Disusun Oleh:
Ahmad Azhari Ritonga 2120100037
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun jauh dari
kesempurnaan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingannya, sehingga kita menjadi muslim yang
beriman secara kaffah.
Tujuan dalam penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir
Ayat Pendidikan. Serta membantu mahasiswa ataupun pembaca untuk menambah wawasan
tentang ketrampilan menjelaskan.
Akhir kata, kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Namun, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dalam
pembuatan makalah selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 7
B. Kritik dan Saran ..................................................................................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Adian Husaini. Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2000), h.93
2
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu- Ilmu Qur’an, Cetakan Ke-6, (Jakarta: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2001), h.37-38
2
Al Quran memiliki berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki kitab-kitab yang
terdahulu, karena kitab-kitab terdahulu hanya diperuntukkan bagi satu zaman tertentu.
Dengan keistimewaan tersebut, Al-Quran mampu memecahkan problem kemanusiaan
dalam berbagai segi kehidupan, yaitu rohani dan jasmani, masalaah sosial serta ekonomi.
Selain sebagai sumber ilmu yang utama dalam epistimologi Islam, Al-Quran juga
menunjukkan kepada sumber Ilmu lainnya berupa kajian dan orientasi penting yang dapat
melengkapi kebenaran ilmu wahyu. Sumber-sumber ilmu itu menurut Muhammad Iqbal
adalah fenomena alam, psikologi manusia, dan sejarah yang pada dasarnya diambil dari
sumber yang sama, yaitu Allah SWT. Namun karena ilmu yang tidak diwahyukan tidak
diberikan langsung kepada manusia serta mudah dibantah karena keterbatasan
metodologis maupun aksiologisnya, maka sumber ilmu tersebut kedudukannya lebih
rendah dibandingkan dengan ilmu wahyu3.
Menurut Muhammad Al-ghazali, pada dasarnya Al-Quran memberikan kepada umat
Islam wawasan yang luas dan metode pemikiran yang jelas yang dapat digunakan oleh
setiap generasi serta ilmu yang dibarengi dengan iman, yang sama sekali tidak ada
pertentangan diantara keduanya4.
Al-Quran seharusnya tidak hanya difokuskan sebagai sumber ilmu fiqih saja, namun
banyak terdapat ayat yang memerintahkan manusia untuk mengkaji, melihat, dan
menganalisis, hal harus dijadikan sebagai basis untuk berkembangnya ilmu-ilmu
kemanusiaan yang sebenarnya banyak sekali disinggung oleh al-Quran. Seperti yang
dikemukakan diatas bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran al-Quran adalah
ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang di isyaratkan. Memang terbukti, bahwa
sekian banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang hakikat-hakikat ilmiah yang tidak
dikenal pada masa turunnya, namun terbukti kebenarannya ditengah-tengah
perkembangan ilmu, seperti5.
1. Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47)
2. Matahari adalah planet yang bercahaya, sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari (QS 10:5)
3. Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisan-lapisan yang berasal dari
perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS27 :88)
3
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Quran. Cetakan Ke -4, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), h.3-4
4
Muhammad Al-Ghazali, Berdialog Dengan AL-Quran, Cetakan Ke-4, (Bandung: Mizan, 1999), h. 40
5
Quraish Shihab, Membumikan AL-Quran, ( Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h.98
3
4. Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasimatahari
menjadi tenaga kimia melalui fotosintesis sehingga menghasilkanenergi (QS 36:80).
Bahkan istilah al-Quran, al-syajar al-akhdar (pohon yanghijau) justru lebih tepat dari
istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebutbukan hanya terdapat dalam daun
saja, tapi disemua bagian pohon, dahan, danranting yang warnanya hijau.
5. Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan setelah fertilisasi
(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7;96:2)
C. Tafsir Tematik Surah Al-Baqarah Ayat 31
Yang dimaksud dengan al-asma’ adalah nama-nama Allah, yakni nama-nama yang
telah kita ketahui dan kita imani wujud-Nya. Sengaja digunakan istilah al-asma’ karena
hubungannya kuat antara yang menamakan dan yang dinamai. Allah SWT telah
mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya. Kemudian
Allah memberinya ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama tersebut. Juga
keistimewaan-keistimewaan, ciri-ciri khas dan istilah-istilah yang dipakai 6.
