Anda di halaman 1dari 36

TAFSIR TEMATIK

“LIBAS”

MAKALAH
DOSEN PENGAMPU :
Dr. MUHAMMAD SADIK SABRY.,M.Ag
Dr. MUHSIN MAHFUDZ.,M.Th.I

Oleh:
BAYU TEJA SUKMANA
NIM: 80100322165

PROGRAM STUDI DIRASAH ISLAMIYAH


SYARIAH/ HUKUM ISLAM
PROGRAM DOKTOR PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
1444 H /2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, karena dengan

ijin dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini.

Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang kita

nantikan syafa’at-nya kelak di Hari Akhir.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penyusun dapat menyelesaikan Makalah Mata

Kuliah Tafsir Tematik yang berjudul, “LIBAS,” dengan sebaik-baiknya, untuk

menyelesaikan Tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu Program Studi

Dirasah Islamiyah Jurusan Syariah/ Hukum Islam Program Doktor Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah

ini sangat mungkin masih terdapat kekurangan serta kekhilafan, untuk itu penulis

terbuka menerima saran, masukan dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat

membangun. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain

selain pribadi penulis seorang.

Pontianak, 29 September 2022

Penulis,

Bayu Teja Sukmana

NIM. 80100322165

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
3. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
BAB II HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
1. Makna Tekstual dan Kontekstual ................................................. 5
2. Fungsi Pakaian (Al-Libas)Menurut Al-Quran............................... 12
BAB III LIBAS DALAM ALQURAN
1. Libas dan Ragam Term Yang Semakna........................................ 16
2. Libas Dalam Istilah Shara.............................................................. 17
3. Ayat-ayat yang menyebutkan Libas dan Term Yang Semakna..... 17
4. Kronologi Ayat-Ayat Tentang Libas............................................. 22
5. Munasabah/Konsep Antara Ayat-Ayat Tentang Libas.................. 27
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................... 29
2. Saran.............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 31
TABEL KLASIFIKASI AYAT LIBAS............................................................. 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Dalam Al-Qur`an banyak sekali ayat yang menyuruh kita untuk berfikir

atau

berfilsafat. Karena dengan jalan tersebut kita dapat mengetahui kebesaran

kebesaran Allah dan dapat mendekatkan diri kita kepada Nya. Seperti dalam Kitab

Fashl al-Maqal karya Ibnu Rusyd (Tt.:27) yang mengutib beberapa sumber Al-

Qur`an antara lain Surat Al-Hasyr: 2, Al-A’raf: 184, Al-An’am: 75, Al-

Ghasyiyah:16 & 17, dan Ali-Imran: 191.Bahasa Al-Qur`an memiliki karya sastra

yang tinggi. Dari segi lafadz maupun maknanya sangatlah indah.

Banyak ayat yang mengajak manusia untuk berfikir tentang segala sesuatu

yang ada di dunia dan yang menyangkut alam Ghaib atau hari kemudian. Sumber

dari segala sumber ilmu pengetahuan yang tak akan pernah habis jika kita pelajari.

Semakin kita pelajari semakin banyaklah mu’jizat yang ada dalam Al-Qur`an.

Maha Benar Allah yang telah menurunkan Al-Qur`an kepada Rasul pilihan dan

penutup sekaligus penyempurna ajaran para Nabi terdahulu. Tak heran jika Al-

Qur`an adalah mu’jizat yang akan bertahan sampai malaikat Israfil meniup

sangkakalanya.Tugas manusia yang diberi keistimewaan akal harus semaksimal

mungkin digunakan untuk menggali sendiri. Perintah ini sering kali tertulis dalam

Al-Qur`an seperti:
2

dan sebagainya. Dari contoh kelima kalimat tersebut mengandung arti untuk

menggunakan indera pendengaran, akal, pengetahuan, berpikir, penglihatan, dan

masih banyak sekali kalimat yang lain yang intinya manusia diperintah untuk

senantiasa memaksimalkan semua indera yang ada dalam tubuh manusia. Namun

saying sekali dalam realita kehidupan manusia terkadang jarang yang bisa

mengambil hikmah-hikmah dari bacaan Al-Qur`an yang sungguh beranspiratif.

Sehingga hanya manusia yang menggunakan pengetahuannya yang bisa

mengambil hikmah- hikmah dari Al-Qur`an.

Al-Qur`an dan syari’at tidak memberikan petunjuk atau keduanya tidak

hanya mengekspresikan maksudnya melalui redaksi tekstual lafadznya, tetapi

dibalik petunjuk lafadz terpendam ideide yang mendalam. Sebagai missal, makna

hakiki dari turunnya Tuhan (at- Tanzil al-Ilahi) tidaklah terhenti dari yang

terbentang dalam redaksional teks. Dengan sangat mudah bahwa pemikiran

tersebut merupakan produk pemikiran Islam yang berasal dari benih-benih filsafat

helenisme. Disamping makna material eksoteris masih ada makna eksoteris

spiritual (Goldziher, 2006: 219- 220).

