Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU TAUHID

HUBUNGAN ANTARA AKAL DAN WAHYU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Ilmu Tauhid


Dosen Pengampu: Nur Fajriyah, M.Pd

Disusun oleh:

Dicky Ananda Wahyu Putra (23060210017)


Kholqi Fitri Nabilah (23060210019)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya
kepada kita semua, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Tauhid. Makalah ini disusun dengan harapan agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami hubungan antara akal dan wahyu yang di dalam nya terdapat
penjelasan mengenai pengertian akal dan wahyu secara etimologi dan terminologi serta
hubungan antara keduanya yang kami susun berdasarkan pengamatan dari berbagai informasi
dan referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan penyumbang pikiran bagi
pembaca khususnya mahasiswa UIN Salatiga. Penyusun sadar bahwa makalah ini memiliki
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Salatiga, 06 November 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................................................. 5
A. Pengertian Akal ........................................................................................................................................................... 5
B. Pengertian Wahyu...................................................................................................................................................... 6
C. Akal dan Wahyu Dalam Beberapa Aliran Teologi...................................................................................... 7
D. Hubungan Antara Akal danWahyu .................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akal dan wahyu keduanya merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah dan
keduanya adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal, sehingga akal
dijadikan sebagai standar seseorang diberikan sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan
akal maka ia terlepas dari hukum-hukum yang berlaku.
Agama mengajarkan dua jalan mendapatkan pengetahuan yairu melalui jalan wahyu
dengan komunikasi dari Tuhan kepada manusia dan bersifat absolut, selanjutnya melalui
jalur akal dengan kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk
sampai pada suatu kesimpulan dan pengetahuan yang diperoleh dari akal bersifat relativ
yang memerlukan pengujian terus menerus.
Masalah hubungan akal dan wahyu merupakan masalah yang seringkali menjadi
pembahasan yang mendalam, tentang pengetahuan mana yang lebih terpercaya. Akal
memppunyai kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Oleh karena itu Allah SWT
menurunkn wahyu untuk membimbing manusia agar tidak tersesat di dalam
keterbatasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akal?
2. Apa yang dimaksud dengan wahyu?
3. Bagaimana wahyu dan akal dalam beberapa aliran teologi?
4. Bagaimana hubungan antara wahyu dan akal?

C. Tujuan Penulisan
1. Pemakalah dan pembaca mengetahui makna akal.
2. Pemakalah dan pembaca mengetahui makna wahyu.
3. Pemakalah dan pembaca mengetahui wahyu dan akal dalam beberapa aliran
teologi.
4. Pemakalah dan pembaca mengetahui hubungan antara akal dan wahyu.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akal
Aql (akal) adalah salah satu unsur penting dalam diri manusia. Kata akal berasal
dari bahasa arab al aql. Kata aqala mempunyai makana mengikat dan menahan. Al-‘aql
juga dapat diartikan sebagai al-hir (menahan) dan al-aqil yaitu orang-irang yang
menahan diri dan mengekang hawa nafsu.1
Islam menempatkan akal dalam posisi yang amat tinggi. Terapat seruan kepada
manusia untuk menggunakan akalnya secra benar dan akal senantiasa dihubungkan
dengan tingkah laku dan perbuatan manusia. 2
Berdasarkan penggunaan kata ‘aql dalam berbagai susunannya dapat dijelaskan
beberapa penggunaannya, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Digunakan untuk memikirkan dalil-dalil dan dasar keimanan.
b. Digunakan untuk memikirkan dan memahami alam semesta, serta hukum
hukumnya (sunatullah).
c. Dihubungkan dengan pemahaman terhadap peringatan dan wahyu Allah.
d. Dihubungkan dengan pemahaman terhadap proses sejarah keberadaban umat
manusia didunia.
e. Dihubungkan dengan pemahaman terhadap kekuasaan Allah.
f. Dihubungkan dengan pemahaman terhadap hukum-hukum yang berkaitan
dengan moral.
g. Dihubungkan dengan pemahaman terhadap makna ibadah, semacam shalat. 3
Bisa ditarik pengertian bahwa ‘aql dipakai untuk memehami obyek yang rii
maupun abstrak, dan yang bersifat empiris. ‘Aql digunakan untuk memikirkan hal-hal
yang kongkrit seperti sejarah manusia, hukum-hukum alam juua digunakan untuk
memikirkan hal yang abstrak seperti kehiduan di akhirat, proses menghidupkan orang
yang sudah mati, kebenaran ibadah, wahyu dan lain-lain. 4

1
Muniroh, Badlatul. Akal dan Wahyu. Studi Komparatif antara Pemikiran Imam al-Ghazali dan Harun
Nasution.
2
Ibid.
3
ibid.
4
ibid.

