yang signifikan dan produktif serta mampu mempermudah bagi pembaca dan
Adapun teori yang penulis anggap penting terkait dengan penelitian ini
Dalam rumpun bahasa, bahasa Arab termasuk rumpun bahasa semit atau
mendiami kawasan Arab berasal dari satu ras manusia, yaitu kaukasia dan Asia
Barat.1
Pertama, setengah kawasan bagian utara yang terdiri dari Timur meliputi
Akkad dan Babylonia ; Assyria; Utara meliputi Aram dengan ragamtimurnya dari
bahasa Syiria, Mandera, dan Nabatea, serta ragam dari Samaritan, Aram Yahudi
dan Palmyra; Barat meliputi Feonisia, Ibrani Injil, dan dialek Kanaan lainnya.
1
R.Taufiqurrochman, Leksiologi Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press, 2008) hal. 177.
12
13
Kedua, setengah kawasan bagian selatan yang terdiri dari utara meliputi
Arab; Selatan meliputi Sabea atau Himyari, dengan ragam dari dialek Togre,
Dari semua bahasa semit di atas kini telah punah kecuali bahasa Arab. Ke
tidak punahan bahasa Arab ini disebabkan faktor kekuasaan dan faktor Arabisasi.
Sedang faktor Arabisasi yang dimaksud disini adalah bangsa Arab yang masih
antar bangsa yaitu berbaurnya suku pribumi dengan dengan suku yang datang dari
selatan. Selain pergumulan bahasa, perkawinan antar suku juga berakibat pada
Berbicara tentang Bahasa semit khususnya bahasa Arab tidak akan terlepas
dengan ilmu-ilmu yang mengkaji bahasa itu sendiri, seperti sistem fonologi
Oleh karna itu, penelitian terhadap bahasa Arab tidak mudah, karna harus
itu sendiri. Berikut akan dipaparkan mengenai salah satu unsur bahasa Arab yang
1
Ibid., hal. 178
2
Ahmad Muradi, Pembelajaran Menulis Bahasa Arab Dalam Perspektif Komunikatif (Jakarta :
Prenada Media Group, 2016), hal. 3
3
Ibid., hal. 2
14
2.1.2 Sintaksis
Dalam mengkaji bahasa Arab, terdapat unsur bahasa yang harus dikuasai
oleh pembelajar bahasa Arab, yaitu: (1) tata bunyi (ilmu ashwāt/ fonologi), (2)
tata tulis (ilmu kitābah/ ortografi), (3) tata kata (ilmu sharaf/ morfologi), (4) tata
Salah satu unsur penting yang diprioritaskan dalam penelitian ini adalah
ilmu sintaksis atau dikalangan pondok pesantren dikenal dengan ilmu nahwu.
dengan tinjauan Sintaksis, perlu dipahami dahulu tentang definisi dari kata
sintaksis itu sendiri. Ada beberapa pendapat atau pandangan yang telah
dikemukakan para ahli bahasa berkaitan dengan definisi kata sintaksis tersebut.
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan
1. sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki semua hubungan antar kata dan
1
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2012), hlm.
108.
2
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 206.
3
Venhar, Asas-asas Linguistik Umum, (yogyakarta: Gajah Mada, 1982), hlm. 70.
15
2. Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur
bahasa, seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai2
) النَّحْ ُو
mendefinisikan:
ِ النَّحْ ٌو لُ َغةً القَصْ َواصْ ِطاَل حًا ِع ْل ٌم بِأُصُوْ ٍل يُ ْع َرفُ بِهَاأَحْ َوا ُل أَ َو.
اخ ِرال َکلِ ِم إِ ْع َرابً َوبِنَا ًء
terminologi ialah ilmu yang menjadi dasar untuk mengetahui keadaan baris
fenomena i’rob (berubah) atau mabni (tetapnya bunyi akhir sebuah kata) setelah
masuk dalam struktur yang lebih besar yang disebabkan oleh relasi tertentu.
Dalam perspektif lain, ulama’ nahwu memandang bahwa nahwu sebuah kajian
gramatikal untuk menetapkan bunyi akhir sebuah kata saat berada dalam
konstruksi yang lebih besar. Selain perubahan bunyi akhir kata. Adapun menurut
(El Dahdah 1992: 2) sintaksis juga mengkaji kedudukan atau fungsi kata dalam
konstruksi kalimat.
1
Tarigan, Henri Guntur, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 4.
2
Keraf, Gorys, Tata Bahasa Indonesia, (Ende-Flores: Nusa Indah), hlm. 137
3
Syaikh Muhammad Bin Ahmad, Al-Kawakibu Ad-Durriyyah, (Bandung: Al-Haramain Jaya
Indonesia), hlm. 5
16
ف ْال َكلِم
ٌ ْ َوا ْس ٌم َوفِ ْع ٌل ثُ َّم َحر¤ َكالَ ُمــنَا لَ ْفــظٌ ُمفِ ْي ٌد َكاسْــتَقِ ْم
pengertian. Seperti lafadz “Istaqim!”. Isim, Fi’il dan Huruf adalah (tiga personil)
dinamakan Kalim”
َو َك ْل َمةٌ بِهَا َكالَ ٌم قَ ْد يُؤ ْم¤ اح ُدهُ َكلِ َمةٌ َو ْالقَوْ ُل َع ْم
ِ َو
Kalam”.1
Ali Bin Aqil bin Muhammad Al-Baghdadi Al-Hanbali dalam kitabnya Alfiyyah
Syarah Ibnu Aqil, bahwa kalam (kalimat) menurut Istilah Ulama Nahwu adalah
Sebutan untuk Lafadz yang memberi pengertian satu faedah yaitu baiknya diam si
pendengar. Sehingga yang berkata dan yang mendengar mengerti tanpa timbul
keiskalan.
bahwa definisi ini hanyalah menyangkut kalam dalam peristilahan ahli nahwu,
1
Muhammad Jamaluddin Ibnu Abdillah, Alifiah Ibnu Malik, (Surabaya : Toko Kitab Al-Hidayah,
1987, ), hlm. 2.
17
bukan menurut istilah yang dipakai oleh ahli bahasa, sebab kalam menurut ahli
bahasa ialah semua lafaz yang dapat dipakai untuk berbicara tanpa
apabila cacat salah satu dari syarat-syarat tersebut maka bukan dinamakan kalam.
ُوف ال ِه َجائيّة
ِ ْض ال ُحر ُ ْاللَّ ْفظٌ ه َُو الصَّو
ِ ت ال ُم ْشتَ ِم ُل َعلَی بَع
yang mengandung huruf za, ya, dan dal. Bila ucapan tidak mengandung
sebagian huruf hijaiyyah, seperti suara genderang (termasuk pula suara beduk,
a. Lafadz Muhmal ( ٌ ُم ْه َمل ) Yaitu lafadz yang tidak dicetak wadhi’ul lughot
lafadz زَ ْي ٌد
“Murakkab ialah kalimat yang tersusun dari dua kata atau lebih, contoh
“ ” قَا َم زَید.
contoh “( زَ ْی ٌد قَائِ ٌمdan ) قَا َم َز ْی ٌد. Sesungguhnya kedua contoh ini memberikan
mengenai berita berdirinya zaid, karena pendengar ketika mendengar hal itu
(kalimat) tersebut.
Mengenai wadla’ ini ada dua penafsiran. Sebagian ahli nahwu men
afsirkan dengan ( = القَصْ ُدtujuan). Maksudnya adalah ucapan itu jelas yang
dituju, bukan sekedar ucapan. Karena itu, ucapan yang tidak jelas tujuannya
tidak temasuk wadla’ seperti ucapan orang yang sedang tidur (mengigau),
orang yang lalai dan sejenisnya. Sebagian lainnya menafsiri dengan ( بِ َوضْ ِع
ب
ِ = ال َع َرbahasa Arab). Maksudnya harus berbahasa Arab. Ucapan yang bukan
bahasa Arab (Ajam), seperti bahasa Turki, Barbar, Indonesia, sasak dan bahasa
19
selain bahasa Arab, menurut para ahli ilmu nahwu tidak temasuk wadla’,
Dari empat syarat kalam diatas dapat kita ambil kesimpulan bahawa kalam
(kalimat) merupakan Lafaz yang tersusun melebihi satu kata yang bisa
dipahami oleh mutakallim (orang yang berbicara) dan mukhattab (orang yang
dilawan bicara) dengan menggunakan bahasa Arab. Selain bahasa Arab bukan
ajrumiah :
bahasa Arab”.2
Kalimah dalam bahasa Arab merupakan satu patah kata bukan susunan
dari beberapa kata seperti makna kalimat dalam bahasa Indonesia. Adapun
kalimat yang tersusun dari beberapa kata dalam bahasa Arab dinamakan dengan
kalim.
Kalimah (kata) Adalah lafadz yang mempunyai satu makna tunggal yang
biasa dipakai ( ) ُم ْشتَ ْع َم ٌل. Keluar dari definisi Kalimat adalah lafadz yang tidak
biasa dipakai ( ) ُم ْه َم ٌلsemisal َد ْي ٌزDaizun. Juga keluar dari definisi Kalimat (kata)
1
Abu An’im, Sang Pangeran Nahwu al-Ajrumiyyah, (Kediri : Mu’jizat group, 2009), hlm. 2-10.
2
Anwar, Mochammad, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajrumiyyah dan Imrithi, (Bandung :
Sinar Baru Algensindo, 2003), hlm. 2.
20
yaitu lafadz yang biasa dipakai tapi tidak menunjukkan satu makna, semisal
Kalam.
atau ilmu nahwu tidak luput dari sebuah kata, yang merupakan satuan bahasa
terkecil yang mengandung makna1. Sehingga dapat dikatakan bahwa kata adalah
out put terakhir proses morfologis, dan menjadi input dalam proses sintaksis.
isim, fiil, dan huruf. Kalimat (kata) inilah yang menyusun kalam menjadi kalimat
Kalimah isim ialah kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan
tidak disertai dengan pengertian zaman. Menurut Syaikh Thohir Yusuf Al-Khatib
“ kalimah isim adalah kalimah yang berdiri sendiri dengan sifatnya, serta
memiliki arti pada dirinya sediri dan tidak disertai salah satu waktu dari waktu-
waktu fiil”. 3
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ism adalah kalimah yang tetap
memiliki arti sendiri meskipun tidak diikuti oleh kalimah lain. Dalam kaidah
bahasa Indonesia kalimah ism sendiri disebut dengan kata benda (nomina).
1
Arifin, Zainal. Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), Hlm. 2
2
Prof. H. Chatibul Umam, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu Terjemah Mukhtashar Jiddan, (Jakarta :
Darul ‘Ulum Press, 1987), hlm. 5.
3
Syaikh Thohir Yusuf Al-Khatib, Al-Mu’jamul Mufassal Fil I’rab, (Al-Batrun, 1991), hlm. 42
21
a. Jar (baris bawah) dengan huruf khofad, Hurf khofad dibagi dua yaitu
huruf jar dan huruf qosam. Huruf jar berjumlah sembilan yaitu : ٫ ع َْن٫ إِلَی٫ِم ْن
ِ ٫ َّ رُب٫ فِی٫ َعلَیDan huruf qosam (sumpah), huruf yang digunakan
ِل٫ َ ك٫ب
ُ ْـرر
khafad sebagai majrur (baris bawah). Contoh : ت بِ َز ْیـ ٍد َ ( َمـsaya berjalan
bertemu zaid).
2. Tanwin
Tanwin adalah nun sukun yang bertemu pada akhir kalimah ism
dalam lafazhnya bukan dalam tulisannya, contoh : ( زَ ْیـ ٌد قَــائِ ٌمzaid adalah
3. Nida’ (panggilan)
Nida’ adalah memanggil dengan huruf ياatau salah satu dari huruf
nida’ lainnya. Contoh: ُ يا يو ُسف.maka setiap kalimat yang jatuh setelah huruf
Kalimah fi’il yang dilakukan pada masa lalu disebut dengan fi’il madly
dan yang dilakukan pada masa sekarang (hāl) atau pada masa yang akan datang
(mustaqbal) disebut dengan fi’il mudhori’. Dalam bahasa Indonesia kalimah fi’il
disebut kata kerja (verba). Kalimah fi’il memiliki tanda-tanda yang menunjukkan
tersebut meliputi:
(pelaku)) yaitu ta’ yang yang dibaca dlammah untuk menunjukkan makna
menunjukkan makna mukhathab (laki-laki yang dilawan bicara), contoh : َتَ َعلَّ ْمت
(kamu laki-laki telah belajar) dan dibaca kasrh untuk menunjukkan makna
1
Bahrun Abu Bakar, Terjemah Al-Fiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), hlm. 3-6
2
Syaikh Thohir Yusuf Al-Khatib, Al-Mu’jamul Mufassal Fil I’rab, (Al-Batrun, 1991), hlm. 311
23
beriman).
d. ( تاء تأنيث ساكنةTa’ Taknits Sakinah) yaitu ta’ sukun yang terdapat di akhir
e. ( سوفSaufa), contoh: َ( َسوْ فَ تَ ْعلَ ُموْ نKamu sekalian kelak akan mengetahui
(At-Takatsur: 4))
muannatsah mukhathabah dapat masuk dalam fi’il amar dan fi’il mudlari’.
akan memukul).
َّ
Nun taukid dapat masuk pada fi’il amar dan fi’il mudlari’. Contoh: تضـربن
ْ
ضــربنِا, (Pukulah dengan sungguh-sungguh, Kamu sedang/ akan memukul
dengan sungguh-sungguh)1
Kalimah harf merupakan kalimah (kata) yang berbeda degan ism dan
fi’il dengan tidak menerima apapun tanda-tanda/ ciri-ciri ism dan fi’il.
Kalimah harf Berbeda dengan kalimah ism dan kalimah fi’il, kalimah
kalimah harf bersifat ‘adami (tidak tampak). Yang menjadi ciri dari kalimah
Kalimah harf yaitu kalimah yang tidak mempunyai fungsi dan arti yang
sempurna kecuali setelah berhubungan dengan dengan kalimah lain. Dengan kata
lain, kalimah harf yaitu kalimah selain ism dan fi’il. Dalam hubungannya dengan
a. Harf jar, yaitu harf yang menjarkan/ membaris bawahkan ism sesudahnya
(munada)
g. Alif lam ma’rifah yaitu alif lam yang berfungsi untuk mengkhususkan
ke dalam harf yang masuk pada kalimah ism. Harf ini menjadi salah satu tanda
untuk mengenali ism dalam kalam (kalimat) Arab dan berfungsi untuk
1
Sukamto, Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis, (Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2008), hlm. 36
26
Malik.
“isim nakiroh yaitu semua isim yang bisa dimasuki الmuassiroh ( yang
bisa mema’rifatkan (Contoh ism nakirah : ٌ ﻛﺘﺎﺏ, ﻣﺴﺠ ٌﺪ, ( “ ) َﺭﺟﻞٌـAl-fiah Ibnu
malik)
dengan isim yang bisa dimasuki ) ( ﺍﻝmuassiroh itu hukumnya sama dengan isim
nakiroh Contoh : ( َجا َءنِی ُذوْ َما ٍلTelah datang kepadaku pemilik harta ).”1
lafaz ٌاحب
ِ صَ dapat menerima ال, sehingga menjadi ُالصَّا ِحب. 2
Jurumiyah
ﺏ ٍ ﺍﻟﻨَّ ِﻜ َﺮﺓُ ِﻫ َﻰ ﺍﻻَﺻْ ُﻞ َﻭ ِﻫ َﻰ ُﻛﻞُّ ﺍِﺳ ٍْﻢ َﺷﺎﺋِ ٍﻊ ﻓِﻰ ِﺟ ْﻨ ِﺴ ِﻪ ﻻَ ﻳ ُْﺨﺘَﺺُّ ﺑِ ِﻪ َﻭﺍ ِﺣ ٌﺪ َﻛ َﺮ ُﺟ ٍﻞ َﻭﻓَ َﺮ
ٍ ﺱ َﻭ ِﻛﺘَﺎ
“ism nakirah secara umum yaitu semua isim yang bersifat global/umum
pada jenisnyanya dan tidak dikhususkan dengan satu jenis kalimah (kata) itu
1
Muhammad Jamaluddin Ibnu Abdillah, Alifiah Ibnu Malik, (Surabaya : Toko Kitab Al-Hidayah,
1987, ), hlm. 2.