Seperti yang difatwakan Ibnu Rusyd tentang “pentingnya kebebasan

berfikir, tradisi kritik dan berfilsafat”. Menurutnya kedudukan filsafat dan pikir

sama dengan syari’at. Persoalan kalam hendaknya tidak didekati dengan tekstual

saja, melainkan perlu pendekatan filsafat yakni melalui mekanisme ta’wil yang

berlandaskan analogi demonstrative (al- Qiyas al-Burhani) (al-Qurtuby, 2005:


3

175). Lebih dari itu, Mawardi Abdulloh (2011: 87) mengatakan bahwa karena

Allah menyampaikan ayat-ayat Alqur’an ada yang bersifat muhkam (sesuatu yang

tidak ada perselisihan di dalamnya karena keterangannya sudah tegas dan jelas

tidak membutuhkan yang lain) dan mutasyabih (sesuatu yang menyerupai dari

segala

segi antara yang satu dengan yang lain).

Itu semua adalah karunia Allah supaya manusia dapat memahami Al-

Qur`an secara elastis, syamil, dan komprehensif. Dari ayat-ayat mutasyabih

disini maka timbullah ta’wil Al-Qur`an yang masih dikembangkan oleh para

ilmuwan untuk mengetahui kebenaran Al-Qur`an. Kemudian dikatakan oleh

Imam Abu Ishaq al-Syatibi yang terkenal dengan teori maqashid al-syari’ahnya

yang merupakan sebuah inovasi dalam pemikiran hukum Islam.

Dalam teori ini al-Syatibi mencoba keluar dari kungkungan teks meskipun

tidak mengabaikannya sebagai salah satu dasar hukum, sampai pada titik tujuan

dari sebuah teks yang bisa ditengarai dari banyak komponen baik dari indicator

tekstualnya maupun indikator lain berupa maslahah, konteks ruang dan waktu.

Menurut konsep ini syari’at (Qur’an dan Hadist) memiliki tujuan universal

yakni membawa manusia sampai pada kemaslahatan dalam hidup di dunia

maupun pada kehidupan selanjutnya (al-Mirzanah dan Syamsudin, 2012:

86).Ta`wil Al-Qur`an titik puncaknya adalah untuk menggali makna teks demi

membawa kemaslahatan manusia di dunia sampai di akhirat. Supaya manusia

mengetahui dan bisa melaksanakan konsep yang sebenarnya diperintahkan oleh

Allah SWT. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas makna
4

pakaian yang fokus pada makna pakaian yang dikaitkan dengan ayat-ayat libas

yang ada dalam Al-Qur`an.

2.RUMUSAN MASALAH

A. Apa saja makna dan Arti kata Libas dalam Alquran ?

B. Apa saja kata Libas Menurut Klasifikasi Lafad?

C. Apa saja kata Libas menurut Klasifikasi Makna?

3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari makalah ini, ialah:

A. Untuk mengetahui sampai dimana makna dan Arti kata Libas dalam

Alquran

B. Mengetahui kata Libas Menurut Klasifikasi Lafad.

C. Mengetahui kata Libas Menurut Klasifikasi Makna.


5

BAB II

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. MAKNA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

al-Libas dalam Al-Qur`an Makna tekstual merupakan makna secara

lahiriyah (lafdziyah), yakni pakaian diartikan sebagai pakaian untuk menutup

aurat, atau pakaian untuk melindungi badan dari hawa panas dan dingin.

Sedangkan yang akan dibahas disini adalah pakaian dalam arti kontekstual atau

makna bathiniyah, yakni makna pakaian secara luas, antara lain diartikan sebagai

berikut:

a. Al-Libas yang memiliki arti sakan (ketenangan hati).

Yaitu terdapat dalam Qur’an Surat Al-Baqarah: 187, Al-Furqan: 47 dan An-

Naba`: 10.

1) Al-Libas dalam Qur’an Surat Al-Baqarah: 187


6

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-

isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi

mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,

karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka

sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah

untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang

hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,

(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam

mesjid. Itulah

larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.


7

Dari firman Allah dalam Q.S.al-Baqarah 187 tersebut yang akan penulis uraikan

adalah pada lafadz:

.....“mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi

mereka....”

2) Qur’an Surat Al-Furqan: 47.

“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur

untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”.

3) Qur’an Surat An-Naba’:10.

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian.”Malam itu disebut sebagai

pakaian karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai pakaian menutupi

tubuh manusia. Maka seyogyanya setiap ba’da sholat fardhu kita selalu

berdoa untuk keluarga kita seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Furqan: 74.

