Anda di halaman 1dari 26

Kata Mereka

Buku Anak Bukan Kertas Kosong membuktikan bahwa


gagasan-gagasan yang digelorakan oleh kebanyakan
pegiat pendidikan hari ini bukanlah hal yang progresif,
bukan hal yang belum ada di tanah air ini sebelumnya.
Gagasan pendidikan yang membebaskan dan menghargai
kemanusiaan murid tidak asing, bahkan sudah ada di
Republik ini sejak lama. Bahkan, Bapak Pendidikan Republik
Indonesia, Ki Hajar Dewantara, telah membangun fondasi
pendidikan yang membebaskan bagi anak Indonesia.
Semoga dengan buku ini, masyarakat, orangtua, pegiat
pendidikan, dan juga pendidik mau menghela napas
sebentar, merenungkan pendidikan yang telah direkacipta
KHD dan dapat mewujudkannya bagi setiap anak di RI.
~Profesor Iwan Pranoto| Atase Pendidikan RI
untuk India
Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang keunikan
setiap anak yang dielaborasi dalam buku ini berpotensi
memberi inspirasi bagaimana pendidikan untuk anak-anak
seharusnya diselenggarakan. Keren!
~Aar & Lala| Praktisi homeschooling, founder
Rumah Inspirasi
v

ABKK_edit Landi.indd 5

1/22/2015 1:16:27 PM

Buku ini bukanlah kumpulan teori yang rumit. Tulisan


Bukik adalah sebuah cermin yang mengajak kita berefleksi
sampai seberapa jauhkah kita melihat anak-anak sebagai
kertas yang penuh cerita, pengharapan dan masa depan.
Ah, memang, refleksinya kadang-kadang menampar.
Mungkin selama ini, kitalah, para orang dewasa, yang
keliru dalam mendampingi anak kita. Mari baca buku ini,
mari bercermin.
~Weilin Han, M.Sc| Praktisi Pendidikan
Buku ini sangat menyentuh hati dan mengajak para orangtua
dan pendidik berkaca melalui berbagai pengalaman
sekaligus membekali teori pendidikan sebagai penguat
langkah mereka. Sebuah buku penting untuk para pendidik
yang ingin mendampingi anak-anak untuk menyongsong
masa depan dengan penuh keberanian dan kegembiraan.
~Henny Supolo| Yayasan Cahaya Guru
Buku ini telah membuka pikiran kita semua khususnya para
orangtua karena anak adalah titipan Tuhan Yang Maha
Kuasa dan bukan milik orangtua. Orangtua atau siapa pun
juga tidak berhak mengatur kehidupan anak ibarat kertas
kosong yang kemudian diisi oleh cita-cita orangtua. Buku ini
mengajak orangtua memberdayakan anak menjadi insan
yang dewasa dan matang yang mampu memaksimalkan
potensi yang dimilikinya.
~Profesor Satryo Soemantri Brodjonegoro
vi

ABKK_edit Landi.indd 6

1/22/2015 1:16:27 PM

Buku ini sangat perlu dan penting untuk dibaca oleh


para pendidik dan orangtua yang bertanggung jawab
atas pendidikan anak-anak masa depan. Jangan jejali
anak dengan pengetahuan yang cepat usang, tetapi
kembangkanlah bakat dan kekuatan yang mereka miliki!
Buku ini menjelaskan apa yang kemudian harus kita lakukan
sebagai pendidik atau orangtua.
~Profesor Hendra Gunawan| Matematikawan
Buku Mas Bukik sangat menarik untuk dibaca, bukan hanya
karena topiknya unik, tetapi juga karena kemampuannya
menggabungkan pembahasan yang kuat secara teori tapi
tetap praktis diaplikasikan. Pengalaman dan pemahaman
yang dibagi Mas Bukik di buku ini, membuat saya, dan
semoga juga banyak pendidik dan orangtua Indonesia,
makin menyadari pentingnya peranan kita dan makin
bersemangat dalam pengembangan bakat anak.
~Najeela Shihab| Praktisi Pendidikan
Buku Anak Bukanlah Kertas Kosong menyadarkan kita
bahwa pendidikan tidak melulu sekolah, dan dalam proses
pendidikan menempatkan partisipasi aktif orangtua sebagai
penanggungjawab tumbuh kembang anak-anaknya. Buku
ini juga menawarkan pendidikan yang membebaskan,
pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Pendidikan
memang sejatinya mempertajam pikiran dan menghaluskan
perasaan. Proses pendidikan yang disodorkan buku ini akan
vii

ABKK_edit Landi.indd 7

1/22/2015 1:16:27 PM

menginspirasi para guru dan orangtua untuk mengubah


pendidikan pola lama yang konservatif dan mengekang
kebebasan peserta didik. Selamat membaca dan semoga
terinspirasi.....salam perubahan!
~Retno Listyarti| Sekjen Federasi Serikat Guru
Indonesia
Buku karya Mas Bukik ini sangat menarik. Buku ini
menunjukkan protesnya atas praksis pendidikan di
Indonesia saat ini yang amat tidak ramah anak. Kurikulum
dipaksakan outside-in. Praktik persekolahan di Indonesia
tidak saja sebuah kekerasan terhadap anak secara
sistematik, luas, dan masif, tapi sekaligus kerugian besar
bagi bangsa ini. Buku ini sekaligus juga tantangan atas
teori Tabula Rasa. Mas Bukik mencoba menyusun tesis
baru tentang pendidikan. Selamat, Mas Bukik!
~Profesor Daniel Mohammad Rosyid
Anak-anak dilahirkan sudah membawa modal dalam
dirinya. Semenjak ruh ditiupkan, berbagai organ dirinya
berkembang. Anak memulai proses membuat hipotesa
sejak dilahirkan dengan menghubungkan berbagai
pesan yang ditangkapnya melalui organ pendengaran
dan penglihatannya. Pesan yang ditangkapnya lalu
diproses dan mereka memberi reaksi sesuia usianya. Ini
menunjukkan kepada kita secara awam bahwa anak bukan
lembaran kosong.
viii

ABKK_edit Landi.indd 8

1/22/2015 1:16:27 PM

Adalah orang dewasa- orang dewasa di sekitarnya yang


akan mengaktifkan berbagai pesan yang telah tersimpan
dalam diri anak agar mereka mampu membuat hipotesahipotesa baru yang lebih terarah. Saya yakin buku ini
akan membuat kita para pembaca lebih cerdas dalam
mendukung tumbuh kembang anak-anak.
~Itje Chodidjah| Praktisi Pendidikan
Buku yang tidak hanya bertutur memberi tahu, tetapi lebih
daripada itu, mengajak pembaca mengubah pandangan
terhadap anak dan membangun paradigma pendidikan
yang menumbuhkan, bukan mencekoki. Buku ini penting
dan perlu dibaca, terutama oleh calon orangtua, orangtua,
dan guru.
~Mohammad Abduhzen| Direktur Institute for
Education Reform Universitas Paramadina Jakarta
dan Ketua Litbang PB PGRI

ix

ABKK_edit Landi.indd 9

1/22/2015 1:16:27 PM

ABKK_edit Landi.indd 10

1/22/2015 1:16:27 PM

Pastikan Anak-Anak Tahu


Kalau Mereka Istimewa

Apakah Anda tahu ada satu aspek kehidupan yang akan


memengaruhi semua aspek kehidupan lainnya tanpa
kecuali? Jika benar dan baik aspek kehidupan ini, akan benar
dan baik pula lainnya. Jika buruk dan terbelakang, akan
buruk dan terbelakang juga lainnya. Satu aspek kehidupan
itu adalah PENDIDIKAN. Tidak ada dokter, insinyur, guru,
akuntan, bankir, entrepreneur tanpa pendidikan. Tidak ada
juga presiden, anggota parlemen, direktur utama, manager,
karyawan dan segala bentuk jabatan lain tanpa melewati
proses bernama pendidikan. Dapat diibaratkan pendidikan
adalah sumber mata air yang mengairi segenap proses
tumbuh kembang bangsa.
Saya beruntung dikenal dan diminta Bukik untuk
mengomentari buku Anak Bukan Kertas Kosong. Buku
inikalau boleh saya ibaratkanbagaikan hujan mengguyur
ladang kering kerontang akibat kemarau berkepanjangan.
Ladang itu adalah guru-guru di sekolah, para orangtua di
rumah dan siapa pun, di mana pun yang peduli dengan
proses transformasi anak menjadi manusia bermanfaat
yang telah bertumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya.
xi

ABKK_edit Landi.indd 11

1/22/2015 1:16:27 PM

Buku ini jauh dari kesan mengajari, tetapi sudah pasti


kita akan tercolek untuk menghadirkan perspektif baru
dalam memandang anak, pendidikan, dan dinamika proses
tumbuh kembang.
Buku ini tidak menawarkan resep, melainkan kumpulan
hasil observasi panjang dalam rangka memaknai esensi
pendidikan. Dan, bukan sekadar observasi kehidupannya
sendiri, tetapi juga meliputi observasi atas ajaran Ki Hadjar
Dewantarasebagai figur perintis pendidikan nasional yang
dikenal namanya, tetapi dilupakan ajarannya. Saya jamin
Anda akan kaget saat membaca bagian ini. Coba saja.
Buku ini bukan buku manual, tetapi ajakan praktis untuk
memahami prinsip-prinsip utama dalam mendidik.
Idealnya, buku ini bisa dijadikan bahan kontemplasi diri
bagi kita semua dalam menjalankan peran sebagai pendidik
bagi siapa punanak, adik, keponakan, rekan kerja, anak
buah, dan seterusnya.
Izinkan saya memaparkan beberapa prinsip yang perlu
dipahami sebelum mulai membaca buku Anak Bukan
Kertas Kosong.
Education is what you learn from school, from home and
more importantly, between school and home Nietzsche.
Apakah pendidikan adalah validasi dari secarik kertas
mahal yang tampak gagah setiap kali dipandang dalam

xii

ABKK_edit Landi.indd 12

1/22/2015 1:16:27 PM

sebuah pigura di dinding kantor atau rumah? Apakah


pendidikan adalah formulasi rumit yang tergambar dalam
angka IPK (indeks prestasi kumulatif)? Apakah pendidikan
adalah gelar atau strata sosial baru dalam masyarakat yang
menggantikan gelar kebangsawanan?
Education is always about how to think, not what to think.
Jika jawaban untuk semua pertanyaan di atas adalah benar,
bisa jadi pendidikan hanya sekadar soal kuantitasbukan
kualitas, rutinitasbukan terobosan, programbukan esensi
dan manifestasi ilmu, anggaranbukan harapan dan tujuan
formalbukan kenikmatan berproses.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersamasekarang
giliran kita memastikan minimal dua orang merasakan hal
yang sama. Tidak perlu lagi berpikir bahwa alokasi > 20%
APBN sudah memadai. Tidak usah berasumsi kalau sudah
ada orang lain atau organisasi tertentu yang akan bekerja
untuk ini. Jika Anda terdidik, Anda bertanggung jawab
mendidik. Mulai dari orang-orang terdekat, mulai dari
sekarang.
Bagaimana caranya? Dengan memahami bahwa anakdan
siapa pun, bukanlah kertas kosong. Mereka telah dihadirkan
oleh Sang Pencipta untuk menjadi bagian dari alam semesta
dengan misi tertentu. Mereka sudah istimewa. Mereka
sudah sempurna. Mereka sudah cemerlang. Peran utama
Anda, saya dan kita semua adalah memastikan mereka tahu
itu.
xiii

ABKK_edit Landi.indd 13

1/22/2015 1:16:27 PM

Tulisan singkat ini saya tutup dengan mengutip ucapan


Socrates (469399 BC) yang pernah hidup ribuan tahun
lalu sebagai pengingat, penegas, dan mantra: Education is
the kindling of a flame, not the filling of a vessel.

13 Oktober 2014
Rene Suhardono
Penulis & Pemerhati Pendidikan
Pendiri @LimitlessCampus

xiv

ABKK_edit Landi.indd 14

1/22/2015 1:16:27 PM

Menengok Apa yang Sudah


Ditinggalkan Ki Hadjar Dewantara
Buku ini merupakan suatu perpaduan teori dan pengalaman
orangtua atau pendidik mengenai pendidikan modern.
Inilah sebenarnya hakikat dari suatu ilmu pendidikan yang
merupakan perpaduan integral antara teori dan praksis
pendidikan. Ilmu pendidikan modern adalah suatu ilmu
teoretiko praksis.
Ilmu pendidikan modern telah lahir dari pergumulan
antara idealisme Plato dan empirisme Aristoteles. Khusus
dari empirisme Aristoteles yang kemudian diperluas
dan dikembangkan oleh filsuf besar Islam abad ker-13,
Aviciena yang juga seorang bapak ilmu kesehatan modern.
Aviciena bukan hanya ikut melahirkan Abad Pencerahan
di Eropa dengan filsafat empirisme yang melahirkan filsuffilsuf seperti David Hume yang memengaruhi John Locke
dengan teori Tabularasa. Teori Tabularasa menyatakan
bahwa esensi manusia yang diperolehnya dari pengalaman
akan menetukan eksistensinya. Walaupun dewasa ini, ilmu
pendidikan lebih menekankan kepada eksistensi manusia
yang mendahului esensinya, tetapi esensi manusia yang
diperoleh dari pengalaman tidak dapat disepelekan dalam
penentuan eksistensinya.

xv

ABKK_edit Landi.indd 15

1/22/2015 1:16:27 PM

Buku ini berisi pengalaman-pengalaman aktual dari


orangtua/pendidik tentang pentingnya pengalaman di
dalam pembentukan pribadi seseorang anak manusia untuk
berkembang seutuhnya. Pengalaman-pengalaman tersebut
akan memotivasi seorang anak untuk mengembangkan
bakat dan kemampuannya atau mengembangkan
kreativitasnya untuk menjadi pribadi seutuhnya. Inilah
teori yang dikembangkan oleh seorang pendidik William
Stern mengenai teori konvergensi dalam ilmu pendidikan.
Buku ini menyajikan suatu ilmu pendidikan dalam
bentuknya yang utuh, suatu ilmu yang sifatnya teoretikopraksis. Seorang anak dikaruniai oleh sang Pencipta dengan
bakat atau talentanya masing-masing. Kemampuan berpikir
kritis dari seorang anak manusia perlu mendapatkan
rangsangan yang positif dari lingkungannya agar dapat
berkembang. Apa yang terjadi di dalam pendidikan kita
dewasa ini ialah kungkungan proses pembelajaran yang
kaku dan Ujian Nasional yang menyamaratakan membuat
anak-anak tak lagi bisa berpikir kritis.
Menariknya, dalam buku ini, penulis telah menguji dalam
praktik pendidikannya dasar-dasar dan praksis dari
bapak pendidikan nasional kita, Ki Hadjar Dewantara.
Dari berbagai teori dari para pakar luar negeri yang telah
penulis gunakan, akhirnya penulis mengemukakan dasardasar teori Ki Hadjar Dewantara yang menurutnya telah
menuntun pendidikan anaknya ke arah yang benar. Salah
xvi

ABKK_edit Landi.indd 16

1/22/2015 1:16:27 PM

satu dasar Ki Hadjar Dewantara yang digunakan ialah


prinsip kebebasan dari anak untuk berkembang dalam
taman. Taman tempat si anak berkembang tanpa
tekanan dan ikatan, berbeda dengan sekolah yang terikat
pada pembentukan intelektual dan diarahkan kepada Ujian
Nasional yang menyamaratakan. Peran orangtua di dalam
pendidikan sebagai pendidik yang pertama dan utama sangat
menentukan dalam pembentukan karakter anak. Peran ini
akan lebih berhasil lagi apabila sejalan dengan pendidikan
yang diperoleh di sekolah dan selanjutnya meneladani nilainilai secara berkesinambungan dalam masyarakat dengan
mengambil contoh para pemimpin dalam pembentukan
watak. Inilah prinsip tiga sentra pendidikan Dewantara,
yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat, yang harusnya
mempunyai kesinambungan berarti.
Buku ini juga menyajikan pengalaman seorang pendidik
yang dapat digolongkan sebagai seorang pendidik yang
menganut ilmu pendidikan kritis (critical pedagogy).
Critical pedagogy memberikan perhatian yang cukup
mendalam mengenai perdebatan abadi di dalam ilmu
pendidikan sejak Plato dan Aristoteles mengenai eksistensi
dan esensi manusia yang telah melahirkan aliran idealisme
dan empirisme dalam dunia pendidikan. Seperti diketahui
paham empirisme Aristoteles berkembang ke arah ekstrem
dalam teori Tabularasa dari John Locke yang melihat anak
sebagai kertas putih yang perlu diisi dengan pengalaman-

xvii

ABKK_edit Landi.indd 17

1/22/2015 1:16:27 PM

pengalaman. Paham idealisme versus empirisme disatukan


oleh William Stern dalam teori konvergensinya. Manusia
dikaruniai dengan talenta dari Maha Pencipta, tetapi
talenta tersebut perlu dikembangkan melalui pengalamanpengalaman untuk mengolahnya karena manusia adalah
makhluk yang berpikir. Dengan kemampuan kritis serta
kreativitas yang dimiliki manusia, maka pengalamanpengalaman yang empiris dapat mengembangkan bakat/
talenta dari anak.
Anda dapat menikmati di dalam buku ini berbagai teori
modern tentang perkembangan anak, tetapi juga yang sangat
penting ialah bagaimana teori-teori tersebut dilaksanakan
di dalam praksis pendidikan. Oleh karena itulah, buku ini
bukan hanya wajib dipelajari oleh para pendidik, juga oleh
orangtua dan mahasiswa perguruan tinggi untuk menguji
teori-teori masa kini dan kredibilitas teori, konsep, praksis
pendidikan yang telah dilaksanakan oleh bapak pendidikan
nasional di dalam Taman Pendidikan, Tamansiswa.

Selamat membaca.

Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed.


Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

xviii

ABKK_edit Landi.indd 18

1/22/2015 1:16:27 PM

Prakata

Mengembangkan Bakat
di Zaman Kreatif
Sejak kuliah, saya tertarik dengan pendidikan, baik dengan
membaca buku mengenai berbagai gagasan pendidikan
hingga melakukan pelatihan, lokakarya hingga sekolah
rakyat. Ketertarikan itu menjadi salah satu alasan saya untuk
memilih dosen sebagai profesi pertama. Namun, setelah
delapan tahun mendidik di Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga, saya mengundurkan diri.
Saya bersyukur mendapat banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai metode dan teknik belajar di kelas-kelas
kuliah. Saya mengajak mahasiswa Metode Riset Kualitatif
belajar dengan mengamati dan menganalisis perilaku
orang-orang yang ada di Stasiun Gubeng. Saya mengajak
mahasiswa melakukan penilaian terhadap hasil belajar
mereka sendiri sehingga terkejut menemui kenyataan
bahwa mahasiswa lebih pelit dalam memberikan nilai
dibandingkan dosennya. Saya mengajar mahasiswa AsasAsas Manajemen, bukan hanya dari buku teks, melainkan
dari novel Taiko. Mereka belajar bahwa manajemen telah
xix

ABKK_edit Landi.indd 19

1/22/2015 1:16:27 PM

diterapkan secara lengkap dalam kehidupan nyata sejak


ratusan tahun lalu.
Saya belajar dari kelas Filsafat Manusia, bahwa belajar apa
pun bersumber pada kesadaran diri. Kita belajar banyak
pengetahuan, tetapi langka kesempatan untuk
mempelajari diri sendiri. Kesimpulan ini diperkuat
ketika mengajar kuliah Seminar Psikologi Industri dan
Organisasi; banyak mahasiswa yang menjelang lulus pun
belum mengetahui orientasi karier mereka. Mereka tidak
menyadari kekuatan diri, harapan, dan aspirasi mereka.
Saya mengajak mereka belajar mengenal diri dengan
menulis biografi sepanjang lima puluh halaman. Skripsi
mungkin tugas terberat, tetapi menulis biografi adalah
tugas paling emosional yang pernah saya berikan.
Mengenali diri bukanlah hal yang mudah; ada mahasiswa
yang menyelesaikan tugas itu pada akhir semester, karena
menurutnya banyak kejadian traumatis yang harus
diingatnya. Ia mengucapkan terima kasih karena tugas
itu membantu menyembuhkan dirinya. Mengenali diri
adalah menyehatkan diri sendiri.
Saya berjumpa dengan Heriati Gunawan di suatu seminar di
Jakarta sebagai sesama pembicara. Beliau, seorang Master of
Positive Organizational Development dan ahli Appreciative
Inquiry, bercerita mengenai pendidikan master beliau yang
membutuhkan waktu satu semester sendiri untuk proses
pengenalan diri. Pengenalan diri menjadi proses intensif
dengan bimbingan personal dari dosen. Bagaimana bisa
xx

ABKK_edit Landi.indd 20

1/22/2015 1:16:27 PM

seorang praktisi perubahan melakukan perubahan positif


bila dirinya tidak sehat? ujar beliau saat itu.
Saya bersama Heriati Gunawan dan tim dosen yang lain
kemudian merancang kurikulum Magister Perubahan dan
Pengembangan Organisasi. Dalam kurikulum tersebut,
kami merancang proses belajar untuk mengenali diri secara
mendalam selama satu semester. Dalam satu semester,
mahasiswa belajar mengenali diri, kekuatan, harapan,
fokus perubahan, minat, dan jati dirinya. Waktu itu, saya
berseloroh, apabila dalam satu semester mahasiswa tidak
berubah, kurikulum ini gagal.
Setelah dua tahun memimpin Magister Perubahan dan
Pengembangan Organisasi, saya memutuskan mengundurkan diri sebagai dosen. Saya ingin belajar tantangan yang
berbeda. Saya menginisiasi gerakan Indonesia Bercerita,
Bincang Edukasi, Suara Anak, hingga mengembangkan
aplikasi digital pengembangan bakat anak, Takita. Pertemuan dengan banyak praktisi pendidikan membuat
wawasan saya semakin terbuka.
Setelah mundur sebagai dosen, saya akhirnya mempunyai
banyak waktu, menemani dan mengamati perkembangan
anak saya, Damai. Dialektika terjadi antara kenyataan
di rumah dengan wawasan yang lahir dari perjumpaan
dengan banyak praktisi pendidikan. Dialektika tersebut
berpuncak pada perjumpaan saya dengan gagasan Ki
Hadjar Dewantara.

xxi

ABKK_edit Landi.indd 21

1/22/2015 1:16:27 PM

Mata saya terbelalak ketika membaca kutipan-kutipan


tulisan Ki Hadjar Dewantara dari status media sosial
Kreshna Aditya, penggagas utama Bincang Edukasi.
Ternyata, gagasan beliau begitu tajam, jauh dari bayangan
saya.
Buku pertama yang sampai ke rumah adalah buku 30 Tahun
Taman Siswa versi asli. Saya mendapat buku yang sudah
terlepas lembarannya hingga harus diletakkan di kantung
dari bambu. Buku berikutnya adalah kumpulan tulisan Ki
Hadjar Dewantara yang disusun menjadi dua buku sesuai
temanya, yaitu Pendidikan dan Kebudayaan.
Saya belajar kembali mengenai pendidikan dari Ki Hadjar
Dewantara. Pemikiran dan praktik yang beliau lakukan
adalah lompatan raksasa di zamannya, bahkan juga di zaman
sekarang. Membaca kritik beliau terhadap pendidikan
kolonial, seolah membaca kritik terhadap sistem pendidikan
nasional saat ini. Pendidikan yang menyeragamkan, yang
menuntut kepatuhan mutlak dari anak; anak tidak diberi
kesempatan untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan
yang bermakna baginya.
Bahkan, beliau juga mengkritik psikologi mekanis yang
tetap dominan hingga hari ini. Saya membaca bagaimana
Ki Hadjar Dewantara dengan penuh kebanggaan bercerita
mengenai kunjungan penerima hadiah Nobel Sastra
dari India, Rabindranath Tagore, yang dilanjutkan oleh

xxii

ABKK_edit Landi.indd 22

1/22/2015 1:16:27 PM

kunjungan Perdana Menteri India ke Taman Siswa.


Bukan sekadar kunjungan, melainkan pembelajaran yang
dilanjutkan dengan program pertukaran pelajar dan kerja
sama lainnya. Beliau berdua adalah perintis pendidikan
nasional di negaranya masing-masing sekaligus sesama
pengkritik model pendidikan konservatif yang mencekoki
anak dengan pengetahuan.
Saya membaca kisah pengalaman beliau seolah bukan
pengalaman di masa lalu, tetapi di masa depan. Saya
ingin tranformasi pendidikan Indonesia sebagai
rujukan negara lain, tak hanya terjadi di masa
lalu, tetapi juga kelak di masa depan. Apakah
mungkin?
ttt

Saya seorang ayah yang tertarik pada dunia pendidikan.


Saya peduli pendidikan bukan hanya ilmu pengetahuan,
juga karena sebuah pertanyaan yang mungkin ditanyakan
oleh orangtua yang lain, Bagaimana masa depan anak
saya?. Jujur, saya meragukan sistem pendidikan saat ini
yang tidak bisa menghargai keunikan anak. Pendidikan
yang memperlakukan anak seperti kertas kosong yang bisa
dicorat-coret sesuka hatinya.
Saya
menemukan jawaban kegelisahan saya dalam
gagasan dan praktik pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

xxiii

ABKK_edit Landi.indd 23

1/22/2015 1:16:27 PM

Ada tiga pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya catat


dan semakin meyakinkan saya untuk menulis buku ini.
Pertama, bahwa setiap anak itu istimewa. Beberapa kali
beliau pernah menjelaskan bahwa anak bukanlah kertas
kosong. Anak mempunyai kodratnya sendiri yang
tidak bisa diubah oleh pendidik. Pendidik hanya
bisa mengarahkan tumbuh kembangnya kodrat
tersebut.

Hidup dan tumbuhnya anak-anak itu terletak di


luar kecakapan dan kehendak kita kaum pendidik.
Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia,
sebagai benda hidup, teranglah hidup dan tumbuh
menurut

kodratnya

sendiri.

|Ki Hadjar Dewantara

(Pendidikan, hlm. 21)

Kedua, belajar bukanlah proses memasukkan pengetahuan


ke diri anak. Belajar adalah proses membentuk pengetahuan, mengonstruksikan pemahaman. Ki Hadjar
sering menggunakan metafor tumbuhan untuk melukiskan
proses belajar yang dialami seorang anak. Belajar
bukan menanamkan pengetahuan, tetapi
menumbuhkan potensi anak. Pendidik tidak
bisa mengubah kodrat anak, pendidik hanya
mengarahkan tumbuhnya kodrat tersebut.
xxiv

ABKK_edit Landi.indd 24

1/22/2015 1:16:27 PM

...Kemerdekaan

hendaknya

dikenakan

terhadap

caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu


dipelopori atau disuruh mengakui buah pikiran
orang lain, tetapi biasakanlah anak-anak mencari
sendiri segala pengetahaun dengan menggunakan
pikirannya

sendiri. |Ki Hadjar Dewantara (Peringatan

Taman-Siswa 30 Tahun, 19221952)

Ketiga, pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.


Keluarga adalah pusat pendidikan. Orangtua
mungkin bisa mendelegasikan pengajaran pada kaum ahli,
tetapi pendidikan anak tetaplah menjadi tanggung jawab
orangtua. Peran orangtua tidak tergantikan oleh
sekolah, lembaga pendidikan, ataupun lembaga
bakat.

Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam


pangkuan ibu bapa, karena hanya dua orang
inilah yang dapat berhamba pada sang anak
dengan

semurni-murninya

ikhlasnya,

sebab

cinta

dan

se-ikhlas-

kasihnya

kepada

anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak


terbatas. [sick!] |Ki Hadjar Dewantara (Pendidikan, hlm.
382)

xxv

ABKK_edit Landi.indd 25

1/22/2015 1:16:28 PM

Saat ini, pemikiran Ki Hadjar Dewantara dipinggirkan


oleh arus besar paradigma dunia pendidikan. Anak-anak
diseragamkan dan distandarkan melalui serangkaian
proses belajar dan ujian. Anak dipaksa belajar bukan
karena gemar, tetapi hanya agar lulus ujian. Peran
keluarga diminimalisasi hanya untuk urusan mikro dan
teknis. Kebijakan pendidikan yang berdampak kepada anak
tidak melalui proses mendengarkan pandangan orangtua.
Orangtua hanya menjadi objek penderita yang pontangpanting membantu anaknya ketika sebuah kebijakan
pendidikan diluncurkan.
Tiga pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut akan
mewarnai buku ini. Anak bukan kertas kosong,
melainkan benih kehidupan yang utuh. Saya
menafsirkan kodrat anak menurut Ki Hadjar Dewantara
sebagai kecerdasan majemuk anak. Selain karena suka
dengan kecerdasan majemuk, saya melihat benang merah
antara kodrat dengan kecerdasan majemuk.
Ki Hadjar menyebutkan bahwa anak telah dianugerahi
kemampuan belajar sejak lahir. Selaras dengan pengertian
kecerdasan majemuk sebagai kemampuan yang dibawa
sejak lahir dalam mengolah informasi, menyelesaikan
persoalan serta menciptakan karya.
Saya menulis buku ini sebagai orangtua, untuk dibaca
orangtua anak-anak Indonesia. Sebagai orangtua, saya

xxvi

ABKK_edit Landi.indd 26

1/22/2015 1:16:28 PM

berbagi pengalaman dalam mengembangkan bakat anak


saya, sekaligus belajar merumuskan panduan untuk
mengembangkan anak saya di masa mendatang. Untuk
para orangtua, saya mengundang Anda untuk lebih berdaya
dalam mendidik anak-anak kita. Masa depan anak
Indonesia terletak pada kepedulian orangtua.
Sebagai antitesis terhadap pandangan anak adalah kertas
kosong, saya merumuskan sebuah visi, yakni pendidikan
yang menumbuhkan. Pendidikan bukanlah mencekoki
anak dengan berjuta pengetahuan dan kebenaran
menurut orang dewasa. Pendidikan adalah proses
menumbuhkan benih kehidupan yang utuh untuk
menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri dan
masyarakatnya. Visi pendidikan yang menumbuhkan
akan memandu proses pengembangan bakat anak.
ttt
Saya menuliskan buku ini menjadi sepuluh bab. Bab
pertama menceritakan zaman kreatif yang akan menjadi
zaman bagi anak-anak kita kelak, sebuah konteks ketika
anak kelak berkarier. Saya menceritakan pentingnya
perubahan paradigma pendidikan dan relevansinya dengan
pengembangan bakat anak. Mengapa pengembangan bakat
anak penting dalam menyiapkan anak menghadapi zaman
kreatif.

xxvii

ABKK_edit Landi.indd 27

1/22/2015 1:16:28 PM

Pada bab tiga, saya mengulas konsepsi mengenai anak


sebagai benih kehidupan yang utuh, bukan kertas kosong.
Pada dua bab selanjutnya, saya mengajak pembaca untuk
menukik lebih jauh mengenai anak sebagai pembelajar.
Anak mempunyai dorongan dalam diri yang mengarahkan
tindakannya, dan pada dasarnya setiap anak itu cerdas.
Dengan pemahaman baru mengenai anak, kita dapat
mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
Pada tiga bab berikutnya, saya memaparkan mengenai
pengembangan bakat anak. Saya mengulas pengertian bakat
dan prinsip pengembangan bakat anak. Saya lanjutkan
dengan paparan mengenai siklus perkembangan bakat
anak sejak kecil hingga fase berkarier. Berdasarkan siklus
tersebut, orangtua dapat mengambil peran dan sikap yang
tepat dalam mengembangkan bakat anak.
Dua bab terakhir, sifatnya lebih praktis. Bab sembilan berisi
delapan latihan bagi orangtua yang menumbuhkan bakat
anak. Orangtua dapat mempraktikkan latihan ini sendiri,
bersama keluarga yang lain, atau dalam sebuah komunitas
orangtua. Bab terakhir berisi panduan bagi orangtua untuk
mengenali kecerdasan majemuk anak, serta panduan bagi
orangtua untuk menstimulasi anak untuk gemar dan tekun
belajar mengembangkan bakatnya.
ttt

xxviii

ABKK_edit Landi.indd 28

1/22/2015 1:16:28 PM

Pada akhirnya, terima kasih buat Mamski Wiwin Hendriani


dan Memski Ayunda Damai yang telah menjadi teman
belajar mengenai bakat anak melalui aktivitas sehari-hari
yang seru. Buku ini tidak akan ada tanpa inspirasi dari
kalian.

salam hangat,

Bukik Setiawan
~Ayah, Blogger, Fasilitator, dan akhirnya, Penulis Buku

xxix

ABKK_edit Landi.indd 29

1/22/2015 1:16:28 PM

ABKK_edit Landi.indd 30

1/22/2015 1:16:28 PM

Anda mungkin juga menyukai