Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 2549-3728, Vol.

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016


“Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA”
17 DESEMBER 2016

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN


SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI
DESA WATES KABUPATEN BLITAR
Wahyuningtias
(Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember)
wahyuningtyas12345@gmail.com
Nia Dwi Astuti
(Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember)

ABSTRAK
Jurnal ini membahas dan mengkaji tentang prosesi dan nilai-nilai tradisi Baritan sebagai peringatan
malam 1 Syuro yang dilaksanakan di Desa Wates Kabupaten Blitar. Penelitian ini dilaksanakan mulai
tanggal 29 September 2016. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif,
dengan pendekatan etnografi. Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian
tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan
lain-lain (Rahmat, 2009: 2). Etnografi adalah salah satu metode kualitatif yang tertua dari riset sosial.
Metode ini sangat tepat untuk meneliti masalah budaya dan biasanya selalu terpilih sebagai metode
penelitian antropologi (Setyowati, 2006: 35). Teknik yang digunakan untuk memperoleh sumber data
dalam penelitian ini yaitu melalui kajian dokumen. Kajian dokumen dilakukan dengan cara
menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file, dan hal-hal lain yang sudah
didokumentasikan (Djaelani, 2013: 88). Adapun sumber dokumen dalam penelitian ini diambil dari
data berupa jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan tradisi Baritan dan nilai-nilai yang terdapat
pada tradisi Baritan. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu laptop untuk mencari jurnal
secara online dan alat tulis untuk mencatat hal-hal penting yang ditemukan dalam proses pengumpulan
data. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Baritan adalah salah satu bentuk tradisi selamatan
yang biasanya diadakan di perempatan jalan dengan tujuan untuk memohon petunjuk, kesejahteraan,
dan wujud rasa syukur kepada Tuhan. Prosesi tradisi Baritan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Pertama adalah tahap persiapan. Tahap ini dimulai dengan
mengumpulkan seluruh masyarakat pada setiap RT di Mushola sekitar dan kemudian dilaksanakan
rapat. Tahap kedua adalah pelaksanaan. Tahap ini dimulai dengan berkumpulnya semua masyarakat
mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa di perempatan jalan pada pukul 16.00 WIB. Tahap
terakhir yaitu penutup yang ditandai dengan doa bersama kepada Tuhan. Adapun nilai-nilai yang dapat
dipetik dari tradisi Baritan yaitu nilai kebudayaan, kebersamaan, kesederhanaan, religi, gotong-
royong, kekeluargaan, keberagaman, kerja keras, kerukunan, toleransi, dan kegembiraan.
Kata kunci: Baritan, Prosesi, Nilai-nilai.

memiliki banyak tradisi yang bertujuan untuk menjaga


PENDAHULUAN kedamaian, kerukunan, keselamatan, dan bentuk
Masyarakat di Desa Wates merupakan syukur kepada Tuhan. Salah satu tradisi yang biasanya
masyarakat suku Jawa. Masyarakat Jawa dikenal dilakukan masyarakat Jawa adalah tradisi Baritan.
sebagai masyarakat yang religius. Perilaku keseharian Baritan berasal dari istilah “lebar rit-ritan”
masyarakat Jawa banyak dipengaruhi oleh alam artinya setelah panen raya (Pambudi, 2014: 16).
pikiran yang bersifat spiritual. Masyarakat Jawa dalam Baritan adalah salah satu bentuk tradisi selamatan
kehidupan sehari-hari memiliki hubungan istimewa yang biasanya diadakan di perempatan jalan dengan
dengan alam. Masyarakat Jawa juga dikenal sebagai tujuan untuk memohon petunjuk, keselamatan dari
masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi. Tradisi Tuhan, dan wujud rasa syukur masyarakat yang
merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia dilaksanakan di bulan Syuro. Masyarakat sekitar
yang telah berproses dalam waktu lama dan biasanya membawa takir (nasi putih yang dilengkapi
dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang dengan lauk pauk) yang terbuat dari daun pisang dan
(Pambudi, 2014: 15). Masyarakat Jawa sendiri dilengkapi dengan janur (daun kelapa muda). Isi dari
134
ISSN : 2549-3728, Vol.1

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016


“Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA”
17 DESEMBER 2016
takir itu adalah nasi, lauk-pauk, sayuran, telur, dan data yang tersimpan dalam berbagai bahan berbentuk
serondeng (parutan kelapa muda yang diberi bumbu dokumentasi. Kajian dokumen dilakukan dengan cara
kemudian digoreng menggunakan minyak). Prosesi menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan,
Baritan dan juga takir yang dibawa beserta isinya oleh file, dan hal-hal lain yang sudah didokumentasikan
masyarakat, melambangkan nilai-nilai kebudayaan. (Djaelani, 2013: 88). Adapun sumber dokumen dalam
Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan penelitian ini diambil dari data berupa jurnal-jurnal
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kebanyakan penelitian yang terkait dengan tradisi Baritan dan
dari pemuda khususnya di Desa Wates Kabupaten nilai-nilai yang terdapat pada tradisi Baritan. Analisis
Blitar belum mengetahui nilai-nilai yang dapat dipetik tentang nilai-nilai dalam tradisi Baritan sebagai
dari tradisi Baritan. Sebagian besar dari mereka hanya peringatan malam satu Syuro dilakukan di Desa Wates
melakukan prosesi Baritan tanpa mengetahui Kabupaten Blitar.
maknanya. Berdasarkan hal tersebut dilakukan Instrumen penelitian adalah alat yang
analisis nilai-nilai dalam tradisi Baritan sebagai digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar
peringatan malam 1 Syuro di Desa Wates Kabupaten pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
Blitar. (Arikunto dalam Pambudi, 2014: 16-17). Instrumen
Adapun permasalahan yang akan dikaji dapat yang dipakai dalam penelitian ini adalah laptop untuk
dirumuskan sebagai berikut: mencari jurnal secara online dan alat tulis untuk
1. Bagaimana prosesi Baritan di Desa Wates mencatat hal-hal penting yang ditemukan dalam
Kabupaten Blitar? proses pengumpulan data.
2. Apa nilai-nilai yang dapat dipetik dalam tradisi
Baritan sebagai peringatan malam satu Syuro di HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Desa Wates Kabupaten Blitar? Tradisi Baritan yang dilaksanakan di Desa
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat Wates Kabupaten Blitar terdiri dari tiga tahap yaitu
diperoleh tujuan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Tahap persiapan
1. Untuk mendiskripsikan prosesi tradisi Baritan di dimulai dengan mengumpulkan seluruh masyarakat
Desa Wates Kabupaten Blitar. pada setiap RT di Mushola atau Masjid sekitar dan
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang dapat dipetik kemudian dilaksanakan rapat. Rapat tersebut
dalam tradisi Baritan sebagai peringatan malam membahas tentang orang yang memimpin doa, tempat,
satu Syuro di Desa Wates Kabupaten Blitar. waktu, dan banyaknya takir yang harus dibawa setiap
kepala keluarga saat pelaksanaan Baritan. Biasanya
METODE PENELITIAN setiap kepala keluarga membawa takir sebanyak
Penelitian ini menggunakan metode anggota keluarga yang hadir dan dilebihkan satu buah
penelitian deskriptif kualitatif, dengan pendekatan takir. Tujuan membawa takir dilebihkan yaitu untuk
etnografi. Penelitian kualitatif tidak berupa angka- diberikan kepada masyarakat yang sedang lewat di
angka hasil pengukuran, melainkan berupa deskripsi jalan tempat pelaksanaan Baritan, selain itu juga
kata-kata atau kalimat yang menggambarkan diberikan kepada masyarakat sekitar yang memiliki
fenomena tertentu (Mahsyud, 2016: 28). Penelitian banyak anggota keluarga di rumahnya.
kualitatif secara umum dapat digunakan untuk Rapat ini selain membahas tentang orang
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, yang memimpin doa, tempat, waktu, dan banyaknya
tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas takir yang dibawa, juga membahas tentang masyarakat
sosial, dan lain-lain (Rahmat, 2009: 2). Etnografi yang menyediakan meja besar sekaligus kursi yang
adalah salah satu metode kualitatif yang tertua dari akan digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
riset sosial. Metode ini sangat tepat untuk meneliti takir. Rapat tersebut juga membahas tentang terpal
masalah budaya dan biasanya selalu terpilih sebagai (barang seperti tikar, tetapi ukurannya sangat lebar dan
metode penelitian antropologi (Setyowati, 2006: 35). terbuat dari bahan plastik), bambu, dan masyarakat
Teknik yang digunakan untuk memperoleh yang ditunjuk untuk bersedia menyediakan minum
sumber data dalam penelitian ini yaitu melalui kajian yang diberikan kepada masyarakat pada saat
dokumen. Dokumen diartikan sebagai suatu catatan pelaksanaan Baritan. Terpal dan bambu digunakan
tertulis atau gambar yang tersimpan tentang sesuatu untuk atap tempat pelaksanaan Baritan. Tujuan dibuat
yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan atap ini yaitu agar takir-takir yang berada di atas meja
135
ISSN : 2549-3728, Vol.1

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016


“Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA”
17 DESEMBER 2016
tidak basah dan masyarakat yang melaksanakan kebudayaan sendiri adalah seperangkat peraturan atau
Baritan dapat berteduh di bawahnya apabila hujan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
turun. masyarakat, yang kalau dilaksanakan oleh para
Prosesi pelaksanaan tradisi Baritan biasanya anggotanya, melahirkan perilaku yang dipandang
dimulai pada pukul 16.00 dan dilaksanakan di layak dan dapat diterima oleh seluruh anggota
perempatan jalan dekat dengan masjid atau mushola masyarakat tersebut (Haviland dalam Surbakti, 2014:
sekitar. Sebelum pukul 16.00 Ibu-ibu berbondong- 97). Adanya pelaksanaan tradisi Baritan ini tentunya
bondong membawa takir ke tempat pelaksanaan akan mengangkat dan melestarikan budaya nenek
Baritan, sedangkan masyarakat yang laki-laki moyang yang sudah dilaksanakan secara turun-
menyiapkan meja, kursi, dan atap yang terbuat dari temurun. Hal itu berarti tradisi Baritan tidak boleh
terpal. ditinggalkan dan harus dilestarikan karena merupakan
Semua masyarakat mulai dari anak-anak warisan dari nenek moyang.
sampai orang dewasa berkumpul di perempatan jalan.
Masyarakat yang bertugas memimpin doa, duduk di 2. Nilai Kebersamaan
kursi dekat meja tempat meletakkan takir. Semua Tradisi Baritan ini dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat berdoa dengan khusyu’ memohon masyarakat Desa Wates Kabupaten Blitar. Mereka
perlindungan kepada Tuhan dan bersyukur atas segala berkumpul di perempatan jalan pada saat pelaksanaan
rezeki yang telah diberikan. Kegiatan selanjutnya dari Baritan dan berkumpul di Mushola pada saat
prosesi tradisi Baritan yaitu membagikan takir kepada pelaksanaan rapat masyarakat. Mereka juga
seluruh masyarakat yang berada di tempat berkumpul saat mempersiapkan peralatan yang
pelaksanaan Baritan. Semua masyarakat memakan dibutuhkan untuk Baritan. Berdasarkan perkumpulan
takir bersama di tempat tersebut. Kebersamaan begitu yang dilaksanakan oleh masyarakat, terlihat dengan
terlihat pada saat memakan takir bersama. jelas nilai kebersamaannya. Nilai kebersamaan juga
Prosesi penutup Baritan ditandai dengan doa terlihat ketika mereka melakukan doa bersama
bersama sebagai penutup. Seluruh masyarakat dilanjutkan makan takir bersama-sama saat
mengambil takir yang tersisa dan membawa pulang. pelaksanaan Baritan.
Masyarakat Desa Wates setiap tahunnya selalu
melaksanakan Baritan, karena mereka telah 3. Nilai Kesederhanaan
menganggap hal ini sebagai tradisi wajib yang harus Takir merupakan wadah yang terbuat dari
dilaksanakan. daun pisang dan dilengkapi dengan janur, serta
Tradisi Baritan memang sering dilaksanakan dalamnya terdapat nasi putih dilengkapi lauk pauk.
oleh masyarakat Desa Wates Kabupaten Blitar, tetapi Hal ini mencerminkan nilai kesederhanaan. Saat ini
seiring berkembangnya zaman dan kemajuan masyarakat menggunakan piring ketika mereka
(IPTEK), kebanyakan dari pemuda khususnya di Desa hendak makan. Jarang sekali masyarakat yang
Wates Kabupaten Blitar belum mengetahui nilai-nilai menggunakan daun pisang ketika makan. Mulai dari
yang dapat dipetik dari tradisi Baritan. Sebagian besar masyarakat desa hingga perkotaan. Adanya Baritan
dari mereka hanya melakukan prosesi Baritan tanpa ini, salah satunya bertujuan agar masyarakat
mengetahui maknanya. menyadari betapa sederhananya orang-orang
Adapun nilai-nilai yang dapat dipetik dari terdahulu. Selain itu, agar mereka menyadari bahwa
tradisi Baritan adalah sebagai berikut: masih banyak orang-orang di luar sana yang kurang
beruntung.
1. Nilai Kebudayaan
Baritan merupakan salah satu tradisi yang
dilaksanakan oleh masyarakat Desa Wates Kabupaten 4. Nilai Religi
Blitar. Mereka melaksanakan tradisi Baritan setiap Sebelum pembagian takir, dilakukan doa
tahunnya. Acara ini dilaksanakan secara turun- bersama terlebih dahulu. Doa merupakan sesuatu hal
temurun oleh seluruh masyarakat Desa Wates yang paling ampuh, tidak ada yang lebih ampuh dari
Kabupaten Blitar. Sesuatu hal yang dilaksanakan doa (Muzzamil dalam Pradanta dkk, 2015: 158).
secara turun temurun akan menjadi suatu kebiasaan Tahap awal prosesi Baritan terdapat kegiatan
dan akan menjadi sebuah kebudayaan. Pengertian musyawarah. Kegiatan musyawarah ini dilaksanakan
136
ISSN : 2549-3728, Vol.1

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016


“Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA”
17 DESEMBER 2016
di Mushola. Mushola merupakan tempat beribadah terkadang hanya orang-orang dari golongan
bagi pemeluk agama Islam. Adanya doa dan tempat bangsawan saja yang bisa makan telur. Masyarakat
pelaksanaan rapat, merupakan unsur religi dalam yang memiliki keadaan ekonomi menengah ke bawah
prosesi Baritan. hanya bisa makan menggunakan lauk seadanya.
Mereka juga tidak memakan nasi dari beras setiap
5. Nilai Gotong-royong harinya. Mereka lebih sering makan nasi dari ketela
Seluruh masyarakat bersama-sama menata dan dari jagung.
tempat yang digunakan untuk Baritan. Beberapa
masyarakat mengambil peralatan yang diperlukan saat 9. Nilai Kerukunan
pelaksanaan Baritan yaitu meja, kursi, terpal, bambu, Nilai kerukunan dapat terlihat ketika
tali, dan tikar. Masyarakat yang lain menyiapkan atap masyarakat saling membantu mempersiapkan
yang digunakan untuk berteduh apabila turun hujan. kegiatan Baritan yaitu saat mereka menyiapkan
Terlihat begitu jelas antara masyarakat yang satu perlengkapan yang diperlukan, memotong bambu,
dengan masyarakat yang lain saling membantu. membuat atap untuk melindungi takir-takir apabila
Suasana seperti ini masih dirasakan dan masih melekat turun hujan, serta menata dan membagikan takir. Nilai
di lingkungan Desa Wates Kabupaten Blitar. kerukunan juga terlihat ketika dengan suasana bahagia
masyarakat sedang memakan takir bersama-sama.
6. Nilai Kekeluargaan
Nilai kekeluargaan begitu jelas terlihat ketika 10. Nilai Toleransi
seluruh masyarakat saling membantu pada saat Pengertian toleransi yaitu sikap lapang dada
persiapan Baritan. Mereka bersama-sama terhadap prinsip orang lain, tidak berarti seseorang
mengumpulkan perlengkapan yang diperlukan untuk harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang
Baritan. Nilai kekeluargaan juga terlihat jelas ketika dianutnya melainkan harus tercermin sikap yang kuat
seluruh masyarakat memakan takir bersama-sama di atau istiqomah untuk memegangi keyakinan atau
perempatan jalan. Masyarakat juga membagikan takir pendapatnya sendiri (Nisvilyah, 2013: 384). Toleransi
kepada orang yang sedang lewat di perempatan jalan berkembang karena adanya keberagaman, salah
ketika pelaksanaan Baritan berlangsung. Mereka juga satunya keberagaman agama dalam sebuah budaya
memberikan sisa takir kepada warga yang memiliki yang dianut suatu masyarakat.
anggota keluarga dengan jumlah banyak. Tidak semua masyarakat yang tinggal di Desa
Wates Kabupaten Blitar beragama Islam. Ada
7. Nilai Keberagaman masyarakat yang beragama Hindu dan juga Kristen.
Adanya lauk pauk yang beragam pada takir Adanya perbedaan agama yang dianut tidak
mencerminkan makna keberagaman. Lauk pauk pada menimbulkan perpecahan di masyarakat. Mereka tetap
takir yaitu sambal goreng (campuran kentang, tempe, melaksanakan Baritan sesuai aturan tradisi dengan
tahu, kacang, dan lain lain), telur, sayur-mayur, dan baik dan lancar, meskipun pada saat persiapan ada
lauk-pauk. Hal ini mengibaratkan adanya sedikit kendala yang dialami. Masyarakat yang
keberagaman pada seluruh masyarakat Desa Wates beragama Kristen dan Hindu tetap ikut serta dalam
Kabupaten Blitar. Mereka memiliki kepercayaan dan rapat persipan Baritan di Mushola. Mereka duduk di
keyakinan masing-masing terhadap Tuhan. Mereka serambi Mushola. Ada juga masyakat yang memegang
juga terdiri dari masyarakat kaya dan miskin. teguh kepercayaan yang dianutnya. Mereka tidak mau
Masyarakat tersebut terdiri dari berbagai macam ikut rapat di Mushola, tetapi mereka tetap
profesi. Ada yang berprofesi sebagai petani, pedagang, menghormati keputusan rapat. Berdasarkan hal itu
buruh, guru, polisi, tentara, dan profesi yang lain, terlihat jelas adanya nilai toleransi antarumat
meskipun demikian mereka tetap memiliki hubungan beragama di Desa Wates Kabupaten Blitar dalam
yang baik. pelaksanaan Baritan.

8. Nilai Kerja Keras 11. Nilai Kegembiraan


Telur melambangkan kerja keras. Orang- Masyarakat desa Wates, Kabupaten Blitar
orang zaman dahulu harus bekerja keras apabila ingin selalu menyambut datangnya Baritan dengan hati
mendapatkan telur untuk lauk mereka makan, bahkan yang gembira. Mereka sangat senang melaksanakan
137
ISSN : 2549-3728, Vol.1

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016


“Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA”
17 DESEMBER 2016
tradisi ini. Hal ini terlihat dari antusias warga untuk tidak hanya melaksanakan tradisi Baritan sebagai
membeli lauk-pauk dan menyiapkan perlengkapan syarat hidup di lingkungan masyarakat, tetapi mereka
Baritan, serta perbincangan dengan topik Baritan juga harus mengetahui makan dan nilai-nilai yang
dapat dipetik dari prosesi Baritan tersebut.
yang dilakukan antara satu warga dengan warga yang
lain saat bertemu. Bagi masyarakat Wates, tradisi ini
DAFTAR PUSTAKA
sudah mendarah daging di dalam kehidupan mereka,
Djaelani, A. R. 2013. Teknik Pengumpulan Data
sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Majalah
masyarakat.
Ilmiah Pawiyatan, (Online) 20 (1): 88,
(http://download.portalgaruda.org/), diakses
pada tanggal 23 Oktober 2016.
PENUTUP
Simpulan Mahsyud, M. S. 2016. Metode Penelitian Pendidikan.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan Jember: Lembaga Pengembangan
tentang tradisi Baritan di Desa Wates Kabupaten
Manajemen dan Profesi Kependidikan.
Blitar yang telah dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: Nisvilyah, Lely. 2013. Toleransi antarumat Beragama
1. Baritan adalah salah satu bentuk tradisi dalam Memperkokoh Persatuan dan
selamatan yang biasanya diadakan di Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam
perempatan jalan dengan tujuan untuk memohon dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan
petunjuk, keselamatan dari Tuhan, dan wujud Dlanggu Kabupaten Mojokerto). Jurnal
rasa syukur masyarakat yang dilaksanakan di Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
bulan Syuro. (Online) 2 (1): 384, (ejournal.unesa.ac.id),
2. Prosesi tradisi Baritan dibagi menjadi tiga tahap, diakses pada tanggal 7 November 2016.
yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutup.
3. Tahap persiapan dimulai dengan mengumpulkan Pambudi, O. S. 2014. Upaya Pelestarian Tradisi
seluruh masyarakat pada setiap RT di Mushola Baritan dalam Upacara Adat Sedekah Bumi
atau Masjid sekitar dan kemudian dilaksanakan di Desa Kedungwiringin Kecamatan Sempor
rapat. Kabupaten Kebumen. Jurnal Program Studi
4. Tahap pelaksanaan dimulai dengan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, (Online)
berkumpulnya semua masyarakat mulai dari 4 (4): 15-16, (http://ejournal.umpwr.ac.id/),
anak-anak sampai orang dewasa di perempatan diakses pada tanggal 29 September 2016.
jalan pada pukul 16.00 WIB. Pradanta, W. P. dan Bani Sudardi. 2015. Kajian Nilai-
5. Tahap penutup ditandai dengan doa bersama nilai Budaya Jawa dalam Tradisi Bancaan
sebagai penutup. Weton di Kota Surakarta. Jurnal Lingua,
6. Nilai-nilai yang dapat dipetik dari tradisi Baritan (Online) 12 (2): 158, (http://www.jurnal-
yaitu nilai kebudayaan, kebersamaan, lingua.info), diakses pada tanggal 25
kesederhanaan, religi, gotong-royong, September 2016.
kekeluargaan, keberagaman, kerja keras,
kerukunan, toleransi, dan kegembiraan. Rahmat, P. S. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal
Equilibrium, (Online) 4 (9): 2,
Saran (http://yusuf.staff.ub.ac.id/), diakses tanggal
Masyarakat Desa Wates Kabupaten Blitar, 23 Oktober 2016.
khususnya generasi muda harus tetap melestarikan
tradisi-tradisi warisan nenek moyang, salah satunya Setyowati. 2006. Etnografi sebagai Metode Pilihan
yaitu tradisi Baritan. Masyarakat Desa Wates dalam Penelitian Kualitatif di Keperawatan.
hendaknya melaksanakan tradisi Baritan dengan Jurnal Keperawatan Indonesia, (Online) 10
penuh suka cita dan kesungguhan. Disamping itu, (1): 35, (http://jki.ui.ac.id/), diakses tanggal
hendaknya masyarakat Desa Wates Kabupaten Blitar 23 Oktober 2016.

138

Anda mungkin juga menyukai