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada
8

Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami),

dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Makna pakaian pada ketiga ayat diatas memiliki arti bahwasanya suami istri

adalah berfungsi sebagaimana pakaian. Yang memiliki arti sakan (ketenangan

hati). Jadi seorang suami istri harus menjadi penenang atau penentram hati bagi

keduanya. Seorang suami harus bisa menjadi penentram hati istri. Begitu juga

sebaliknya seorang istri harus bisa jadi penentram hati suaminya.

b. Pakaian Yang memiliki arti khalaṭ (campur-aduk)

Dalam paragraf sebelumnya telah dijelaskan pakaian yang berarti ketenangan hati.

Pada point kedua ini akan dijelaskan tentang pakaian yang berarti mencampur

adukkan. Yaitu yang disebutkan dalam Al-Qur`an antara lain sebagai berikut :

1) Q.S. Al-Baqarah: 42

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan

janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”

Di antara yang disembunyikan itu adalah bahwa Tuhan akan mengutus seorang

Nabi yang mulia dari keturunan Ismail yang akan membangun umat yang besar di

kemudian hari, Yaitu Nabi Muhammad s.a.w.

2) Q.S. Ali Imran: 71


9

“Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang

bathil, dan menyembunyikan kebenaran Padahal kamu mengetahuinya?”

Maksudnya adalah menutupi firman-firman Allah yang termaktub dalam Taurat

dan Injil dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat mereka (ahli Kitab)

sendiri.

3) Q.S. Al-An’am: 82

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka

dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan

mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Makna pakaian pada ketiga ayat diatas memiliki arti mencampuradukkan

yakni setiap orang tidak diperbolehkan untuk mencampuradukkan antara perkara

yang haq dengan perkara yang bathil, dan tidak dianjurkan untuk

mencampuradukkan antara iman dengan menyekutukan Allah SWT.

Karena sesungguhnya semua perkara yang baik walaupun itu sekecil biji

sawi selama-lamanya akan terlihat baik di mata Allah SWT. Sedangkan yang

bathil atau kejahatan akan mendapat imbalan dosanya besuk di hari pembalasan.
10

c. Al-Libas memiliki arti siyab (pakaian)

Terdapat dalam ayat-ayat berikut ini, yaitu:

1) Q.S. Al-A’raf : 26.

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian

untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan....”

2) Q.S.Ad-Dukhan: 53.

“Mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk)

berhadap-hadapan.”

d. Al-Libas yang memiliki arti ‘amal ṣaliḣ (perbuatan baik)

Terdapat dalam Q.S. Al-A’raf: 26.

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian

untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk. Itulah yang paling baik.
11

yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,

Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.

Perhiasan dan pakaian takwa mengandung maksud untuk selalu bertakwa

kepada Allah. Pakaian yang paling baik/ bagus dalam QS Al-A’raf: 26 adalah

pakaian ketaqwaan. Nah darisinilah bahwasanya pakaian ketaqwaan adalah

pakaian sesungguhnya dibalik makna pakaianpakaian diatas tadi. Karena pakaian

ketaqwaan akan dibawa sampai ke kubur. Dimana pakaian dunia sudah kita lepas

semua. Tinggal pakaian ketaqwaan atau amal baik manusia yang dipertanggung

jawabkan kepada Allah SWT. Allah tidak menilai manusia dari suku, kedudukan,

golongan, derajat dsb. Karena yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling

taqwa diantara kamu. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Hujurat: 13 yang

berbunyi :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sebagaimana disebutkan oleh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Isma’il

dalam kitab I’rab al-Qur`a li an-Nuhas sebagai berikut :


12

Term tersebut merupakan bentuk yang bersifat umum yang memberikan arti

khususnya pada berbangsa – bangsa dan bersuku-suku yang dikhususkan pada

suku / bangsa Arab pada masa itu.

Mengenai term tersebut, ada suatu riwayat dari Abdurrahman dikatakan :

“Ya Rasulullah? siapakah manusia yang paling baik? Rasulullah mengatakan :

yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Dan berkata : dia

bertanya kepada Nabi SAW. siapakah manusia yang paling baik? Rasulullah

mengatakan :
13

yaitu orang yang menyuruh kepada perkara yang baik dan melarang perbuatan

munkar dan menyambung silaturrahim dan bertaqwa kepada Allah. Sedangkan

dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas : kebanyakan manusia meninggalkan ayat ini dan

mereka berkata : dengan keturunan.

Dan Abu Hurairah berkata : besok kelak di hari qiyamat manusia akan di panggil

sesungguhnya Allah menjadikan keturunan dan menjadikan mereka keturunan.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

yang paling taqwa diantara kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang

bertaqwa akan berdiri dan selain orang yang bertaqwa tidak akan berdiri menemui

seruan panggilan Allah ketika di hari kiamat.”

2. FUNGSI PAKAIAN (AL-LIBAS) MENURUT AL-QUR`AN

Dari uraian panjang tentang term allibâs di atas, dapat ditelusuri bahwa

fungsi pakaian adalah sebagai berikut :

a. Sebagai penutup aurat bagi pemakainya.

Aurat sendiri berarti barang yang buruk. Sedang dalam makna dzahirnya aurat

berarti bagian tubuh yang tidak patut untuk diperlihatkan kepada orang lain. Dan

bagian-bagian itu bermacam-macam sesuai dengan tempat dan situasi (Al-Jamal,

1986: 110).

Adapun yang perlu diingat dalam masalah aurat ini adalah bahwasanya

wanita haruslah dapat menjaga diri jangan sampai memperlihatkan auratnya

kepada siapapun yang dilarang oleh agama untuk melihatnya. Sehingga nantinya

akan tinggal dalam surga yang telah dijanjikan oleh Allah bagi orang– orang yang

bertakwa (Al-Jamal, 1986: 110). Bukan hanya wanita saja yang harus
14

memperhatikan aurat begitu juga seorang pria harus senantiasa menjaga auratnya

yaitu dari pusar sampai lututnya.

Maka dari makna dhahir pastilah tersimpan makna bathin yang akan

membawa manusia pada kemaslahatan hidup di dunia sampai di akhirat. Makna

bathin disini adalah bahwasanya sepasang suami istri yang diibaratkan sebagai

pakaian haruslah saling menjaga dan menutupi aurat / sesuatu yang buruk atau

bisa kita maknai aib antara satu sama lain. Jangan sampai sedikitpun membuka aib

salah satu belah pihak. Karena nanti akan beresiko besar dikemudian hari. Dan

yang lebih fatal akan mendatangkan perceraian diantara keduanya. Maka yang

harus kita tengok dan renungi bersama bahwasanya sebelum menikah pastilah

yang terlihat diantara keduanya adalah sesuatu yang baik-baik saja. Maka sungguh

indahlah agama Islam yang menyuruh kita sebelum menikah untuk mengetahui

latar belakang seseorang yang hendak kita jadikan suami/istri dengan

mengetahuinya dari tetangga ataupun keluarga dekat. Supaya nanti kedua pasang

mempelai tidak akan menyesal seumur hidup.

b. sebagai pelindung baik dari hawa panas ataupun hawa dingin.

Pelindung dari hawa panas dan dingin disini pastilah mempunyai banyak arti.

Diantaranya adalah bahwasanya pasangan suami-istri yang dikatakan dalam Al-

Qur`an sebagai pakaian ini maka harus menjadi pelindung satu sama lain.

Pelindung hawa panas disini adalah bisa juga bermakna sebagai penasihat dikala

salah satu pihak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Bukankah tidak hanya

suami istri yang diwajibkan oleh Allah untuk selalu amar ma’ruf nahi munkar dan
15

selalu diwajibkan untuk wasiat dalam ketaqwaan kepada Allah SWT. Yaitu

terdapat dalam Q.S. Ali Imran: 104

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung.”

Yang dimaksud al-ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita

kepada Allah; sedangkan almunkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita

dari pada-Nya. Di samping itu juga terdapat dalam Q.S Luqman: 17.

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”


16

Sedangkan hawa dingin disini bisa diartikan bahwasanya pasangan suami

istri harus senantiasa menjadi penyemangat satu sama lain, dan saling berlomba-

lomba dalam melakukan hal kebaikan, ibadah dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Seperti dalam Q.S.Al-Baqarah: 148.

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya(sendiri) yang ia menghadap

kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana

saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari

kiamat). Sesungguhnya AllahMaha Kuasa atas segala sesuat”.

BAB III

LIBAS DALAM AL-QUR’AN

1.LIBAS DAN RAGAM TERM YANG SEMAKNA

َ ِ‫) لَب‬, merupakan kerangka dasar sebuah kata bahasa arab


Kata labisa ( ‫س‬

yang memiliki arti tutup atau menutupi.

Kemudian tercetak menjadi kata yalbas/talbas ُ‫ ت َْلبَس‬/ ُ‫يَ ْلبَس‬ , libs ‫س‬
َ ‫ا‬VVَ‫ لِب‬,

malbas ,‫س‬ َ ‫ َم ْل‬labus ‫س‬


َ ‫ب‬ َ ْ‫ لَبُو‬, libs ‫س‬ َ ْ‫ لُب‬, labis‫س‬
َ ْ‫ لِب‬, lubs ‫س‬ ِ َ‫ل‬
َ ‫ب‬ , yang

menurut arti denotatif (ḥaqiqi)-nya mempunyai arti mengenakan pakaian, atau

sesuatu yang dipakai, Yaitu mencakup segala sesuatu yang dipakai, baik penutup
17

badan, kepala, atau yang dipakai di jari dan lengan seperti cincin dan gelang.

Sebagaimana firman Allah SWT: QS. Al Kahf (18): 31

“Dan mereka (ahli surga) memakai pakaian hijau dari sutera halus dan

sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan

yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang

indahSelain makna denotatif, kata libās juga mempunyai makna konotatif

metaforis (majazi)”.

Sebagaimana ditunjukan dalam ayat QS. alNaḥl (16): 112: ِ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri

yang dahulunya aman lagi tentram, rizkinya datang kepadanya melimpah

ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)- nya mengingkari nikmat-

nikmat Allah; karena itu, Allah merasakan kepada mereka pakaian

kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”.


18

2.LIBAS DALAM ISTILAH SHARA`

diartikan:

‫ اَلذي اَل يَشف َعما تَحته‬،‫الساتر َجميع اَلجسد‬


“Sesuatu yang menutupi semua anggota badan yang tidak menampakkan

apa yang ada di dalamnya”.

Dari beberapa kata yang berakar dari kata labisa di atas, yang paling sering

disebutkan untuk menunjukkan arti istilah pakaian adalah kata libas. Sebagaimana

yang dipakai oleh al-Qur`an, juga sebagian peneliti dalam masalah pakaian,

terkadang mereka menggunakan dengan istilah libas sebagai objek kajiannya.

Disamping itu, memang kata libas cakupannya lebih umum.

3.AYAT-AYAT YANG MENYEBUTKAN LIBAS DAN TERM YANG

SEMAKNA

Kata libas dalam al-Qur`an diulangi sebanyak 10 kali, yaitu di dalam :

> QS. al-Baqarah (2): 187 (2 kali),

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan

isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah

pakaian bagi mereka”.

> QS. al-A`raf (7): 26 (2 kali),


19

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian

untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian

takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari

tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.

> QS. al-A`raf (7): 27(1 kali),

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan

sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga,

iamenanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada

keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat

kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-

pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”

> QS. al-Naḥl (16): 112(1 kali),


20

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri

yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah

ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-

nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian

kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”.

> QS. al- Furqan (25): 47(1 kali),

“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur

untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”.

> QS. al-Ḥajj (22): 23(1 kali),

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan

amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-

sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas

dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera”.


21

> QS. Fāṭir (35): 33(1 kali),

> QS. al-Naba` (78): 10. (1 kali),

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian”

Selain kata libas diatas, ada beberapa kata yang tercetak dari akar kata libas,

yaitu: kata labus disebut satu kali, dan di dalam fi`il muḍari` disebut 4 kali, Yaitu:

a. QS. al-Anbiya` (21): 80

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu,

guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu

bersyukur (kepada Allah)”.

b. QS. Faṭir (35): 12


22

“Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum

dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat

memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang

dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-

kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan

supaya kamu bersyukur”.

c. QS. al-Naḥl (16): 14

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat

memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan

dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera

berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-

Nya, dan supaya kamu bersyukur”.

d. QS. al-Kahfi (18): 31


23

"Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir

sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang

mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal,

sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah.

Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah”.

e. QS. al-Dukhan (44): 53

“Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk)

berhadap-hadapan”.

4.KRONOLOGI AYAT-AYAT TENTANG LIBAS

Dari ayat-ayat tentang libas tersebut, yang mempunyai sebab turunnya ayat

(asbab al-nuzul) hanya sebagian saja. Yaitu:

1. QS. al-Baqarah (2): 187:

Surat al-Baqarah adalah surat Madaniyyah. Surat ini adalah surah pertama

yang turun di Madinah setelah hijrah dan terus diturunkan secara berangsur-

angsur selama periode Madinah. Artinya, penurunan surah ini mengiringi

pembentukan umat atau masyarakat Islam sejak awal. Surat ini merupakan surat

terpanjang di dalam al-Qur’an dan jumlah ayatnya ada 286.

Mengenai turunnya ayat ini terdapat beberapa peristiwa sebagai berikut:

a. Para sahabat Nabi SAW menganggap bahwa makan, minum dan menggauli

istrinya pada malam hari bulan Ramadhan, hanya boleh dilakukan sementara

mereka belum tidur. Di antara mereka Qais bin Ṣirmah dan `Umar bin Khaṭṭāb.
24

Qais bin Ṣirmah (dari golongan Anshar) merasa kepayahan setelah bekerja

pada siang harinya. Karenanya setelah shalat Isya, Ia tertidur, sehingga tidak

makan dan minum hingga pagi. Adapun `Umar bin Khaṭṭāb menggauli istrinya

setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan. Keesokan harinya ia

menghadap kepada Nabi SAW untuk menerangkan hal itu. Maka turunlah ayat

tersebut.

b. Pada waktu itu ada anggapan bahwa pada bulan Ramadhan yang puasa haram

makan, minum dan menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia

berbuka puasa keesokan harinya. Pada suatu ketika 'Umar bin Khaṭṭab pulang

dari rumah Nabi SAW setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli

istrinya, tapi istrinya berkata: "Saya sudah tidur." 'Umar berkata: "Kau tidak

tidur", dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka'b berbuat seperti itu.

Keesokan harinya 'Umar menceritakan hal dirinya kepada Nabi SAW. Maka

turunlah ayat tersebut di atas (QS. 2: 187) dari awal sampai akhir ayat.

2. QS. al-Ḥajj (22): 19

Surat al-Ḥājj merupakan surat Madaniyyah yang berjumlah 78 ayat. Ayat ke-

23 ini, diturunkan dimulai ayat ke-19, berkenaan dengan peristiwa perdebatan

tentang Tuhan antara Ḥamzah ra, `Ubaidah ra,`Ali bin Abi Ṭalib (golongan

mu`minin) dan `Utbah, Shaibah, Walīd binUtbah (golongan kafir) ketika

berlangsung perang badar. Ada pula yang menyatakan, bahwa ayat ini diturunkan

ketika orang ahli kitab mengatakan: kita lebih utama atas Allah SWT

dibandingkan kamu sekalian (orang mu`minin). Sebab kitab kitab dan Nabi kita

lebih dahulu diturunkan dari pada kitab dan Nabi kalian. Kemudian orang
25

mu`minin membalas ucapan mereka, dengan mengatakan: Orang mu`minin-lah

yang lebih utama atas Allah SWT. Kita iman pada Nabi Muhammad dan Nabi

kalian semua (ahli kitab), dan kami beriman kepada semua kitab yang diturunkan

Allah SWT.

3. QS. Hud (11): 5

Surat Hud tergolong surat Makkiyyah yang berjumlah 123 ayat, adapun asbabu

al-nuzul ayat ke-5 ini, berkenaan dengan orang-orang munafik yang selalu

menyembunyikan diri dengan cara menyendiri saat bertemu Rasulullah SAW.

Lalu mereka akan menampakkan diri lagi setelah itu, dan begitu seterusnya.

4. QS. al-Insan(76): 21

Surat al-Insān tergolong surat Madaniyyah yang berjumlah 31 ayat. Ayat ke-21

ini, Masih melanjutkan ayat ke-20. Yang diturunkan berkenaan peristiwa ketika

suatu hari sahabat `Umar bin Khaṭṭab ra, menemui Rasulullah SAW. Yang ketika

itu, sedang tidur beralaskanpelepah kurma, sehingga bekasnya terlihat di badan

beliau. Melihat hal itu, `Umar ra, pun menangis. Rasul SAW, bertanya: “Mengapa

engkau menangis?”. Ia menjawab: “Aku ingat kisrā dan kekuasaannya, Hurmuzz

dan kerajaannya, Raja Habshah dan kekuasaanya, sedangkan engkau adalah

utusan Tuhan, tetapi engkau hanya tidur beralaskan tikar,” Sedih `Umar ra. “Apa

engkau tidak ridla jka mereka memiliki dunia, Sedangkan kita memiliki akhirat?”,

Sabda Rasul SAW. Lalu turunlah ayat ke-20 dilanjutkan ayat ke-21.

5. QS. al-Aḥzab (33):53

Surat al-Aḥzab tergolong surat Madaniyyah yang berjumlah 73 ayat. Mengenai

diturunkannya ayat ke-53 adalah berkenaan dengan undangan Rasulullah SAW.


26

Kepada para sahabat, saat menikahi Zainab binti Jahsh. Selesai menikmati

jamuan, mereka duduk dan berbincang-bincang. Rasul SAW Pun masuk rumah

dan para sahabat pun beranjak pulang, kecuali tiga orang. Tak lama, ketiganya

pun pulang. Aku (Anas) memberitahu Rasul SAW bahwa semua undangan

pulang. Rasul SAW. Segera masuk rumah dan aku menyusulnya. Setelah itu

Rasul SAW. Memasang ḥijab.

6. QS. al-Nur (24): 31

Surat al-Nūr merupakan surat Madaniyyah yang berisikan 64 ayat. Adapun

ayat 31 diturunkan berkenaan dengan seorang wanita yang mengenakan dua buah

gelang kaki. Ketika berjalan di depan sekelompok orang, ia mengentakkan

kakinya dengan maksud agar dua gelang kakinya berbunyi.

7. QS. al-Nur (24): 58 dan 60

Diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW memerintahkan seorang budak dari

kaum Anṣār bernama Madlaj untuk pergi ke `Umar bin Khaṭṭab. Pada tengah hari.

Supaya umar menemui Rasulullah. Pada waktu itu, Umar sedang tidur dan pintu

rumahnya tertutup. Budak tadi mengetuk pintu sambil memanggil Umar. Dan

masuk, kemudian `Umar terbangun dan duduk, ternyata auratnya ada yang

terbuka. Seraya berkata: Aku senang sesungguhnya Allah melarang anak-anak,

istri, budak kita. Agar mereka tidak memasuki kita pada waktu-waktu tersebut,

kecuali mendapatkan izin. Kemudian `Umar pergi menemui Rasulullah SAW. Di

waktu itu pula turunlah ayat ini.

