Disusun Oleh :
Kelompok 6
Roby Firdaus (1204020135)
Siti Marsela (1214020162)
Sofa Nur Amal Nabila (1214020165)
Zahra Fatiyatul Aula (1204020165)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Al-Qur’an terkait Otoritas dan
Validitas Sumber Informasi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Esensi Al-Qu’an. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dede Dendi, M.Sos. selaku dosen mata
kuliah Esensi Al-Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Otoritas Al-Quran dalam Sumber Informasi………………………………………….…..3
2.2 Contoh Al- Qur’an terkait validitas informasi.....................................................................4
2.3 Al-Qur’an sebagai Sumber Informasi Ilmu Pengetahuan dan Informasi Sejarah...............7
2.4 Konsep dasar berita/informasi dalam Al-Qur’an……………………………………….. 8
3.1 Simpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Syaikh Manna Al-Qaththan mengatakan dalam buku Pengantar Studi Ilmu Al-
Qur'an (edisi terjemahan), kata Al-Qur'an berasal dari akar kata yang sama dengan qira'ah
yaitu qara'a, qira'atan wa qur'anan. Secara khusus Al-Qur'an menjadi nama bagi sebuah
kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW penamaan kitab ini dengan nama Al-
Qu'ran karena kitab ini mencakup esensi dari kitab-kitab-Nya, bahkan mencakup esensi
dari semua ilmu.
Al-Qur’an adalah wahyu yang sampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan definisi Wahyu adalah petunjuk dari Allah SWT yang
diturunkan hanya kepada Nabi dan rasul. Dalam bahasa Arab, wahyu (alwahy) adalah
bentuk masdar, yang menunjuk pada dua pengertian dasar yaitu tersembunyi dan cepat.
Oleh sebab itu, dikatakan wahyu ialah informasi secara tersembunyi dan cepat yang
khusus ditunjukkan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang lain.
Wahyu mengandung makna isyarat yang cepat. Itu terjadi biasanya melalui
pembicaraan yang berupa simbol, terkadang melalui suara semata, dan terkadang juga
melalui isyarat dengan sebagaian anggota tubuh. Al-Quran sebagai sumber utama wahyu
merupakan buku induk prinsipil dalam nilai-nilai keislaman. Meski al-Quran bukanlah
kitab undang-undang yang lengkap, tetapi Al-Quran memuat pernyataan-pernyataan
legal, sebagain besar dari al-Quran terdiri atas petunjuk-petunjuk moral yang umum,
garis besar tindakan seorang Muslim. Karena bersumber dari wahyu, maka al-Quran
merupakan sumber otoritas yang selalu menjadi pedoman hidup masyarakat Muslim.
Dalam Islam, otoritas tertinggi adalah Allah yang terealisasikan dalam teks al-
Quran, al-Quran yang terdapat dalam masyarakat setiap hari terus digeluti oleh pembaca
sertas ditafsirkan untuk mendapatkan kandungan.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
َض َكانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰن ُه َم ۗا َو َج َع ْلنَا ِمنَ ا ْل َم ۤا ِء ُك َّل ش َْي ٍء َح ۗ ٍّي اَفَاَل يُْؤ ِمنُ ْون ِ اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْٓوا اَنَّ السَّمٰ ٰو
َ ت َوااْل َ ْر
Orang-orang kafir tidak berpikir jernih dalam mengamati fenomena alam, padahal peristiwa
yang ada di alam ini merupakan bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah
bertanya, “Dan apakah orang-orang kafir, kapan dan di mana saja mereka hidup, tidak
memperhatikan secara mendalam bahwa langit dan bumi sebelum terjadi ledakan besar,
4
keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya dengan mengangkat
langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya; dan Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup berasal dari air; kehidupan dimulai dari air (laut), makhluk hidup berasal dari
cairan sperma dan air bagian yang penting bagi makhluk hidup- maka mengapa mereka,
orang-orang kafir itu tidak tergerak hatinya untuk beriman kepada Allah?"
Fakta ini ia ungkapkan dalam sebuah sumber ilmiah. "Setiap partikel memiliki anti-
partikel dengan muatan yang berlawanan dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada
kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di
setiap saat, di setiap tempat," jelasnya.
Sebelum Paul Dirac menemukan fakta ini, Alquran yang diturunkan sekira 14 abad lalu
telah menyampaikan hal tersebut. Dalam salah satu ayat Alquran, Allah berfirman bahwa
segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan.
ۢ
ِ ُض َو ِمنْ اَ ْنف
َس ِه ْم َو ِم َّما اَل يَ ْعلَ ُم ْون ُ اج ُكلَّ َها ِم َّما تُ ْنبِتُ ااْل َ ْر ْ س ْب ٰحنَ الَّ ِذ
َ َي َخل
َ ق ااْل َ ْز َو ُ
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh Bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui," bunyi (Surah YaSin Ayat 36)
3. Tanaman Bertasbih
Peneliti melaporkan hasil temuan bahwa bibit tanaman di sebuah kotak yang dibacakan
Alquran, tumbuh dan berbuah 44 persen lebih baik daripada bibit tanaman yang dibiarkan
tumbuh alami dan teratur di kotak lainnya.
Ayat Alquran mengungkap bahwa Bumi beserta semua yang ada di dalamnya pun
bertasbih kepada Allah.
2.3 Al-Qur’an sebagai Sumber Informasi Ilmu Pengetahuan dan Informasi Sejarah
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu pokok kandungan kitab suci Al-qur’an. Banyak
ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknologi sebagai lembaga
menunaikam ibadah haji, berdakwah, semua itu membutuhkan transportasi. Allah telah meletakan
garis-garis besar sains dan ilmu kita gunakan ilmu pengetahuan dalam Alquran manusia hanya
tinggal menggali dan mengembangkan konsep dan juga teori yang sudah ada antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman :33
7
Sejarah yang dilakukan manusia di masa lalu dinilai sebagai bahan berharga yang patut di
pelajari dan di telaah secara seksama untuk diambil pelajaran dan hikmah yang terkandung
didalamnya. Itulah sebabnya maka sejarah tersebut ditulis dalam buku dan dimasukkan kedalam
salah satu disiplin ilmu yang dipelajari di berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat yang
paling rendah sampai ketingkat paling tinggi.
Dengan demikian sejarah tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia karena manusia
membuat sejarah dan manusiapun butuh pada sejarah. Alquran dengan fungsi utamanya
memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia agar berjalan di atas ketentuan yang benar telah
pula memanfaatkan sejarah. Alquran telah banyak mendorong manusia agar memperhatikan
perjalanan ummat masa lalu agar di ambil pelajaran dan hikmahnya untuk kehidupan selanjutnya.
Alquran berbicara tentang perubahan dalam sejarah, dimana perubahan itu menurut penegasan
Allah sangat di tentukan oleh kebaikan dan keburukan perbuatan manusia. Hal ini seperti
kebiadaban orang kafir terhadap nabi Muhammad.
Sebagai seorang muslim kita meyakini bahwa alquran dalam petunjuknya istimewa dan
sempurna. Betapa tidak, petunjuk-petunjuknya lebih-lebih dalam aspek ekonomi, politik, sosial dan
budaya- tidak mementingkan nama atau bentuk lahirnya, tetapi mengarah kepada jiwa dan subtansi
yang mengantar manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin.
Dengan mengarah kepada tujuan dan subtansi, serta menempatkan bentuk dan sarana dalam
wilayah kewenangan ilmu, seni serta perkembangan pemikiran masyarakat, menyebabkan tuntunan
alquran dapat diterapkan dimana dan kapan saja, itulah keistimewaan alquran. Alquran adalah kitab
yang kekal. Alquran mengeluarkan ummat dari kesesatan menuju jalan yang benar dengan
membuka lebar mata mereka, lalu alquran mengajarkan kebenaran sehingga ummat tersebut
menjadi ummat yang terhormat, maka tidak salah lagi alquran dinamakan sebagai kitab ideologi.
1. Al-Naba’
Kata al-naba’ berasal dari kata naba’a seakar kata dengan al-anba’ (menginvestigasi), al-
nabi’u (tempat yang lebih tinggi), dan al-nabiy (pembawa berita=nabi). Kata al-naba’ dalam Al-
8
Qur’an disebutkan sebanyak 29 kali; 17 kali dalam bentuk tunggal dan 12 kali dalam bentuk jamak.