5
B. Pengertian Wahyu
1. Pengertian Wahyu Secara Etimologi
Kata wahyu dinyatakan sebanyak 70 kali di dalam al-quran dengan beberapa
makna. Dalam surat an-nahl ayat 68, terdapat kalimat “wa auha” yang mengandung
makna ilham yang bersifat tabi’at, dalam surat al-qashash ayat 7 “auhaina” yang
mempunyai makna ilham yang bersifat fitrah, dalam surat faathir ayat 31 terdapat
kalimat “auhaina” berarti wahyu dalam bentuk kitab (al-qur`an ).5
Wahyu adalah mashdar dari kata kerja wahayahii-wahyan, yang berarti memberi
isyarat, mengirim utusan, berbisik-bisik, berbicara pada tempat tersembunyi, yang tidak
diketahui orang lain, mencampakkan ilham ke dalam hati, menuliskan, menyembellih
dengan cepat atau buru-buru.6
Selanjutnya al-Qaththan menjelaskan pula kata “al-wahy” (wahyu) adalah
mashdar (infinitif) menunjuk pada dua pengertian dasar, yaitu; tersembunyi dan cepat.
Oleh sebab itu, dikatakan, “wahyu ialah informasi secara tersembunyi dan cepat yang
khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang lain”. Inilah pengertian
dasarnya (mashdar). Tetapi terkadang juga memiliki maksud al-wuha, yaitu pengertian
isim maf’ul. 7
Jika disimpulkan berbagai pengertian wahyu secara lughat (etimologi) yang telah
dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa wahyu itu adalah membisikkan kedalam
sukma, mengilhamkan dan isyarat yang cepat, lebih mirip kepada dirahasiakan daripada
ditampakkan. 8
2. Pengertian Wahyu Secara Terminologi (Istilah)
Berikut ini pengertian wahyu secara isthilah (terminologi) banyak pula
pendapat dari para ahli:
a) Wahyu adalah nama bagi yang disampaikan kepada nabi dan rasul dari
Allah. Demikian juga dipergunakan untuk lafaz al- Qur`an. Wahyu Allah
kepada nabi dan rasul-Nya ialah, Allah menyampaikan wahyu-Nya ke
dalam jiwa nabi dan rasul, tentang pengertian pengetahuan yang Allah
kehendaki yang akan mereka sampaikan pula kepada manusia, sebagai
petunjuk bagi mereka dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

5
Syntax Literate and Jurnal Ilmiah Indonesia, ‘View Metadata, Citation and Similar Papers at Core.ac.uk’,
2020, 274–82.
6
Literate and Indonesia.
7
Literate and Indonesia.
8
Literate and Indonesia.

6
akhirat. Nabi dan rasul sesudah menerima wahyu itu betul-betul percaya
bahwa yang mereka terima tentang wahyu itu adalah dari Allah.9
b) Wahyu ialah pengetahuan yang di dapat seseorang pada dirinya sendiri
dengan keyakinan yang penuh, bahwa pengetahuan itu datang dari Allah,
baik dengan sesuatu perantaraan ataupun tidak. Bedanya dengan ilham ialah
bahwa ilham adalah, perasaan yang meyakinkan hati, dan yang
mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketahui dari mana datangnya. Dan
ilham itu hampir serupa dnegan perasaan lapar, haus, suka dan duka.10
Bila dicermati kedua pengertian wahyu secara istilah di atas dapatlah kita
pahami bahwa pihak yang pertama memberikan pengertian wahyu secara istilah lebih
cendrung kepada nama dari yang disampaikan kepada nabi dan rasul, termasuk lafaz
al-Qur`an serta wahyu yang langsung diresapkan ke dalam jiwa mereka itu, yakni
berupa pengetahuan yang disampaikan kepada umatnya guna mendapatkan kehidupan
yang layak dunia akhirat. Nabi dan rasul tersebut juga yakin bahwa pengetahuan
mereka semuanya datang dari Allah. 11
Sementara itu pihak yang kedua yakin bahwa pengetahuan nabi dan rasul itu
juga datang dari Allah, baik yang disampaikan melalui perentara atau tidak. Kemudian
juga mereka bedakan wahyu itu dengan ilham yang sama artinya dengan perasaan yang
meyakinkan hati, dan mendorong mereka untuk mengikuti dengan setia tanpa
mengetahui darimana datangnya, bahkan ilham mereka artikan hampir sama dengan
pengertian insting seperti adanya perasaan lapar, haus, suka dan duka. 12

C. Akal dan Wahyu Dalam Beberapa Aliran Teologi


Masalah akal dan wahyu ini dalam pemikiran Ilmu Kalam seringkali
dibicarakan dalam konteks, yang mana diantara kedua akal dan wahyu itu sebuah
sumber pengetahuan manusia tentang ilmu ketuhanan. Aliran-aliran itu sendiri terdapat
mu’tazilah, asy’ariyah dan maturidiyah.13
Aliran mu’tazilah sebagai penganut paham pemikiran kalam tradisional ini
berpendapat bahwa akal itu mempunyai suatu kemampuan mengetahui empat konsep
tersebut. Bagi kaum mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantara

9
Literate and Indonesia.
10
Literate and Indonesia.
11
Literate and Indonesia.
12
Literate and Indonesia.
13
Tujuan Penciptaan Manusia, ‘Akal Dan Wahyu Dalam Perspektif Tujuan Manusia’.

7
akal, dan kewajiban ini dapat diperoleh dengan melakukan pemikiran yang mendalam.
Dengan demikian berterima kasih kepada Allah sebelum datangnya wahyu adalah
wajib. Asy-syahrahtani menulis dalam bukunya bahwa salah satu aliran yang ada dalam
kelompok mu’tazilah yaitu an-nazhamiyah mengatakan bahwa ketentuan (Qadar) baik
dan buruk berasal dari manusia. Menurutnya, Allah tidak kuasa untuk menciptakan
keburukan dan maksiyat karena hal itu tidak termasuk dari kehendak (qudrah) Allah. 14
Sementara itu aliran maturidiyah samarkand yang juga termasuk pemikiran
kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang
buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.15
Tapi bahkan sebaliknya bahwa aliran asy’ariyah, yang mana aliran ini sebagai
penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya dapat untuk
mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada
tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang
jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu. Dengan demikianlah asy’ariyah tidak
terlalu mengagung-agungkan akal, meskipun asy’ari sendiri tidak dapat menjauhkan
dirinya dari pemakaian akal sebagai alat argumentasi pikiran. Menurut beliau akal tidak
mampu menentukan untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia. Untuk itulah
wahyu diperlukan. Wahyu sebagai alat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan diwajibkannya segala sesuaatu terhaap manusia, sedangkan akal sebagai alat
untuk menela’ah dan mengkaji apa yang di sampaikan Allah dalam wahyunya dan juga
akal menurut asy’ariyah mampu mengetahui perbuatan baik dan perbuatan jahat.16
Sedangkan menurut salafiyah, fungsi wahyu jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan fungsi akal. Yang mana tujuannya yaitu untuk mengetahui aqidah dan hukum-
hukum dalam Islam dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu, baik yang pokok
maupun yang cabang, baik aqidah itu sendiri maupun dalil-dalil pembuktiannya, tidak
lain sumbernya ialah wahyu Allah SWT yakni Al-Qur’an dan juga hadits-hadits Nabi
SAW sebagai penjelasannya. Apa yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dijelaskan
oleh sunnah Nabi harus diterima dan tidak boleh ditolak.17

14
ibid.
15
ibid.
16
ibid.
17
ibid.

8
D. Hubungan Antara Akal danWahyu
Akal dan wahyu mempunyai peranan yang sangat penting atas perjalanan
manusia.yang mana wahyu yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia
yang sudah jelas memiliki akal yang dipergunakan sebagai lika-liku atas kehidupan
yang ada di dunia ini. Oleh karena itu, disertailah oleh panca indera yang mana tugasnya
untuk memahami wahyu yang diturunkan Allah. Jadi, ada hubungannya antara akal dan
wahyu sebagai kebenaran yang mutlak karena berasal dari Tuhan dengan perjalanan
hidup manusia.18
Ada tiga cara Tuhan menurunkan wahyu. Pertama, dengan cara melalui jantung
hati seseorang dalam bentuk ilham, kedua, dari belakang tabir sebagaimana yang terjadi
pada Nabi Musa a.s. dan ketiga, melalui utusan yang dikirimkan dalam bentuk
malaikat.19
Wahyu merupakan tuntunan yang dihajatkan oleh fitrah manusia. Sehingga
salah satu fungsi dari risalah Muhammad ialah memberi tuntunan bagi manusia dalam
rangka kehidupan bermasyarakat. Fitrah merupakan ciptaan Ilahi, sebagaimana wahyu
adalah tuntunan Ilahi yang diperlukan untuk keselamatan dan kemajuan pertumbuhan
fitrah manusia. 20
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, Islam (wahyu) datang bukan
untuk membiarkan akal merajalela. Dalam beberapa hal Islam datang sebagai
supplement (lampiran/tambahan) bagi akal, sebagai penyambung kekuatan akal, di
bidang di mana si akal tidak dapat bekerja lagi. Dapat dikatakan bahwasanya wahyu
merupakan konfirmasi dan penguat dari apa yang telah dicapai dan belum diketahui
oleh akal. Wahyu mempunyai tujuan untuk mengantarkan kesadaran pada manusia
kepada kesadaran yang belum diketahui perinciannya oleh akal. 21
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang tertulis, yang didalamnya terdapat berbagai
macam pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari akal, dan di dalam Al-Qur’an sendiri
akal diberikan penghargaan yang tinggi. Tidak sedikit ayat-ayat yang menganjurkan
dan mendorong manusia supaya banyak berfikir dan mempergunakan akalnya. Kata-
kata yang dipakai dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan perbuatan berfikir, bukan
hanya ‘aqala saja. Oleh karena itu kata “aql” ini dipakai untuk memahami berbagai

18
Candra, D. 2018. AKAL DAN WAHYU: Tela’ah atas Pemikiran Kalam Harun Nasution DIKI. Jurnal
Ad -Dirasah : Jur nal H a s il Pe m be la jra a n Il m u - il m u Ke isla m a n Vol. 1, No. 1.
19
Ibid.
20
ibid.
21
ibid.

9
obyek yang ril maupun abstrak, dan yang bersifat empiris sensual sampai empiris
transcendental.22
Ilmu dalam Islam tidak hanya diformulasikan dan dibangun melalui akal
semata, tetapi juga melalui wahyu. Akal berusaha bekerja maksimal untuk menemukan
dan mengembangkan ilmu, sedangkan wahyu datang memberikan bimbingan serta
petunjuk yang harus dilalui akal. Secara fungsional, wahyu tidak akan berfungsi tanpa
adanya akal-pikiran, begitu juga akal, ia akan kehilangan arah tanpa bimbingan wahyu.
Karena kedua entitas tersebut berasal dari sumber yang sama dan memiliki fungsi yang
sama, hanya saja wilayah kerjanya berbeda, walaupun demikian tentu akan bertemu
pada titik yang sama pula.23
Sepintas kelihatannya kedudukan akal dan wahyu itu sama. Namun sebagian
mutakallimin menyuarakan kedudukan yang istimewa itu pada wahyu, sedang akal
adalah membantu menjelaskan lebih rinci pernyataan wahyu. Wahyu berfungsi sebagai
pemberitahuan yang sama sekali belum diketahui (i’lam), sedangkan akal berfungsi
memberikan penjelasan terhadap informasi wahyu (bayan).24
Akal pikiran tidak mempunyai kekuatan untuk mentakwilkan Al-Qur’an atau
mentafsirkannya ataupun menguraikannya, kecuali dalam batas-batas yang diizinkan
oleh kata-kata (bahasa) yang dikuatkan pila oleh hadits-hadits. Kekuatan akal sesudah
itu tidak hanya membenarkan dan tunduk pada nash, serta mendekatnya kepada alam
pikiran.Jadi fungsi akal pikiran tidak lain hanya menjadi saksi pembenaran dan penjelas
dalil-dalil Al-Qur’an, bukan menjadi hakim yang mengadili dan menolaknya. 25

22
ibid.
23
ibid
24
ibid.
25
ibid.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aql (akal) adalah salah satu unsur penting dalam diri manusia. Kata akal berasal dari
bahasa arab al aql. Kata aqala mempunyai makana mengikat dan menahan. Al-‘aql juga dapat
diartikan sebagai al-hir (menahan) dan al-aqil yaitu orang-irang yang menahan diri dan
mengekang hawa nafsu sedangkan wahyu secara lughat (etimologi) yang telah
dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa wahyu itu adalah membisikkan kedalam
sukma, mengilhamkan dan isyarat yang cepat, lebih mirip kepada dirahasiakan daripada
ditampakkan. Masalah akal dan wahyu ini dalam pemikiran Ilmu Kalam seringkali
dibicarakan dalam konteks, yang mana diantara kedua akal dan wahyu itu sebuah
sumber pengetahuan manusia tentang ilmu ketuhanan. Aliran-aliran itu sendiri terdapat
mu’tazilah, asy’ariyah dan maturidiyah. Akal dan wahyu mempunyai peranan yang
sangat penting atas perjalanan manusia.yang mana wahyu yang telah diturunkan oleh
Allah SWT kepada manusia yang sudah jelas memiliki akal yang dipergunakan sebagai
lika-liku atas kehidupan yang ada di dunia ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Candra, D. 2018. AKAL DAN WAHYU: Tela’ah atas Pemikiran Kalam Harun Nasution.
Jurnal Ad -Dirasah : Jur nal Hasil Pembelajraan Ilmu - ilm u Keislaman Vol. 1, No. 1.
L, Abd Rahman. 2016. Hakikat Wahyu Menurut Perspektif Para Ulama. Jurnal Ulumnuha. 6
(1).
Muniroh, Badlatul, ‘Akal Dan Wahyu: Tela’ah Atas Pemikiran Kalam Harun Nasution’, Ad-
Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-Ilmu Keislaman, 9.1 (2018), 41
Rangkuti, Hamzah Mahmudin. Akal dan Wahyu Dalam Perspektif Aliran Ilmu Kalam. Bahasa
dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai