Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP ILMU DAN ULAMA DALAM AL-QUR’AN


Makalah Ini Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu: Dr. H. Ayub Rohadi, M.Phill.

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Titi Dwijayanti
2. Tamara Aulia Febrianti
3. Jaya Saputra
4. Faisal Tirta Nazmuddin
5. Ika Oktaviani
6. Kisya Azmi MalaPutri
7. Aliyatul Fitriah
8. Asep Saefulloh

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HAJI AGUS SALIM CIKARANG

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan "Konsep Ilmu dan Ulama dalam Al-Qur’an". Untuk memenuhi tugas mata
kuliah "Tafsir Tarbawi”.

Adapun makalah ini telah kami buat semaksimal mungkin dan tentu saja dengan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan
banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Tidak
lepas dari itu semua, kami menyadari masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah yang telah dibuat ini. Semoga apa yang saya tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat memberikan pembelajaran.

Bekasi, 07 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar belakang masalah ..........................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
A. Pengertian Ilmu……………………………………………………………..
B. Objek Ilmu Dalam Al-Qur’an………………………………………………………
C. Pengertian Ulama…………………………………………………………………..
D. Konsep Ilmu Dalam Al-Qur’an…………………………………………………….
E. Tangga Menuju Kompetensi Ulama……………………………………………….
BAB III PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu belajar. Islam
mengajarkan umatnya untuk selalu menggunakan akal pikiran yang sudah dikaruniakan Allah
kepada manusia. Allah menciptakan manusia dari tidak tahu apa-apa. Islam juga agama yang
memposisikan ilmu dalam posisi mulia. Sebagai tanda keutamaan ilmu dalam Islam adalah
sifat ilmu yang menjadi salah satu sifat wajib Allah SWT. Bagaimana kalau di dunia ini tidak
ada ilmu? Bayangkan saja, pasti akan kacau dan gelap gulita. Manusia diciptakan oleh Allah
sebagai makhluk yang berfikir. Manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan dia
lebih unggul dari makhluk lain dan dipercaya sebagai khalifah fil ardhi.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk
manusia, bahkan manusia pertama yang Allah ciptakan, langsung mendapatkan pelajaran
tentang apa-apa yang ada di surga oleh Allah. Ayat tersebut juga menjelaskan kepada kita,
bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan, di mana kita semua mempunyai potensi untuk
mengembangkan apa yang sudah kita miliki bersama, yaitu akal pikiran kita yang merupakan
anugerah Allah yang luar biasa. Ilmu yang ada membuat manusia lebih baik. Dengan ilmu
manusia dapat mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia mendapatkan
kesenangan. Kombinasi keduanya membuat hidup manusia lebih terarah, masuk akal dan
bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu sangat berperan dalam kehidupan manusia,
maka bekali diri kita dengan ilmu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya.

Status Nabi Muhammad sebagai utusan Allah tentu memiliki fungsi dan posisi yang
variatif dan fundamental dalam mendakwahkan agama Allah di tengah-tengah kaumnya,
diantaranya adalah posisi beliau sebagai ulama. Bahkan beliau adalah penghulunya para
ulama dimana itu dapat diketahui dari kadar pengetahuannya terhadap Allah . Dan tidak ada
manusia yang lebih tahu tentang Allah daripada Nabi Muhammad. Hal itu dikarenakan beliau
adalah kekasih Allah yang secara langsung mendapatkan bimbingan ilmu dari-Nya.

Sebagai pelanjut tongkat estafet penyebaran ilmu agama Islam, para sahabat telah
memposisikan diri mereka secara benar sebagai ulama rabbani. Sehingga lewat kegigihan dan
keikhlasan para sahabat agama Islam sedikit demi sedikit menyebar ke jazirah Arab.

iv
Kemudian tradisi tersebut dilanjutkan oleh generasi-generasi setelahnya dari kalangan tabiin,
tabi’uttabiin dan generasi-generasi setelahnya. Sehingga tidak disadari agama Islam telah
tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan yang penulis angkat, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Ilmu ?
2. Bagaimana Objek Ilmu dalam Al-Quran ?
3. Apa yang dimaksud dengan Ulama?
4. Bagaimana Konsep Ulama dalam Al-Qur’an?
5. Bagaimana tangga Menuju Kompetensi Ulama ?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan Definisi Ilmu.
2. Menjelaskan Objek Ilmu dalam Al-Quran
3. Menjelaskan Definisi Ulama.
4. Menjelaskan Bagaimana Konsep Ulama dalam Al-Qur’an.
5. Menjelaskan tangga Menuju Kompetensi Ulama.

v
BAB II
ISI
Ilmu dan ulama adalah dua hal yang berbeda namun tidak bisa di pisahkan. orang
yang berilmu belum tentu menjadi ulama, tetapi orang yang sudah di sebut dan di berikan
labelitas sebagai ulama sudah pasti berilmu. Berikut penjelasan terkait definisi ilmu dan
ulama :

A. Pengertian Ilmu
Kata “ilmu” di sini pengertiannya bukan sebatas pada ilmu yang bersifat kealaman
atau fisika–sebagaimana definisi yang banyak dikemukakan oleh ilmuwan modern sekarang
ini yang lebih cenderung ke ilmu-ilmuan akan tetapi mencakup ilmu-ilmu metafisika atau
yang non-empirik, yang diakui keberadaannya dan kebenarannya sebagai ilmu. Adapun yang
dimaksud dengan al-Qur`an di sini adalah sebagaimana yang didefinisikan oleh para ahli,
diantaranya \Muhammad Abduh. Ia mendefinisikan al-Qur`an sebagai kalam mulia yang
diturunkan oleh Allah kepada nabi yang paling sempurna (Muhammad Saw), ajarannya
mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber yang mulia yang esensinya
tidak dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas. Untuk menemukan
pengertian tentang ilmu. Dalam al-Qur`an,tidak cukup hanya dengan mencari kata-kata. Kata
ilmu digunakan dalam artiproses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan.
Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan karena itusegala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan.Dalam al-Qur`an, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahannya. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan
al-Qur`an pada surat al-Baqarah, 31-32: yang artinya “Dia mengajarkan kepada Adam nama-
nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada-Ku namabenda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar! ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

B. Objek Ilmu dalam Pandangan al-Qur`an

Dalam pandangan al-Qur`an, objek ilmu ialah segala ciptaan Allah, sekaligus ayat-
ayat-Nya. Ciptaan Allah ini meliputi alam materi dan non materi. Dengan demikian, objek
ilmu meliputi yang materi dan non materi, fenomena dan non fenomena, bahkan ada wujud

vi
yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak. Al-Qur`an memberikan bermacam-
macam nama kepada alam yang menjadi objek kajian ilmu

-Al almin, yang berarti alam semesta. Bentuk ini diungkapkan sebanyak 73 kali yang tersebar
di berbagai ayat, antara lain pada (QS, 1: 2), (QS, 2: 47, 122, 131, 251), (QS,3: 33, 42, 92, 97,
108),(QS, 5: 20, 27, 115), (QS, 6: 45, 71, 86, 90, 162), dan seterusnya;12 (2)

- As Samawat wa Al Ardl, yang artinya langit dan bumi.

-Kull syai`in, yang artinya segala sesuatu, diungkapkan sebanyak202 kali yang tersebar di
berbagai ayat, antara lain dalam QS, 2: 20, 29, 106, 109, 113, 148, 155,178, 231,255

-Makhluq (kholq), yang artinya yang diciptakan, atau ciptaan,antara lain dalam (QS, 23:14),
objek kajian ilmu menurut pandangan al-Qur`an luas sekali, tidak sempit seperti pandangan
sains modern yang cenderung berkutat pada alam materi yang bisa diuji oleh panca indra
manusia. Objek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman dan terapannya yang
dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas, dan pengalihan antar
budaya.Inilah yang membedakan pandangan antara modern dan al-Qur`an mengenai objek
ilmu.

C. Pengertian Ulama
Ulama memiliki status yang sangat urgen dan posisi strategis dalam Islam. Sehingga
pembahasan yang berkaitan dengan ulama tidak luput dibahas dalam al-Qur’an, mulai dari
suku katanya, sinonimnya sampai kepada karakteristiknya. Di dalam al-Qur’an kata ulama
disebutkan sebanyak dua kali: Pertama, disebutkan dalam surat Fāthir ayat 28 dengan kata
alUlamā, yang diawali alīf lām.

‫هّٰللا‬ ۡ ‫هّٰللا‬ ٰ ۡ ٌ ِ‫َو ِمنَ النَّاس َوال َّد َوٓابِّ َوااۡل َ ۡن َع ِام ُم ۡختَل‬
ِ ‫ف اَ ل َوانُهٗ َكذلِكَ ؕ اِنَّ َما يَ ۡخ َشى َ ِم ۡن ِعبَا ِد ِه ال ُعلَمٰ ٓ ُؤا ؕ اِ َّن َ ع‬
)28 :‫َز ۡي ٌز َغفُ ۡو ٌر (فاطر‬ ِ

Artinya:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha
Pengampun.”
Kedua, disebutkan dalam surat asy-Syu’ara ayat 197 dengan kata Ulamā tanpa diawali
dengan alīf lām tetapi disandarkan kepada Isrāīl

vii
“Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil
mengetahuinya?” Dua ayat yang menyebutkan secara sharīh (jelas) kata ulama diatas,
memiliki status gramatikal bahasa arab yang sama yaitu keduanya sebagai Ma’rifat (yang
diketahui atau sudah khusus maknanya). Pada ayat yang pertama dikatakan sebagai bagian
dari ma’rifat karena kata ulama tersebut diawali dengan alīf lām. Sedangkan pada ayat yang
kedua kata ulama tersebut di idhafahkan kepada kata setelahnya yaitu BanīIsrāīl. Dimana
keduannya termasuk sebab yang mengakibatkan sebuah kalimat yang nakirah (yang belum
diketahui atau umum maknanya) menjadi ma’rifah Hal ini mengindikasikan bahwa agama ini
memilki pandangan khusus tentang hakikat ulama.

D. Konsep Ulama dalam al-Qur’an (yang Tertuang Dalam Surat Fathir Ayat 28)

Di dalam kandungan surat Fathir ayat 28, menyatakan bahwa ada satu karakteristik yang
harus dimiliki oleh ulama sejati, dimana karakteristik tersebut menjadi item utama dalam
konsep ulama pada ayat tersebut yaitu rasa takut kepada Allah . Hal ini berdasarkan beberapa
alasan di antaranya adalah:

Pertama: Firman Allah : ‫ِا َّن َما َي ْخ َشى هّٰللا َ مِنْ عِ َبا ِد ِه ْال ُعلَ ٰۤمُؤ ۗا‬ 
Dalam ayat tersebut, diawali dengan kata innamā (sesungguhnya) yang berfungsi al-ẖashr
(pembatasan), maka predikat ulama hanya berhak disandang oleh orang-orang yang memiliki
rasa takut kepada Allah.

Kedua: Perkataan para ulama ketika menyebutkan tentang hakikat ilmu maka jawabannya
adalah al-khasyyah (rasa takut kepada Allah ) seperti yang diungkapkan oleh tabiin mulia
Hasan al-Bashri tersebut. Oleh karena itu, menyatakan bahwa hakikat orang-orang yang
berilmu (Ulama) adalah orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Allah sebagaimana
hakikat ilmu adalah rasa takut kepada Allah itu sendiri.

E. Tangga Menuju Kompetensi Ulama

Untuk menjadi seorang ulama tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Dengan asumsi rasa takut kepada Allah sebagai subtansi utamanya, legalisasi sebagai ulama
akan didapatkan sebagaimana dalam perspektif al-Qur’an surat Fathir ayat 28, yang
menjadikan rasa al-khasyyah sebagai karakteristik utama seorang ulama yang ideal

viii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan yang sudah di sebutkan di atas, dapat di simpulkan bahwa
Ilmu merupakan perkara yang berkaitan dengan pengetahuan suatu perkara.
Sedangkan ulama adalah objek penerima ilmu dengan kapasitas pengetahuan yang
luar biasa ketimbang kebanyakan orang dalam satu atau lebih bidang pengetahuan.
Hanya saja kata “ulama” lebih di identikan sebagai orang yang berpengetahuan atau
berilmu terkait perkara agama, khusus nya agama islam.
B. Saran
Sebagai seorang pemuda generasi islam hendaknya kita bisa lebih
melestarikan sesuatu yang berkategorikan Qur’an. Baik dari perilaku, sikap, tutur
kata, pengamalan, pola pikir dan lain sebagainya yang merujuk kepada Ulama yang
tentunya mereka juga beramal sesuai dengan himbauan Qur’an dan Hadist. Sebab itu
mudah-mudahan beberapa hal yang penulis paparkan di atas menjadi bahan pemikiran
bagi siapapun yang membacanya sehingga tulisan ini memberikan manfaat yang hasil
nya menjadikan pemuda atau siapapun yang membacanya menjadi insan yang lebih
baik lagi sesuai dengan ukuran dirinya masing-masing.

ix
DAFTAR PUSTAKA

x
xi

Anda mungkin juga menyukai