada seorang pun yang dapat meliputi ilmu-Nya
kecuali yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla. Maknanya, bahwa pengetahuan kalian
tentang ilmu Allah Ta'ala adalah sedikit saja, dan perkara yang kalian tanyakan kepada
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang ruh ini termasuk dari pengetahuan yang
disembunyikan Allah Ta'ala, Dia tidak menampakkannya kepada kalian kecuali sedikit.
Oleh karena itu firman Allah Ta'ala, "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melain
kan sedikit." [85]. As-Suhaili menyebutkan perbedaan antara para ula ha terkait bahwa
yang dimaksud ruh adalah jiwa atau selainnya. Ia pun menetapkan bahwasanya ruh
adalah dzat lembut seperti udara, berjalan di dalam jasad manusia sebagaimana air
berjalan mengalir pada urat-urat pohon. Dia juga menetapkan bahwa ruh yang ditiupkan
oleh Malaikat dalam janin adalah jiwa yang tersambung dengan badan, yang dengan
nya manusia akan memperoleh sifat terpuji atau tercela, yaitu kemung kinan jiwa yang
tenang atau jiwa yang cenderung kepada kejelekan. As-Suhaili berkata, "Sebagaimana
air adalah sumber kehidupan bagi pepohonan, dan karena bila bercampur dengannya,
air menjadi nama lain. Jika menyatu dengan satu buah anggur lalu diperas maka akan
menjadi air memabukkan atau khamer, dan itu sudah tidak disebut lagi dengan nama
"air" kecuali dari secara majas. Begitu juga jiwa disebut ruh dengan cara yang sama.
Ruh tidak disebut dengan jiwa kecuali dengan penafsiran tertentu. Kesimpulannya, ruh
adalah asal sebuah jiwa dan materinya. Jiwa tersusun dari ruh dan badan, maka ruh itu
adalah jiwa dari satu sisi bukan dari banyak sisi. Makna ini baik. 10

9
Syaikh Ahmad Syakir. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta Timur:Darus Sunnah Press. Jilid 5. h.150
10
Bachtiar Surin, Adz-Dzikraa. Bandung:Penerbit Angkasa Bandung Anggota IKAPI. h.1180

10
5. Q.S Al-Imran ayat 18

ُ ‫َلإِ َٰلَ َهإِ ََّله َُو ْٱلعَ ِز‬


‫يز ْٱل َح ِكي ُم‬ ۟ ُ‫ۥَلإِ َٰلَ َهإِ ََّله َُو َو ْٱل َم َٰلَٓئِ َكةُ َوأ ُ ۟ول‬
ِ ‫وا ْٱل ِع ْل ِمقَآئِ ًۢ ًمابِ ْٱل ِقس‬
ٓ َ ۚ ‫ْط‬ ٓ َ ُ‫ش ِهدَٱللَّ ُهأَنَّه‬
َ
Artinya:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Penjelasan:
Allah Ta'ala bersaksi - dan cukuplah Allah sebagai saksi, karena Dia adalah Dzat yang
persaksiannya paling benar, paling adil, dan perkataannya paling benar - "Bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia" [18] yang satu-satunya berhak disembah oleh seluruh
makhluk, dan bahwa seluruh makhluk adalah hamba, dan makhluk-Nya, seluruhnya
membutuhkan kepada-Nya, sedangkan Dia Maha Kaya dari selain-Nya. Kemudian
persaksian para Malaikat dan orang-orang yang berilmu me ngiringi persaksian-Nya,
dalam firman-Nya, "Allah menyatakan bah wasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu." [18] ini adalah kekhususan yang besar untuk para ulama dalam
kedudukan seperti ini, "Qaaiman bi al-qisth" manshub sebagai hal, dan yang seperti ini
terdapat pada semua keadaan, "Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),"
sebagai penguat untuk yang sebelumnya, "Yang Maha Perkasa," yaitu yang tidak akan
jatuh kemulian-Nya karena besar dan agung, "Lagi Maha Bijaksana." dalam perkataan,
perbuatan. syari'at, dan ketentuan-Nya.11

6. Q.S Yunus ayat 101

َ‫عنقَ ْومٍ ََّليُؤْ ِمنُون‬


َ ‫ىٱل َءا َٰيَت ُ َوٱلنُّذُ ُر‬ ِ ‫س َٰ َم َٰ َوتِ َو ْٱْل َ ْر‬
ْ ِ‫ض ۚ َو َمات ُ ْغن‬ ۟ ‫ظ ُر‬
َّ ‫وا َماذَافِىٱل‬ ُ ‫قُِلِن‬

Artinya:
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman".

Penjelasan:
Allah Ta'ala memberikan bimbingan dan arahan kepada hamba hamba-Nya untuk
memikirkan dan merenungi tentang nikmat-nikmat Nya yang ada di langit dan bumi
dari ayat-ayat yang nampak bagi orang orang yang memiliki akal. Di antara nikmat-
nikmat Allah Ta'ala yang ada di langit adalah bintang-bintang yang bercahaya bintang-
bintang yang menetap dan bintang-bintang yang berjalan matahari dan bulan malam
dan siang pergantian dan percampuran antara keduanya hingga salah satunya
memanjang dan yang lain memendek ketinggian langit, keluasannya, keindahannya,
dan perhiasannya dan hujan yang Allah Ta 'ala turunkan dari langit hingga dengannya
Dia hidupkan bumi setelah kematiannya. Lalu Allah Ta'ala keluarkan dari bumi tersebut
berbagai jenis buah-buahan, tanam-tanaman, bunga-bunga, dan berbagai jenis tumbuh-

11
Syaikh Ahmad Syakir. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta Timur:Darus Sunnah Press. Jilid 1. h.848-849

11
tumbuhan. Lalu Allah Ta'ala ciptakan padanya binatang-binatang yang beragam macam
bentuknya, warnanya, dan manfaatnya. Allah Ta'ala juga ciptakan pegunungan,
dataran, perhutanan, perkotaan, dan bangunan-bangunan hancur. Dan di dalam lautan
terdapat banyak ke ajaiban-keajaiban dan ombak-ombak, meski demikian dia telah
ditun dukkan untuk orang-orang yang hendak mengarunginya. Lautan itu membawa
bahtera-bahtera mereka dan mengalirkannya dengan lembut dan tenang, dengan
kemudahan dari Dzat yang Mahakuasa yang tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Dia, dan tidak ada Rabb Pencipta selain Dia.

Firman Allah Ta'ala. "Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-
rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman." [101]. Yaitu tanda-
tanda kebesaran Allah Ta'ala yang turun dari langit dan yang ada di bumi, dan rasul-
rasul Allah Ta'ala beserta mukjizat-mukjizat, hujjah-hujjah, dan keterangan-keterangan
yang me nunjukkan akan kebenaran mereka tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi orang-
orang yang tidak beriman,12

7. Q.S Hud ayat 24

َ‫يع ۚ ه َْل َي ْستَ ِو َيانِ َمثَ ًَل ۚ أَفَ ََلتَذَ َّك ُرون‬
ِ ‫ير َوٱلس َِّم‬
ِ ‫ص‬ِ ‫ص ِم َو ْٱل َب‬
َ َ ‫َمثَِل ُْلف َِريقَ ْينِك َْٱْل َ ْع َم َٰى َو ْٱْل‬
Artinya:
Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti
orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah
kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil
pelajaran (daripada perbandingan itu)?

Penjelasan:
Allah Ta'ala membuat perumpamaan orang-orang kafir dan orang-orang yang beriman,
di mana Allah Ta'ala berfirman, "Perumpamaan kedua golongan (orang kafir dan
mukmin)." [24]. Yaitu orang-orang yang pertama (orang kafir) disifati dengan
kesengsara an dan orang-orang mukmin disifati dengan kebahagiaan. Mereka itu
(orang-orang kafir) seperti orang yang buta dan tuli, sedangkan orang orang mukmin
seperti orang yang dapat melihat dan mendengar. Orang kafir itu buta dari melihat
kebenaran di dunia, kelak di akhirat dia tidak mengerti dan mengetahui jalan kepada
kebaikan dan dia pun tuli dari mendengar hujjah-hujjah sehingga tidak dapat
mendengar hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Adapun orang yang beriman, dia
adalah orang yang cerdas, pintar, dan berakal. Dia da pat melihat kebenaran dan dapat
membedakannya dari kebatilan, sehingga dia pun mengikuti kebaikan dan
meninggalkan keburukan. Dia dapat mendengar hujjah dan dapat membedakan antara
hujjah tersebut dengan syubhat, sehingga dia pun tidak cenderung kepada kebatilan.
Maka, apakah sama kondisi dan sifat orang yang kafir dan orang yang mukmin?!

12
Syaikh Ahmad Syakir. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta Timur:Darus Sunnah Press. Jilid 3. 747-748.

12
Firman Allah Ta'ala, "Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?" [24]. Yaitu apakah
kalian tidak mau mengambil pelajaran agar kalian da pat membedakan antara orang-
orang kafir dan orang-orang mukmin.13

8. Q.S Fatir ayat 28

ٌ ُ ‫غف‬
‫ور‬ ٌ ‫َو ِمنَٱلنَّا ِس َوٱلد ََّوآبِ َو ْٱْل َ ْن َٰعَ ِم ُم ْختَ ِلفٌأ َ ْل َٰ َونُ ۥهُ َك َٰذَلِكَ ۗ إِنَّ َمايَ ْخشَىٱللَّ َه ِم ْن ِعبَا ِده ِْٱلعُلَ َٰ َٓمؤ ُ۟ا ۗ إِنَّٱللَّ َهعَ ِز‬
َ ‫يز‬
Artinya:
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang
binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Penjelasan:
Pada ayat ini Allah SWT menambah menjelaskan lagi tentang hal-hal yang
menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan Nya. Allah SWT menciptakan binatang-
binatang melata dan binatang-binatang temak, yang bermacam-macam warnanya
sekalipun berasal dari jenis yang satu, bahkan ada binatang yang satu, sering terdapat
warna yang bermacam-macam. Maha Suci Allah Pencipta Alam semesta dengan
sebaik-baiknya.14

13
Bachtiar Surin, Adz-Dzikraa. Bandung:Penerbit Angkasa Bandung Anggota IKAPI.
14
Zaini Dahlan, dkk. Al-Quran dan Tafsirnya. Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf. h. 165.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Nash adalah rau’f atau munculnya segala sesuatu yang tampak,nash juga disebut dengan
munashahat. Nash adalah wahyu allah atau teks yang ada dalam al-qur’an dan sunnah nabi
muhammad saw. Nash yaitu yang petunjuknya tegas untuk makna yang dimaksud, tetapi
menerima takhsis berupa ,am dan menerima takwil kalau berupa khas.
Menurut Sayyid Quthub, meskipun QS Al-Dzariyaat/51: 56 ada atas sangat singkat namun
mengandung hakikat yang besar dan agung. Manusia tidak akan berhasil dalam hidupnya tanpa
menyadari maknanya dan menyadarinya, baik kehidupan pribadi maupun kolektif. Ayat ini
menurutnya membuka sekian banyak sisi dan aneka sudut dan tujuan. Sisi pertama bahwa pada
hakekatnya ada tujuan tertentu dari wujud manusia dan jin. Ia merupakan satu tugas. Siapa
yang melaksanakannya, maka dia telah mewujudkan tujuan wujudnya, dan siapa yang
mengabaikannya maka dia telah membatalkan hakikat wujudnya dan menjadilah dia sesorang
yang tidak memiliki tugas (pekerjaan), hidupnya kosong tidak bertujuan dan berakhir dengan
kehampaan.
Dari sini dapat kita pahami bahwa peranan ilmu pengetahuan itu sangat penting, baik itu ilmu
tentang keimanan kita kepada Allah daniman kepada yang limalainnya yang ada didalam
rukuniman . Kita harus memperlajari sejarah agar mengetahui tentang sejarah rasul-rasul Allah
dan kitab-kitab yang dibawa oleh mereka. Kita juga harus belajar tentang ilmu bumi dan alam
semesta agar kita dapat meyakiniakan datangnya harikiamat, seperti yang sudah diprediksi oleh
para ilmuan bahwa suatuketika alam semseta ini akan hancur ,dan ilmu pengetahuan lainnya
agar memperkuat keimanan kita kepada Allah. Berdasarkan makna makna tersebut di atas,
terlihat dengan jelas bahwa kata rabb dalam al quran untuk menunjukkan objek yang
bermacam-macam baik fisik maupun non fisik. Dengan demikian, Pendidikan oleh allah swt.
Meliputi pemeliharaan seluruh mahluknya.

B. Kritik dan Saran

Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami


menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta khalayak ramai pada umumnya. Kritik dan
saran kami harapkan demi terwujudnya makalah yang lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya, 2010.
Al-Raghib al-Ashfahany, Mu’jam Mufradat li Alfadz al-Qur’an, Bairut: Daār al-Fikr
Departemen Agama RI, Jilid 9.
Fazlur Rahman, Islam Modernity.
Khallaf, Abdul Wahab.1999. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, PT.Raja Grafindo Persada
: Jakarta.
Muhammad Zaki Muhammad Khadr, Mu’jam Kalimat al-Qur’an al-Karim, Juz 12, 2005.
Mushaf Al-Qur’an dan terjemahan.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid XIII, Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Bachtiar Surin, Adz-Dzikraa. Bandung:Penerbit Angkasa Bandung Anggota IKAPI.
Syaikh Ahmad Syakir. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta Timur:Darus Sunnah Press.
Zaini Dahlan, dkk. Al-Quran dan Tafsirnya. Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf.

15

Anda mungkin juga menyukai