Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat vital, karena pendidikan merupakan salah
satu faktor yang dapat menentukan masa depan setiap anak. Orang tua pun tentunya ingin
memberikan yang terbaik untuk anaknya dan melihat anaknya menjadi pribadi yang sukses,
bukan hanya sukses dalam hal materi namun juga suskses dalam mengendalikan dan
memberdayakan pribadi baiknya.
Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan
pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi anak, seperti
meluasnya peredaran obat terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga
menumbuhkan kekhawatiran pada orang tua tersebut. Ditambah globalisasi di bidang budaya,
etika dan moral yang didukung oleh kemajuan teknologi di bidang tarnsportasi dan teknologi.
Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan benar akan
menghantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari agama dan mangakibatkan krisis
moral pada anak bangsa.
Dari hal itulah diperlukan suatu pendidikan yang mana didalamnya tidak hanya
memberikan pengetahuan-pengetahuan pada anak yang hanya bersifat umum, tetapi juga
pengetahuan keagamaan yang dapat memperbaiki akhlak dan dapat dijadikan panduan untuk
menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran sang kholik. Ini
berarti ada keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama. Untuk itu, Pendidikan yang
memadukan sekolah dan pesantren (Sekolah Terpadu) merupakan salah satu solusi baik bagi
orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk
mencapai keunggulan, baik pada aspek akademik, nonakademik, maupun pribadi yang kuat,
kokoh dan mantap dalam diri anak. Dalam makalah ini akan dibahas secara singkat mengenai
sistem pendidikan sekolah terpadu yang merupakan bagian dari pembaharuan sistem pendidikan
pesantren yang modern.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah:
1.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan terpadu?

2.

Bagaimana sistem pendidikan yang terdapat pada sekolah terpadu dengan sistem boarding

school?
3.

Apa kelebihan dari boarding school?

4.

Bagaimana hasil/produk lulusan sekolah terpadu?

C. Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu:
1.

Untuk mengetahi pendidikan integrasi pendidikan yang terjadi di Indonesia.

2.

Untuk mengetahui bagaimana pendidikan terpadu dengan sistem boarding school.

3.

Untuk mengetahui keunggulan pada pendidikan boarding schoo.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Terpadu


Menurut UU Kependidikan, sekolah terpadu adalah keterpaduan antara sekolah umum
dengan sekolah khusus. Sekolah khusus yang dimaksud adalah Sekolah Luar Biasa seperti SLB
untuk penyandang cacat, baik cacat fisik maupun mental. Sehingga ada dua macam pola
pendidikan dalam satu sekolah. Sedangkan Pendidikan Terpadu yang di maksud adalah pola
pendidikan yang melibatkan seluruh elemen hidup kedalam dunia pendidikan, baik terpadu
secara sistim, terpadu untuk para pendidik, terpadu dalam penerapan kurikulum, terpadu
penggunaan metode, sampai kepada terpadu peran serta masyarakat dan orang tua. Inti dari
terpadu yang dimaksud adalah adanya substansi pendidikan yang mencakup dua dimensi
mendasar guna menjawab berbagai permasalahan diatas. Pertama, dimensi dunia dengan
pengembangan pemikiran kreatif dan berpengetahuan tinggi serta orientasi teknologi supaya
hasilnya nanti tak kalah dengan produk bangsa lain. Untuk itu perlu ditanamkan rasa senang
kepada peserta didik akan belajar bukan hanya untuk meraih nilai tinggi secara teori, tetapi
bagaimana supaya menghasilkan karya yang luar biasa. Jika telah ada rasa senang, maka akan
membangkitkan kreatifitas untuk selalu menemukan gagasan-gagasan dan inovasi baru yang
cemerlang. Kedua, dimensi akhirat untuk menjawab gambaran realitas tentang lost generation,
karenanya, diperlukan pegangan ideologi baku yang disampaikan melalui tauladan dari para
pendidik sebagai pilar utama pencetak produk pendidikan. Pesan moral disampaikan setiap saat
baik dikala belajar maupun tidak. Idiologi baku adalah sebuah pedoman tatanan perilaku fitrah
hidup manusia yang paling sempurna yaitu kitab suci Al-Quran dan sunnah nabi. Apabila pesan
moral ini sampai kepada peserta didik, maka bukan tidak mungkin autputnya akan berkualitas
sebagai individu sukses, dengan bekal ilmu dan akhlaq, punya ketinggian pengetahuan dan
teknologi, tetapi tidak lupa akan jatidirinya sebagai manusia yang selalu tunduk pada aturan
Tuhan.

Pendidikan terpadu merupakan pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan umum dan


keagamaan. Lembaga yang menerapkan model pendidikan ini biasanya disebut Sekolah terpadu.

Sekolah terpadu merupakan sekolah atau lembaga pendidikan yang mana didalamya memadukan
antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan sekolah (umum).
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan keagamaan islam yang tumbbuh
serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kampus) dimana santri-santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada
dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang
bersifat kharismatis serta independen dalam segala hal. Sistem pesantren selalu diselenggarakan
dalam bentuk asrama atau kompleks asrama dimana santri mendapatkan pendidikan dalam suatu
situasi lingkungan social keagamaan yang kuat dalam ilmu pengetahuan yang diperlengkapi
dengan atau tanpa ilmu pengetahuan umum. Namun seiring berkembangnya zaman alangkah
lebih baiknya jika pesantren tidak hanya terfokus pada masalah pengetahuan keagamaan saja,
tetapi harus dapat mengembangkan sistem pembelajaran dengan memadukannya dengan
pengetahuan umum, karena manusia hidup di dunia yang juga harus dapat menyesuaikan dirinya
dengan perkembangan zaman.
Nurhayati Djamas menyebut Sekolah Terpadu dengan nama Sekolah Islam
Unggulan. Beliau mengartikan bahwa Sekolah Islam Unggulan adalah salah satu bentuk
lembaga pendidikan islam hasil modifikasi antara model pendidikan islam di lembaga
pendidikan tradisional pesantren dan sistim pendidikan klasikal yang diadopsi dari model
sekolah Barat.
Menurut beliau terdapat dua model sekolah unggulan, yaitu: Model pertama, sekolahsekolah umum yang menerapkan kurikulum pemerintah yang ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dan mengombinasikannya dengan memberikan penekanan pada pendidikan
agama islam yang didukung oleh environment keagamaan islam tanpa siswa harus menetap dan
bermukim di Sekolah. Model lain dari sekolah islam unggulan yaitu penerapan pola pendidikan
di Sekolah Islam seperti dilingkungan pesantren dimana para siswa mondok dikampus
Sekolahnya (Boarding School) di bawah asuhan para pengasuh lembaga pendidikan tersebut.
Sekolah islam model ini menerapkan pola pendidikan terpadu antara penekanan pada pendidikan
agama yang dikombinasi dengan kurikulum pengetahuan umum yang menekankan pada
penguasaan sains dan teknologi.

Jadi, dalam sistem pendidikan Sekolah Terpadu yang kedua ini para murid mengikuti
pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan
agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di
bawah didikan dan pengawasan para guru pembimbing.
Muhaimin dalam mengartikan Sekolah terpadu berarti memadukan sekolah dan
pesantren. Sekolah terpadu bersinkronisasi dengan kebijakan pendidikan nasional sehingga
terbiasa dengan perubahan-perubahan dan inonasi. Masuknya pesantren ke dalam sekolah berarti
bukan hanya bertugas memelihara dan meneruskan tradisi yang berlaku di Pesantren, tetapi juga
mengembangkan pola-pola budaya baru agar bisa membantu peserta didik dan masyarakat untuk
mengakomodasi perubahan yang sedang dan yang sudah terjadi. Bahkan mampu
mengembangakan pola-pola pelatihan dan pendidikan baru guna menjawab tuntutan
perubahan dari zaman ke zaman. Peserta didik di Sekolah Terpadu diposisikan sebagai siswa
sekaligus santri. Guru/pendidiknya pun diposisikan dan dikondisikan sebagai ustadz/ustadzah
atau kiai/nyai.
Penerapan Kurikulum Terpadu sebenarnya masih mengikuti aturan kurikulum pendidikan
nasional yang diberlakukan saat ini, hanya saja cara penyajian dan kemasannya berbeda dengan
yang biasa diberlakukan di sekolah umum. Pertama, Penyajian pada kurikulum terpadu,
dilengkapi dengan perombakan dan pembaharuan seperlunya dari kurikulum nasional secara
lokal. Kedua, Selain itu tidak hanya memberlakukan kurikulum dari Diknas semata, tetapi
dipadukan dengan adopsi pelajaran keagamaan dari Depag dengan perubahan seperlunya.
Ketiga, sebagai tambahan lain, dibarengi dengan penerapan materi dan proses pembelajaran yang
layaknya diajarkan di pesantren-pesantren, seperti praktik ibadah, pembelajaran membaca dan
pendalaman Al-quran, bahasa Arab dan lainnya. Ke-empat, sebagai penyempurnanya dipadukan
dengan sosialisasi nilai-nilai akhlaqul karimah pada setiap proses pembelajaran maupun diluar
itu dengan pembinaan mental keimanan peserta didik di setiap waktu selama berada di ruang
lingkup sekolah. kelima, pada hari-hari libur rutin sekolah, diadakan kegiatan ekstra sebagai
bekal keterampilan penunjang kurikuler yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti, pelatihan komputer, bahasa Inggris dan Asing, kepanduan dan lain-lain. Kegiatan lain
yang diadakan jika libur panjang adalah pembinaan intensif seperti Pesantren Ramadhan,
outbond, camping kreatif, rekresai, dan sebagainya. Ke-enam, untuk menumbuhkan sikap

kepekaan sosial, diadakan program kunjungan ke berbagai lapisan masyarakat, lembaga, atau
badan sosial. Sasaran utamanya adalah peserta didik memahami bahwa masih ada sisi kehidupan
lain yang belum sempat di lihatnya. Melalui pembelajaran dan pengalaman langsung ke lapangan
seperti, panti asuhan, pasar, pemukiman kumuh, maupun lembaga formal lain dapat membawa
kesan yang tak terlupakan.

B. Sistem Pendidikan Terpadu Boarding School


Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama.
Dan school berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta
didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan
sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan
sampai menamatkan sekolahnya.
Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa,
bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan
langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif,
dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.
Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal
yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama.
Dengan demikian peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatip seperti merokok, narkoba,
tayangan film/sinetron yang tidak produktif dan sebagainya.
Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan
kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.
Untuk menjawab kemajuan jaman, sekolah-sekolah dengan sistem boarding telah
merancang kurikulumnya dengan orientasi kebutuhan masa depan. Penerapan pembelajaran
berbasis IT semisal penggunaan bahan ajar dengan power point, flash, penggunaan internet
sebagai sumber informasi utama, pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar yang efektif,
penayangan film yang relevan dengan materi pelajaran, penggunaan lab bahasa dan lab komputer

yang intensif, telah lazim diterapkan di sekolah-sekolah ini. Kurikulum yang disajikan kepada
para siswapun sedikit berbeda di banding sekolah lainnya.
Di lingkungan sekolah ini, para siswa dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara
intensif. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak perkembangan iptek yang begitu pesat.
Adapun srategi pendidikan islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan
iptek mencakup ruang lingkup sebagai berikut:
a. Motivasi kreatifitas anak didik ke arah pengembangan iptek itu sendiri, dimana nilai-nilai
islami menjadi sumber acuannya.
b. Mendidik ketrampilan memanfaatkan produk iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusia
pada umumnya dan umat islam pada khususnya.
c. Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan iptek, dan hubungan yang akrab
d.

dengan para ilmuwan yang memegang otoritas iptek dalam bidang masing-masing.
Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia
melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni
kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Selama di lingkungan asrama/pondokan mereka dilatih untuk menerapkan ajaran agama

atau nilai-nilai khusus spiritual, tak lupa mengekspresikan rasa seni dan ketrampilan hidup di
hari libur.
Prinsip dasar pendidikan dengan sistem boarding school, berupaya mengintegrasikan ayat
qauliyah dan kauniyah. Sumber pemikiran dari ayat qauliyah menghasilkan pemikiran di bidang
fiqih, tasawuf dan lainnya. Sumber pemikiran ayat kauniyah menghasilkan pengetahuan di
bidang sains dan teknologi, aspek pemikiran dimana dunia islam dewasa ini sangat ketinggalan
dibandingkan dengan kemajuan di bidang itu di dunia Barat. Karena itu, perubahan orientasi
pandidikan islam, dengan mulai memperhatikan fenomena ciptaan Allah (ayat kauniyah) sebagai
sunnatullah dan memasukkan sains dan teknologi sebagai bagian pemikiran keislaman yang
ditrasmisikan di lembaga pendidikan islam, tidaklah melenceng dari konsep tafaqquh fiddin.

