Maisun
Email: Maisun@gmail.com
ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang a) Perencanaan Manajemen pendidikan Darul Hikam
b) Metode pengajaran Pondok Pesantren. Masalah penelitian ini menitikberatkan pada Bagaimana Perencanaan, dan
pelaksanaan pendidikan pesantren Salafiyah Darul Hikam Pagaralam. Untuk menjawab masalah penelitian ini, di gunakan
jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Data yang di peroleh dari kyai,Pengasuh, staff tata Usaha,
Santri dan santriwati. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode Observasi participant,wawancara,dan
penelitian dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: a) Metode pengajaran apa saja yang berlaku di pesantren.b)
Pola pendidikan pesantren Salafiyah darul Hikam adalah Pola pendidikan pesantren Salaf yang mewajibkan siswa Tinggal di
asrama. Sasaran yang ingin di capai Pondok Pesantren Darul Hikam adalah focus pada pendidikan.Untuk mencapai sasaran
tersebut maka langkah langkah yang di tempuh adalah: 1) Perencanaan,2) Pelaksanaan dan 3) Pengawasan.
Kata Kunci: Manajemen Pendidikan, Pesantren Salafiyah
ABSTRACT:
This study aimed to obtain a description of a) the Management Planning Darul Hikam education b) Methods of teaching
Islamic school. This study focuses on the issues how planning and implementation of education Pesantren Darul Hikam
Salafiyah Pagaralam. To answer the research problem, in use qualitative research with descriptive analysis approach. The
data obtained from the clerics, caretakers, administrative staff, and students. Data collection in the study using participant
observation, interviews, and research documents. The results showed that: a) Methods of teaching what is applicable in
pesantren.b) pattern of pesantren education Salafiyah Darul Hikam is education schools Salaf pattern which requires students
stay in dormitories. Targets to be achieved Pondok Pesantren Darul Hikam is focus on pendidikan.For achieve these goals, the
steps are: 1) planning, 2) Implementation and 3) Supervision.
Key Word: Education Management, Salafiyah Islamic school
59 |
An-Nizom | Vol. I, No. 2, Agustus 2016
pendapat yang mengatakan bahwa pondok pendidikan adalah adanya tenaga administrator
pesantren yang ada saat ini kurang dapat me- pendidikan yang profesional. Dalam pengelolaan
mainkan peran dengan apik, baik peran sosial administrasi pendidikan, diperlukan kualitas
di tengah masyarakat, maupun perannya dalam personil yang memadai, dalam arti penempatan
bidang pendidikan, dengan artian alumni yang orang yang tepat sesuai dengan kompetensi yang
dihasilkan oleh pondok pesantren kurang diperlukan untuk kinerja yang efektif dan efisien.
mampu bersaing dengan lembaga pendidikan Faktor manajemen merupakan salah satu faktor
non pesantren dalam era globalisasi. yang dapat memberikan efek terhadap prestasi
Pondok Pesantren merupakan salah satu belajar siswa.
lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan,
yang tersebar di berbagai pelosok . Pondok manajemen merupakan faktor yang sangat
Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan penting. Oleh karena itu, agar pendidikan
Islam, yang di akui keberadaannya oleh masyarakat, dapat maju, maka harus dikelola oleh
sebagai pusat mempelajari, memahami, men- administrator pendidikan yang profesional. Di
dalami ilmu-ilmu keislaman, untuk dihayati samping pentingnya administrator pendidikan
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang profesional, usaha yang penting dalam
yang berlandaskan moral agama, dengan ciri pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama
khas yaitu, Kyai, santri pengajaran dan masjid. yang baik antara semua unsur yang ada, termasuk
Seiring dengan perkembangan zaman setiap mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana
Pesantren memiliki ciri khas yang berbeda- pendidikan. Dalam konteks inilah, administrator
beda tergantung dari bagaimana tipe reader pendidikan memegang peranan yang cukup
ship-nya dan metode seperti apa yang diterap- penting.
