Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

(GLS) MELALUI PROGRAM 3M2B DALAM MENUMBUHKAN


PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT

Disusun oleh :
Tim Pengembang Kurikulum SMA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI LAMPUNG
SMA NEGERI 1 TUMIJAJAR
Jl. Jend. Sudirman No. 92 Kec. Tumijajar Kab. Tulang Bawang Barat
STRATEGI PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
MELALUI PROGRAM 3M2B DALAM MENUMBUHKAN
PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT

Disusun oleh :
Tim Pengembang Kurikulum SMA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI LAMPUNG
SMA NEGERI 1 TUMIJAJAR
Jl. Jend. Sudirman No. 92 Kec. Tumijajar Kab. Tulang Bawang BaraT
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang pantas saya ucapkan karena dengan izin-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Program GLS yang berjudul “STRATEGI PELAKSANAAN
GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS) MELALUI PROGRAM 3M2B DALAM
MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT“. Program ini dibuat
dengan tujuan untuk menciptakan strategi untuk mewujudkan program gerakan literasi
dasar di sekolah, dengan tujuan dapat menumbuhkan motivasi minat baca siswa
menjadi lebih baik.

Ucapan terimakasih yang tulus saya berikan kepada semua warga sekolah dan semua
pihak yang telah memberikan motivasi dan membantu terselesaikan program ini.

Tim penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala amal dan bantuannya
mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga program ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amin.

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah ungkapan "Buku adalah jendela dunia", ini berarti kunci untuk membuka
dunia adalah membaca. Sangatlah jelas bahwa membaca dapat membuka,
memperluas wawasan dan juga pengetahuan seseorang. Faktor penting dalam
proses pembentukan kebiasaan membaca terutama diawali dari lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.

Minat membaca di Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan terbukti


berdasarkan studi ”Most Littered Nation In The Word” yang dilakukan oleh Central
Connecticut State University bulan maret 2016 yang lalu berkaitan dengan minat
membaca dalam Koran Harian Kompas, Jakarta. Bahwa minat membaca Indonesia
dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Indonesia Persis berada di
bawah Thailand (59) dan di atas Bostnawa (61). Padahal dipaparkan oleh mantan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan menyatakan bahwa apabila
dilihat dari segi infrastruktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia
berada di atas Negara-negara Eropa. Indonesia berada di urutan 34 di atas jerman,
Portugal, Selandia Baru dan Korea Selatan. Hal ini, menjadi sebuah masalah bahwa
Indonesia ternyata belum memanfaatkan Infrastruktur yang ada dengan maksimal.
Banyaknya perpustakaan dan buku ternyata tidak menjadi indikator yang kuat untuk
menumbuhkan minat membaca. Perlu adanya strategi yang harus diciptakan untuk
menjadikan membaca bisa menjadi sebuah pembiasaan yang membentuk sebuah
karakter dan pada akhirnya menjadi sebuah budaya dalam menumbuhkan
pembelajaran sepanjang hayat.

Dalam rangka membudayakan kebiasaan membaca, Direktorat Pembinaan SMA


memprogramkan pembinaan peningkatan minat membaca siswa SMA melalui
Gerakan Literasi Sekolah yang disingkat GLS. Penumbuhan minat baca melalui
2

kegiatan 15 menit membaca diatur dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015. Pada
program tersebut, sekolah bersama dengan pemangku kepentingan lainnya
memfasilitasi dan menggerakkan budaya membaca siswa. Dalam pelaksanaannya,
GLS memiliki tiga tahapan meliputi pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran.

Pada kenyataannya GLS dalam pelaksanaannya tidaklah berjalan mulus, seperti


sekolah kami sebagai sekolah pemula dalam melaksanakan program GLS sangat
banyak kendala dihadapi ketika program GLS akan diterapkan pada sekolah.
Beberapa kendalanya seperti siswa yang belum terbiasa/tidak menyukai kegiatan
membaca apalagi dalam waktu (10-15 menit) pada jam pertama menurut mereka itu
adalah waktu yang lama, guru yang datang terlambat akan terburu-buru memulai
pembelajaran tanpa melakukan kegiatan membaca 15 menit diawal pembelajaran,
guru yang datang tepat waktu tetapi tidak mendampingi siswa melakukan kegiatan
membaca sehingga anak-anak hanya memanfaatkan waktu dengan bermain-main.
Jadi, GLS tidak akan berjalan dengan baik apabila warga sekolah tidak semua
mendukung. Sekolah tentunya harus menjadikan GLS sebagai sebuah program yang
harus disosialisikan kepada warga sekola. Selain membuat program, cara lebih
efektif untuk meningkatkan minat dan daya baca adalah membuat movement atau
gerakan karena efek dari sebuah gerakan biasanya lebih cepat menyebar dibanding
program. Movement kalau sudah menular maka akan unstoppable, sebab
menularnya bukan karena perintah, dana, dan program tapi karena ada penularan.
Menumbuhkan minat baca tidak menggunakan pendekatan program melainkan
dengan sebuah gerakan, kalau didekatkan sebagai program, maka semua itu
tergantung penyelenggara, tapi kalau didekati dengan gerakan, efeknya akan
meluas. SMA N 1 Tumijajar sebagai salah satu SMA dikabupaten Tulang Bawang
Barat mulai menerapkan GLS melalui sebuah strategi sederhana sebagai salah satu
program yang menjadi langkah awal untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan
budaya membaca. Program ini, disebut dengan Program 3M2B (Membaca,
Merangkum, Menulis, Berbicara dan Berlomba).
3

B. Tujuan Kegiatan GLS


Adapun tujuan dari program kegiatan ini adalah:
1. Menerapkan strategi 3M2B ( Membaca, Merangkum, Menulis, Berbicara dan
Berlomba) sebagai langkah awal memotivasi siswa dalam meningkatkan budaya
membaca.
2. Terwujudnya siswa-siswi yang sadar akan literasi yang ditunjukkan dengan
meningkatnya budaya baca-tulis di Sekolah

C. Manfaat Kegiatan GLS


Manfaat dari Program Kegiatan GLS adalah akan meningkatnya daya saing bangsa
melalui peningkatan wawasan dan ilmu pengetahuan akibat minat baca yang tinggi
4

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses,


memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. GLS merupakan sebuah upaya
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Secara umum tujuan dari GLS adalah untuk menumbuhkembangkan budi pekerti
peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat, sedangkan
secara khusus bahwa GLS diharapkan dapat menumbuhkembangkan budaya literasi di
sekolah, meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, menjadikan
sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah
mampu mengelola pengetahuan dan menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan
menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Tentunya GLS dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh lingkungan fisik
sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi), lingkungan sosial dan afektif
(dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan
literasi SMA dan lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).

Adapun bentuk pelaksanaan kegiatan Literasi Sekolah melalui program 3M2B.


Adapun penjelasan dari tahapan-tahapan dari strategi 3M2B ini adalah:

Strategi yang pertama (1) kegiatan membaca.


Pengertian membaca menurut beberapa ilmuwan adalah bahwa membaca merupakan
suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis; membaca adalah suatu proses
5

kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis dan


merupakan proses; membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari
berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal; membaca
diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari
sebuah teks.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah


proses yang melibatkan kemampuan visual dan kemampuan kognisi. Kedua kemampuan
ini diperlukan untuk memberikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan
menjadi bermakna bagi pembaca.

Agar kegiatan membaca dapat membangkitkan minat siswa maka buku referensi yang
dibaca oleh siswa adalah buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku
ilmiah populer, majalah, komik, dsb.), Peserta didik dapat diminta membawa bukunya
sendiri dari rumah dan buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai
minat dan kesukaannya.

Strategi yang kedua (2) kegiatan Merangkum.

Rangkuman merupakan bentuk singkat dari teks fiksi maupun non fiksi. Selain itu,
ringkasan berisi ide – ide pokok dari suatu wacana akan tetapi tetap memperhatikan
unsur kronologi dan susunan dari ide – ide tersebut. Rangkuman membuat uraian yang
panjang menjadi lebih singkat dan proporsional. Rangkuman membuat pembaca lebih
mudah menemukan ide – ide pokok dari sebuah teks. Rangkuman merupakan cara
paling efektif untuk menyajikan teks yang panjang menjadi lebih ringkas, karena ide –
ide utama yang dirangkum dari sebuah teks atau wacana tetap dipertahankan, hanya
rincian dan ilustrasi saja yang dibuang.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa merangkum berarti suatu kegiatan dimana
kita memangkas uraian yang panjang dalam suatu teks menjadi lebih singkat, padat dan
jelas tanpa mengabaikan sistematika kronologi dari teks tersebut. Setelah membaca,
pada waktu luang (misal istirahat, jam kosong, dan dirumah) siswa diminta membuat
rangkuman ringkas tentang apa yang dibaca. Untuk membangkitkan minat siswa dalam
membuat rangkuman, maka siswa diminta untuk mengumpulkan hasil rangkuman ke
guru mata pelajaran bahasa untuk mendapat nilai tambah keterampilan siswa.
6

Strategi yang ketiga (3) adalah menulis.

Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan


menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai; menulis berarti mengekpresikan
secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan; menulis dapat
dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil; menulis merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan berupa
penuangan ide/gagasan dengan kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang aktif
produktif dalam bentuk simbol huruf dan angka secara sistematis sehingga dapat
dipahami oleh orang lain. Pada tahapan pelaksanaan strategi GLS yang ketiga ini, siswa
diminta menulis sesuai dengan bakatnya baik berupa cerita, cerpen, puisi, dan
sebagainya yang kemudian dikumpulkan kepada guru Bahasa Indonesia untuk diberikan
penilaian.

Strategi yang ke empat (4) adalah Berbicara.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk


mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan;
berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak; Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan gagasannya secara
langsung kepada penyimak, hal itu dimaksudkan agar penyimak mengerti atau
memahami gagasan yang disampaikan oleh pembicara; berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak; berbicara merupakan instrumen
yang mengungkapkan gagasannya secara langsung kepada penyimak, hal itu
dimaksudkan agar penyimak mengerti atau memahami gagasan yang disampaikan oleh
pembicara.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan


mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa
7

melalui bahasa lisan untuk menyampaikan pesan yang berupa gagasan, ide, pikiran dan
perasaan kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Pada tahapan yang ke empat ini, guru meminta siswa dapat berlatih berbicara untuk
mengungkapkan hasil tulisannya tanpa harus menunjuk/memilih siswa tapi dengan
kemauan siswa itu sendiri dan memberikan penilaian tambahan bagi nilai keterampilan
siswa.

Strategi yang kelima (5) adalah Berlomba.

Berlomba dapat diartikan (1) beradu kecepatan (2) beradu kecakapan (kemampuan,
ketangkasan dan sebagainya). Pada kegiatan GLS tahapan ini yang dimaksud berlomba
adalah beradu kecapakan berupa kemampuan dan kepandaian siswa dalam
mengaplikasikan GLS yang sudah dilaksanakan siswa dalam wujud nyata dari hasil
tulisan siswa. Pada tahapan strategi yang ke lima ini, maka sekolah harus mengadakan
kegiatan lomba GLS disekolah dan/atau mengikutkan beberapa siswa untuk mengikuti
kegiatan lomba di luar sekolah.
8

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Budaya membaca itu hadir karena ada kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca ada
jika ada rencana membaca secara rutin dan rutinitas dalam membaca adalah penting
sekali. Kesimpulannya, bahwa butuh sebuah pembiasaan dalam melaksanakan kegiatan
GLS namun didukung pula oleh semua warga sekolah yang ada, sehingga motivasi
siswa dalam minat membaca meningkat. Membangkitkan motivasi awal memang harus
diawali melalui motivasi ekstrinsik yang pada akhirnya akan memunculkan motivasi
intrinsik dalam diri siswa melalui sebuah strategi seperti hanyal strategi 3M2B.
Sarannya, semoga dengan Program kegiatan GLS yang dilaksanakan secara rutin dan
baik nantinya akan melahirkan siswa-siswa yang memiliki pembiasaan dengan karakter
yang berbudaya dan pada akhirnya menjadikan semua warganya sebagai pembelajar
sepanjang hayat.
9

DAFTAR PUSTAKA

________http://www.kajianpustaka.com/2013/07/pengertian-tujuan-dan-
tahapan-menulis.html. (diunduh pada tanggal 19 Nov 2016)

________http://www.prbahasaindonesia.com/2016/04/rangkuman-pengertian-
cara-merangkum.html. (diunduh pada tanggal 19 Nov 2016)

Sutrianto, dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Menengah Atas.


Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
10

LAMPIRAN
11

DOKUMENTASI KEGIATAN GLS MENGGUNAKAN PROGRAM 3M2B DI SMAN


1 TUMIJAJAR

Berikut adalah tahapan bentuk kegiatan pelaksanaan GLS di SMA N 1 Tumijajar.

Gambar 1. Strategi M yang pertama (Membaca) ( Membaca Buku nonpelajaran,


didampingi oleh guru yang mengajar pada 15 Menit jam pertama)

Gambar 2. Strategi M yang kedua (Merangkum) (Meluangkan waktu membuat


rangkuman pada saat jam kosong, saat istrirahat, dirumah dan lain-lain)
12

Gambar 3. Strategi M yang ketiga (Menulis) ( Guru Meminta Siswa Membuat Tulisan
sesuai Minat dan bakat seperti Cerpen, Puisi, Artikel dll)

Gambar 4. Strategi B yang ke pertama (Berbicara) (Guru Bahasa Indonesia meminta


beberapa siswa bercerita tentang tulisan hasil karyanya)
13

Gambar 5. Strategi B yang ke Dua (Berlomba)


(Melaksanakan Kegiatan Lomba GLS)

Memberikan Hadiah bagi yang berprestasi

Anda mungkin juga menyukai