Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“MANAJEMEN KURIKULUM DI PESANTREN”

DISUSUN
O
L
E
H

NURUL HASANAH
191030044

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan
institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk
menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang
manajemen atau pengelolaan kurikulum. Hal ini menjadi aspek terpenting
khususnya kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren.
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya kurikulum disamping sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan pada pondok pesantren dan untuk memungkinkan
pencapaian tujuan pendidikan pondok pesantren tersebut, juga bisa sebagai
batasan dari suatu program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan
pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat/jenjang pendidikan tertentu, dan
sebagai pedoman kyai/ustadz dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar,
sehingga kegiatan yang dilakukan Kyai/ustadz dan santri terarah pada tujuan yang
telah ditentukan.
Adapun jenjang pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren pada
umumnya yakni salafiyah ula atau dasar; yaitu program pendidikan dasar pada
Pondok Pesantren/Diniyah Salafiyah yang 2 setara dengan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), salafiyah wustho atau lanjutan; yaitu
program pendidikan dasar pada Pondok Pesantren/Diniyah Salafiyah yang setara
dengan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan salafiyah ulya; program pendidikan yang setara dengan
pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah (MA). Kurikulum
dalam dunia pesantren dilestarikan melalui pengajaran kitab-kitab klasik dan
secara cultural yang telah menjadi karakteristik pondok pesantren hingga saat ini.
Pengajaran kitab-kitab klasik tersebut pada gilirannya menumbuhkan warna
tersendiri dalam bentuk faham dan sistem nilai tertentu.

2
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang pada
umumnya menyelenggarakan berbagai satuan pendidikan –baik dalam bentuk
sekolah maupun madrasahjuga seyogyanya menjadikan prinsip pengembangan
kurikulum yang bermuatan nilai-nilai multikultural tersebut dalam kegiatan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulumnya. Namun, dalam
praktiknya, butir ini tidak mudah dilakukan oleh pesantren, terutama pesantren
tradisional (salafiyyah). Kegiatan pendidikan di pesantren tradisional pada
umumnya merupakan hasil improvisasi dari seorang kiai secara intuitif yang
disesuaikan dengan perkembangan pesantrennya.1
Dalam perkembangannya disamping mempertahankan sistem ketradisionalan,
juga mengelola dan mengembangkan sistem pendidikan madrasah.
Pengembangan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di
masyarakat, serta untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan yang semakin maju di
masyarakat. Perubahan dalam sistem pendidikan adalah mengubah dari sistem
klasikal (bandongan, sorogan dan wetonan), menjadi sistem non klasik yaitu
mulai dimasukkan sistem madrasah pada pondok pesantren dengan berbagai
jenjang pendidikan. Dalam hal ini yang menjadi penekanannya adalah manajemen
kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan. Ini semua dikarenakan kurikulum
merupakan bentuk kegiatan inti yang dilakukan dalam lembaga pendidikan,
sehingga perlu dilakukan manajemen kurikulum yang baik.
Adanya manajemen kurikulum yang baik menjadi sebuah landasan dalam
merumuskan kurikulum yang baik pula. Dengan kata lain kurikulum yang baik
merupakan hasil dari manajemen kurikulum yang tertata dengan tujuan, visi, dan
misi dari lembaga pendidikan dalam membentuk anak didik yang diinginkan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 1
menjelaskan bahwa pengertian kurikulum adalah “seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu ”.2 Berkaitan dengan hal tersebut, pondok pesantren juga
merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki kurikulum tersendiri.

1
Nurcholis madjid, bilik-bilik pesantren; sebuah perjalanan, (Jakarta: paramadina,
1997), hlm. 5-6
2
Undang-undang nomor 20 tahun 2003, sistem pendidikan
Mengingat bahwa manajemen berbasis sekolah telah diberlakukan oleh
pemerintah maka kurikulum yang ada dalam lembaga pendidikan baik itu di
sekolah maupun pesantren pasti akan berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga
perlu diketahui manajemen kurikulum yang ada pada sebuah lembaga pendidikan,
khususnya di pondok pesantren.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kurikulum ?
2. Apa Pengertian Pondok Pesantren?
3. Apa yang dimaksud dengan kurikulum di pondok pesantren?
4. Bagaimana pengembangan manajemen kurikulum dipesantren?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen kurikulum
2. Untuk mengetahui pengertian pondok pesantren
3. Untuk mengetahui kurikulum dipondok pesantren
4. Untuk mengetahui pengembangan manajemen kurikulum dipondok pesantren
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen kurikulum
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komprehensif, sisitemik, dan sistematis dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.3
Manajemen kurikulum mencakup kegiataan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum.4 Dalam manajemen kurikulum dititik beratkan pada usaha-
usaha pembinaan situasi belajar disekolah agar selalu terjamin kelancarannya.

2. Ruang lingkup Manajemen kurikulum


Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada satuan pendidikan kegiatan kurikulum
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum
nasional (SK dan KD) dengan kebutuhan daerahb dan kondisi sekolah yang
bersangkutan sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas
dengan peserta didik maupun dengan lingkungan dimana sekolah itu berada.5.
Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum adalah meliputi bidang
perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Manajemen
perencanaa dan pengembangan kurikulum berdasarkan asumsi bahwa telah
tersedia informasi dan data tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang
mendasari disusunnya perancanaan yang tepat. Manajemen perorganisasian
meliputi langkah-langkah: perumusan nasional atau dasar pemikiran, perumusan
visi misi dan tujuan, penentuan struktur da nisi program pemilihan dan
perorganisasian materi.

3
Sholeh. Hidayat, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Rosdakarya. 2013), 86
4
OemarHamalik. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007), 204
5
OemarHamalik. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007), 15
B. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.6
Kata “tradisional” dalam batasan ini tidaklah merujuk dalam arti tetap tanpa
mengalami penyesuaian, tetapi merujuk bahwa lembag ini hidup sejak ratusan
tahu (300-400 tahun) yang lalu dan telah menjadi bagian yang mendalam dari
sistem kehidupan sebagian besar umat islam Indonesia, yang merupakan golongan
mayoritas dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perjalanan hidup umat.
Pengertian pondok pesantren terdapat berbagai variasi, antara lain: secara
timologis, pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Pondok
berasal dari bahasa arab funduk yang berarti hotel, yang dalam pesantren
Indonesia lebih disamakan dengan lingkungan padepokan yang dipetak-petak
dalam bentuk kamar sebagai asrama bagi para santri.7
Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam yang tertua diindonesia,
pesantren memiliki akar sejarah yang jelas. Menurut para ahli sejarah orang yang
pertama kali mendirikan pesantren terdapat perselisihan pendapat, sehingga
mereka menyebutkan syaikh maulana malik Ibrahim yang dikenal dengan syaikh
maghribi dari Gujarat, india, sebagai pendiri pesantren yang pertama kali di jawa.
Lembagan pendidikan ini selalu mencari lokasi untuk meyalur dakwah tersebut
tepat sasaran sehingga terjadi benturan nilai-nilai yang dibawahnya dengan nilai-
nilai yang telah mengakar dimasyarakat setempat.8

C. Kurikulum Pondok Pesantren


Kurikulum Pondok Pesantren senantiasa mengacu pada pengertian yang luas,
sehingga bisa meliputi kegiatan-kegiatan intrakulikuler maupun ekstrakurikuler,
dan bisa melibatkan disamping aktivitas yang diperankan oleh kyai. Demikian

6
Rofiq. Pemberdayaan Pesantren. (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 1.
7
Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan ideal, Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 60.
8
M. Rohinah. Memordenisasi NU 7 & Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo Khasanah
Ilmu, 2012), 8.

6
juga kegiatan-kegiatan menjadi bobot wajib diikuti maupun sekedar anjuran
termasuk liputan kurikulum. Kurikulum pesantren dalam wacana selanjutnya
senantiasa mengacu kepada pengertian yang luas, sehingga bisa meliputi kegiatan-
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, dan bisa melibatkan disamping
aktivis yang diperankan santri juga diperankan kyai.
Gambaran kurikulum lainnya ada pada pembagian waktu belajar, yaitu mereka
belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum yang ada diperguruan tinggi
(madrasah) pada waktu kuliah, sedangkan waktu selebihnya dengan jam pelajaran
yang didapat dari malam untuk mengkaji keilmuan islam khas pesantren
pengajian kitab klasik.9
Kurikulum pesntren yang setara (mua’dalah) dengan pemerintah penulis akan
uraikan sebagaimana berikut:
a. Landasan Filosofis
Kurikulum satuan pendidikan mua’dalah dikembangkan landasan filosofi
yang berdasarkan nilai-nilai kepesantrenan untuk mengembangkan memberikan
dasar bagi upaya mengembangkan kapasitas peserta didik menjadi manusia
muslim Indonesia yang berkualitas mengenai ilmu-ilmu agama islam dan mampu
berkontribusi dalam kehidupan sosial.

b. Landasan sosiologis
Kurikulum satuan pendidikan mua’dalah dikembangkan atas dasar pengakuan
adanya praktik pendidikan yang sangat baik yang berlangsung dipondok pesantren
dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Berakhlak mulia, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara ynag demokratsi sera bertanggung
jawab sebagaimana termaaktub dalam tujuan pendidikan nasional.
Pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan mua’dalah juga didasarkan
atas tradisi yang berorientasi pada penguasaan kitab kuning yang merupakan salah
satu karakteristik pondok pesantren ditanah air dalam upaya mencetak kader

9
Ridwan Abawihda, Kurikulum Pendidikan dan Tantangan Perubahan Global. (Jakarta:
Pustaka Belajar. 2012), 117.

7
ulama’ yang mutafaqqih fid din yang bertumpu pada nilai-nilai kultural yang
moderat.

c. Landasan psikopedagogis
Kurikulum satuan pendidikan mua’dalah dikembangakn atas dasar tradisi
epistimologi islam yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya diperoleh melalui
kajian eksperimen yang dilakukan secara rasional, tetapi juga merupakan nur
Allah SWT. Yang terpancar kedalam hati manusia yang meniscayakan adanya
kesucian. Proses penyucian hati yang dilakukan melalui berbagai kegiatan
ubudiyah, mujabadah, dan riyadhah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
bukan untuk mencari kemegahan dan keduduakan.

d. Landasan yuridis
Landasarn Yuridis pengembangan Kurikulum pada satuan pendidikan
mua’dalah adalah:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintan Nomor 15 Tahun 2015 Tentang perubahan Keduan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamanaan.
5. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 Tentang
Pendidikan keagamaan Islam.
6. Peraturan Mentrei Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
Satuan Pendidikan mua’dalah pada Pondok Pesantren.

D. Pengembangan Manajemen Kurikulum di Pesantren


Pengembangan yang mendesak untuk dilakukan di pesantren adalah
pembaharuan yang bersifat horizontal, pembaharuan ini meliputi sistem
pendidikan dan manajemen pesantren, pembaharuan sistem ini meliputi: jenis,
jenjang, dan sumber daya pendidikan. Pembaharuan jenis pendidikan adalah
dengan memasukan jenis pendidikan lain disamping pendidikan agama seperti
pendidikan akademik atau pendidikan kejuruan (keterampilan). Jenis pendidikan
akademik dimaksud untu mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan diluar dunia pesantren, sehingga diperlukan sebuah pendekatan yang
bersifat religious-dokteriner dalam menyampaikan misi pesantren dengan
kebutuhan masyarakat.10
Ada 3 faktor dalam sistem manajemen pendidikan nasional, yaitu manajemen
sebagai faktor upaya, organisasi sebagai faktor sarana, dan administrasi sebagai
faktor karsa. Tiga kategori ini dapat diberikan arah dan perpaduan dalam
merumuskan, mengendalikan pelaksanaan, mengawasi serta menilai pelaksanaan
kebijakan-kebijakan dalam upaya mencapai suatu tujuan, kebutuhan pesantren
akan kebutuhan manajemen yang mendukung dapat dikatakan cukup mendesak
terutama bagi pesantren yang besar dan memiliki jenis pendidikan yang beragam
dengan jumlah santri yang besar pula. Untuk kategori ini perlu dipandang
perlunya manajer yang handal dan sangat mungkin satu saat kyai bertindak
sebagai manajer.
Kurikulum merupakan alat yang penting dalam kebersihan suatu pendidikan,
tanpa kurikulum yang baik dan tepat maka akan sulit dalam mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang telah di cita-cita oleh suatu lembaga pendidikan, karena
segala hal harus ada manajemennya bila ingin menghasilkan sesuatu yang baik,
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hal yang menjadi tolak ukur paling
berpengaruh diantaranya adalah kurikulum yang dikelola dengan baik, dimana
kurikulum senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

10
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009), 104.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan
institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk
menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang
manajemen atau pengelolaan kurikulum. Hal ini menjadi aspek terpenting
khususnya kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren.

B. Saran
Manajemen kurikulum merupakan suatu pengelolaan dan berhasilnya suatu
pendidikan. Kurikulum merupakan jantung dari pendidikan, dan melalui
manajemen kurikulum niscaya pendidikan tersebut dapat terwujud tujuannya.
Untuk itu, para pengembang kurikulumdalam memutuskan,
merancang,melaksanakan, serta mengevaluasi suatu kurikulum diperlukan
manajemen yang tepat dari berbagai sector. Keilmuan manajemen sudah
sepatutnya dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum untuk meminimsalisir
kegagalan dari kurikulum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abawahida, Ridwan. 2012. Kurikulum Pendidikan dan Tantangan Perubahan


Global, Jakarta: Pustaka Belajar.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum, Bandung: rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya

madjid, Nurcholis. 1997. bilik-bilik pesantren; sebuah perjalanan, Jakarta:


paramadina,

Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok


Pesantren ditengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Rofiq. 2005. Pemberdayaan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Rohinah, M. 2012. Memordenisasi NU 7 & Pendidikan Islam, Jakarta:


Grafindo Khasanah Ilmu

Sistem Pendidikan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai