Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAFSIR AYAT AL - QUR’AN MATERI PENDIDIKAN YANG PALING


DIPRIORITASKAN UNTUK MENJADI LANDASAN DALAM
MEMBANGUN JIWA ANAK DIDIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir II


Dosen Pengampu:

Ahmad Baehaqi, S.Pd. I, M. Pd. I

DISUSUN OLEH

CINCIN : 22110961

SHOFYA SM : 22110811

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT
2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,juga yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-
Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
untuk mata kuliah TAFSIR II dengan judul TAFSIR AYAT AL - QUR’AN
MATERIPENDIDIKAN YANG PALING DIPRIORITASKAN.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk sarana serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Tasikmalaya, 13 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Materi Pertama…………………..............................................................
2.1.1 Sub-Materi Pertama…………………………………………………
2.1.2 Sub-Materi Kedua…………………………………………………...
2.2 Materi Kedua……………………………..………………………….......
2.3 Materi Ketiga……………………………………………………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
LAMPIRAN (Jika Ada)……………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama yang mempunyai perhatian besar terhadap Ilmu
pengetahuan. Penekanan terhadap masalah ilmu banyak dijumpai di dalam
ayat-ayat Al Qur‟an. Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW
membuktikan bahwa agama Islam diawali dengan perintah menuntut ilmu.
Kemampuan untuk menuntut ilmu atau belajar merupakan sebuah karunia
Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah
menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi
pemimpin di dunia ini. Maka dari itu manusia diwajibkan untuk belajar dan
mengajar.Pentingnya belajar mengajar banyak dijelaskan di dalam Al Quran.
Dalam makalah ini penulis mencoba menjabarkan tafsir ayat- ayat Al Qur‟an
tersebut berdasarkan sumber referensi dari beberapa ulama dan ahli tafsir
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa makna belajar mengajar dalam Al Quran?
b. Bagaimana tafsir dari ayat-ayat yang mengandung kewajiban belajar
mengajar?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami tentang makna belajar mengajar dalam Al Quran
c. Untuk memahami tentang tafsir dari ayat-ayat yang mengandung kewajiban
belajar mengajar

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Belajar Mengajar dalam Al Qur’an


Di dalam Al-Qur’an terdapat istilah yang berkonotasi belajar, yaitu ta’allama
dimana dalam istilah harfiah ta’allama dimaknai menerima ilmu sebagai akibat dari
suatu pengajaran. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan secara sederhana
bahwa belajar yakni suatu aktivitas yang diperoleh lewat proses pengajaran dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Penjelasan belajar dalam Al-Quran tidak jauh beda dengan definisi dalam
ilmu psikologi pendidikan, dimana makna belajar (learning) yaitu kegiatan yang
mengacu adanya perubahan perilaku dari segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Berdasarkan definisi diatas belajar dapat dimaknai sebagai proses
pembelajaran untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dimana kegiatan belajar ini
mampu merubah manusia dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Sehingga
berpengaruh juga terhadap implementasi sikapnya. Bagaiamana manusia harus
bersikap dengan pengatahuan yang telah diperolehnya.
Selanjutnya membahas makna “mengajar” yang mempunyai akar kata sama
halnya dengan belajar, yakni belajar dari kata “ajar”. Secara harfiah mengajar
diartikan kepada memberikan pembelajaran. Artinya, mengajar sebagai suatu
pekerjaan melibatkan berbagai hal, yaitu guru sebagai pengajar lalu adanya materi
belajar dan peserta didik.Mengajar dalam Al-Quran menggunakan makna „allama.
Menurut Luis Ma‟luf mengartikan kata „allama yakni lebih condong membuat orang
mengetahui. Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya mengajar yaitu menyalurkan
ilmunya kepada peserta didik. Agar peserta didik dapat mengerti dan memahami
suatu pengetahuan yang diajarkan..

5
2.2 QS. Al ‘Alaq ayat 1-5
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya “Kata qara‟ di ayat pertama secara harfiah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Menurut Al Maraghi, ayat tersebut dapat diartikan “jadilah engkau seorang yang
dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu,
walaupun sebelumnya engkau tidak dapat melakukannya”. Pada ayat tersebut, Allah
SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW agar membaca.
Makna membaca secara luas bisa diartikan membaca ayat-ayat Allah yang
tertulis dalam Al Quran maupun yang tidak tertulis yang ada di jagat raya, dan pada
diri manusia. Membaca ayat-ayat Allah dalam Al Quran dapat menghasilkan ilmu
agama Islam seperti Tauhid, Fiqih, Akhlak dan sebagainya. Membaca ayat-ayat Allah
yang ada di jagat raya menghasilkan sains, seperti fisika, biologi, kimia, astronomi,
botani, dan sebagainya.
Dan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri manusia dari segi fisiknya
menghasilkan sains sepert ilmu kedokteran dan ilmu tentang raga, dari segi tingkah
laku manusia, dapat menghasilkan ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan sebagainya.
Sedangkan dari segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa. Dengan demikian ayat-
ayat Allah merupakan objek ontologi seluruh ilmu, sehingga pada hakikatnya ilmu
adalah milik Allah, yang dimanfaatkan oleh manusia dengan tujuan untuk mengenal
dan mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah.
Jadi dapat disimpulkan ayat pertama dari surat Al „Alaq terkait erat dengan objek,
sasaran, dan tujuan pendidikan. Selanjutnya menurut Al Maraghi di ayat kedua
dijelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah
menjadi makhluk yang paling mulia. Selanjutnya Allah memberikan potensi (al

6
qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam jagat raya yang
selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk yang
sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan Allah itu telah
diperlihatkan ketika Dia memberikan kemampuan membaca kepda Nabi Muhammad
SAW, sekalipun sebelum itu Ia belum pernah belajar membaca.
Ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal-usul dan
proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh para ahli didik
sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan yang
berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode
pendidikan.
Kata iqro‟ di ayat ketiga menurut Al Maraghi didasarkan pada alasan bahwa
membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa, kecuali dengan dengan diulang-ulang
dan membiasakannya sebagaimana berlaku dalam tradisi. Kata iqra‟ secara luas
mengaandung arti mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan,
menganalisa, menyimpulkan, dan membuktikan. Pengertian ini terkait dengan proses
mendapatkan dan memindahkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat ini erat
kaitannya dengan metode pendidikan.
Terakhir, menurut Al Maraghi ayat keempat dan kelima menjelaskan tentang
bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia
untuk memahami sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan.
Dengan bantuan al qalam manusia dapat memahami yang sulit. Pada perkembangan
selanjutnya, pengertian al qalam ini tidak terbatas hanya pada alat tulis, namun secara
substansial al qalam mengandung arti yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai
alat penyimpanan, perekam seperti kamera, alat perekam berupa recording,
penyimpan data seperti komputer, mikro film, dan video compact disk (VCD).
Sehingga ayat ini berkaitan dengan teknologi pendidikan yang digunakan manusia
untuk memahami ilmu pengetahuan.

7
2.3 QS. Al Ghosyiyah ayat 17-20
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan
langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan
bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan”.

Di dalam ayat-ayat ini terdapat pertanyaan dari Allah yang mengungkapkan bahwa
apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan-Nya, unta yang
berada didepan mata mereka dipergunakan pada setiap waktu. Bagaimana pula langit
yang berada ditempat nan-tinggi dengan tidak bertiang, bagaimana gunung-gunung
dipancangkan dengan kokoh, tidak bergoyang sehingga mudah didaki setiap waktu
dan dijadikan petunjuk bagi orang yang sedang perjalanan. Terdapat diatasnya danau-
danau dan mata air yang dapat dipergunakan untuk keperluan manusia dan mengairi
tumbuh-tumbuhan dan memberi minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi
dihamparkan memberi kepada penghuninya untuk memanfaatkan apa yang ada
diatasnya. Oleh karena itu, hendaklah manusia memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Sehingga mereka mengakui bahwa penciptanya
dapat membangkitkan mereka kembali pada hari kiamat nanti. Dalam tafsir Al
Maraghi dijelaskan pula bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang pengingkaran
terhadap hari berbangkit yang dilakukan oleh kaum musyrikin. Allah menanyakan
kepada mereka, mengapa mereka tidak mau memikirkan unta yang ada dihadapan
mereka, kalaupun mereka tahu betapa indahnya unta itu, badannya yang besar,
tubuhnya kuat, sangat tahan terhadap haus dan lapar sehingga tidak ada hewan
manapun yang menyamainya sehingga dijuluki orang sebagai “kapal padang pasir”
adapun maksud dari ayat ini adalah untuk menyangkal dan mencela penolakan
mereka terhadap hari kebangkitan. Dalam ayat selanjutnya dijelaskan sebagai
pengajaran kepada manusia, bagaimana langit ditinggikan, padahal tidak ada satu pun

8
penyangganya. Dan gunung-gunung ditegakkan? padahal tidak ada pasak dibawahnya
dan siapa yang mengkokohkannya? dan bagaimana bumi dihamparkan begitu luasnya
sehingga manusia begitu leluasa melakukan segala kegiatannya. Itu sebagai
pembuktian agar mereka sadar bahwa seluruh benda di alam ini, tiada lain pencipta-
Nya, kecuali Allah SWT. Ini sebagai pelajaran sebagai manusia untuk bersyukur
terhadap limpahan rahmat Allah SWT.Berdasarkan dua tafsiran diatas sesungguhnya
Allah menciptakan keindahan Alam semesta ini dengan adanya binatang, gunung,
danau, dan segala yang ada di bumi maupun di langit, sebagai bahan ajar manusia.
Dimana manusia harus mampu berpikir akan kekuasaan Allah. Bagaimana manusia
harus skeptis dengan terbentuknya benda-benda dimuka bumi ini, sebagai
pengetahuan keilmuan secara ilmiah. Semua itu agar manusia menjadi makhluk yang
terdidik mencari tahu asal-usul terbentuknya muka bumi ini. Setelah mengetahui,
berdasarkan pengetahuan yang didapat diharapkan manusia mampu mengelola
anugerah yang diberikan Allah dan senantiasa bersyukur kepada-Nya

2.4 QS. Al Imron ayat 190-191

Begantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bangi orang-orang yang berakal
yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata) : “ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha
Suci Engkau , maka perliharalah kami dari siksa neraka.
(QS, Ali-Imran (3) : 190191)”.

Di dalam surat ini dijelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab.
Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi
memiliki kecerdasan. Yaitu mereka yang tidak pernah terputus dari berdzikir

9
mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka, melalui lisan, hati dan jiwa mereka.
Mereka juga memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang
menunjukkan kepada kebesaran.

2.5 QS. At Taubah ayat 122


Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (kemedan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa tidak semua orang mukmin harus
berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum
Muslimin saja. Ibnu Katsir menjelaskan, mereka yang tidak berangkat berperang itu
dimaksudkan agar belajar dari Rasulullah SAW. Ketika pasukan telah kembali, maka
mereka yang belajar mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-ayat
Al Qur‟an kepada Rasulullah dan telah kami pelajari.” Mereka kemudian mengajari
pasukan itu. “Liyataqqahuu fiddiin” maknanya, agar mereka mempelajari apa yang
diturunkan Allah kepada Nabi-Nya. Menurut Al Maraghi ayat tersebut memberi
isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan
serta mengajarkannya kepada manusia . Dalam buku “Al Qur‟an dan Tafsirnya” yang
dikeluarkan oleh Departemen Agama RI, dijelaskan tidak setiap orang Islam
mendapat kesempatan untuk menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta
mendalami ilmu agama, karena sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di
pabrik, di toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam
yang menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-
ilmu agama, agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat,

10
mereka dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah Islamiyah
dengan cara dan metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih baik pula.

2.2.5. QS. Al Ankabut ayat 19-20

Artinya: ”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan


(manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka)
bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Ayat ini menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan bahwa
mereka telah melihat dan mengetahui bahwa Allahlah yang mengawali penciptaan,
kemudian Dia akan mengembalikan penciptaan itu. Maka bagaimana mungkin
mereka mengingkari kebangkitan di hari akhir untuk dihitung dan diberi balasan?
Sesungguhnya pengembalian penciptaan sangatlah mudah bagi Allah. Katakanlah,
wahai Rasul, kepada orang-orang yang mendustaakan itu, “Berjalanlah kalian di
muka bumi, dan perhatikanlah bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada di
dalamnya. Dan lihatlah bekas orang-orang sebelum kalian yang ada di sana, setelah
mereka mati dan rumah-rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah bahwa Allah
akan mengembalikan itu semua dengan kekuasaan-Nya di akhirat nanti dengan
kebangkitan, yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian. Sesungguhnya
Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Dari ayat tersebut dapat
disimpulkan bahwa Allah memerintahkan pada manusia untuk berjalan di muka bumi
guna menyingkap proses awal penciptaan segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan
dan benda-benda mati. Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di
antara lapisan-lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi merupakan

11
catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari permulaannya sampai
sekarang.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar adalah
kewajiban bagi setiap muslim, Al-Qur‟an menjelaskan tentang kewajiban belajar
mengajar yaitu:
1. QS. Al „Alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca dan mengkaji ilmu.
2. QS Al Ghasyiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah
SWT.
3. QS At Taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang
bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.
4. QS Ali Imran ayat 190-191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan
ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. QS Al Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan dan
observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung
pembelajaran.

3.2 Saran
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat memberi pemahaman lebih
mendalam tentang pendidikan,yang berkaitan kewajiban belajar dan mengajar yang
terkandung dalam Al Qur‟an. Penulis menyadari, masih banyak kesalahan dan
kekurangan dari segi isi, penulisan, maupun tata bahasa yang digunakan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam
makalah ini maupun makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2019. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.
Abdullah, M. 2019. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.
https://pecihitam.org/surah-al-ankabut-ayat-19-23-terjemahan-dan-tafsir-al-quran
Nata, Abuddin. 2017. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

13

Anda mungkin juga menyukai