2
Abu Al-Wafa’ Ali Bin Aqil, Syarh Ibnu ‘Aqil, (Surabaya : Darul ‘Ulum), hlm. 14.
3
Imam Syamsuddin Ahmad, Mutammimah Al-Ajrumiyyah,(Surabaya: Al-Haramain Jaya
Indonesia), hlm. 46.
27
Umrithi
ﻓَﻬُ َﻮ ﺍﻟّﺬﻯ ﻳ ْﻘﺒَ ُﻞ ﺍَﻝْ ُﻣﺆَ ﺛِّ َﺮﺓ¤ ْﺮﻳْﻒُ ﺍ ِﻻﺳ ِْﻢ ﺍﻟﻨَّ ِﻜﺮﺓ
ِ َﻭﺍِ ْﻥ ﺗُ ِﺮ ْﺩ ﺗَﻌ
“Apabila anda ingin mengetahui ism nakirah maka dialah kalimah yang
menerima ” ﺍﻝ.
Malik.
“selain nakirah adalah isim ma’rifah seperti kalimah , الغُاَل ُم, ِﻫ ْﻨﺪ, ﺫﻯ, ﻫُ ْﻢ
ﺍﻟّﺬﻯ.1
Menurut Syaikh Bahaud din Abdullah Ibnu ‘Aqil dalam kitabnya Alfiyyah
syarah Ibnu ‘Aqil Ism ma’rifah itu ada 6 : (1) Isim dhomir (pronomina personal),
(2) Isim isyaroh (nomina penunjuk), (3) Ism alam (nomina personalia), (4) Alif
lam “ )5( ,” الIsm maushul (nomina konjungtif) (6) idofah (nomina gabungan
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa harf alif lam hanya bisa masuk pada
ism (nomina) bukan pada fi’il (verba) atau sesama harfnya (partikel).
1
Muhammad Jamaluddin Ibnu Abdillah, Alifiah Ibnu Malik, (Surabaya : Toko Kitab Al-Hidayah,
1987, ), hlm. 7.
2
Abu Al-Wafa’ Ali Bin Aqil, Syarh Ibnu ‘Aqil, (Surabaya : Darul ‘Ulum, tidak ada tahun), hlm.
15.
28
2.1.6.1 Definisi
Malik.
فَنَ َمطٌ َع َّر ْفتَ قُلْ في ِه النَّ َمط۰ ْف اَ ِو الاَّل ُم فَقَ ْد
ٍ اَلْ َحرْ فُ تَعْري
saja. Maka lafaz ٌ نَ َمطyang ingin dima’rifahkan maka ucapkanlah dengan lafaz
ُ النَّ َمط1
Menurut para ahli nahwu berselisih pendapat tentang huruf ta’rif dalam
lafadz ال َّر ُج ُلdan lainnya. Imam Kholil berpendapat bahwa yang mema’rifahnya
adalah huruf lam ( ) ﻝ. Begitu pula tentang huruf hamzah yang menyertai huruf
lam (ﻝ.). Menurut Imam Kholil adalah hamzah khat’i’ (hamzah yang bisa berdiri
washal yang sengaja didatangkan agar huruf yang disukunkan dapat dibaca.2
ت لِ َک ْث َر ِة
ْ َ صل ْ َزَت ق
ِ ط ٍع ُو َ َ َو َّح َدهَا َع َل اال٫ اَل الاَّل ُم٫ْف
ُ َوهَ ْم َزتُهَا هَ ْم.ص ِّح ِ َو ( أَلْ ) ُکلُّهَا َحرْ فُ تَع
ٍ ْری
“Huruf alif lam ( ) الitu semua hurufnya adalah harf ta’rif (huruf untuk
lebih tepat.”1
ta’rif al ( ) الAda yang mengatakan huruf alif dan lam dan ada yang mengatakan
a. Alif lam ta’rif ِ )التَّعialah alif lam yang berfungsi mema’rifatkan ism
( ُْریْف
Lil ‘ahdi zdikri ( )لِ ْل َع ْه ِد ال ِّذ ْک ِرyaitu apabila lafadz yang dimasukan alif lam (
1
Al-Ghulayaini, jami’uddurus al-‘arabiyyah (Bayrut : Darul Kutub Al-‘Ulumiiah,2006), hlm. 148
2
Syaikh Thohir Yusuf Al-Khatib, Al-Mu’jamul Mufassal Fil I’rab, (Al-Batrun, 1991), hlm. 55
30
Lil ‘ahdi khudlur ( )لِ ْل َع ْه ِد ال ُحضُوْ ِریyaitu apabila lafadz yang kemasukan
alif lam ( )الperkaranya hadir. Seperti dihadapan kita ada seorang lelaki,
ُ ِج ْئ
Atau hari yang dimana kita berada di hari itu, dengan ucapan : ت الیَوْ َم
Lil ‘ahdi dzihni ( )لِ ْل َع ْه ـ ِد ال ـ ِّذ ْهنِیyaitu apabila maksud dari lafadz yang
alif lam ( )الcocok disisipi lafaz kullu ( ُّ ) ُکل. seperti contoh dalam Al-
manusia itu dalam keadaan rugi( pada kalimat tersebut boleh diucapkan
1
Al-Ghulayaini, jami’uddurus al-‘arabiyyah (Bayrut : Darul Kutub Al-‘Ulumiiah,2006), hlm.
147-148
31
( ُك َّل اإل ْن َسانِ اِ َّنsesungguhnya semua jenis manusia) Alif lam ( )الtersebut
ص ِه َ َ )خYaitu apabila lafaz yang ditempati alif lam ( )الcocok disisipi
ِ ِصائ
lafadz كلsecara majaz dan mencakup individu khusus. Seperti اَ ْنتَ ال َّر ُج ُل
Li bayanil Haqiqah ( )لِبَیَا ِن ال َحقِ ْیقَ ِةYaitu untuk mengisyaratkan hakikat ism
yang sudah diketahui jenis dan karakternya cecara ‘urf (umum) tanpa
laki-laki itu lebih baik (bagi kekuatan mental dan sebagainya) dari
dzatnya perempuan.1
b. Alif lam mausuliyyah ( )ال َموْ صُولِیَّ ِةyaitu alif lam yang masuk pada ism fa’il
(nomina subjek) dan ism maf’ul (nomina objek) yang berbentuk mufrad,
yang ‘aqil maupun ghairu ‘aqil, dengan makna ism maushul al-lazi ()ال ِذی
c. alif lam az-zaidah ()ال ال ّزائِــدَة, yaitu alif lam tambahan yang tidak bisa
mema’rifahkan kalimah (kata) dan tidak dapat merubah makna ada 2 macam
antara lain:
1
Al-Ghulayaini, jami’uddurus al-‘arabiyyah (Bayrut : Darul Kutub Al-‘Ulumiiah,2006), hlm.148-
149.
2
Syaikh Thohir Yusuf Al-Khatib, Al-Mu’jamul Mufassal Fil I’rab, (Al-Batrun, 1991), hlm. 55.
32
a. laziamah (ٌ )اَل ِز َمةyaitu alif lam ( )الyang ditambah secara lazimah (tetap)
pada lafadz yang sejak asal cetakannya sudah ada alif lamnya. Contoh :
mausul)
b. ghairu lazimah ( ) َغ ْی ُر اَل ِز َم ٍةyaitu alif lam ( )الyang ditambah secara tidak
ِ ت األَوْ بَـ
memasuki ism alam secara darurat, seperti lafadz : ـر ِ بَنَــاyang
َولَقَ ْد َجنَ ْیتُكَ اَ ْک ُمؤًا َو َع َساقِاًل# ت ااَل َوْ بَ ِر َ َُولَقَ ْدنَهَ ْیت
ِ ك ع َْن بَنَا
dijadikan alam asalnya adalah masdar yang bisa kemasukan alif lam ()ال
yaitu dengan lafaz فَضْ اًل, dan juga melihat pada makna asalnya, yaitu agar
orang yang diberi nama fadhil (yang artinya utama) menjadi orang yang
1
Syaikh Thohir Yusuf Al-Khatib, Al-Mu’jamul Mufassal Fil I’rab, (Al-Batrun, 1991), hlm. 55-56
2
Bahrun Abu Bakar, Terjemah Al-Fiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), hlm. 119
33
lafadz ini adalah isim fail yang bisa kemasukan alif lam ()ال, dan juga
melihat pada makna asalnya, yaitu agar orang yang diberi nama harits
(petani) bisa hidup menjadi petani yang berhasil. Lafadz ُ النُّ ْع َمــانini
kemasukan alif lam ( )الuntuk melihat lafadz asalnya yaitu nama darah,
dan melihat asalnya adalah sifat merah yang selalu melekat (iltizaam)
pada darah.
alif lam lil gholabah yaitu ism yang pada asal cetaknya untuk umum,
bersamaan dengan alif lam ()ال, contoh : ُ ال َعقَبَ ـةpada lafadz ini asal
yang sulit dilalui kemudian menjadi khusus yaitu jalan terjal yang ada di
Mina, atau contoh lainnya yaitu lafadz ُ ال َم ِد ْينَة, lafadz ini asalnya bersifat
“Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan.
1
Bahrun Abu Bakar, Terjemah Al-Fiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), hlm. 120-122
34
kepustakaan dari penelitian yang sebelumnya. Dengan kata lain bahwa peneliti
akan berhadapan secara langsung dengan teks atau dokumen yang tertulis. 3 Untuk
melakukan penelitian ini mengambil dari sumber buku-buku yang terkait dan
mengambil data dari shalawat at-Taisir karya Syaikh Zainuddin Abdul Majid
didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data yang didapatkan, maka
semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini. 4 Pendapat yang masih sejalan
1
Cholid Narbuko, H.Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hlm.
1.
2
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasa Obor Indonesia, 2004), hlm. 3.
3
Ibid,hlm.4.
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif
35
penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa Alif lam dalam
shalawat At-taisir, yang akan dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan
angka-angka.
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun
angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1997 tanggal 11 Juli 1997
disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi. Informasi tersebut adalah hasil pengolahan data
yang dipakai untuk suatu keperluan.2 Data dalam penelitian ini adalah Alif Lam
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Sumber data pada penelitian ini meliputi sumber data primer.
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data.3
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari Sholawat yaitu Shalawat
At-taisir karya syaikh zainuddin Abdul Majid, karena data tersebut dapat
penelitian ini merupakan salah satu shalawat dari shalawat Nahdliya karya Syaikh
1
Arikonto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), hlm. 27.
2
Ibid, hlm. 161
3
http://oldata.blogspot.com/2017/06/jenis-data-sumber-data-dan-metode.html
36
Zainuddin Abdul Majid yang ditulis oleh Majlis Al-Aufiya’ Wal Uqala’ terbitan
elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Secara umum
Apabila informasi atau data yang akan dianalisis itu berupa dokumen, maka
1
https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/penelitian-kualitatif-metode-
pengumpulan-data/
2
Ainin, Moh, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: CV Bintang Sejahtera, 2010), hlm.
131
3
https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/penelitian-kualitatif-metode-
pengumpulan-data/
37
hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala
yang dimaksud.4
Berdasarkan dari teori di atas, maka peneliti akan menganalisis data dengan
1. Menemukan alif lam secara umum, jenis-jenis alif lam dan makna alif
lam
2. Memberi tanda Chek-List pada Alif lam, jenis-jenis alif lam, dan makna
teknik bagi unsur langsung. Metode distribusial adalah metode analisis yang alat
penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti.
Sedangkan teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara
membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur yang langsung
mengumpulkan semua harf alif lam yang terdapat dalam shalawat at-taisir.
4
Arikonto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), hlm.201.
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif
38
2. Tahap reduksi data, dalam hal ini peneliti memilih dan memilih data yang
relevan dan kurang relevan dengan tujuan penelitian. Data yang relevan akan
Peneliti memilih semua data alif lam dalam shalawat at-taisir yang
dianalisis.
penyajian data yang meliputi: (a) identifikasi, (b) klasifikasi, (c) penyusunan,
(d) penjelasan data secara sistematis, objekif dan menyeluruh, dan (e)
pemaknaan.
jenis dan faidah temuan.1 Peneliti menyimpulkan penelitian tentang alif lam
yang terdapat dalam shalawat at-taisir karya Syaikh Zainuddin Abdul Majid.
1
Ainin, Moh, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: CV Bintang Sejahtera, 2010), hlm.
13