Sistem pendidikan boarding school diantaranya yaitu:

1) Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial
yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi
suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru
pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar citacita.
2) Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga
menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-benar terlayani
dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas.
3) Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang
antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual. Diharapkan akan lahir
peserta didik yang tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap secara
iman dan amal soleh.
Pendidikan dengan sistem boarding school antara lain mencakup:
a.
b.
c.
d.
e.

Salimun aqidah atau penanaman akidah yang selamat


Sahihul ibadah atau ibadah yang benar
Matinul khuluq atau penenaman akhlak terpuji
Quadirul alal kasbi atau mengajarkan kemandirian secara ekonomi
Musaqaful fikri atau menggugah untuk berwawasan luas dengan gemar membaca dan

f.
g.
h.
i.
j.

menulis
Qowiyul jims atau melatih fisik yang kaut
Mujahidun lii nafsi atau menanamkan untuk bersungguh-sungguh menjaga diri
Munazomi fii suunihi atau menanamkan untuk selalu teratur dalam segala hal
Harisun alal waqtihi atau menanamkan untuk selalu menjaga waktu
Nafiun lii gairihi atau bermanfaat bagi orang lain
Disamping itu, setiap pembelajaran bidang studi yang dilaksanakan selalu diintegrasikan

dengan nilai-nilai kejujuran, toleran, kepatuhan dan ketaatan, rasa tanggungjawab, dan
kemandirian, dengan latihan dan evaluasi yang ukurannya jelas.

C. Keunggulan Boarding School


Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem pemondokan atau boarding school ini.
Dengan sistem mesantren atau mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara
kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah mengisi otak siswa/santri

dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara melatih kecerdasan anak. Sementara
menghadapi era modernisme seperti sekarang ini, otak siswa tidak lagi cukup dengan dipenuhi
ilmu pengetahuan, melainkan perlu keterampilan dan kecerdasan merasa dan berhati nurani.
Sebab, pada kenyataannya, dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak
cukup dengan kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual tidak cukup
dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan intelektual. Dalam hal ini
diperlukan proses internalisasi dari berbagai pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati
sanubari.
Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh
dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan
anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif,
melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang
mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam,
bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat,
misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya
khusuk. Jangan-jangan pelajaran di ke kelas bisa berbeda dengan pelaksanaan di rumah saat
murid/santri melaksanakannya sendiri.
Di samping itu, dengan sistem boarding school, para pimpinan pesantren dapat melatih
psikomotorik anak lebih optimal. Dengan otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu
mengoptimalkan psikomotorik siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran
dalam bentuk gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan
demi kesehatan jiwa dan psikis anak.
Karena sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola
sekolah siap mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka
melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana
mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.

Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih menekankan
pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu
umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan
akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan
dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan
pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa
terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu
diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterapkan karena
murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam. Pembinaan mental siswa secara khusus
mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif
para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas
siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para
siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang,
dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat
terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru / pembimbing.[12]

D. Profil Lulusan Pendidikan Terpadu


Produk atau lulusan dari perpaduan pondok pesantren dan sekolah menurut Muhaimin
yaitu untuk mencetak anak agar menjadi Zurriyyah qurrota ayun (anak/keturunan yang
menyenagkan hati) yang pada gilirannya akan menjadi Imam li al-muttaqin (pengayom bagi
orang yang bertaqwa). Zurriyyah qurrota ayun adalah kader-kader yang akan menjadi Imam li
al-muttaqin. Imam li al muttaqin memiliki dua cirri yaitu Itba syariatillah (mengikuti ajaran
Allah yang tertuang dan terkandung dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah) sekaligus Itba
sunnatillah (mengikuti aturan-aturan Allah yang berlaku di alam semesta ini). Profil orang-orang
yang itbasyariatillah adalah:
a. Mereka senantiasa membaca Al-Quran dan sunnah dan berusaha memahami ajaran Allah
yang terkandung di dalamnya serta berusaha menghayatinya,
b. Mereka dapat memposisikan diri sebagai pelaku (actor) ajaran islam, bukan hanya pemikir
atau penalar, tetapi juga menjadi pelaku yang setia, karena pada dasarnya agama islam
adalah bukan sekedar intelektual, tetapi justru sebagai agama amal,

c. Mereka memiliki komitmen yang tinggi terhadap ajaran dan nilai-nilai islam
d. Mereka siap berdedikasi dalam rangka menegakkan ajaran dan nilai-nilai islam yang
rahmatan lil alamin. Karena itulah, profil orang-orang yang itba syariatillah adalah
mereka yang memiliki kemantapan akidah, kedalaman spiritual dan keunggulan moral,
serta siap berjuang dan berdedikasi dalam menegakkan ajaran islam dan nilai-nilai islam
yang universal.
Disamping itu, orang yang bertakwa juga sekaligus harus itba sunnatillah. Profil yang itba
sunnatillah adalah:
a. Mereka berusaha membaca dan memahami fenomena alam, fenomena social, dan
fenomena lainnya.
b. Agar mereka dapat memahami sunnatullah, maka mereka harus mempelajari IPA, IPS,
MATEMATIKA, Bahasa asing, dll., gemar melakukan penelitian sehingga memiliki daya
analisis yang tajam.
c. Mereka senantiasa berusaha membangun kepekaan intelektual serta kepekaan informasi
d. Karena masing-masing memiliki individu yang bakat, kemampuan dan minat tertentu,
maka dalam itba sunnatillah perlu melakukan pengembangan diri sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan masing-masing.
Sedangkan menurut M. M. Billah yang dikutip oleh A. Tafsir mengemukakan bahwa tipe
produk dari lembaga yang memadukan pesantren dan sekolah yaitu:
1) Religius Skillfull People, yaitu insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil,
ikhlas, cerdas mandiri, tetapi sekaligus mempunyai iman yang teguh dan utuh sehingga
religious dalam sikap dan perilaku, yang akan mengisi kebutuhan tenaga kerja di dalam
berbagai sector pembangunan.
2) Religius Community Leader, yaitu insan Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri dan
akan menjadi penggerak yang dinamis di dalam transformasi sosial budaya (madani) dan
sekaligus menjadi benteng terhadap ekses negative pembangunan dan mampu
membawakan aspirasi masyarakat, dan melakukan pengendalian social.
3) Religius Intelektual, yang mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan analisa
ilmiah dan cocern terhadap masalah-masalah sosial. dalam dimensi sosialnya, pondok
pesantren dapat menempatkan posisinya sebagai lembaga kegiatan pembelajaran
masyarakat yang berfungsi menyampaikan teknologi baru yang cocok buat masyarakat

sekitar dan memberikan layanan social dan keagamaan, sekaligus pula memfungsikan
sebagai laboratorium social, dimana pondok pesantren melakukan eksperimentasi
pengembangan masyarakat, sehingga tercipta keterpaduan hubungan antara pondok
pesantren dan masyarakat secara baik dan harmonis, saling menguntungkan dan saling
mengisi.
E. Lembaga Pendidikan Terpadu Model Boarding School di Indonesia
Diantara lembaga pendidikan terpadu yang menerapkan boarding school yaitu MAN
Insan Cendekia yang didirikan pada tahun 1996 oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi) atas prakarsa Prof. Dr. BJ. Habibie di daerah Serpong Banten dan di Gorontalo.
Sekolah berasrama ini diorientasikan untuk memberi bekal berimbang antara ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa. Fokus pendidikan Insan cendekia yang bersifat
kurikuler yaitu untuk mewujudkan siswa agar menguasai perkembangan sains dan teknologi
serta kemampuan bahasa asing, terutama bahasa inggris dan arab yang menjadi salah satu
indicator keunggulan sekolah ini. Karena itu kampus Insan Cendekia dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti perpustakaan, laboratoriun fisika, kimia, biologi, bahasa, ruang computer dan
rumah kaca. Dan guna menciptakan keseimbangan antara penguasaan sains dan teknologi
dengan basis keagamaan yang kuat, pendidikan agama diberikan pada setiap malam serta pada
waktu subuh meliputi enam bidang kajian yaitu bahasa arab, fiqih, shirah nabawiyah dan akhlak,
tauhid, mushthalah al-hadits dan ulum al-Quran.
Lembaga pendidikan lainnya yaitu SMU Islam Unggulan Madania, Parung, Bogor. SMU
ini didirikan pada tahun 1996 di bawah yayasan Madania yang diprakarsai oleh Dr. Nurcholish
Madjid. Pendidikan SMU Madania berpusat pada siswa dan menerapkan kurikulum dengan
acuan bahwa para siswa harus mampu menguasai matematika, pengetahuan alam, sejarah,
geografi, ekonomi, music, dan seni. Bidang pendidikan agama, bahasa inggris, bahasa arab,
computer dan olah raga juga mendapatkan prioritas di sekolah ini. Keseluruhan proses
pendidikan di SMU Madania diarahkan pada pengembangan kepribadian serta pembentukan
watak. Sebagai nilai tambah keunggulan SMU Madania, diterapkan kurikulum plus yang
mengandung tiga dimensi kualitas, yaitu:
1.

Spiritual islam yang termasuk didalamnya hikmah dan filosofi ibadah-ibadah formal

2.

Akhlak dan kepribadian

3.

Kepemimpinan

Ketiga orientasi kualitas tersebutt sebagian besar menjadi bagian dari program pengasuhan dan
keagamaan di asrama, dan beberapa termasuk kedalam mata pelajaran regular.

BAB III
KESIMPULAN

Lembaga pendidikan terpadu merupakan lembaga pendidikan yang memadukan sistem


pendidikan pesantren dan sekolah. Pendidikan terpadu ini dapat dijadikan solusi bagi para orang

tua yang menginginkan anaknya dapat memahami pengetahuan bukan hanya pada pengetahuan
umum tetapi juga pengetahuan agama. Boarding school adalah salah satu dari model pendidikan
terpadu. Dengan adanya boarding school, keinginan orang tua mendapatkan sekolah berkualitas
didukung tempat tinggal yang bagus bagi anak-anaknya dapat terpenuhi. Selain adanya
pengawasan 24 jam, menyekolah anak di boarding school juga bisa meningkatkan persaudaraan
yang kental di antara anak-anak, menciptakan hubungan yang baik antara guru dan murid.
Ada beberapa keuntungan dari penyelenggaraan model boarding school ini:
Pertama, bagi orang tua yang keduanya sibuk bekerja adalah suatu nilai lebih tersendiri karena
anak telah tertangani oleh para praktisi pendidikan. Hal ini lebih baik untuk perkembangan
pendidikan dari pada berada di lingkungan rumah yang kurang mobilitas dan penanaman
disiplinya, juga terhindar dari pengaruh buruk media maupun lingkungan masyarakat yang
cenderung masif dan merusak.
Kedua, bagi siswa, kemungkinan besar lebih terkondisi oleh lingkungan sekolah melalui
pembinaan akhlaq dari para tenaga pendidik yang ahli sepanjang waktu terutama sela-sela
tertentu, seperti waktu shalat, menjelang istirahat, dan selesai fajar. Di waktu itulah siswa
mengenal hakikat kehidupan lewat pendekatan para pengasuhnya.
Ketiga, siswa lebih terjaga dari efek buruk lingkungan diluar pesantren/sekolah terutama di jalan
raya yang hampir setiap hari jam pulang sekolah terjadi tawuran pelajar. Lingkungan pesantren
lebih steril dari berbagai hal negatif, terutama diwaktu-waktu senggang. Ditambah lagi tetap
dalam pengawasan sepanjang hari melalui para ustadz yang senantiasa mensosialisasikan
kehidupan yang Islami
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati Djamas. 2009. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia PascaKemerdekaan. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muzayyin Arifin. 2008. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi aksara
Taqiyuddin. 2008. Sejarah Pendidikan. Bandung: Mulia Press
Asrori S. Karni. 2009. Etos Studi Kaum Santri (Wajaah Baru Pendidikan Islam). Bandung: PT.
Mizan Pustaka.
A. Tafsir, dkk. Cakrawala pemikiran Pendidikan Islam. Bandung; Mimbar Pustaka. 2004. Hal
212
http://masthoni.wordpress.com/2009/06/14/boarding-school-dan-pesantren-masa-depan/
http://sandalgila.blogspot.com/2008/06/karya-tulis-arsy-pemilihan-program.html
http:// Blog Archive PEMBAHARUAN PEMIKIRAN PESANTREN.htm

http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_
Untuk_Pendidikan_Karakter_Bulding?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Anda mungkin juga menyukai