8. QS. al-Aḥzab (33): 59


27

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa surat al-Aḥzab merupakan surat

Madaniyyah. Ayat yang ke-59 ini, diturunkan berkenaan peristiwa setelah

diturunkannya ayat ḥijab. Yaitu: Suatu saat, Saudah ra, salah satuistri Rasulullah

SAW. Keluar rumah untuk suatu urusan. `Umar bin Khatthāb ra. Melihat Saudah

ra. Dan bertanya, “Mengapa engkau keluar rumah?” Saudah ra. Bergegas pulang.

Ia menemui Rasul SAW. Dan berkata, “Rasulullah, Aku keluar rumah untuk suatu

urusan. Namun , `Umar menegurku”. Atas hal itu, turunlah ayat ini. Lalu Rasul

SAW, Bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kamu keluar rumah

untuk suatu urusan”.

Dalam pendapat lain, bahwa ayat di atas turun dengan latar belakang mengenai

dua wanita yang memiliki status berbeda, merdeka dan budak yang pada malam

hari, karena suatu hajat, mereka keluar malam. Padahal, pada waktu itu, di

Madinah banyak orang fasik yang suka mengganggu wanita yang keluar malam.

Hanya saja para pengganggu tersebut memilah-milah. Bila wanita yang keluar

tersebut memakai tutup kepala (seperti jilbab), maka mereka tidak mengganggu.

Namun sebaliknya, bila tidak memakai, maka mereka terus menggoda, hal ini

karena mereka beranggapan bahwa wanita yang memakai penutup kepala adalah

wanita merdeka, sedangkan yang tidak adalah budak. Dengan demikian, penutup

kepala berfungsi sebagai pembeda status wanita. Untuk itulah, agar ada

perbedaan, maka turunlah ayat tersebut.

9. QS. al-Nur (24): 58 dan 60

Sebagaimana disebutkan diatas, surat al-Nur termasuk surat Madaniyyah,

mengenai ayat yang ke-58 dan 60. Diturunkan berkenaan dengan sekelompok
28

sahabat Rasulullah SAW. Yang lebih menyukai hubungan suami-istri pada tiga

waktu. Yaitu sebelum shalat shubuh, tengah hari, dan sesudah Isya`. Mereka

melakukan hal itu, kemudian mandi dan melaksanakan shalat. Namun, pada tiga

waktu itu, hamba sahaya dan anak-anak, mereka bebaskan masuk rumah tanpa

izin

D. MUNASABAH/KONSEP ANTARA AYAT-AYAT TENTANG LIBAS

Dari beberapa ayat tentang libas di atas, ada beberapa keterkaiatan antara ayat

satu dengan yang lainnya. Yaitu:

1. Pada QS. al-A`raf (7): 26 (2 kali) dan 27, Allah SWT menjelaskan tentang

ide pertama keberadaan pakaian kepada Nabi Adam AS dan Hawa, untuk

dijadikan sebagai penutup aurat keduanya dan sebagai perhiasan. Namun

setelah Nabi Adam AS dan Hawa terkena bujuk rayu setan dengan

melanggar memakan buah pohon larangan Allah SWT. Sehingga

mengakibatkan pakaian keduanya terlepas. dan turunnya ke muka bumi.

2. Setelah itu Allah menjelaskan tentang beberapa macam pakaian, antara

lain:

Pakaian perang (baju yang terbuat dari besi), yang digunakan untuk

menjaga dari sengatan panas, hawa dingin serta menjaga dari serangan

musuh. Pakaian ahli surga, dan pakaian ahli neraka. Pada ayat yang lain,

juga dijelaskan mengenai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari (tidak

dalam keadaan perang).

3. Bila pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang beberapa macam

pakaian. Maka berikutnya, Allah menjelaskan beberapa fungsi pakaian


29

terutama bagi perempuan yakni untuk menghindari penghinaan, pelecehan

dan godaan. Yaitu dengan memakai pakaian yang tidak menggoda,

diantaranya jilbab, khimar, dan ḥijab. Ada juga fungsi yang lain, yaitu

sebagai pembeda status antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut

dikarenakan setiap orang mempunyai kewajiban menjaga diri dari sesuatu

yang membahayakan dirinya. Di antaranya dengan memperhatikan

pakaiannya sesuai dengan norma-norma agama. Sebab, memakai pakaian

yang tidak sesuai norma agama, sama dengan pengganggu wanita, yakni

hanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah imannya atau munafik

4. Allah pada ayat libas yang lain, menjelaskan bahwa ayat libas tidak semua

mempunyai arti h aqiqi-nya. Namun ada beberapa ayat libas yang

memakai makna majazi-nya.

BAB IV

PENUTUP

1.KESIMPULAN
30

Dari penjelasan-penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwasanya term

allibas dalam Al-Qur`an mempunyai 4 (empat) makna, yaitu

>Sakan (ketenangan hati),

>Khalaṭ (campur-aduk),

>Siyab (baju,pakaian), dan ‘

>Amal Ṣaliḣ (perbuatan baik) atau disebut juga sebagai pakaian ketaqwaan.