kan dalam pembelajaran yang di gagas oleh Dalam bidang pendidikan, pesantren
para pengelolanya. Tidak sedikit pesantren seringkali kalah bersaing dalam menawarkan
yang mencoba menyesuaikan dan bersedia me- model pendidikan yang kompetitif yang
nerima perubahan, namun tidak sedikit pula mampu melahirkan santri yang memiliki
pesantren yang memiliki sikap menutup diri kompetensi dalam bidang ilmu pengetahuan
dari segala perubahan-perubahan dan pengaruh dan teknologi sesuai dengan perkembangan
perkembangan zaman dan cenderung mem- zaman. Untuk itu pesantren sebaiknya segera
pertahankan apa yang menjadi keyakinannya. melakukan perubahan dalam mengembangkan
Manajemen merupakan hal yang sangat model atau sistem pendidikan modern yang
penting dalam semua bidang kehidupan. Dengan tidak terpaku pada sistem pendidikan klasik.
manajemen, kinerja sebuah organisasi dapat Dengan mengembangkan sistem manajemen
berjalan secara maksimal. Demikian juga dengan yang tepat maka diharapkan pesantren
lembaga pendidikan. Dengan manajemen yang dapat memberikan pelayanan yang baik bagi
baik, maka sebuah institusi pendidikan akan pelanggannya. Dengan manajemen yang baik
dapat berkembang secara optimal sebagaimana pesantren diharapkan mampu menerapkan pola
diharapkan. Manajemen pendidikan di Indonesia pengasuhan yang dapat mengoptimalkan proses
merupakan titik sentral dalam mewujudkan pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan
tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. agar menghasilkan lulusan yang berkualitas dan
Dalam pengamatannya, manajemen pendidikan memiliki keunggulan.
di Indonesia masih belum menampakkan
kemampuan profesional sebagaimana yang B. RUMUSAN MASALAH
diinginkan, masalah manajemen pendidikan 1. Bagaimana Perencanaan Manajemen Pendidikan
merupakan salah satu masalah pokok yang di Pondok Pesantren Salafiyah Darul Hikam
menimbulkan krisis dalam dunia pendidikan Pagaralam?
Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena tidak
2. Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Pendidikan
adanya tenaga-tenaga administrator pendidikan
di Pondok Pesantren Salafiyah Darul Hikam
yang profesional. Oleh karena itu, hal penting
Pagaralam?
yang harus dipertimbangkan bagi sebuah institusi
| 60
Maisun | Manajemen Pendidikan Pesantren Salafiyah
61 |
An-Nizom | Vol. I, No. 2, Agustus 2016
pesantren Indonesia, khususnya pulau Jawa, disebabkan bahwa pesantren tidak memiliki
lebih mirip dengan padepokan, yaitu perumahan tujuan yang jelas serta menuangkannya dalam
sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk tahapan-tahapan rencanaa kerja atau program.
kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Pelaksanan pendidikan dengan cara
Sedangkan istilah pesantren secara etimologis tradisional, dan kurang adanya sistem kurikulum
asalnya pesantrianyang berarti tempat santri. yang baik, mengakibatkan proses pendidikan
Santri atau murid mempelajari agama dari dan pengajaran di pesantren terhambat. Proses
seorang Kyai atau syeikh di pondok pesantren.4 pengajaran yang simple dan tradisional tersebut
Banyak pihak berpendapat bahwa pesantren berdampak kepada kelemahan santri dalam
itu unik di sebabkan pesantren merupakan mengembangkan dirinya. Tidak ada kesempatan
hasil kombinasi dari dua institusi,yaitu Pondok bagi santri pesantren untuk mengembangkan
(funduq) suatu tempat untuk mempelajari dan skill, bakat dan keahliannya, hal ini juga di-
mempraktikkan mistisme islam, dan Pesantren sebabkan karena minimnya failitas pendidikan
sendiri suatu tempat atau wadah bagi pengajaran.5 di lingkungan pesantren. Kegiatan di pesantren
Lembaga pendidikan dan pengajaran agama kebanyakan hanya mengkaji karya-karya lama,
Islam yang ada umumnya pendidikan dan tanpa dapat menghasilkan karya tulis. Santri
pengajaran tersebut diberikan secara non-formal, dan pengajar kebanyakan hanya dapat mengkaji,
yaitu dengan sistem bandongan dan sorogan. tanpa dapat, meneliti dan mengembangkan teori
Dimana Kyai mengajar santri-santri berdasarkan keagamaan. Hal ini merupakan dampak dari
Ada juga yang mengartikan pesantren sebagai lemahnya manajerial pesantren selama ini.
suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang Me tode yan g di gunakan kyai dalam
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama proses belajar mengajar terlalu mengabaikan
Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman aspek kognitif yang dapat berdampak negatif
hidup keseharian. 6 pada output pesantren sendiri. Seorang Kyai
Dengan kondisi manajemen pesantren menggunakan metode pengajian, yang mana hal
yang sangat memprihatinkan ini sangatlah ini kurang menekankan aspek kognitif santri.
memprihatinkan, nampak jelas pada kondisi Santri hanya dapat mendengarkan tanpa dapat
pesantren yang ala kadarnya itu, selain itu menanggapi atau mengembangkannya, karena
juga banyak pesantren yang merosot jumlah ada konsep su’ud adab jika melanggar perintah
santrinya. Kenyataan ini menggambarkan bahwa atau tidak patuh pada perintah seorang kyai.
kebanyakan pesantren tradisional dikelola
berdasarkan tradisi, bukan profesionalisme 3. Ciri Khas Pesantren dan Posisi Kekuasaan
berdasarkan keahlian (skill), baik human skill, Kyai
conceptual skill, maupun technical skill secara Ciri-ciri pesantren yang masih berpegang
terpadu. Akibatnya, tidak ada perencanaan yang teguh pada nilai-nilai salafiyah dapat di-
matang, distribusi kekuasaan atau kewenangan defininisikan sebagai berikut (Sulthon dan
yang baik, dan sebagainya. Ridlo, 2006: 12-13):
Selain itu, faktor yang mempengaruhi a. Adanya hubungan yang akrab antara santri
kurangnya kemampuan pesantren mengikuti dengan kiainya. Kiai sangat memperhatikan
dan menguasai perkembangan zaman terletak santrinya. Hal ini memungkinkan karena
pada lemahnya visi dan tujuan yang dibawa tinggal dalam satu kompleks dan sering
pendidikan pesantren. Hal ini lebih banyak bertemu baik disaat belajar maupun dalam
pergaulan sehari-hari. Bahkan sebagian santri
4
Ridwan, Nasir. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, diminta menjadi asisten kiai (Khadam).
Pondok Pesantren di Tengah ArusPerubahan. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2005), hlm. 80 b. Kepatuhan santri kepada kiai. Para santri
5
Mas’ud, Abdurrahman,Jihad ala Pesantren di mata Antropolog menganggap bahwa menentang kiai, selain
Amerika, (Yogyakarta:Gama Media 2004), hlm 60 tidak sopan juga dilarang agama. Bahkan
6
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem tidak memperoleh berkah karena durhaka
Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, ), hlm. 27 kepada sang guru.
| 62
Maisun | Manajemen Pendidikan Pesantren Salafiyah
63 |
An-Nizom | Vol. I, No. 2, Agustus 2016
| 64
Maisun | Manajemen Pendidikan Pesantren Salafiyah
Sayangnya perkembangan tersebut tidak yaitu sistem pengajaran tuntas kitab, dalam hal
merata di semua pesantren. Secara umum ini kyai bebas untuk membacakan kitabnya.17
pesan tren masih menghadapi kendala serius
menyangkut ketersediaan sumber daya manusia 2. Sistem Pengajaran
profesional dan penerapan manajemen yang Sistem pengajaran dapat diartikan sebagai
umumnya masih konvensional, misalnya cara yang dipergunakan untuk menyampaikan
tiadanya pemisahan yang jelas antara yayasan, tujuan. Pondok pesantren secara agak seragam
pimpinan madrasah, guru dan staf administrasi, menerapkan sistem pengajaran yang sering
tidak adanya transparasi pengelolaan sumber- kita kenal yaitu: sorogan, bandungan, hafalan
sumber keuangan belum terdistribusinya dan masih banyak lainnya. Akan tetapi konsep
pengelolaan pendidikan, dan banyaknya keilmuan lebih menekankan pada rasionalitas
penyelenggaraan atministrasi yang tidak sesuai seperti yang menjadi dasar pendidikan modern.
aturan baku organisasi.
Kyai masih merupakaan figur sentral dan 3. Sistem Pembiayaan
penentu kebijakan pendidikan pesantren. 15
Pondok pesantren sebagai lembaga non
Rekruitmen ustadz atau guru, pengembangan formal juga sebagai lembaga sosial keagamaan.
akademik, reward sistem, bobot kerja juga tidak Dan perjalanannya, pembiayaan dalam bidang
berdasarkan aturan yang berlaku. Penyelenggaraan pendidikan pesantren bisa didapat dari imbal
pendidikan sering kali tanpa perencanaan. Berapa swadya pemerintah, yaitu Depag, Link Depag,
banyak pesantren yang memiliki rencana induk Instansi Daerah maupun dari lainnya.
pengembangan (RIP), dan statusnya misalnya
Karena kepedulian pesantren ini dilandasi
sebagai pedoman penggelolaan pendidikan. 16
dengan keikutansertaan pemerintah dalam me-
Kerumitan dan permasalahan ini menyebab- majukan pondok pesantren dengan karakternya
kan antara normativitas dan kondisi opyektif yang khas.
pesantren ada kesenjangan termasuk dalam
Perspektif historis pesantren pada posisi
penerapan teori manajemen pendidikan. Semata-
yang cukup istimewa dalam khasanah per-
mata berpegang pada normativitas dengan
kembanggan sosial budaya masyarakat Indonesia.
mengabaikan kondisi obyektif yang terjadi di
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menempatkan
pesantren adalah tindakan kurang bijaksana,
pesantren sebagai subkultur tersendiri didalam
kalau tidak dikatakan gagal memahami pesantren.
masyarakat Indonesia. Dan asal-usul historis
Akan tetapi membiarkan kondisi itu berjalan terus
sistem pondok pesantren ini tidak bisa lepas
tanpa ada pembenahan juga tidak arif. Penerapan
begitu saja dengan persoalan kedatangan Islam
manajemen pendidikan tidak hanya ditetapkan
ke wilayah nusantara. 18 Menurutnya lima ribu
tanpa mempertimbangkan atau mengakomodasi
buah pondok pesantren yang tersebar di enam
keadan yng riil di pesantren. Harus ada toleransi
puluh delapan ribu desa merupakan bukti
dalam menyikapi kesenjangan itu secara wajar
tersendiri untuk menyatakan sebagai sebuah
tanpa mengundang konflik.
subkultur.
Selaras denggan pandanggan pembangunan
3) Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren sebagai proses pembangunan sosial, Ginanjar
1. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Kartasasmita mengemukakan. Bahwa hakekat
Pada awalnya adalah hanya pengajaran pembangunan itu tiada lain merupakan pen-
yang simpel tidak ada kurikulum tidak seperti cerminan kehendak untuk terus menerus me-
sekarang ini. Sebenarnya pembelajaran yang ningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
diberikan dalam pondok pesantren sudah rakyat Indonesia secara adil dan merata,
menggunakan kurikulum tertentu yang lama
17
Amin Haedari dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu
15
Ibid. Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. hlm. 59-60
16 18
M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, Amin Haedari dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan
2003, Manajemen Pondok Pesantren…hal. 16. Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. hlm. 29.
65 |
An-Nizom | Vol. I, No. 2, Agustus 2016
| 66
Maisun | Manajemen Pendidikan Pesantren Salafiyah
kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus tidak mungkin kedepan bukan tidak mungkin
pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-
(otonomi) yang relative besar juga memiliki bibit unggul manusia Indonesia. Jika melihat
basis konstituen yang relative solid di mayarakat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan
dan sumberdaya lokal yang kuat. dan pengelolaan masyarakat di pesantren
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun
kurang efektif. Hal ini menjadi tantangan program-program ini tergantung pada
Departemen agama untuk secara terus menerus penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun
mensosialisasikan dan mendorong pesantren- pengurus pesantren sebab pesantren memiliki
pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi kemandirian (otonomi) yang relatif besar
pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan juga memiliki basis konstituen yang relative
scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren solid di masyarakat dan sumber daya lokal
dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa yang kuat.
ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif
dan birokratik tugas Departemen Agama yang H. DAFTAR PUSTAKA
mendesak adalah bagaimana memperbesar Mukti Bisri, Abdul dkk, 2002, Metodelogi
partisipasi pesantren melalui program-program Pembelajaran Di Salafiyah, (Jakarta: 2002).
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter Departemen Agama RI, 2004, Petunjuk Tekhnis
pesantren itu sendiri. Pondok Pesantren, (Jakarta: 2004).
Hamalik, Oemar, 2008, Manajemen Pengembangan
G. PENUTUP Kurikulum,(Bandung: PT RemajaRosdakarya ).
Mas’ud, Abdurrahman,2004, Jihad ala Pesantren di
1. Manajemen pendidikan Pesantren Darul Hikam
mata Antropolog Amerika, (Yogyakarta:Gama
Pagaralam tidak hanya mempertahankan
Media).
sistem pendidikan tradisional saja, tetapi juga
Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin,
menambah pendidikan paket C, di samping
2008, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
pengajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan
cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra).
moral keagamaan.
Dhofier, Zamakhsyari 2011, Tradisi Pesantren. cet.
2. Pe s an tr e n D ar ul H ik am me r up ak a n
8, ed. 8, (Jakarta; LPEES).
model pure klasik atau salafi, model ini
Haedari, Amin dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan
memang unggul dalam melahirkan santri
Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.
yang memiliki kesalehan, kemandirian,
(Jakarta:Diva Pustaka).
dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-
Halim, A dkk, 2005, Manajemen Pesantren, cet.
Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan
1, (Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi Aksara).
pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan
Jawwad, M. Abdul Menjadi Manajer Sukses, 2004,
persaingan kehidupan modern. Padahal
cet. 1, (Jakarta: Gema Insani).
tuntutan kehidupan global menghendaki
Masyhud, M. Sulthon dan M. Khusnurridlo,
kualitas sumberdaya manusia terdidik dan
2003, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1,
keahlian di dalam bidangnya. Realitas out
(Jakarta: Diva Pustaka).
put pesantren yang memiliki sumber daya
MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan
manusia kurang kompetitif inilah yang kerap
Pondok Pesantren, cet. 1(Jakarta: Media
menjadikannya termaginalisasi dan kalah
Nusantara).
bersaing dengan output pendidikan formal
Sutabri, Tata 2005, Sistem Informasi Manajemen,
baik agama maupun umum.
cet. 1. Ed. 1 Perpustakaan Negara.
3. Penyebaran yang luas dengan keaneragaman Yacub, M, 2006, Pondok Pesantren dan Pembangunan
karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini Masyarakat Desa, (Bandung:PT. Angkasa).
di semua wilayah Indonesia menjadi potensi Abdalla, Ulil Abshar, Humanisasi Kitab Kuning:
luar biasa dalam percepatan pembanggunan Refleksi dan Kritik atas Tradisi Intelektual
di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini Pesantren dalam Pesantren masa depan: Wacana
dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan Pemberdayaan dan Transformasi Pesantre, Cet.
67 |
An-Nizom | Vol. I, No. 2, Agustus 2016
| 68