Penggunaan term naba’ dalam Al-Qur’an pada umumnya merujuk pada pemberitaan yang sudah
dijamin kebenarannya, atau sangat penting untuk diketahui, meskipun manusia belum bisa
membuktikannya secara empirik karena keterbatasan ilmunya. Termasuk dalam kategori ini adalah
berita ghaib, khususnya tentang hari kebangkitan. Selain itu juga terdapat penggunaan kata naba’
dalam arti pemberitaan yang disampaikan Tuhan yang dapat diketahui manusia karena kemampuan
ilmu yang dimilikinya. Berita-berita tentang umat terdahulu yang disampaikan Allah kepada Nabi
Muhammad saw. termasuk dalam bagian ini. Berita-berita seperti ini antara lain disebutkan dalam
QS. Hud (11): 100, 120, QS. Thaha (20): 99, dan QS. al-A’raf (7): 101. Al-naba’ (berita yang
penting), hanya digunakan bila ada peristiwa yang sangat penting dan besar, berbeda dengan kata
khabar, yang pada umumnya digunakan juga pada berita-berita sepele. Sementara, ulama
mengatakan berita baru dinamai naba’ apabila mengandung manfaat yang besar dalam
pemberitaannya, adanya kepastian atau paling tidak dugaan besar tentang kebenarannya.
Penyifatan al-naba’ dengan kata al-‘azhim (besar, agung) menunjukkan bahwa berita tersebut
bukanlah hal biasa tetapi luar biasa. Bukan hanya pada peristiwanya tetapi juga pada kejelasan dan
buktibuktinya, sehingga mestinya ia tidak dipertanyakan lagi.
Satu-satunya kata al-naba’ yang digunakan dengan pelaku orang fasik disebutkan dalam Q.S.
al-Hujurat (49): 6. Kata al-naba’ dalam ayat ini tidak memberi pengertian bahwa berita yang
disampaikan benar, tetapi lebih menekankan agar umat Islam lebih berhati-hati terhadap
pemberitaan yang disampaikan orang fasik. Kasus yang direkam dalam ayat ini adalah pemberitaan
yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Karena demikian pentingnya sehingga kalau tidak
ditanggapi dengan penuh kehati-hatian dapat menimbulkan instabilitas dan disharmoni, bahkan
dapat menyebabkan kekacauan. Perintah tabayyun dalam ayat ini dimaksudkan sebagai upaya
menjaga kemungkinan timbulnya dampak negatif sebagai akibat tidak selektif dalam menerima
berita.
2. Al-Khabar
Secara etimologi kata khabar terdiri dari huruf kha, ba, ra yang mengandung dua makna yakni
ilmu dan menunjuk kepada yang halus dan lembut. Secara gramatikal, khabar merupakan bentuk
mashdar (kata jadian atau bentukan), yang bermakna “kabar dan berita”. Secara epistemologi,
khabar adalah tentang laporan yang biasanya belum lama terjadi, namun tidak dikategorikan berita
9
penting dan besar. Khabar bisa pula dimaknai sebuah berita biasa yang datang belum tentu
memiliki nilai kebenaran. Beritanya tersebar terkadang lebih hebat dari kenyataan yang
sebenarnya.
Kata khabar antara lain disebutkan dalam dalam kasus penerimaan wahyu dan pelantikan Nabi
Musa as. menjadi Rasul Allah yang disebutkan dalam QS. Al- Naml/27: 7, dan QS. al- Qashash/28:
29. Dalam QS. al- Naml/27: 7, disebutkan: “(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kelurganya:
Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepadamu khabar daripadanya, atau
aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang.” Ayat yang semakna disebutkan.
3. Al-Hadits
Hadis berasal dari bahasa Arab, hadasa, yahdusu, hadisan, berarti al-jadid, yang baru.
Merupakan lawan kata al-qadim (yang lama). Jadi hadis adalah “sesuatu yang baru” atau berita.
Orang yang baru masuk Islam misalnya, dapat disebut rajul hadas al-sinn, orang dalam “berita”.
Kata hadits dalam makna berita antara lain disebutkan dalam QS. al-A‘raf/7: 185,”Dan apakah
kalian tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah,
dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka?. Maka kepada berita manakah lagi mereka
akan beriman selain kepada Al-Qur’an itu?
Hadis merupakan sinonim khabar atau berita dalam arti umum. Masa-masa awalnya hadis
tidak saja berita dari Rasulullah saw. tetapi juga berita-berita lain, termasuk Al-Qur’an. Ini terlihat
antara lain dalam ucapan Ibn Mas’ud. “Sebaik-baik hadis adalah kitab Allah dan sebaik-baik
petunjuk adalah Muhammad” Hadis secara bahasa berarti percakapan atau perkataan. Dalam
terminologi Islam perkataan yang dimaksudkan adalah perkataan dari Nabi Muhammad saw.
Sering kali kata ini mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga
berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad
saw. yang dijadikan ketetapan atau pun hukum dalam agama. Hadis sebagai sumber hukum dalam
agama memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur’an. Arti umum
hadis dalam perkembangannya terjadi penyempitan sehingga akhinya kalau dikatakan hadis maka
tertuju pada apa yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw.
4. Al-‘Ifk
Kata al-‘ifk disebutkan dalam berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 22 kali dalam Al-Qur’an.
Kata al-‘ifk digunakan dalam Al-Qur’an untuk arti sebagai berikut:
10
1. Perkataan dusta, yakni perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ia disebutkan dalam
kasus isteri Rasulullah saw. Aisyah ra. (QS. al-Nur/24: 11).
2. Kehancuran suatu negeri karena penduduknya tidak membenarkan ayat-ayat Allah,
misalnya QS. al- Tawbah (9): 70.
3. Dipalingkan dari kebenaran karena mereka selalu berdusta, seperti QS. Al- Ankabut (29):
61.
Kata ‘ifk diartikan dengan “perkataan bohong” digunakan Al-Qur’an untuk melukiskan : a).
Kebohongan orang kafir tentang sembahan mereka yang dapat memberi syafaat bagi yang
menyembahnya (QS. al-Ankabut (29): 17, b). Kebohongan orang kafir yang mengatakan bahwa
Allah beranak (QS. al-Shaffat (37): 151, c).Kebohongan orang kafir yang mengatakan bahwa Al-
Qur’an itu tidak memberi petunjuk bagi manusia (QS. al-Ahqaf (46): 11), d). Kebohongan orang
munafik yang mengatakan bahwa sahabat Rasulullah berbuat skandal dengan isteri Rasul (QS.
alNur (24): 11-12)
11
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Al Quran telah terbukti kebenarannya yang banyak ditemukan oleh para ilmuwan. Setiap
Rasul yang diutus Allah SWT kepada manusia dibekali dengan keistimewaan-keistimewaan
yang disebut mukjizat. Mukjizat ini bukanlah kesaktian ataupun tipu muslihat untuk
memperdayai umat manusia, melainkan kelebihan yang Allah SWT berikan untuk meneguhkan
kedudukan para Rasulnya dan mempertegas seruan (dakwah) mereka agar manusia beriman
kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya (tauhid).
Alquran sebagai kitab suci ummat Islam merupakan suatu kitab yang memuat berbagai
macam persoalan. Ia dapat menerangkan segala sesuatu serta memberikan jawaban terhadap
masalah-masalah yang berjalan dan berkembang sampai akhir zaman. Di dalamnya mengandung
beribu-ribu macam keterangan dan informasi. Sebahagian besar berisi sejarah. Tapi, alquran
bukanlah`buku sejarah. Dari keuniversalannya itu tidak aneh kalau banyak orang mengatakan
alquran merupkan ensiklopedi umum.
Dalam Islam, otoritas tertinggi adalah Allah yang terealisasikan dalam teks al-Quran, al-
Quran yang terdapat dalam masyarakat setiap hari terus digeluti oleh pembaca sertas ditafsirkan
untuk mendapatkan kandungan.
3.2 Saran
Alhamdulillah, makalah ini telah selesai, namun layaknya masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu saran dan kritik dari teman-teman, terutama dari
dosen pengampu yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Malik, Adam, dkk. (2016) Penciptaan Alam Semesta menurut al- Qur’an dan teori big bang.
Bandung: Lembaga Pennelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Bandung.
Daulay, Nur Sashilah. (2021). Flora bertasbih menurut para Musafir dan korelasinya dengan
ultrasonikia, Skripsi. Jurusan Komunik dan penyiaran Islam. UIN Ar- Raniry, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Riau.
M. Galib Mattola, “naba’” dalam Sahabuddin et al (ed.), Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata,
Vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2007),h. 675.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol 15 (Jakarta:
Lentera Hati,2002)
Abu Al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariyya, Mu’jam Maqayis fi al-Lughah (Cet. I; (Beirut:
Dar al-Fikr, 1994),
13