Dari keempat makna diatas al-libas yang paling utama adalah allibas yang

bermakna ‘amal ṣaliḣ atau pakaian ketaqwaan, karena ukuran manusia nanti

dimuliakan disisi Allah adalah orang yang paling taqwa kepada Allah.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

yang paling taqwa diantara kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang

bertaqwa akan berdiri dan selain orang yang bertaqwa tidak akan berdiri menemui

seruan panggilan Allah ketika di hari kiamat. Allah tidak menilai manusia dari

suku, kedudukan, golongan, derajat. Yang dinilai adalah pakaian ketaqwaannya

kepada Allah. Semoga kita semua tergolong orang-orang yang senantiasa

bertaqwa kepada Allah dimanapun kita berada. Semoga penjelasan-penjelasan tadi

diatas bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran selalu penulis harapkan.

2.SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum bisa dikatakan sebagai

pembahasan secara tematis, mengingat masih banyak yang tidak sempat

penulis rangkum ke dalam makalah ini. Maka untuk kesempurnaan

pengetahuan kita mengenai pembahasan ini alangkah baiknya jika ada yang
31

berusaha melakukan penelitian lanjutan, serta tetap menyelaraskannya dengan

penelitian tafsir terkait dengan masalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


32

Ahmad, Abu Ja’far. I’râb al-Qur`ân li an-Nuḣâs. Versi al-Maktabah al-

Syamilah.

Fuadi, M. Alwi. 2009. Nasihat Gus Miek Membangun Keluarga Sakinah.

Yogyakarta : Pustaka Pesantren.

Goldziher, Ignaz. 2006. MADZHAB TAFSIR Dari Klasik Hingga Modern.

Yogyakarta: elSAQ Press.

al-Jamal, Ibrahim Muhammad. 1986. Fiqhu al

Mar’ati al-Muslimah,alih bahasa oleh Anshori Umar Sitanggal. Semarang: Asy-

Syifa’.

al-Mirzanah, Syafa’atun dan Sahiron Syamsudin. 2012. Upaya Integrasi

Hermeunetika dalam kajian Qur’an dan Hadis Teori dan aplikasi. Yogyakarta:

Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga.

al-Qurtuby, Sumanto. 2005. Lubang Hitam Agama Mengkritik

Fundamentalisme Agama, Menggugat Islam Tunggal. Yogyakarta: Rumah Kata.

Rusyd, Ibnu. Fashl Al-Maqal baana al-Ḣikmat wa asy-Syarî’at min al-

Ittiṣâl.

TABEL KLASIFIKASI AYAT LIBAS


1.Tabel Menurut Klasifikasi Lafad
33

NO LAFAD SURAT/AYAT

1. Libas QS. al-Baqarah (2): 187


(10 kata) QS. al-Naḥl (16): 112
QS. Al-Furqān (25): 47
QS. al-Ḥajj (22): 23
QS. Fāṭir (33): 53
QS. al-Nabā` (73): 10

2. Labus QS. al-Anbiyā` (21): 80


( 1 kata)

3. Yalbasu/talbasu QS. Fāṭir (35): 12


(4 kata) QS. al-Kahfi(18): 31
QS. Al-dukhān (44): 53
QS. Al-Naḥl (16): 14

2. Tabel menurut Klasifikasi Makna

NO MAKNA AYAT/SURAT

1. Pakaian biasa QS. Hūd (11): 5


QS. Nūḥ (71): 7

2. Ide pertama tentang libas sebagai penutup QS. al-A`raf (7): 26 (2 kali) dan 27
dan perhiasan QS. al-Naḥl (16): 81

3. Sebagai perhiasan QS. Al-Nahl (16): 14

4. Pakaian ahli Surga QS. al-Ḥajj (22) : 23


QS. Fāṭir (33): 53
QS.al-Kahfi (18): 31
QS. al-Insān (76): 21
QS. al-Dukhān (44): 53

5. Pakaian ahli Neraka QS. al-Ḥajj (22): 19


QS. Ibrāhim (14): 50

6. Pakaian perang QS. al-Naḥl (16): 81


QS.al-Anbiyā` (21): 80

7. Mengandung perintah mensucikan/ QS. al-Mudatthir (74): 4


membersihkan

8. Mengandung rukhsoh (keringanan) QS. al-Nūr (24): 58 dan 60

9. Majazī ( bukan makna asalnya) QS. al-Baqarah (2): 187


QS. al-A`raf (7): 26 (2 kali) dan 27
QS. al-Naḥl (16): 112
QS. Al-Furqān (25) : 47
QS.al-Nabā` (73) : 10

10. Pakaian khusus wanita QS.al-Aḥzāb (33): 59:


QS.al-Nūr (24): 31
QS. al-Aḥzāb (33): 53

Anda mungkin juga menyukai