Jadi dapat disimpulkan pesantren selalu merespon perubahan zaman yang terjadi.
Respon tersebut dapat direalisasikan dengan dua langkah utama, yakni: a) Merevisi
kurikulumnya dengan memasukkan mata pelajaran umum; b) Membuka kelembagaan
dan fasilitas pendidikannya bagi kepentingan pendidikan umum. Dalam proses
mengembangkan kurikulumnya, pesantren membentuk lembaga pendidikan yang
mengakomodir kepentingan masyarakat yaitu lembaga pendidikan sekolah.
Perpaduan antara pondok pesantren dan sekolah umum yang berada dalam satu
lingkungan akan cukup menarik, sebab pesantren dengan karakteristik dan metode
belajar yang telah diterapkan cukup lama harus mengalami reaktualisasi, baik dari sisi
pembenahan kurikulum pesantren maupun tenaga pendidiknya. Adapun perpaduan ini
tentunya melahirkan dinamika baru yang patut dikaji terutama dari segi manajemennya
guna mengetahui lebih dalam konsep integrasi kurikulum pondok pesantren dan
sekolah.
Sekarang ini banyak pondok pesantren yang lahir dengan konsep integrasi sistem
pendidikan yang meliputi pendidikan ilmu agama dan pendidikan ilmu umum temasuk
didalamnya adalah penerapan integrasi kurikulum sekolah. Permasalahannya adalah
apakah penerapan atau implementasi manajemen integrasi kurikulum sudah tepat,
sehingga tujuan maupun harapan integrasi kurikulum dapat tercapai secara maksimal
atau tidak. Sebab, di satu sisi pondok pesantren harus mencetak santri-santrinya
menjadi manusia yang ahli dalam bidang ilmu maupun praktek agama, namun sisi lain
sekolah formal menuntut agar siswanya menjadi orang yang paham sains, teknologi
maupun pengembangan kreatifitasnya. Untuk itu sangat diperlukan penguasaan ilmu
manajemen dalam konsep integrasi kurikulum tersebut.
Proses penyesuaian kurikulum tidak serta merta dapat dilakukan dengan mudah
oleh setiap lembaga pendidikan. Berbagai kendala dan hambatan sering sekali terjadi
menyertai dalam proses penyesuaian kurikulum tersebut. Hal ini juga dapat dialami
oleh kalangan pesantren. Pesantren yang membuka pendidikan formal memiliki
kendala yang mungkin lebih besar dari lembaga formal lainnya karena pesantren yang
memiliki konsep integrasi kurikulum disisi lain harus mampu menjaga tradisi
keilmuannya juga harus mampu menerapkan kurikulum yang diterapkan pemerintah.
Perpaduan (integrasi) pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal
dan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terkait hal tersebut di sebuah lembaga pondok pesantren di kawasan Kota
Bekasi yang bernama Pondok Pesantren Papan Raudhotul Jannah. Pondok Pesantren
ini yang telah menerapkan integrasi kurikulum pesantren dan sekolah umum yang
diberi nama SMPIT Papan Raudhotul Jannah. Pondok yang mempunyai santri sekitar
173 santri laki-laki dan perempuan ini mengintegrasikan kurikulum sejak awal
didirikan sekolah formal di lingkungan pesantren. Pondok pesantren Papan Raudhotul
Jannah adalah pondok pesantren yang memiliki sebuah SMPIT & SMA berbasis
pondok pesantren dan penyelenggaraanya adalah tanggung jawab Yayasan Raudhotul
Jannah, Kota Bekasi, Jawa Barat. Keberadaan lembaga pendidikan pondok pesantren
sejak tahun 2000, artinya sudah 23 tahun kegiatan belajar mengajar di Pondok
Pesantren Papan Raudhotul Jannah berjalan. Pada saat lembaga berusia 15 tahun,
persoalan muncul dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakat terhadap pendidikan
yang berkualitas, hal ini menjadi problematika yang perlu dijawab tuntas.
Oleh karena itu Pondok Pesantren dan SMPIT Papan Raudhotul Jannah sedang
dihadapkan dengan berbagai tuntutan untuk terus berupaya meningkatkan mutu
pesantren dalam berbagai aspek. SMPIT Papan RJ adalah salah satu sekolah swasta di
Kota Bekasi yang berusaha menjawab tantangan zaman dengan pemadatan materi dan
penambahan alokasi waktu mata pelajaran. Juga evaluasi pendidikan berupa ujian
tertulis dan lisan untuk mata pelajaran pesantren dan ujian tertulis untuk pelajaran
sekolah umum.
Model pendidikan terpadu inilah yang diterapkan di SMPIT Papan RJ yang
mengintegrasikan pendidikan formal sekolah ke dalam lembaga pendidikan pesantren.
Artinya, pesantren sebagai lembaga pendidikan telah berdiri terlebih dahulu, baru
kemudian sistem pendidikan formal sekolah diadopsi dan diterapkan di lembaga
pesantren. Para siswa sekaligus santri baik putra dan putri, wajib menetap di
asrama/pondok/ma‘had selama 24 (dua puluh empat) jam. Pesantren berdiri tahun 2000
dan sekolah ini baru berdiri pada tahun 2017, namun pembelajaran di pesantren telah
berjalan dan tersusun dalam kurikulum pesantren tersendiri. Adapun layanan
pembelajaran dan pembinaan yang diberikan di Pesantren Papan RJ adalah: Pertama.
Pengajian Kitab Kuning bermazhab Imam Syafi’i, Tahfidz Al-Quran dan tambahan
bekal pengetahuan serta pengamalan agama (sholat jama‘ah setiap waktu, qiyamul lail,
puasa dan amalan sunnah lainnya, qiratul kutub, tafsir Al Quran, pembinaan baca al-
Qur‘an, lughah/bahasa arab, pembiasaan pembacaan wirid. Kedua, materi pelajaran
sekolah berbasis kurikulum Kemendikbud, bimbingan belajar (bimbel) dan
pengembangan muhadatsah dan lain- lain. Ketiga, pembinaan akhlaqul karimah
(perilaku, tutur kata, pola berbusana, dan lain-lain). Sedangkan keempat adalah
melatih kemandirian melalui berbagai aktifitas dan tanggung jawab serta kegiatan
ekstra kurikuler.
Adanya sekolah di dalam Pesantren Papan Raudhotul Janah ini, mensyaratkan
adanya manajemen kurikulum integrasi diantara keduanya. Hal ini dikarenakan,
kurikulum SMPIT menjadi sub sistem dari sistem induknya, yaitu kurikulum
Pesantren. Kurikulum sekolah cenderung lebih kaku karena sudah ditentukan oleh
pemerintah, sedangkan kurikulum pesantren lebih fleksibel karena memang
dikembangkan sepenuhnya oleh pesantren yang bersangkutan. Sehingga, muatan
kurikulum pesantren disini dapat disesuaikan dengan tujuan maupun struktur
kurikulum pesantren. Pada konten atau isi kurikulum masing-masing berjalan sendiri.
Materi pelajaran masih dilaksanakan terpisah antara kurikulum sekolah dan kurikulum
pesantren, tidak terjadi integrasi berupa penyatuan materi pelajaran dalam arti integrasi
keilmuan.
Konsep hidden kurikulum terlihat pada kegiatan–kegiatan yang mengarahkan
kepada pembentukan karakter siswa melalui pembiasaan kegiatan (Shalat Dhuha,
Tahfidz, Pengajian, Muhadatsah, Zikir, Shalat berjama‘ah, Berdoa bersama).
Pesantren Papan RJ mendesain program hidden kurikulum untuk pembentukan
karakter peserta didik. Praktik hidden kurikulum berhasil membentuk karakter peserta
didik yaitu kejujuran, tanggung jawab, toleransi, disiplin diri, religius, mandiri, peduli
sesama, kesopanan. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan tentu bukan hanya
membentuk karakter akan tetapi juga memperlihatkan sikap, mengajarkan norma,
menerapkan nilai, meningkatkan kepercayaan serta memberikan asumsi kepada peserta
didik. Pendapat tersebut dipertegas oleh Musfah, (Fauzan et.al.2018) Yang
mengemukakan bahwa santri tidak hanya belajar mengasah kemampuan akal tetapi
melakukan pembiasaan yang bisa menguatkan hatinya untuk memiliki karakter yang
baik, seperti membaca Al-Quran, shalat, dan puasa.
Pondok Pesantren Raudhotul Jannah merupakan salah satu pesantren yang ada di
Kota Bekasi yang mengikuti trend pengembangan model pendidikan tersebut.
Pesantren yang didirikan oleh Dr. KH. Muhammad Kemalsyah ini merupakan sebuah
fenomena yang unik. Pesantren dengan Pengajian Kitab Kuning bermazhab Imam
Syafi’i yang kental ini ternyata sangat menerima terhadap dinamika modernisasi,
sehingga dikembangkan juga sistem pendidikan sekolah umum dengan mendirikan
TPA (Taman Pendidikan Al quran), SMPIT, dan SMA. Pondok Pesantren Papan RJ &
SMPIT Papan RJ merupakan salah satu bentuk integrasi pendidikan yang sudah
membuka diri terhadap perubahan, karena kebutuhan zaman dan karena semakin
berkembangnya pemikiran rasional.