Artinya, Kemudian Adam mengajarkan kepada para Malaikat beberapa nama tersebut
secara ijmal dengan penyampaian berdasarkan ilham atau yang sesuai. Di dalam
pengajaran dan penuturan Adam kepada para Malaikat terkandung tujuan memuliakan
kedudukan Adam dan terpilihnya Adam sebagai khalifah. Dengan demikian, para
Malaikat tidak lagi merasa tinggi diri. Sekaligus merupakan penunjukan ilmu Allah yang
hanya dianugerahkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya7.
6
M. Yusuf, Kadar, Tafsir Tarbawi (Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan), (Jakarta: Amzah, 2013) h.
26
7
Hamka, Tafsir Al Azhar Juz 1, (Jakarta: CV Pustaka Panjimas, 2001), h.56
4
َق اَل َأۢن ِبُٔـوِنى ِبَأ ٓاِء َٰٓهُؤ ٓاَل ِء
ْس َم َف
Para Malaikat dituntut untuk menyebutkan nama-nama tersebut, tetapi mereka tidak
akan mungkin mampu mengatakannya. Hal ini karena mereka sama sekali belum pernah
mengetahuinya. Dalam ayat ini terkandung isyarat bahwa memegang tampuk khalifah,
mengatur kehidupannya, menata peraturan-peraturannya, dan menegakkan keadilan
selama di dunia ini diperlukan pengetahuan khusus yang membidangi masalah
kekhalifahan, disamping adanya bakat untuk terjun di bidang ini. Kata Haula’i
terkandung suatu makna bahwa ketika Nabi Adam menyebutkan nama-nama tersebut,
adalah menyebut nama-nama benda yang dapat dijangkau alat indra, seperti burung-
burung, margasatwa, dan jenis-jenis hewan yang ada dihadapannya8.
ِدِق
ِإن ُك نُتْم َٰص يَن
Artinya, Apabila ada sesuatu hal yang membuat kalian heran mengenai khalifah yang
diserahkan kepada manusia, dan kalian pun mempunyai dugaan kuat yang disertai bukti,
maka silahkan kalian menyebut nama-nama yang Aku sebutkan dihadapan kalian.
Dari tafsiran tersebut dapat di pahami bahwa Allah mengajari segala sesuatu yang
telah Allah beri nama kepada Adam. Allah memberi tahu kepada malaikat perihal
keistimewaan nabi Adam yang sempurna, Allah yang mengajarkan segala macam bahasa
serta jenis- jenis barang apa saja. Sehingga malaikat merasa tidak mampu untuk menjadi
khalifah di Bumi, setelah Allah mengujinya dengan memperlihatkan segala macam
ciptaan Allah untuk disebutkan nama- nama ciptaannya tersebut.
Allah mengajari Adam nama segala macam benda, baik dzat, sifat, maupun af’al
(perbuatannya). Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, yaitu nama segala benda dan
af’al yang besar maupun yang kecil. artinya yaitu Allah berfirman: “sebutkanlah nama-
nama benda yang telah Aku perlihatkan kepada kalian, hai para malaikat yang
mempertanyakan: ‘mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?’ yaitu dari kalangan
selain kami “padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji- Mu?” jika ucapan kalian
itu benar bahwa jika Aku mencptakan khalifah di muka bumi ini selain dari golongan
kalian ini, maka ia dan semua keturunannya akan durhaka kepada- Ku, membuat
8
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghy (Semarang: Toha Putra, 1985), h.45
5
kerusakan, dan menumpahkan darah. Dan jika Aku menjadikan kalian sebagai khalifah di
muka bumi, maka kalian akan senantiasa mentaati- Ku, mengikuti semua perintah- Ku,
serta menyucikan diri- Ku, maka jika kalian tidak mengetahui nama- nama benda yang
telah Aku perlihatkan kepada kalian itu, padahal kalian telah meyaksikannya, berarti
kalian lebih tidak mengetahui akan sesuatu yang belum ada apa- apa yang nantinya bakal
terjadi9.
Dari sini kita mengetahui bahwa Allah- lah yang telah mengajarkan Adam semua
nama- nama ciptaan Allah, mulai dari benda- benda kecil hingga yang besar. Terbukti,
bahwa Allah adalah sumber dari segala sumber ilmu. Dengan Al - Qur’an dan dengan
bukti- buktinya yang telah ditemukan oleh para ilmuwan, hingga sampailah lautan ilmu
saat ini yang manusia rasakan, semakin menguatkan bahwa Allah benar- benar sumber
ilmu. Dan Al- Qur’an adalah sumber rujukan ilmu pengetahuan bagi manusia, yang
dengannya, Ilmu tersebut akan menjadi perhiasan bagi pemiliknya, menjadi keutamaan,
dan tanda semua hal yang terpuji10.
BAB III
PENUTUP
9
Abdul Ghoffar, Tafsir Ibnukatsir, (Bogor: Pustaka Imam Asy- Syafi’I, 2004), h.105
10
Syekh Az- Zarnuji, Terjemah Ta’limal- Muta’allimoleh Ahmad Syafi’I, (Kediri: Santri Creative Press,
2018), h.7
6
A. Kesimpulan
Ilmu adalah salah satu sifat Allah, karena sifat itulah Dia disebut dengan ‘Alim (Yang
Maha Tahu). Dia adalah sumber utama ilmu. Segala pengetahuan yang di peroleh
manusia merupakan anugerah nya. Ilmu allah tidak terbatas, manusia hanya memperoleh
sedikit saja dari padanya. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia meruapakan ilmu
pengetahuan yang telah diajarkannya.
Al Quran Merupakan wahyu Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Oleh karena itu Al Qur’an menempati urutan utama dalam Hirarki
sumber ilmu dalam Epistimologi Islam. Al Qu’an sebagai sumber ilmu di jelaskan
melalui ayat-ayat yang menyatakan bahwa al Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia
dan alam semesta yaitu dalam surat At-Takwir Ayat 27, Al Furqon ayat 1, dan Al Baqorah
ayat 185.
Dari tafsiran tersebut dapat di pahami bahwa Allah mengajari segala sesuatu yang
telah Allah beri nama kepada Adam. Allah memberi tahu kepada malaikat perihal
keistimewaan nabi Adam yang sempurna, Allah yang mengajarkan segala macam bahasa
serta jenis- jenis barang apa saja. Sehingga malaikat merasa tidak mampu untuk menjadi
khalifah di Bumi, setelah Allah mengujinya dengan memperlihatkan segala macam
ciptaan Allah untuk disebutkan nama- nama ciptaannya tersebut
B. Kritik dan Saran
Akhir kata, kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Namun, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
dalam pembuatan makalah selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
7
Al-Qaradhowi, Yusuf, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al Quran, Cetakan Ke-4, Jakarta :
Pustaka Alkautsar, 2006.
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu- Ilmu Qur’an, Cetakan Ke-6, Jakarta: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2001.
Al-Ghazali, Muhammad, Berdialog Dengan AL-Quran, Cetakan Ke-4, Bandung: Mizan,
1999.
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghy, Semarang: Toha Putra, 1985.
Az- Zarnuji, Syekh, Terjemah Ta’limal- Muta’allimoleh Ahmad Syafi’I, Kediri: Santri
Creative Press, 2018.
Ghoffar, Abdul, Tafsir Ibnukatsir, Bogor: Pustaka Imam Asy- Syafi’I, 2004.
Husaini, Adian, Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam, Jakarta: Gema Insani, 2000.
Hamka, Tafsir Al Azhar Juz 1, Jakarta: CV Pustaka Panjimas, 2001.
Kadar, M. Yusuf, Tafsir Tarbawi (Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan), Jakarta:
Amzah, 2013.
Shihab, Quraish, Membumikan AL-Quran, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007.