Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

TAFSIR AYAT TARBAWI TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR


MENGAJAR

Disusun Oleh:
MUHAMMAD AJI NUGRAHA
206230013

DOSEN PENGAMPU :
MUHAMMAD AMIN QODRI SYAHNAIDI M.PD
NIP.1571070205960001

PRODI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2024
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Kewajiban Belajar dan Mengajar dalam Al
Qur‟an. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya kelak. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Dalam penyelesaian makalah ini, kami
mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mujibrorrohman, M.Hum.,
selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi, serta teman-teman yang sudah memberikan
konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan
malakah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang pentingnya belajar dan mengajar
yang terdapat dalam Al Qur‟an.. Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................1
1.3. Tujuan ..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................2
2.1. Makna Belajar dan Mengajar dalam Al Qur‟an...............................2
2.2. Tafsir Ayat Kewajiban Belajar Mengajar........................................2
2.2.1. QS. Al „Alaq ayat 1-5 ............................................................3
2.2.2. QS. Al Ghasyiyah ayat 17-20 ................................................4
2.2.3. QS. Al Imron ayat 190-191....................................................5
BAB III PENUTUP ..............................................................................................10
3.1. Kesimpulan ......................................................................................10
3.2. Saran ................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang mempunyai perhatian besar terhadap Ilmu
pengetahuan. Penekanan terhadap masalah ilmu banyak dijumpai di dalam ayat-
ayat Al Qur‟an. Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW
membuktikan bahwa agama Islam diawali dengan perintah menuntut ilmu.
Kemampuan untuk menuntut ilmu atau belajar merupakan sebuah karunia Allah
yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah
menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi
pemimpin di dunia ini. Maka dari itu manusia diwajibkan untuk belajar dan
mengajar. Pentingnya belajar mengajar banyak dijelaskan di dalam Al Qur‟an.
Dalam makalah ini penulis mencoba menjabarkan tafsir ayat- ayat Al Qur‟an
tersebut berdasarkan sumber referensi dari beberapa ulama dan ahli tafsir.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa makna belajar mengajar dalam Al Qur‟an?
b. Bagaimana tafsir dari ayat-ayat yang mengandung kewajiban belajar mengajar?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui makna belajar mengajar dalam Al Qur‟an.
b. Mengetahui tentang tafsir dari beberapa ayat yang mengandung kewajiban
belajar mengajar dari para Mufassir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Makna Belajar Mengajar dalam Al Qur’an
Di dalam Al-Qur‟an terdapat istilah yang berkonotasi belajar, yaitu ta‟allama
dimana dalam istilah harfiah ta‟allama dimaknai menerima ilmu sebagai akibat
dari suatu pengajaran. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan secara
sederhana bahwa belajar yakni suatu aktivitas yang diperoleh lewat proses
pengajaran dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Penjelasan belajar dalam Al-
Quran tidak jauh beda dengan definisi dalam ilmu psikologi pendidikan, dimana
makna belajar (learning) yaitu kegiatan yang mengacu adanya perubahan perilaku
dari segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Berdasarkan definisi diatas
belajar dapat dimaknai sebagai proses pembelajaran untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Dimana kegiatan belajar ini mampu merubah manusia dari yang
tadinya tidak tahu menjadi tahu. Sehingga berpengaruh juga terhadap
implementasi sikapnya. Bagaiamana manusia harus bersikap dengan pengatahuan
yang telah diperolehnya. Selanjutnya membahas makna “mengajar” yang
mempunyai akar kata sama halnya dengan belajar, yakni belajar dari kata “ajar”.
Secara harfiah mengajar diartikan kepada memberikan pembelajaran. Artinya,
mengajar sebagai suatu pekerjaan melibatkan berbagai hal, yaitu guru sebagai
pengajar lalu adanya materi belajar dan peserta didik. Mengajar dalam Al-Quran
menggunakan makna „allama. Menurut Luis Ma‟luf mengartikan kata „allama
yakni lebih condong membuat orang mengetahui. Dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya mengajar yaitu menyalurkan ilmunya kepada peserta didik. Agar
peserta didik dapat mengerti dan memahami suatu pengetahuan yang diajarkan.
2.2. Tafsir Ayat Kewajiban Belajar Mengajar

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia


Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” Kata qara‟ di ayat
pertama secara harfiah berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu
dengan kalimat yang lainnya. Menurut Al Maraghi, ayat tersebut dapat diartikan
“jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak
Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak dapat
melakukannya”. Pada ayat tersebut, Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad
SAW agar membaca. Makna membaca secara luas bisa diartikan membaca ayat-
ayat Allah yang tertulis dalam Al Qur‟an maupun yang tidak tertulis yang ada di
jagat raya, dan pada diri manusia. Membaca ayat-ayat Allah dalam Al Qur‟an
dapat menghasilkan ilmu agama Islam seperti Tauhid, Fiqih, Akhlak dan
sebagainya. Membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya menghasilkan sains,
seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, botani, dan sebagainya. Dan membaca
ayat-ayat Allah yang ada dalam diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan
sains sepert ilmu kedokteran dan ilmu tentang raga, dari segi tingkah laku
manusia, dapat menghasilkan ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan sebagainya.
Sedangkan dari segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa. Dengan demikian ayat-
ayat Allah merupakan objek ontologi seluruh ilmu, sehingga pada hakikatnya
ilmu adalah milik Allah, yang dimanfaatkan oleh manusia dengan tujuan untuk
mengenal dan mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah. Jadi dapat
disimpulkan ayat pertama dari surat Al „Alaq terkait erat dengan objek, sasaran,
dan tujuan pendidikan. Selanjutnya menurut Al Maraghi di ayat kedua dijelaskan
bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi
makhluk yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al
qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam jagat raya
yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk
yang sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan
Allah itu telah diperlihatkan ketika Dia memberikan kemampuan membaca kepda
Nabi Muhammad SAW, sekalipun sebelum itu Ia belum pernah belajar membaca.
Ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal-usul dan
proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh para ahli
didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai
kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan,
dan metode pendidikan. Kata iqro‟ di ayat ketiga menurut Al Maraghi didasarkan
pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa, kecuali dengan
dengan diulang-ulang dan membiasakannya sebagaimana berlaku dalam tradisi.
Kata iqra‟ secara luas mengaandung arti mengenali, mengidentifikasi,
mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, dan
membuktikan. Pengertian ini terkait dengan proses mendapatkan dan
memindahkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan
metode pendidikan. Terakhir, menurut Al Maraghi ayat keempat dan kelima
menjelaskan tentang bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan qalam sebagai media
yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu, sebagaimana mereka
memahaminya melalui ucapan. Dengan bantuan al qalam manusia dapat
memahami yang sulit. Pada perkembangan selanjutnya, pengertian al qalam ini
tidak terbatas hanya pada alat tulis, namun secara substansial al qalam
mengandung arti yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai alat penyimpanan,
perekam seperti kamera, alat perekam berupa recording, penyimpan data seperti
komputer, mikro film, dan video compact disk (VCD). Sehingga ayat ini berkaitan
dengan teknologi pendidikan yang digunakan manusia untuk memahami ilmu
pengetahuan.
2.2.2. QS. Al Ghosyiyah ayat 17-20

Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan,


dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan,
karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan”. Di dalam
ayat-ayat ini terdapat pertanyaan dari Allah yang mengungkapkan bahwa apakah
mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan-Nya, unta yang berada
didepan mata mereka dipergunakan pada setiap waktu. Bagaimana pula langit
yang berada ditempat nan-tinggi dengan tidak bertiang, bagaimana gununggunung
dipancangkan dengan kokoh, tidak bergoyang sehingga mudah didaki setiap
waktu dan dijadikan petunjuk bagi orang yang sedang perjalanan. Terdapat
diatasnya danau-danau dan mata air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
manusia dan mengairi tumbuh-tumbuhan dan memberi minum binatang ternak.
Bagaimana pula bumi dihamparkan memberi kepada penghuninya untuk
memanfaatkan apa yang ada diatasnya. Oleh karena itu, hendaklah manusia
memperhatikan bagaimana Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Sehingga
mereka mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan mereka kembali pada
hari kiamat nanti. Dalam tafsir Al Maraghi dijelaskan pula bahwa ayat tersebut
menjelaskan tentang pengingkaran terhadap hari berbangkit yang dilakukan oleh
kaum musyrikin. Allah menanyakan kepada mereka, mengapa mereka tidak mau
memikirkan unta yang ada dihadapan mereka, kalaupun mereka tahu betapa
indahnya unta itu, badannya yang besar, tubuhnya kuat, sangat tahan terhadap
haus dan lapar sehingga tidak ada hewan manapun yang menyamainya sehingga
dijuluki orang sebagai “kapal padang pasir” adapun maksud dari ayat ini adalah
untuk menyangkal dan mencela penolakan mereka terhadap hari kebangkitan.
Dalam ayat selanjutnya dijelaskan sebagai pengajaran kepada manusia, bagaimana
langit ditinggikan, padahal tidak ada satu pun penyangganya. Dan gunung-gunung
ditegakkan? padahal tidak ada pasak dibawahnya dan siapa yang
mengkokohkannya? dan bagaimana bumi dihamparkan begitu luasnya sehingga
manusia begitu leluasa melakukan segala kegiatannya. Itu sebagai pembuktian
agar mereka sadar bahwa seluruh benda di alam ini, tiada lain pencipta-Nya,
kecuali Allah SWT. Ini sebagai pelajaran sebagai manusia untuk bersyukur
terhadap limpahan rahmat Allah SWT. Berdasarkan dua tafsiran diatas
sesungguhnya Allah menciptakan keindahan Alam semesta ini dengan adanya
binatang, gunung, danau, dan segala yang ada di bumi maupun di langit, sebagai
bahan ajar manusia. Dimana manusia harus mampu berpikir akan kekuasaan
Allah. Bagaimana manusia harus skeptis dengan terbentuknya benda-benda
dimuka bumi ini, sebagai pengetahuan keilmuan secara ilmiah. Semua itu agar
manusia menjadi makhluk yang terdidik mencari tahu asalusul terbentuknya muka
bumi ini. Setelah mengetahui, berdasarkan pengetahuan yang didapat diharapkan
manusia mampu mengelola anugerah yang diberikan Allah dan senantiasa
bersyukur kepada-Nya
2.2.3. QS. Al Imron ayat 190-191

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih begantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bangi orang-orang yang berakal : yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata) : „‟ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha
Suci Engkau , maka perliharalah kami dari siksa neraka (QS, Ali-Imran (3) : 190-
191)”. Di dalam surat ini dijelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi
serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi ulul albab. Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal
sempurna lagi memiliki kecerdasan. Yaitu mereka yang tidak pernah terputus dari
berdzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka, melalui lisan, hati dan
jiwa mereka. Mereka juga memahami semua hikmah yang terkandung di
dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya,
pengetahuan-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-Nya.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar adalah
kewajiban bagi setiap muslim, Al-Qur‟an menjelaskan tentang kewajiban belajar
mengajar yaitu: 1. QS. Al „Alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca dan
mengkaji ilmu. 2. QS Al Ghasyiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji
keagungan Allah SWT. 3. QS At Taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan
menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang. 4. QS Ali
Imran ayat 190-191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha,
berserah dan mengakui kelemahan diri. 5. QS Al Ankabut ayat 19-20. Kewajiban
untuk melakukan perjalanan Dan observasi lapangan guna mendapatkan bukti-
bukti yang mendudkung pembelajaran.
3.2. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat memberi pemahaman lebih
mendalam tentang pendidikan,yang berkaitan kewajiban belajar dan mengajar
yang terkandung dalam Al Qur‟an. Penulis menyadari, masih banyak kesalahan
dan kekurangan dari segi isi, penulisan, maupun tata bahasa yang digunakan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dalam makalah ini maupun makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2019. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.

Abdullah, M. 2019. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.

https://pecihitam.org/surah-al-ankabut-ayat-19-23-terjemahan-dan-tafsir-al-quran

Nata, Abuddin. 2017. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai