Anda di halaman 1dari 50

JURNAL PSIKOLOGI

TABULARASA
VOLUME 7 NOMOR: 1, APRIL 2012
ISSN: 1693-7007

Penerbit: Unit Publikasi Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang. Pelindung: Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Merdeka Malang. Pemimpin Umum: Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Merdeka
Malang. Pimpinan Redaksi: Ghozali Rusyid Affandi. Redaktur Pelaksana: Edi Sugiarto, Endro Warsono, Enny
Sri Kandiniwati. Anggota Dewan Redaksi: Nawang Warsi, Dewanti Ruparin Dyah, Adolfus Yunanto Putro,
Yumey Astutik, Agustin Rahmawati, Ardhiana Puspitacandri, Putri Saraswati. Produksi dan Sirkulasi: Bambang
Suprapto, Bambang Wijanarko, Bibit Suripmi

Daftar Isi

Penerimaan Diri dan Keharmonisan Perkawinan Remaja Perempuan yang Menikah Dini
di Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan Madura........................................................... 457
Suci Kurnia Sari & Agustin Rahmawati

Pengaruh Sense Of Humor Terhadap Penyesuaian Perkawinan


pada Tahap Awal Perkawinan di Kabupaten Nunukan ......................................................... 465
Nur Mahareny & Ardhiana Puspitacandri

Apakah Yang Membuat Lansia (Old People) Bali Bahagia?


Studi Eksplorasi Pendekatan Psikologi Indigenous ............................................................... 474
Luh Kadek Pande Ary Susilawati

Peranan Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Penyesuaian Diri


Akademik Mahasiswa Tingkat Pertama ................................................................................ 481
Artiarini Puspita Arwan

Hubungan antara Coping Strategy dengan Kenakalan pada Remaja Awal .......................... 496
Nila Ainu Ningrum

Jurnal Psikologi diterbitkan dua kali dalam setahun (April dan Agustus). Naskah untuk dimuat harus diketik
sesuai petunjuk penulisan pada halaman kulit belakang dalam dan dikirimkan kepada redaktur pelaksana Edi
Sugiarto dengan alamat: Unit Publikasi Fakultas Psikologi Unmer Malang, Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64
Telp & Fax (0341) 578820 Malang atau dikirim via e-mail: fpsi.unmer@gmail.com. Sertakan CV dan keterangan
khusus mengenai artikel. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulis bila disertakan perangko
secukupnya.
JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 7 NO. 1, APRIL 2012: 457-464

Penerimaan Diri dan Keharmonisan Perkawinan Remaja


Perempuan yang Menikah Dini di Kecamatan Labang
Kabupaten Bangkalan Madura

Suci Kurnia Sari1


Fakultas Psikologi
Universitas Merdeka Malang

Agustin Rahmawati2
Fakultas Psikologi
Universitas Merdeka Malang

Abstract
This research is done to know there is don’t it influence and how big self acceptance
influence to female adolescent marriage congruity one get married early at Labang
district Bangkalan Madura Regency. Population that is utilized is adolescent female
one get married early one get domicile at Labang district Bangkalan Regency. Total
observational deep sample it is determined as much 52 female striplings. Samples taking
tech utilize tech purposive is sampling. Usufruct validity on self acceptance scale with
significance level 0,05 moving of 0,306 until 0,677 by item what does valid as much 55
item, meanwhile validity on marriage congruity scale moves of 0,314 until 0,743 by total
item that valid as much 54 item. Reliabilities count self acceptance variable is gotten
assesses alpha (α) = 0,939, and reliabilities is marriage congruity variable is gotten
assesses alpha (α) = 0,941. Where both of that number is terminological reliabilities
method declared for by reliable. Data analysis result points out available influence that
adequately significant among self acceptance to female adolescent marriage congruity
one gets married early at Labang district Bangkalan Madura Regency, East java as
big as Fh = 57,335 by Ftable = 4,08 where if F computing (57,335) > F table (4,08), therefore
job hypothesizing that declares for there is influence among self acceptance to female
adolescent marriage congruity one gets married early at Labang District Bangkalan
Regency (Ha) accepted and correlation coefficient point as big as 0,731.

Key words: Self Acceptance, Marriage Congruity.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang lebih lanjut diharapkan dapat
masyarakat yang memegang peranan penting mengurangi timbulnya masalah-masalah
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial.
masyarakat yang lebih lanjut diharapkan Upaya-upaya menanggulangi masalah-
masalah dalam keluarga sangat penting
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan sehingga upaya ini menjadi tanggung
dengan menghubungi: fpsi.unmer@gmail.com
2 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan jawab dari suatu instansi atau organisasi.
dengan menghubungi:rahmawatiagustin@yahoo.co.id
Memahami masalah keluarga didahului

JURNAL PSIKOLOGI 457


PENERIMAAN DIRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN

dengan pemahaman mengenai konse keluarga keluarga, kurangnya kasih sayang, serta tidak
bahagia atau keluarga harmonis. memiliki perencanaan perekonomian yang
Keharmonisan keluarga itu akan terwujud baik di dalam keluarga.
apabila masing-masing unsur dalam keluarga Beberapa konflik di atas dapat mengarah
itu dapat berfungsi dan berperan sebagaimana pada perceraian. Di Kabupaten Bangkalan
mestinya dan tetap berpegang teguh pada Madura sendiri, terdapat banyaknya perkara
nilai-nilai agama, maka interaksi sosial perceraian. Berdasarkan data Pengadilan
yang harmonis antar unsur dalam keluarga Agama Kabupaten Bangkalan hingga
itu akan dapat diciptakan. Menurut Marajo Oktober 2010 tercatat setidaknya 130 perkara
(2001), keharmonisan perkawinan itu sendiri perceraian yang terjadi selama tahun 2010.
adalah tinggi rendahnya keselarasan yang Faktor terbesar penyebab perceraian adalah
tercipta dalam kehidupan pasangan suami adanya ketidakharmonisan perkawinan.
istri dalam bidang komunikasi, penyesuaian Ketidakharmonisan dalam suatu
diri, dan saling pengertian, sehingga perkawinan tidak selalu berujung pada
tercipta kebahagiaan yang ditandai dengan perceraian. Ada pula perkawinan yang dapat
berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan bertahan lama dan langgeng meskipun di
puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dalamnya ada beberapa konflik yang terjadi.
dirinya yang meliputi aspek fisik, mental, Keharmonisan perkawinan atau
emosi dan sosial. ketidakharmonisan perkawinan dapat terjadi
Gunarsa (2004) mengemukakan bahwa pada siapa saja, begitu pula pada pasangan
perkawinan yang harmonis ditandai dengan yang menikah di usia muda, seperti halnya
beberapa faktor yaitu adanya perhatian terhadap yang terjadi di Kecamatan Labang Kabupaten
seluruh anggota keluarga, mengetahui setiap Bangkalan Madura. Berdasarkan data yang
perubahan di dalam keluarga dan perubahan dikeluarkan oleh Badan Pemberdayaan
anggota keluarga, adanya pengenalan diri Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
setiap anggota keluarga, saling pengertian, Bangkalan pada tahun 2008 diketahui bahwa
sikap menerima anggota keluarga yang di Kecamatan Labang terdapat 427 pasangan
satu terhadap kelemahan, kekurangan yang diketahui sebanyak 207 pasangan atau
dan kelebihan anggota keluarga lainnya, sekitar 50 persennya, mengalami pernikahan
meningkatkan usaha dan mengembangkan usia dini, (http://www.beritakota.net/
setiap aspek dari anggotanya secara optimal, index.php/2009/05/20/ribuan-pasangan-
serta dapat saling menyesuaikan diri terhadap di-madura-menikah-usia-dini/. Dari data
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tersebut diketahui beberapa contoh nyata
maupun di luar keluarga. bentuk ketidakharmonisan perkawinan yang
Ketidakharmonisan perkawinan ditandai disebabkan oleh pernikahan usia dini yang
dengan tingginya frekuensi pertengkaran terjadi di Kecamatan Labang Kabupaten
atau percekcokan dalam keluarga, kurangnya Bangkalan adalah terjadinya percekcokan,
komunikasi antar sesama anggota keluarga, perselingkuhan, perekonomian keluarga yang
kurangnya rasa saling percaya antar anggota berantakan, mengabaikan tugas dan tanggung

458 JURNAL PSIKOLOGI


SARI & RAHMAWATI

jawabnya sebagai suami dan istri, pengabaian emosi yang labil, masih memiliki keinginan
terhadap pengasuhan anak, serta kekerasan untuk berkumpul dan bersenang-senang
dalam rumah tangga. bersama teman sebayanya, remaja juga sangat
Pasangan suami istri pada pernikahan menginginkan kebebasan tetapi di sisi lain
usia muda seharusnya dapat saling belajar takut akan tanggung jawab yang menyertai
bertanggung jawab terhadap keputusan yang kebebasan tersebut. Pada masa ini, terjadi
diambil dan bertanggung jawab terhadap pula perubahan-perubahan fisik yang disertai
perannya sebagai suami dan istri, namun dengan kematangan seksual.
adanya ketidaksiapan pasangan yang menikah Remaja yang menjalani ikatan perkawinan
muda untuk menjadi suami istri dan kurangnya akan membutuhkan waktu yang relatif lama
wawasan pasangan akibat pendidikan yang untuk menerima keadaan yang sebenarnya
rendah dapat berakibat terhadap kehidupan bahwa ia telah menikah dan berperan sebagai
rumah tangganya. Perkawinan yang sukses istri sekaligus ibu rumah tangga. Hal ini
membutuhkan kedewasaan tanggung jawab menimbulkan ketidaksiapan terhadap peran
secara fisik maupun mental, untuk bisa yang dibebankan kepadanya dan kurangnya
mewujudkan harapan yang ideal dalam kesadaran serta kurangnya pengakuan terhadap
kehidupan berumah tangga, termasuk di dirinya sendiri dalam menjalani kelangsungan
dalamnya adalah penerimaan diri. hidup akan membentuk penerimaan diri,
Maslow (dalam Hjelle dan Ziegler, 1992) baik itu positif maupun negatif. Penerimaan
mengatakan bahwa penerimaan diri merupakan diri inilah yang nantinya akan berpengaruh
sikap positif terhadap dirinya sendiri, individu terhadap keharmonisan perkawinan.
dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, Adanya permasalahan diatas, dirasa perlu
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. dilakukan penelitian mengenai pengaruh
Terbebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan penerimaan diri terhadap keharmonisan
rendah diri karena keterbatasan diri serta perkawinan remaja yang menikah dini di
kebebasan dari kecemasan akan adanya Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan
penilaian dari orang lain terhadap keadaan Madura.
dirinya. Sikap penerimaan diri ditunjukkan Keharmonisan perkawinan adalah suatu
oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihan- kondisi serasi, selaras dan seimbang dalam
kelebihannya sekaligus menerima kelemahan- hubungan pernikahan yang ditandai dengan
kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain adanya rasa saling menyayangi, menghargai,
dan mempunyai keinginan yang terus menerus dan masing-masing unsur dalam keluarga
untuk mengembangkan diri. dapat berfungsi serta berperan sebagaimana
Penerimaan diri merupakan suatu mestinya (Rakhmat, 2001; Murni, 2004). Di
hal yang tidak mudah bagi remaja yang sisi lain, diketahui bahwa faktor-faktor yang
mengalami perubahan status dirinya, yaitu mempengaruhi keharmonisan perkawinan
menjalani sebuah ikatan perkawinan. Masa adalah komunikasi interpersonal, seks,
remaja mengenai masa dalam mencari tingkat ekonimi, kehadiran anak, kondisi fisik,
identitas diri, dimana remaja masih memiliki kondisi mental psikis, kondisi sosio-ekonomi

JURNAL PSIKOLOGI 459


PENERIMAAN DIRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN

dan budaya, dan kondisi lingkungan khusus dan keterbatasannya untuk digunakan
(Widyarini, 2009). secara efektif. Penerimaan diri juga dapat
Moeslim (2006) mengemukakan aspek- meningkatkan penilaian diri, memberikan
aspek dalam membentuk rumah tangga masukan pada dirinya sendiri dan bertanggung
hamonis adalah : (1) memberikan rasa aman jawab terhadap perilakunya dan tidak
dan terhindar dari kegoncangan, (2) saling menyalahkan orang lain apalagi mencela
memiliki, (3) saling menghargai, (4) kasih orang lain karena keadaan dirinya. Selain
sayang, dan (5) saling mempercayai. Sejalan itu penerimaan diri dapat meningkatkan rasa
dengan pendapat tersebut, Hawari (dalam toleransi terhadap orang lain dan penerimaan
Murni, 2004) mengatakan bahwa pembentuk terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi
keharmonisan keluarga adalah adanya dalam kehidupannya. Individu melihat
sikap menciptakan kehidupan beragama manusia, dunia dan dirinya seperti adanya.
dalam keluarga, mempunyai waktu bersama Seseorang yang memiliki penerimaan diri
keluarga, mempunyai komunikasi yang baik berarti dapat mengenali kekurangan sendiri
antar anggota keluarga, saling menghargai dan berusaha memperbaiki diri.
antar sesama anggota keluarga, kualitas dan Seseorang yang menikah di usia dini, yaitu
kuantitas konflik yang minim, dan adanya remaja akan sulit menerima dirinya sendiri
hubungan atau ikatan yang erat antar anggota ke dalam sebuah ikatan perkawinan. Remaja
keluarga. belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk
Penerimaan diri adalah sikap yang pada bertanggung jawab, ke-labilan emosi membuat
dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, remaja tidak memiliki pendirian yang tetap,
kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta selain itu remaja masih memiliki keinginan
pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan- berkumpul dan bersenang-senang bersama
keterbatasan sendiri (Chaplin, 2002). teman sebayanya. Hal ini akan membentuk
Jersild (dalam Hurlock, 2001) juga penerimaan diri yang negatif. Penerimaan diri
menjelaskan bahwa individu yang menerima yang negatif akan membentuk perkawinan
dirinya, mempunyai penilaian yang realistik yang kurang atau tidak harmonis, sedangkan
dan menghargai keberadaannya, memiliki penerimaan diri yang positif akan membentuk
kepastian mengenai standar dan pendiriannya sebuah perkawinan yang harmonis. Saat
tanpa menghiraukan opini orang lain. Individu seseorang dapat menerima dirinya seutuhnya
akan menyadari segala kemampuan yang termasuk perubahan-perubahan yang terjadi
dimilikinya dan dapat memanfaatkannya atas dirinya, orang tersebut akan dapat
semaksimal mungkin, serta menyadari segala menjalani komitmennya dengan baik, maka
kekurangannya tanpa menyalahkan dirinya dari itu penerimaan diri yang positif akan
sendiri akan keterbatasan yang dimilikinya. membentuk perkawinan yang harmonis dan
Willey (dalam Oktaviana 2000) sebaliknya penerimaan diri yang negatif akan
menyatakan bahwa penerimaan diri membentuk perkawinan yang kurang atau
mengandung pengertian adanya persepsi tidak harmonis.
terhadap diri sendiri mengenai kelebihan Berdasarkan penjelasan diatas, maka

460 JURNAL PSIKOLOGI


SARI & RAHMAWATI

hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada dengan komponen antara lain (a) memberikan
Pengaruh Penerimaan Diri Terhadap rasa aman dan terhindar dari kegoncangan,
Keharmonisan Perkawinan Remaja yang (b) saling memiliki, (c) saling menghargai,
Menikah Dini di Kecamatan Labang (d) kasih sayang, dan (e) saling mempercayai.
Kabupaten Bangkalan Madura”. Sementara variabel penerimaan diri diungkap
dengan menggunakan Skala Penerimaan Diri,
Metode Penelitian yang mengacu berdasarkan pendapat Sheerer
Variabel-variabel dalam penelitian ini (dalam Novvida, 2007), dengan komponen
adalah: penerimaan diri sebagai variabel antara lain (a) yakin terhadap kemampuan
bebas (independent variable), keharmonisan dirinya, (b) menganggap dirinya berharga,
perkawinan sebagai variabel tergantung (c) tidak menganggap dirinya aneh atau
(dependent variable), usia, jenis kelamin, dan abnormal, (d) mempunyai orientasi keluar
usia perkawinan sebagai variabel kontrol, dan dirinya sehingga dapat bersosialisasi, (e)
variabel moderator meliputi status ekonomi, bertanggung jawab terhadap perilakunya, (f)
keturunan, kondisi fisik, kondisi mental psikis, dapat menerima pujian atau celaan secara
dan kondisi lingkungan. objektif, dan (g) mengenal kelemahan dan
Subyek yang digunakan dalam penelitian kelebihan dirinya.
ini adalah remaja perempuan yang menikah Teknik yang digunakan dalam analisa ini
pada usia dini di Kecamatan Labang Kabupaten adalah analisa regresi linier sederhana, karena
Bangkalan yaitu sebanyak 207 orang. Dalam didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
penelitian ini sampel yang digunakan adalah kausal satu variabel independent dengan satu
25% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 52 variabel dependen (Sugiyono, 2007).
orang, memakai teknik pengambilan sampel
puposive sampling, dengan ciri-ciri Hasil Penelitian
a. Usia antara 13-16 tahun dan berdomisili Berdasarkan penelitian ini, data yang
di Kecamatan Labang Kabupaten sudah diperoleh kemudian dianalisis untuk
Bangkalan Madura. Pada usia tersebut mengetahui korelasi antar variabel dengan
sebuah pernikahan dapat dikatakan menggunakan perhitungan korelasi product
sebagai pernikahan usia muda. moment, dan didapatkan hasil nilai rhitung = 0,731
b. Usia perkawinan 0-5 tahun. Pada usia kemudian dibandingkan pada taraf siginifikan
perkawinan tersebut perempuan yang 5% untuk N = 52, maka diperoleh rtabel = 0,279
menikah muda masih berada pada kategori berarti rhitung (0,731) > rtabel (0,279). Hal ini dapat
remaja, selain itu perkawinan berada pada dikatakan ada hubungan antara penerimaan
tahap penyesuaian. diri dengan keharmonisan perkawinan, dan
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian arah hubungan kedua variabel adalah positif,
ini yaitu Skala Keharmonisan Keluarga dan dimana semakin tinggi penerimaan diri maka
Skala Penerimaan Diri. Skala Keharmonisan keharmonisan perkawinan akan semakin
Keluarga terdiri dari 60 item disusun tinggi pula, dan sebaliknya jika semakin
berdasarkan pendapat Moeslim (2006), rendah penerimaan diri maka keharmonisan

JURNAL PSIKOLOGI 461


PENERIMAAN DIRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN

perkawinannya akan rendah. kesimpulan bahwa ada pengaruh yang


Data yang diperoleh dalam penelitian ini signifikan antara penerimaan diri dengan
kemudian dianalisis lagi dengan menggunakan keharmonisan perkawinan di Kecamatan
teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil Labang Kabupaten Bangkalan Madura.
analisis yang diperoleh dapat dilihat pada Besarnya pengaruh penerimaan diri terhadap
tabel di bawah ini : keharmonisan perkawinan sebesar 53,4%.
Ringkasan Hasil Analisis Data Keharmonisan perkawinan adalah suatu
Fh F tabel Sig Keterangan
kondisi serasi, selaras dan seimbang dalam
57,335 4,08 0,000 Signifikan hubungan pernikahan yang ditandai dengan
Berdasarkan analisis data yang telah adanya rasa saling menyayangi, menghargai,
diperoleh, didapat Fhitung = 57,335 untuk N dan masing-masing unsur dalam keluarga
= 52; dengan taraf signifikan 5% untuk N = dapat berfungsi serta berperan sebagaimana
52 maka Ftabel = 4,08 sehingga Fhitung (57,335) mestinya.
> Ftabel (4,08), berarti sesuai dengan hipotesis Perkawinan yang harmonis ditandai
yang menyatakan ada pengaruh penerimaan dengan beberapa faktor yaitu adanya
diri terhadap keharmonisan perkawinan pada perhatian terhadap seluruh anggota keluarga,
remaja perempuan yang menikah dini dan mengetahui setiap perubahan di dalam keluarga
hipotesis diterima. dan perubahan anggota keluarga, adanya
Besarnya pengaruh penerimaan diri pengenalan diri setiap anggota keluarga, saling
terhadap keharmonisan perkawinan dapat pengertian, sikap menerima anggota keluarga
dilihat dari tabel di bawah ini : yang satu terhadap kelemahan, kekurangan
dan kelebihan anggota keluarga lainnya,
Model Summary meningkatkan usaha dan mengembangkan
Adjusted Std. Error setiap aspek dari anggotanya secara optimal,
Model R RSquare R Square of Estimate
serta dapat saling menyesuaikan diri terhadap
1 ,731a ,534 ,525 12,42138
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
a. Predictors: (Constant), Penerimaan Diri
maupun di luar keluarga (Gunarsa, 2004).
Seorang remaja perempuan yang
Besarnya pengaruh penerimaan diri penerimaan dirinya tinggi akan memiliki
terhadap keharmonisan perkawinan pada kepercayaan diri terhadap keberhasilan
remaja perempuan yang menikah dini adalah perkawinannya, yakin bahwa dirinya berguna
(r2 x 100 = 53,4%), sehingga dapat disimpulkan bagi orang lain di sekitarnya, mampu
bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan menyesuaikan diri baik dalam kehidupan
antara penerimaan diri terhadap keharmonisan berumah tangga maupun dalam lingkungan
perkawinan pada remaja perempuan yang sekitarnya, bertanggung jawab, serta dapat
menikah dini. bersikap realistis. Penerimaan diri yang tinggi
menggambarkan suatu kondisi dimana remaja
Pembahasan
perempuan benar-benar mampu menerima
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dirinya seutuhnya dalam situasi apapun, tidak

462 JURNAL PSIKOLOGI


SARI & RAHMAWATI

menyalahkan dirinya atau orang lain atas Gunarsa, Singgih.D. 2004. Psikologi Praktis:
sesuatu yang terjadi padanya, dan menerima Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta:
segala kekurangan dan kelebihan dirinya. Gunung Mulya.
Seorang remaja perempuan yang dapat Hjelle, Larry.A, & Ziegler, Daniel.J.
menerima dirinya dalam sebuah perkawinan 1992. Personality Theories: Basic
akan menciptakan hubungan yang serasi, Assumptions, Research, and
selaras, dan seimbang dalam kehidupan Applications. Tokyo: McGraw-Hill,
berumah tangga dan membentuk perkawinan Inc.
yang harmonis. Hurlock, E.B. 2001. Psikologi Perkembangan:
Remaja perempuan yang penerimaan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
dirinya rendah akan cenderung menarik Kehidupan. Jakarta: Erlangga
diri atau minder terhadap lingkungan,
Marajo, Sutan. 2001. Ilmu Perkawinan:
merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu
Problematika Seputar Keluarga dan
menyesuaikan diri baik dalam kehidupan
Rumah Tangga. Bandung: Pustaka
berumah tangga maupun dalam lingkungan
Hidayah.
sekitarnya, tidak dapat bertanggung jawab,
Moeslim, M. 2006. Psikologi Populer:
pesimis, dan selalu menyalahkan diri atas apa
Membangun Keluarga Bahagia.
yang terjadi dengan dirinya. Hal ini memiliki
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
dampak yang kurang baik bagi perkawinannya
sendiri. Pada akhirnya akan menimbulkan Murni, A. 2004. Hubungan Persepsi
ketidakselarasan dalam kehidupan berumah Terhadap Keharmonisan Keluarga
tangga dan menyebabkan terjadinya ketidak- dan Pemantauan Diri Dengan
harmonisan dalam perkawinan. Kecendrungan Perilaku Delinkuen
Tinggi rendahnya penerimaan diri Pada Remaja. Tesis tidak diterbitkan.
seseorang dipengaruhi oleh adanya pe- Yogyakarta: Fakultas Psikologi.
mahaman tentang diri sendiri, harapan yang Universitas Gajah Mada.
realistis, bebas dari hambatan sosial, perilaku Novvida, K. 2007. Penerimaan Diri dan Stres
sosial yang menyenangkan, konsep diri Pada Penderita Diabetes Mellitus.
yang stabil, serta adanya kondisi emosi yang Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
menyenangkan (Hurlock, 2001). Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Oktaviana, Rina. 2000. Hubungan Antara
Kepustakaan Penerimaan Diri Terhadap Ciri-ciri
Badan Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat. Perkembangan Sekunder Dengan
1996. Menuju Keluarga Harmonis. Konsep Diri Pada Remaja Puteri
Jakarta: PT. Pustaka Antara SLTPN 10 Yogyakarta. Jurnal
Psyche. Palembang: Fakultas
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi.
Psikologi Universitas Bina Darma.
Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
JURNAL PSIKOLOGI 463
PENERIMAAN DIRI DAN KEHARMONISAN PERKAWINAN

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi.


Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Alfabeta.
Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi
Populer: Menuju Perkawinan
Harmonis. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
http://www.beritakota.net/index.
php/2009/05/20/ribuan-pasangan-di-
madura- menikah-usia-dini/. Akses
tgl 5 Oktober 2010.

464 JURNAL PSIKOLOGI


JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 7 NO. 1, APRIL 2011: 465 - 473

Pengaruh Sense Of Humor Terhadap Penyesuaian Perkawinan


pada Tahap Awal Perkawinan di Kabupaten Nunukan
Nur Mahareny1
Fakultas Psikologi
Universitas Merdeka Malang

Ardhiana Puspitacandri2
Fakultas Psikologi
Universitas Merdeka Malang

Abstract

Marital adjustment is the process of self-adaptation between the husbands and


wifes, in which the husbands and wifes can prevent conflicts, and can resolve conflicts,
through a process of adjustment. This is important to be owned by the husbands and
wifes, especially in the early stages of marital which is the phase adjustment because it
is more vulnerable to conflicts. To having a good marital adjustment, individual will be
easily face the challenges and pressures in the marital life. Individual who have a good
marital adjustment will try to maintain behaviors to avoid conflicts, and if conflicts
already raised then the individual will be able to resolve it well. Sense of humor which
is well developed will allow it to be facilitate the marital adjustment of the husbands and
wives. This research was conducted to determine the influence of sense of humor to the
marital adjustment in the early stages of marital. Population used in this research was
married peoples which are on early stage of marital in Nunukan Timur, Nunukan district,
East Kalimantan. Sampling was purposive technique, validity of the marital adjustment
scale with significant level 0.05 ranging from 0.150 to 0.671 by the number of valid were
56 items, whereas the sense of humor use Multidimensional Sense of Humor modified
scale with the level of validity 0.90. Calculation of marital adjustment variable’s
reliability was obtained value of alpha (α) = 0.930, and reliability of the sense of humor
variable was obtained value of alpha (α) = 0.70. In which both of numbers according
to the norms of reliability otherwise very reliable in marital adjustment variable and
reliable in the sense of humor variabel. The results of data analysis showed there is
influence between sense of humor to the marital adjustment in the early stage of marital
for Fhit = 11.486 with Ftab = 3.89 which if Fhit (11.486)> Ftab (3.89) the hypothesis
which states there is a sense of humor to the influence of marital adjustment be accepted
and a correlation coefficiecy of 0.250.

Key words: sense of humor, marital adjustment, the early stage of marital

Perkawinan atau disebut juga pernikahan


1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku- merupakan salah satu peristiwa yang penting
kan dengan menghubungi: fpsi.unmer@gmail.
com dalam siklus hidup manusia dan merupakan
2 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku- awal dari proses terbentuknya keluarga.
kan dengan menghubungi: ari_cand@yahoo.com

JURNAL PSIKOLOGI 465


SENSE OF HUMOR DAN PENYESUAIAN PERKAWINAN
PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN
Berdasarkan Undang- Undang Perkawinan Prabowo, 2006).
Nomor I Tahun 1974, disebutkan bahwa Penyesuaian perkawinan tidak mudah
perkawinan merupakan ikatan lahir bathin untuk dilakukan oleh suami istri terutama
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai pada tahap awal, karena banyaknya
suami istri dengan tujuan membentuk sebuah tanggung jawab dalam perkawinan yang
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan harus diselesaikan dan peran yang harus
Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam Walgito, dijalankan. Berbagai macam tanggung jawab
2010). tersebut diantaranya menjaga kesetiaan dalam
Setiap pasangan dalam perkawinan yang keadaan suka maupun duka, membangun dan
dijalaninya pasti menginginkan perkawinan mempertahankan komunikasi yang hangat,
yang bahagia, sejahtera, dan memuaskan. bertoleransi terhadap perbedaan yang akan
Tidak satupun pasangan yang menikah selalu ada, menyediakan dan mempersiapkan
menginginkan perceraian, namun hal tersebut kebutuhan keluarga, melakukan perencanaan
tidak sejalan dengan kenyataan yang ada keuangan rumah tangga dan sebagainya.
dimana tingkat perceraian dari tahun ke Banyaknya tanggung jawab dan peran
tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan dalam kehidupan perkawinan tersebut dapat
data statistik perceraian Pengadilan Agama menjadi kejutan bagi suami istri terutama
Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan ditahap awal perkawinan karena kadang kala
Timur diperoleh data mengenai perkara tidak sesuai dengan harapan sebelum memasuki
perceraian pada tahun 2006 sebanyak 15 kehidupan perkawinan, serta bisa memicu
perkara, tahun 2007 sebanyak 30 perkara, ketegangan yang berakibat timbulnya konflik.
tahun 2008 sebanyak 63 perkara, tahun 2009 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
sebanyak 130 perkara, tahun 2010 sebanyak oleh Santrock (1995), yaitu perceraian terjadi
131 perkara, dan tahun 2011 sebanyak 138 dikarenakan pasangan memiliki harapan yang
perkara. terlalu besar terhadap pernikahan.
Berdasarkan data tersebut, salah satu Kejutan yang memunculkan ketegangan
usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari dan berakibat konflik tersebut jika tidak teratasi
perceraian adalah meningkatkan hubungan dengan baik dapat muncul dalam berbagai
yang harmonis dalam perkawinan. Hubungan bentuk perilaku pada suami istri, seperti sering
yang harmonis dalam perkawinan tidak akan terjadi kesalahpahaman, pertengkaran dan
terjadi begitu saja, melainkan membutuhkan percekcokan karena komunikasi yang buruk,
usaha dan komitmen dari suami dan istri yang kurangnya kasih sayang diantara suami istri,
terwujud dalam penyesuaian perkawinan dari melakukan kekerasan terhadap pasangan,
kedua belah pihak. Penyesuaian perkawinan dan sebagainya. Hal ini ditunjang dengan
sendiri adalah proses adaptasi diri antara pernyataan yang dikemukakan oleh Bloom
suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut (dalam Yanuarti& Sriningsih, 2012) bahwa
dapat mencegah terjadinya konflik dan dapat efek negatif dari konflik perkawinan salah
menyelesaikan konflik dengan baik melalui satunya adalah kekerasan dan ketegangan
proses penyesuaian diri (Hurlock dalam psikis yang dapat berujung pada kematian.

466 JURNAL PSIKOLOGI


MAHARENY & PUSPITACANDRI

Penyesuaian perkawinan yang dilakukan tidak nyaman, bahkan bisa menimbulkan


oleh pasangan suami istri pada tahap awal penyesalan dalam diri suami istri terhadap
perkawinan seringkali jauh lebih sulit perkawinan yang dijalaninya dan pada
dilakukan daripada tahap selanjutnya. Hal akhirnya dapat berujung pada perceraian.
tersebut menurut Rubben (dalam Sarapil, Ketegangan dan konflik pada suami istri dapat
2009) dikarenakan suami istri belum bisa dicegah dan diatasi dengan adanya humor
mengantisipasi ketegangan dan tekanan dalam kehidupan rumah tangga. Berdasarkan
yang timbul dalam kehidupan perkawinan. penelitian, pada umumnya sense of humor
Kemampuan suami istri untuk mengatasi memiliki korelasi negatif terhadap stress dan
dan menyelesaikan permasalahan belum dapat meningkatkan kesehatan fisik maupun
terasah, karena belum banyaknya pengalaman psikis pada individu (Hartanti, 2008).
yang dimiliki. Peran dan tanggung jawab Istilah sense of humor merujuk pada
yang harus diselesaikan dalam kehidupan kemampuan seseorang untuk tertawa atau
perkawinan berbeda jauh jika dibandingkan tergelitik, melihat segi kejenakaan dalam
sebelum suami istri menikah, sehingga hidup, dan merespon situasi sebenarnya dengan
suami istri membutuhkan waktu untuk dapat humor (Mc. Ghee, Bippus, Wade & Tavris
mengantisipasi ataupun menyelesaikan dalam Hartanti, 2008). Sense of humor bukan
permasalahan dengan baik dan hal ini pun hanya sekedar tertawa dan menertawakan
mutlak membutuhkan penyesuaian dari suami sesuatu, tetapi bagaimana individu bisa
maupun istri. mengolah situasi disekitarnya dengan lebih
Konflik- konflik yang dapat muncul fleksibel dan kreatif serta memandang suatu
ini menyadarkan kita akan pentingnya permasalahan dengan lebih positif. Individu
penyesuaian dalam kehidupan perkawinan. yang memiliki sense of humor yang baik
Penyesuaian perkawinan yang berjalan akan lebih rileks dalam menghadapi masalah,
dengan baik terutama pada tahap awal akan karena humor dapat mengurangi ketegangan
mempermudah untuk mencapai kebahagiaan yang diakibatkan suatu masalah.
dan keharmonisan hubungan bagi suami istri Hal ini sejalan dengan apa yang
serta hubungan orang tua dan anak, karena dikemukakan oleh Martin dan Court bahwa
tanggung jawab dan peran dalam kehidupan humor dapat digunakan untuk mengurangi
perkawinan dan keluarga dapat diatasi dengan suasana hati negatif maupun kesedihan
baik. Sebaliknya jika suami istri tidak bisa yang dialami individu sedangkan Wade dan
melakukan penyesuaian perkawinan dengan Tavris mengemukakan bahwa humor dapat
baik dimulai dari tahap awal perkawinan meredakan kemarahan (dalam Hartanti, 2008).
maka tanggung jawab dan peran tidak dapat Saat individu bisa menemukan kelucuan dari
terselesaikan dengan baik pula, sehingga sebuah permasalahan yang dihadapi, artinya
mudah memicu timbulnya ketegangan dan individu yang bersangkutan telah berusaha
konflik. Apabila ketegangan dan konflik melihat kembali permasalahan tersebut
tersebut terjadi secara terus menerus maka dengan sudut pandang yang membuatnya
akan membuat suami, istri serta anak menjadi lebih nyaman sehingga kemungkinan untuk

JURNAL PSIKOLOGI 467


SENSE OF HUMOR DAN PENYESUAIAN PERKAWINAN
PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN
memperoleh jalan keluar yang tepat semakin yang diajukan, maka hipotesis penelitian ini
banyak. adalah ada pengaruh sense of humor terhadap
Pasangan suami istri bisa berupaya penyesuaian perkawinan tahap awal di
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Kabupaten Nunukan.
daripada menghindari ataupun merasa
terperangkap dalam masalah, sehingga Metode Penelitian
penyesuaian perkawinan terutama pada Variabel dalam penelitian ini ada 4,
tahap awal yang lebih rentan untuk goyah yaitu Penyesuaian perkawinan sebagai
karena berbagai macam permasalahan pun variabel tergantung dan Sense of Humor
dapat berjalan dengan baik. Sense of humor sebagai variabel bebas, Usia ketika menikah,
yang menghasilkan humor positif berkorelasi seagama dan sesuku sebagai variabel kontrol
dengan kepuasan dalam hubungan romantis serta kesiapan perkawinan, peran, konsep
(Butzer & Kuiper, 2008). perkawinan, masa pacaran sebagai variabel
Orang yang berada dalam hubungan moderator.
romantis, akan merasakan kepuasan terhadap Populasi dalam penelitian ini adalah
hubungan yang dijalaninya jika dalam orang- orang yang sudah menikah pada tahap
menjalani hubungan tersebut dikembangkan awal perkawinan sebanyak 1.726 orang
sense of humor. Oleh karena itu, di Kelurahan Nunukan Timur Kabupaten
mengembangkan sense of humor pada suami Nunukan Provinsi Kalimantan Timur.
istri merupakan salah satu cara yang diduga Kelurahan Nunukan Timur dipilih sebagai
dapat meningkatkan penyesuaian perkawinan populasi karena memiliki tingkat perceraian
khususnya pada tahap awal. tertinggi daripada kelurahan lainnya pada
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tahun 2011 (PA. Kabupaten Nunukan).
diatas maka rumusan masalah pada penelitian Data mengenai jumlah pasangan dalam
ini adalah apakah terdapat pengaruh sense usia perkawinan awal berdasarkan beberapa
of humor terhadap penyesuaian perkawinan kategori di kelurahan Nunukan Timur dapat
pada tahap awal perkawinan di Kabupaten dilihat pada tabel berikut :
Nunukan?. Berdasarkan rumusan masalah

Tabel
Jumlah Orang Menikah pada Usia Awal Perkawinan dalam Beberapa Kategori
di Kelurahan Nunukan Timur
Usia ketika
Usia Menikah Menurut
No Perkawinan Agama Suku UU Perkawinan Jumlah
Awal Sama Beda Sama Beda Sesuai Tidak (orang)
(tahun)
1. 1–4 634 0 250 384 622 12 634
2. 5 – 10 1.092 0 742 350 1.710 16 1.092
Total 1.726
(berdasarkan data dari Kelurahan Nunukan Timur tahun 2011)

468 JURNAL PSIKOLOGI


MAHARENY & PUSPITACANDRI

Teknik pengambilan sampel yang bantuan program SPSS 15.00.


digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Metode analisa data yang dipakai untuk
purposive sampling yaitu pemilihan kelompok menguji hipotesis pada penelitian ini adalah
subyek dengan didasarkan atas ciri- ciri atau Analisa Regresi Linier Sederhana.
sifat- sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Hadi, 2004). Berdasarkan teknik Hasil Penelitian
purposive sampling yang digunakan dalam Berdasarkan analisis data didapatkan
penelitian ini, maka diperoleh jumlah orang Fhitung (11,486) > Ftabel (3,89) maka
menikah usia awal 5- 10 tahun, seagama, hipotesis kerja yang menyatakan ada
sesuku, dan usia ketika menikah sesuai batas pengaruh sense of humor dengan penyesuaian
UU Perkawinan diperoleh jumlah sampel perkawinan (Ha) diterima, dengan besar daya
dalam penelitian sebanyak 174 orang. prediksi 6,3%. Hasil tersebut menunjukkan
Alat ukur yang akan digunakan dalam bahwa ada pengaruh antara sense of humor
penelitian ini ada 2 yaitu skala penyesuaian terhadap penyesuaian perkawinan pada tahap
perkawinan dan skala sense of humor. Skala awal perkawinan.
sense of humor yang digunakan mengacu
pada skala yang diadaptasi peneliti dari Pembahasan
Multidimensional Sense of Humor Scale Sense of humor yang dimiliki dapat
yang dikembangkan oleh Thorson & Powell membantu suami istri cenderung untuk
pada tahun 1993 (Thorson& Powell, 1997), bersikap positif pada lingkungan atau orang
dan untuk keperluan penelitian ini diadaptasi lain (Suyasa, 2010), sehingga ketegangan yang
untuk disesuaikan dalam segi budaya sehingga dihadapi akibat tekanan dan tantangan dalam
disajikan dalam bahasa Indonesia. Skala sense kehidupan perkawinan dapat diselesaikan
of humor dari Thorson & Powell memiliki dengan lebih baik. Suami istri juga merasa
tingkat reliabilitas α=0,70 dan validitas 0,90 lebih nyaman untuk mengungkapkan
(Thorson dkk dalam Hughes, 2008), Variabel keinginan, perasaan, ataupun permasalahan
penyesuaian perkawinan akan diungkap yang dialaminya tanpa khawatir akan timbul
dengan skala penyesuaian pekawinan yang permasalahan, sehingga dapat membantu
disusun oleh peneliti sendiri dan terdiri dari komunikasi diantara pasangan menjadi
56 aitem. semakin hangat dan terbuka.
Validitas kedua skala dalam penelitian Penyesuaian perkawinan yang baik dari
ini diperoleh melalui pengujian analisis aitem suami istri akan mendukung tercapainya
menggunakan content validity (validitas perkawinan yang berkualitas. Suami istri dapat
isi) dan face validity (validitas muka). menjadikan sense of humor yang dimiliki
Validitas isi diestimasi melalui pengujian sebagai alternatif untuk membantu lebih
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau rileks dalam menghadapi masalah. Sense of
lewat professional judgement. Perhitungan humor juga dapat membantu memfalisilitasi
reliabilitas kedua skala dalam penelitian komunikasi diantara suami istri, sehingga
ini menggunakan Alpha Cronbach dengan komunikasi menjadi lebih hangat serta dapat

JURNAL PSIKOLOGI 469


SENSE OF HUMOR DAN PENYESUAIAN PERKAWINAN
PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN

mendekatkan antara satu sama lain. Humor nantinya.


yang digunakan secara efektif oleh suami Lebih lanjut, usia suami istri ketika
istri dapat meredakan emosi, sehingga setiap menikah turut mempengaruhi penyesuaian
permasalahan yang mendera perkawinan pun perkawinan, dimana perkawinan usia dini akan
dapat segera terselesaikan dengan baik tanpa mempersulit penyesuaian perkawinan karena
adanya agresifitas. suami istri tidak mempunyai kesempatan
Besarnya pengaruh sense of humor yang untuk mendapat pengalaman yang dipunyai
dimiliki oleh suami istri terhadap penyesuaian oleh teman- temannya yang tidak kawin muda
perkawinan tahap awal sebesar 6,3%, dan dan hal tersebut menimbulkan rasa iri pada
sisanya sebesar 93,7% dipengaruhi oleh faktor diri suami istri yang bersangkutan.
lainnya. Hurlock (1994) mengemukakan Perkawinan campur yang dijalani oleh
bahwa persiapan perkawinan yang dimiliki suami istri baik itu dalam segi keyakinan
oleh suami istri merupakan salah satu faktor maupun latar belakang budaya merupakan
yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan, faktor yang mempengaruhi penyesuaian
dimana persiapan yang kurang akan perkawinan menjadi lebih sulit dibandingkan
mempersulit usaha penyesuaian perkawinan pasangan yang memiliki keyakinan sama
karena ketrampilan yang dibutuhkan dalam dan sebudaya. Selanjutnya, masa pacaran
hidup berumah tangga belum mencukupi. juga dikemukakan sebagai faktor lain yang
Persiapan tersebut antara lain ketrampilan mempengaruhi penyesuaian perkawinan suami
domestik rumah tangga, pengasuhan anak, istri, dimana jika masa pacaran dipersingkat
serta manajemen keuangan rumah tangga. akan menjadikan penyesuaian menjadi lebih
Perubahan peran dan konsep yang sulit. Masa pacaran dianggap sebagai masa
berbeda tentang peran antara suami istri dalam untuk saling mengenal antara calon suami istri,
perkawinan dapat mempersulit penyesuaian sehingga dengan berpacaran dalam waktu yang
perkawinan, dimana kelas sosial dan kelompok cukup maka masing- masing dianggap sudah
religius yang berbeda pada pasangan suami memiliki bekal pengetahuan mengenai calon
istri akan menjadikan penyesuaian perkawinan pasangannya ketika memasuki kehidupan
semakin sulit. Konsep yang tidak realistis pernikahan yang sesungguhnya.
mengenai perkawinan, dimana konsep yang Faktor lain yang dianggap mempersulit
terlalu tinggi yang ditetapkan oleh suami penyesuaian perkawinan adalah kehilangan
istri mengenai kehidupan rumah tangganya identitas yang dialami oleh individu setelah
seringkali tidak mampu untuk dicapai atau memasuki pernikahan, seperti keluarga
dipenuhi sehingga penyesuaian perkawinan atau teman yang memperlakukan idividu
menjadi sulit. Konsep perkawinan romantis sebagai “ibu rumah tangga” atau “suami dari
yang berkembang pada masa suami istri seseorang” daripada identitas individu sebagai
masih remaja, seringkali berisi harapan yang dirinya sendiri.
berlebihan tentang tujuan dan hasil dari Faktor yang dapat mempengaruhi
perkawinan dan hal tersebut akan mempersulit penyesuaian perkawinan menjadi lebih mudah
proses penyesuaian perkawinan suami istri menurut Anjani& Suryanto (2006) adalah suami

470 JURNAL PSIKOLOGI


MAHARENY & PUSPITACANDRI

istri menginginkan kebahagiaan perkawinan memahami dalam kehidupan perkawinannya


serta menjaga hubungan baik dengan keluarga. dan dampaknya adalah penyesuaian
Suami istri yang menginginkan kebahagiaan perkawinan yang semakin meningkat.
maka akan berusaha untuk meraih kebahagiaan
tersebut termasuk melakukan penyesuaian
Kepustakaan
perkawinan dengan sebaik mungkin, selain itu
Abel,M.H. 2002. Humor, Stress, and Coping
dengan membangun hubungan yang harmonis
Strategies. Humor Journal.Vol.15
dengan anggota keluarga pasangan akan
No.4.
meningkatkan penyesuaian perkawinan yang
dilakukan oleh suami istri. Anjani, C.& Suryanto. 2006. Pola Penyesuaian
Kesediaan untuk saling memberi dan Perkawinan pada Periode Awal.
menerima yang diterapkan oleh pasangan Jurnal Psikologi Insan. Vol. 8. No.
merupakan hubungan timbal balik yang akan 3.
mendukung usaha penyesuaian perkawinan, Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
dimana dalam perkawinan suami dan istri Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
harus bersedia untuk memberi dan bukan Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka
hanya menerima dari pasangannya saja. Cipta.
Cara mengekspresikan afeksi kepada Azwar, Saifuddin. 2007. Reliabilitas dan
pasangan, baik berupa ungkapan verbal Validitas. Yogyakarta: Pustaka
maupun tindakan sebagai upaya menunjukkan Pelajar.
perhatian dan rasa sayang akan meningkatkan ______________. 2008. Dasar- Dasar
penyesuaian perkawinan suami istri. Sebagian Psikometri. Yogyakarta: Pustaka
pasangan ada yang mampu mengungkapkan Pelajar.
afeksi melalui ungkapan, akan tetapi bagi
______________. 2009. Penyusunan Skala
sebagian pasangan lebih mudah untuk
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
mengungkapkan melalui tindakan.
Pelajar.
Keterbukaan yang diterapkan oleh
______________. 2010. Metode Penelitian.
pasangan dalam kehidupan perkawinannya
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
dapat meningkatkan penyesuaian perkawinan,
karena dengan keterbukaan akan meminimalisir Cahyono, R.T. & Iriani, N. LNH & Lestari,
rasa curiga dan dapat menghindari kesalah S. 2002. Kecenderungan Somatisasi
pahaman diantara suami istri. Ditinjau dari Sense of Humor dan
Pasangan yang selalu menanamkan rasa saling Kemampuan Menyelesaikan Masalah.
cinta, akan mendukung usaha penyesuaian Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi
perkawinan yang dilakukan karena rasa saling Indegenous. Vol 6. No.2.
mencintai merupakan faktor penting dalam Fajriyani, K. 2007. Penyesuaian Perkawinan
kehidupan pernikahan. Selanjutnya, suami Pasangan yang Menikah Melalui
istri menanamkan sikap toleransi, kerukunan, Proses Sebambangan: Studi Kasus
menghormati, menghargai, dan saling pada Pasangan yang Melakukan

JURNAL PSIKOLOGI 471


SENSE OF HUMOR DAN PENYESUAIAN PERKAWINAN
PADA TAHAP AWAL PERKAWINAN

Kawin Lari pada Masyarakat Mulyadi. 2005. Peranan Petugas BP4


Lampung. Skripsi tidak diterbitkan. dalam Pembentukan Keluarga
Fakultas Psikologi Universitas Sakinah di Kota Surakarta. Tesis
Indonesia Depok. tidak diterbitkan. Universitas
Gerungan, W. A. 2009. Psikologi Sosial. Muhammadiyah Surakarta.
Bandung: Refika Aditama. Prabowo, M.R. 2006. Penyesuaian
Perkawinan pada Pasangan yang
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Berlatar Belakang Etnis Batak dan
Yogyakarta : Andi. Etnis Jawa. Skripsi tidak diterbitkan.
Fakultas Psikologi Universitas
Hartanti. 2008. Apakah Selera Humor
Gunadarma Jakarta.
Menurunkan Stress? Sebuah
Meta-analisis. Anima, Indonesian Reber. 2001. Kamus Psikologi. Yogyakarta:
Pshycological Journal. Vol. 24. No. Pustaka Pelajar.
1. Sarapil,L.O. 2009. Perbedaan Sikap terhadap
Hughes, L.W. 2008. Sense of Humor and Perceraian Ditinjau dari Usia
Psychological Capasities. Economics Perkawinan pada di Dinas Kesehatan
and Business Journal. Vol. 1 No.1. Kabupaten Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Fakultas Psikologi
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan:
Universitas Merdeka Malang.
Sepanjang Rentang Kehidupan . Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Ismail, R. 2008. Kajian Dimentions of Marital
Alfabeta.
Quality: Memahami Konsep, Metode
Penelitian, dan Beberapa Kajian Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental dalam
Kepustakaan dalam Kajian Sosiologi Kehidupan. Cetakan Pertama. Jakarta:
Keluarga. Jurnal Harmoni Sosial. Rineka Cipta.
Vol. 2 No. 2. Suyasa, P.T.Y.S. 2010. Identifikasi Jenis
Makatita, T.W. 2011. Pengaruh Kemandirian Humor: Lucu, Lucu, dan Lucu.
terhadap Stress pada Siswa Sekolah Proceeding Temu Ilmiah Nasional
Polisi Negara. Skripsi tidak Psikologi. Fakultas Psikologi
diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta.
Universitas Merdeka Malang. Thorson, J.A. & Powell, F.C. 1997.
Mendatu, A. 2008. Mengasah Sense of Humor. Psychological Health and Sense
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Media of Humor. Journal of Clinical
Pressindo. Psychology . Vol.53. No.6.

_________. 2010. Ebook Seri Buku Humor: Walgito, Bimo. 2011. Bimbingan Konseling
Humor Psikologi. Psikoeduka. Perkawinan. Yogyakarta: Andi.

472 JURNAL PSIKOLOGI


MAHARENY & PUSPITACANDRI

Winarsunu, Tulus. 2004. Statistik dalam


Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Malang: UMM Press.
Yanuarti, Dini & Sriningsih. 2012. Penyesuaian
Diri terhadap konflik Perkawinan
pada Suami atau Istri Bekerja. Jurnal
Penelitian Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.

JURNAL PSIKOLOGI 473


JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 7 NO. 1 APRIL 2012: 474 - 479

Apakah Yang Membuat Lansia (Old People) Bali Bahagia?


Studi Eksplorasi Pendekatan Psikologi Indigenous

Luh Kadek Pande Ary Susilawati1


Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstract

Happiness is a feeling or also known as subjective well-being that originate from


individual (Diener, 2000). Someone who are classified as elderly also have the right to be
happy. By age, the elderly is 65 years old and ove, they began to decline physically. This
study aims to explore what makes the elderly in Bali to be happy. Methods of research
using the survey method with questionnaire containing open-ended questionnaire about
the happiness that was adapted from Kim & Berry (2000). Respondents in this study were
65 elderly people who are natives of Bali, residing in Bali, and over 65 years old. Data
analysis in this study is to analyze the responses of the subject, categorized and rated
in each category coding. Then analyzed using descriptive analysis of the respondent’s
answers. The results show there are four sources of happiness in the elderly in Bali,
namely (1) health (40%), especially the health of self and family (2) family togetherness
(38.46%) like to enjoy leisure together, (3) the success of children (12.30 %), and (4)
can perform the activity (9.23%), such as caring for grandchildren, making sesajen,
and mebanten.

Keywords: Balinese old age, Happiness

Kepuasan hidup merupakan salah satu Lansia merupakan bagian anggota


ukuran kebahagiaan seseorang sedangkan keluarga dan anggota masyarakat yang kini
kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam jumlahnya semakin bertambah seiring dengan
kehidupan, termasuk pada individu yang meningkatnya usia harapan hidup mereka.
berusia lanjut (lansia). Masa lanjut usia Data WHO menunjukkan populasi lansia
merupakan periode akhir dalam rentang yang berusia di atas 65 tahun meningkat
perkembangan hidup manusia. Hurlock sebanyak 2,5 % setiap tahun (Stanley etc,
(2004) menyatakan masa lanjut usia dimulai 2003). Populasi lansia di Indonesia juga
dari usia 60 tahun sampai dengan akhir terus meningkat mendekati 10 % dari jumlah
kehidupan seseorang. penduduk yang mencapai 237,5 juta orang
(detiknews 2/10/2011). Dalam Provinsi
Bali sebagai bagian negara Indonesia
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: swastiwulan@yahoo.com termasuk salah satu provinsi dengan jumlah

474 JURNAL PSIKOLOGI


SUSILAWATI
penduduk lansia di atas 7 %. Ini menunjukkan (Diener, 2000). Heady & Wooden (2004)
bahwa usia harapan hidup lansia di Bali menyatakan bahwa orang yang bahagia
semakin meningkat (www.menegpp.go.id). akan merasa lebih puas akan kehidupan
Meningkatnya usia harapan hidup lansia maka yang dimiliki, mampu menerima harapan
akan muncul permasalahan–permasalahan dan kenyataan, serta memiliki performa
yang dampaknya akan dirasakan oleh keluarga yang bagus. Sebaliknya, individu yang tidak
maupun masyarakat. bahagia akan lebih mudah mengalami depresi,
Seseorang yang berada pada masa berupaya bunuh diri, cemas, dan tidak
lansia akan mengalami berbagai kemunduran mantap dalam relasi serta dalam pekerjaan
dan penurunan fisik, baik karena proses (Ruebenstein, Heeren, Housman, Rubin, &
alamiah maupun karena penyakit yang akan Stechler dalam Santrock, 1995).
berpengaruh pada fisik dan juga psikologis. Hal tersebut diperkuat dari hasil penelitian
Setiap lansia menjalani masa ini dengan cara Bastaman (1996) bahwa hidup bahagia adalah
yang berbeda-beda. Ada yang mampu melihat kehidupan yang menyenangkan, penuh
dalam konteks eksistensinya sebagai manusia, semangat dan gairah hidup, serta jauh dari
yaitu memberi mereka kesempatan untuk perasaan hampa dan cemas. Kehidupan yang
bertumbuh, berkembang, dan berbakti. Ada bahagia ini ditandai oleh hubungan antar
juga yang memandang masa ini dengan sikap pribadi (khususnya hubungan keluarga) yang
yang penuh kepasrahan, penolakan, dan putus penuh keakraban, rukun, saling menghormati
asa (Neugarten, 1968). dan menyayangi, serta saling membantu dalam
Hasil penelitian Lacey, Kirstead, & kebaikan (Hikmawati dan Purnama, 2008).
Morey (2011) menemukan bahwa semakin Masa lanjut usia merupakan masa dimana
bertambahnya usia maka kebahagiaan individu mengalami berbagai perubahan fisik,
seseorang akan meningkat. Lyubomirsky psikologis, maupun sosial yang terutama
& Sheldon (2005) menyatakan bahwa ditandai dengan adanya kemunduran pada
kebahagiaan merupakan hal yang penting dan fungsi fisik dan psikomotor, tidak produktif
sesuatu hal yang dikejar (Lu & Gilmour, 2004). lagi, berkurangnya peran di masyarakat, serta
Ini berarti bahwa pada masa ini, lansia juga munculnya perasaan kesepian karena anak-anak
mengejar kebahagiaan dan diharapkan sudah sudah menikah dan mandiri (Santrock, 1995).
merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, Semua hal tersebut tentu akan mempengaruhi
sudah merasa puas dengan keberhasilannya kebahagiaan para lansia. Menurut Chan &
(Neugarten, 1968). Lee (2006), hal yang membuat lansia bahagia
Kebahagiaan merupakan suatu keadaan adalah jaringan sosial. Ini berarti kebersamaan
yang bersifat pribadi dan unik, artinya setiap bersama keluarga dan teman-teman menjadi
individu memiliki keinginan khusus yang hal yang penting di masa ini.
berlainan dengan individu lain. Kebahagiaan Hadirnya segala perubahan dan proses
dapat diartikan sebagai perasaan atau disebut yang dialami lansia di Bali pada masa ini
juga kesejahteraan subjektif (subjective well- terkait dengan kebahagiaan yang dirasakan,
being) yang berasal dari dalam diri individu peneliti menggunakan pendekatan Indigenous

JURNAL PSIKOLOGI 475


KEBAHAGIAAN LANSIA BALI
psychology. Pendekatan Indigenous didesain untuk penduduk tersebut. Peneliti
psychology merupakan pendekatan yang menggunakan dua pertanyaan dengan
melihat dari sudut pandang budaya lokal, menanyakan peristiwa yang membuat
agar data yang diperoleh asli dalam realita responden bahagia beserta alasannya serta arti
Indonesia sendiri, sehingga setiap fenomena kebahagiaan bagi responden. Pengumpulan
dipandang menurut konteks, dipapar serta data dilakukan dengan menyebar kuisioner
ditafsirkan secara relatif berdasarkan situasi kepada para lansia yang tergabung dalam
budaya dan ekologi, tempat fenomena kelompok Senam Lansia dan dilakukan
berlangsung. Adanya Penelitian ini diharapkan pendalaman data melalui Focus Group
akan diperoleh kajian teoritis mengenai arti Dsicussion pada 10 orang lansia.
kebahagiaan bagi lansia, khususnya lansia di Analisa data adalah dengan melakukan
Bali seperti yang dihasilkan dalam penelitian kategorisasi data. Satu-satunya sumber untuk
ini. mengkategeorisasi data adalah dengan data
itu sendiri (Dey, 1993). Proses kategorisasi
Metode Penelitian dilakukan dengan cara menyatukan jawaban
Responden dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki kesamaan/similarity
para lansia yang berusia 65 - 90 tahun dengan jawaban. Data kemudian dianalisis dengan
jumlah 65 responden, terdiri dari 28 laki-laki tabulasi silang, dan prosentase. Analisa
dan 37 perempuan. Para responden merupakan dilakukan dengan membagi variabel-variabel
orang Bali asli yang tinggal di Bali. Adapun penelitian ke dalam kategori-kategori yang
daearah asal responden bervariasi dari seluruh ditentukan atas dasar tabel frekuensi (Effendi
kabupaten yang ada di Provinsi Bali namun & Manning, 2008). Keseluruhan perhitungan
bertempat tinggal di Denpasar dan seputaran statistik menggunakan bantuan program SPSS
Gianyar. (Statistic Package for Social Sciences) for
Metode pengumpulan data menggunakan windows versi 16.
metode penelitian survey. Data mengenai
aktivitas, peristiwa yang membuat bahagia Hasil Penelitian
dan arti kebahagiaan dikumpulkan dengan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
menggunakan open ended questionnaire terdapat empat sumber utama kebahagiaan
yang dibuat oleh Kim & Berry (2000). Open pada lansia di Bali, antara lain:
ended questionnaire merupakan pertanyaan
Keluarga Rukun dan Sehat (40 %)
yang variasi jawabannya belum ditentukan
Hasil pendalaman data melalui verifikasi
sehingga responden memiliki kebebasan
lapangan dengan FGD, didapatkan hasil
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
bahwa keluarga yang rukun dan sehat
(Tukiran,2008).
menjadi peristiwa yang membahagiakan bagi
Kuisioner tersebut merupakan salah satu
lansia di Bali, termasuk kesehatan lansia itu
instrumen dari metode Indigenous psychology
sendiri, pasangan hidup, anak, menantu serta
yang digunakan untuk mempelajari perilaku
cucu. Karena dengan sehat, mereka dapat
atau pikiran penduduk asli suatu daerah dan

476 JURNAL PSIKOLOGI


SUSILAWATI
melakukan aktivitas, dan kondisi keluarga kebersamaan menjadi hal yang penting karena
yang sehat akan membuat lansia merasa melalui kebersamaan, lansia dapat menikmati
tenang secara psikologis. Kerukunan dalam waktu bersama keluarga, anak, dan cucu
keluarga juga menimbulkan perasaan senang sehingga menumbuhkan kerukunan di dalam
dan kebersatuan di dalam keluarga. keluarga (3). Aktivitas, peneliti menemukan
bahwa dengan masih mampunya lansia
Kebersamaan Bersama Keluarga (38,46 %)
melakukan aktivitas sehari-hari membuat
Kebersamaan bersama keluarga menjadi
mereka tidak menjadi tergantung pada
sumber kebahagiaan lansia di Bali karena
keluarga dan merasa berharga.
mereka dapat berkumpul bersama dan
menikmati waktu secara bersama-sama setelah Tabel 1. Hasil Kategorisasi
sebelumnya disibukkan dengan pekerjaan dan Hal yang Membawa Kebahagia
Pada Lansia di Bali
tanggung jawab sebagai orang tua.
No. Kategori ∑ Persentase
Kesuksesan Anak (12,30%) Keluarga rukun
1. dan sehat 26 40 %
Kesuksesan yang diraih anak-anak Kebersamaan
2. 25 38,46 %
bersama keluarga
menjadi sumber kebahagiaan lansia di
3. Kesuksesan anak 8 12,30 %
Bali karena hal tersebut merupakan bentuk
Dapat melakukan
keberhasilan lansia dalam menjalankan peran 4. 6 9,23 %
aktivitas
sebagai orang tua dalam membesarkan anak. Total 100 %

Dapat Melakukan Aktivitas (9,23%). Grafik 1. Hal yang Membawa Kebahagia


Pada Lansia di Bali
Dapat melakukan aktivitas menjadi sumber
kebahagiaan lansia di Bali karena dengan
tetap dapat beraktivitas menunjukkan kondisi
mereka masih sehat dan mampu melakukan
sesuatu secara mandiri, tidak harus tergantung
pada orang lain, dalam hal ini keluarga.
Berdasarkan data di atas ditemukan bahwa
terdapat tiga elemen sumber kebahagiaan pada Pembahasan
lansia, yakni :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(1). Kesehatan, yang meliputi: kesehatan
kesehatan merupakan hal yang memiliki
diri, pasangan, anak, dan cucu. Ini menunjukkan
kontribusi besar terhadap kebahagiaan
bahwa lansia ingin selalu sehat agar tetap
lansia di Bali, yakni meliputi kesehatan diri,
dapat melakukan aktivitas dan menjalani
pasangan hidup, anak, menantu, dan cucu.
masa tua mereka dengan lebih panjang, begitu
Hasil penelitian melalui pendalaman data,
juga keadaan keluarga yang sehat membuat
kesehatan merupakan faktor yang paling
lansia merasa tenang secara psikologis.
penting bagi lansia karena dengan sehat, lansia
(2). Keluarga, terutama kebersamaan dan
dapat tetap beraktivitas dan mampu bertahan
kerukunan keluarga. Ini menunjukkan bahwa
menjalani masa tua mereka. Hal tersebut

JURNAL PSIKOLOGI 477


KEBAHAGIAAN LANSIA BALI
sejalan dengan penelitian Stanley etc (2003) metode indigenous psychology sehingga
yang mengatakan bahwa ada hubungan antara dapat memberikan sumbangan terhadap
kesehatan dan kebahagiaan dimana kedua perkembangan ilmu psikologi dan juga
hal tersebut membuat lansia lebih mampu kemanfaatan bagi kemajuan dunia pendidikan
bertahan hidup dan membuat usia mereka serta kehidupan sosial.
lebih panjang. Berdasarkan pembahasan, dapat di-
Santrock (1995) juga mengatakan bahwa simpulkan bahwa :
pada masa lanjut, individu lansia akan Kebahagiaan lansia di Bali bersumber
mengalami berbagai perubahan dan kemuduran dari tiga elemen, yaitu (1). kesehatan,
fisik yang akan mempengaruhi kesehatan baik kesehatan diri maupun keluarga,
dan berpengaruh terhadap kondisi psikologis (2). kebersamaan dan kerukunan bersama
mereka. Kesehatan dalam keluarga juga keluarga, serta (3). kemampuan untuk tetap
menyumbang kontribusi dalam kebahagiaan menjalani aktivitas di usia senja.
lansia di Bali karena keluarga merupakan Dalam masa lanjutnya, lansia ingin
orang yang paling dekat dan mengenal lansia menikmati masa ini dengan senang dan
dengan baik, serta tempat mencurahkan kasih tenang.
sayang sehingga jika keluarga tidak sehat akan
membuat lansia merasa sedih dan tertekan
secara psikologis. Kepustakaan
Penelitian ini merupakan penelitian awal Bastaman, H.D. (1996). Meraih Hidup
yang masih belum mengkaji secara dalam Bermakna: Kisah Pribadi Dengan
kaitan antara masing-masing peristiwa yang Pengalaman Tragis. Universitas
menyebabkan kebahagiaan tersebut dengan Paramadina Press.
teori-teori yang ada didalam psikologi Chan, Y. K., Lee. R.P.L. (2006) Network Size,
perkembangan, akan tetapi penelitian awal Social Support and Happiness In
yang dilakukan dengan metode indigenous Later Life: A Comparative Study of
psychology ini setidaknya mampu mengungkap Beijing and Hongkong. The Journal
hal yang khas dari responden. of Happiness Study. 7, 87 – 112.
Penelitian ini juga merupakan penelitian
Diener, E., Helliwell, J.F., Kahneman, D.
awal atau preliminary study yang dilakukan di
(2000). International Differences
Bali dimana saat metode indigenous pdychology
in Well – Being. Oxford University
sudah diterapkan oleh beberapa perguruan
Press.
tinggi di Indonesia namun penelitian dengan
Dey, I. (1993). Qualitative Data Analysis
metode yang sama baru belakangan dijalankan
A User-Friendly Guide for Social
di Bali sehingga data yang diperoleh masih
Scientists. London & New York:
merupakan data awal. Akan tetapi, penelitian
Taylor & Francis or Routledge’s
ini diharapkan mampu menjadi pemicu untuk
Collection.
dilakukannya penelitian-penelitian lanjutan
yang lebih mendalam dengan menggunakan

478 JURNAL PSIKOLOGI


SUSILAWATI
Effendi, S., & Manning, C. (2008). Lyubormrsky, S., Sheldon, K. M. (2005).
Prinsip-prinsip Analisis Data. In, Pursuiting Happiness; The
Singarimbun, M., & Effendi, S (Eds), Architecture of Sustainable Change.
Metode Penelitian Survai. Jakarta : Review of General Psychology, 2,
LP3ES. 111-131.
Heady, B., & Wooden, M. (2004). The Effects Neugarten (Ed), 1968. Middle Age and Aging
of Weatlh and Income on Subjective. a Reader in Social Psychology.
Hikmawati, E., Purama, A. (2008). Kondisi Chicago: The University of Chicago
Kepuasan Hidup Lanjut Usia. Jurnal Press.
PKS Vol. VII, No. 26 pg 79-93. Santrock, J. W. (1995). Life Span Development.
Hurlock, E. B., (2004). Psikologi Seventh Edition. Boston : Mc. Graw
Perkembangan. Suatu Pendekatan – Hill College.
Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Stanley, Mandy, Cheek, Julianne. (2003). Well-
Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo). Being and Older People: A Review of
Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit The Literature. The Canadian Journal
Erlangga. of Occupational Therapy, 70, 1;
Kim, U., Berry, J.W. (2000). Indigenous Proquest Medical Library pg 51.
Psychology; Research and Experience Tukiran. (2008). Mengkode Data dalam
in cultural contex. Volume 17, Cross Singarimbun, M., & Effendi, S. (Eds),
cultural Research and Methodology Metode Penelitian Survai. Jakarta:
Series. LP3ES.
Lacey, H.P., Kirstead, T.A., & Morey, D.
(2011). De – Biasing The Age –
Happiness Bias: Memory Search and
Cultural Expectations in Happiness
Judments Across The Lifespan.
Journal of Happiness Studies, 10, 107
– 120.
Lu, L & Gilmour, R. (2004). Culture an
Conceptions of Happiness : Individual
Oriented and Social Oriented SWB.
Netherlands: Kluwer Academic
Publishers. Journal of Happiness
Studies, 2, 407 – 432.

JURNAL PSIKOLOGI 479


JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 7 NO. 1, APRIL 2012: 480 - 494

Peranan Konsep Diri dan Dukungan Sosial


Terhadap Penyesuaian Diri Akademik Mahasiswa
Tingkat Pertama

Artiarini Puspita Arwan1


Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Abstract

The freshman year of college adjustment is usually acknowledged as important task


that determine academic success and continuity of study in the next following years (Eileen
& Mattingly, 2006; Lubker & Etzel, 2007). Many researches were done to investigate
the factors which can predict first year college students’ academic adjustment. This
research examined the contribution of personal and environmental factor in first year
college students’ academic adjustment. The contribution of self concept as a personal
factor and social support as environmental factor had investigated in this research.
This research was conducted on 125 first year student of University of Indonesia from
many faculties. The result proved that self concept and social support have significant
contribution in first year college students’ academic adjustment. Beside that, self concept
as a personal factor was proved giving bigger contribution to academic adjustment than
social support as environmental factor. Both results support the research hypotheses.
Additional result of this research found that the each of self concept dimensions, which
are academic self concept, social self concept, emotional self concept, and physical self
concept has significant correlation to academic adjustment.

Keywords: Academic Adjustment, First Year College Students, Self Concept, Social
Support

Keberhasilan memperoleh peran tahun-tahun pertama. Belajar di perguruan


baru sebagai mahasiswa tidak serta-merta tinggi merupakan proses penyesuaian diri
memberikan jaminan akan keberhasilan dan pertumbuhan yang memerlukan banyak
menjalankan pendidikan di jenjang ini. usaha, kerja keras, dan kesabaran.
Ross dan Hammer (2002) mengatakan Penyesuaian diri di masa perkuliahan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi selalu berkaitan dengan hal-hal yang terjadi
bertahan atau tidaknya seorang mahasiswa pada mahasiswa saat belajar di perguruan
untuk belajar di perguruan tinggi adalah tinggi sebagai sebuah lingkungan akademik.
kemampuan penyesuaian diri, terutama di Karena itu, penyesuaian diri yang dilakukan
mahasiswa disebut penyesuaian diri
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: artiar.puspita@gmail.com akademik.

480 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

Sejalan dengan Ross dan Hammer, baru, menguji aspek otonomi, kemandirian
Eileen dan Mattingly (2002) juga mengatakan dan identitas, eksplorasi nilai, sampel
bahwa penyesuaian diri akademik (academic gambaran budaya dan pengetahuan orang lain,
adjustment) merupakan faktor penting yang dan sebagai tempat mengejar minat dan tujuan
menunjang keberhasilan studi mahasiswa. (Strange & Banning, 2000).
Mahasiswa tahun pertama dihadapkan pada Strage dan Brandt (1999) melihat
situasi baru yang menuntut mereka untuk penyesuaian diri akademik sebagai hal yang
melakukan penyesuaian diri dengan baik. dapat diukur melalui kemampuan mahasiswa
Tahun pertama di perguruan tinggi merupakan untuk menguasai suatu keahlian atau
masa transisi sosial dan akademik yang pengetahuan tertentu (mastery-orientation).
dialami seorang mahasiswa dimana sekaligus Penyesuaian diri akademik mencakup
merupakan masa kritis terhadap kesuksesan kemampuan dalam beberapa aspek yang
dan keberlangsungan studi. dibutuhkan oleh seorang mahasiswa untuk
McInnis dan James (1995) mengatakan menjalani pendidikan tinggi dengan sukses,
bahwa dalam hal akademik, tahun pertama yaitu dalam hal kepemimpinan (agency/
merupakan tahun yang sangat penting, karena leadership), kemasyarakatan (communion),
merupakan masa transisi dari belajar di tingkat ketahanan/persistensi (persistence), keter-
sebelumnya yang lebih terbimbing ke belajar libatan terhadap tugas (task involvement),
di tingkat perguruan tinggi yang cenderung kepercayaan diri akademik (academic
bersifat individual dan banyak tekanan yang confidence), kepercayaan diri sosial (social
bersifat eksternal (dalam Zarfiel, 2001, hal. confidence), lokus kontrol internal (internal
9). Tantangan besar lain bagi seseorang yang locus of control), kepercayaan pengembangan
memasuki dunia perkuliahan adalah karena di diri (incremental scale), hubungan dengan
masa ini juga terjadi transisi dari masa remaja dosen (teacher rapport), dan hubungan dengan
akhir menuju masa dewasa muda (Chickering teman sebaya (peer rapport).
dan Reisser dalam Strange & Banning, 2000, Penelitian-penelitian mengenai penye-
hal. xi). suaian diri akademik di awal masa perkuliahan
Uraian diatas menggambarkan bahwa terkait dengan faktor personal dan faktor
masalah penyesuaian diri akademik lingkungan. Beberapa peneliti telah berusaha
mahasiswa tingkat pertama menjadi sesuatu mengidentifikasi faktor personal yang dapat
yang penting untuk diteliti dan membutuhkan memprediksi penyesuaian diri akademik.
kepedulian berbagai pihak, termasuk pihak Faktor personal yang banyak diteliti terkait
institusi pendidikan. Perubahan dari sekolah dengan penyesuaian diri adalah konsep diri (self
lanjutan tingkat atas menuju perguruan tinggi concept). Penelitian terkait yang dilakukan
sebaiknya dianggap sebagai suatu masa untuk sejak lama oleh Arul (1972) menunjukkan
tumbuh, bukan untuk menderita (Aseltine & bahwa konsep diri berkorelasi positif dengan
Core, 1993 dalam Santrock, 2003, hal. 263). penyesuaian diri akademik mahasiswa, baik
Lembaga pendidikan tinggi adalah tempat secara sosial maupun personal. Penelitian
yang penting untuk membangun hubungan setelah itu pun menunjukkan bahwa konsep

JURNAL PSIKOLOGI 481


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

diri merupakan satu prediktor penyesuaian lingkungan sosialnya, dimana individu


diri akademik di masa perkuliahan (Boulter, tersebut mempersepsikan bahwa ia memiliki
2002). orang-orang yang selalu ada (available) ketika
Shavelson, Hubner, and Stanton (1976) ia mengalami masa-masa sulit (dalam Kraus,
mengenali konsep diri sebagai model yang 2007).
multidimensi sehingga mencakup kerangka Penelitian-penelitian sebelumnya me-
berfikir yang luas untuk mengeksplorasi nemukan bahwa tingkat dukungan sosial
strukturnya (dalam Marsh, 1990). Konsep yang tinggi berkaitan dengan tingkat depresi
diri didefinisikan sebagai persepsi individu dan kecemasan yang rendah (Shamsiri,
mengenai dirinya, berisi kumpulan keyakinan 2005). Brissette, Carver, dan Scheier (2002)
dan perasaan individu terhadap dirinya, menemukan bahwa dukungan sosial berkorelasi
mengandung aspek deskriptif dan evaluatif, positif dengan tingkat stress yang rendah pada
dan dibentuk melalui pengalaman dan mahasiswa tingkat pertama (dalam Shamshiri,
interpretasi individu terhadap lingkungannya. 2005). Dukungan sosial disini juga mencakup
Konsep diri merupakan konstruk yang sejak dukunga n sosial yang dipersepsikan. Persepsi
lama tidak dapat dipisahkan dari psikologi remaja akan dukungan sosial dari keluarganya
dan pendidikan, karena dikenal memiliki memiliki peran dalam mengurangi efek dari
peranan penting dalam pertumbuhan dan situasi yang menekan (stressful) (Licitra-
perkembangan seseorang. Berbagai masalah Klekcker & Waas, 1993 dalam Martinez,
seperti penyalahgunaan alkohol dan narkoba, 2002). Masih dalam sumber yang sama,
tingkat drop-out, dan masalah-masalah lain Parker dan Asher (1987) menemukan bahwa
yang dihadapi mahasiswa terkait dengan remaja yang merasa tidak diterima oleh teman
konsep diri. sebayanya beresiko memiliki fungsi psikologis
Faktor lingkungan juga turut yang buruk. Di sisi lain, remaja yang memiliki
mempengaruhi penyesuaian diri akademik hubungan dekat, stabil, dan suportif dengan
di masa perkuliahan. Takahashi dan Majima orang yang mereka anggap penting secara
(1994) mengatakan bahwa pada masa transisi emosional, akan memiliki opini yang lebih
dari sekolah lanjutan tingkat atas menuju baik mengenai diri mereka, memiliki performa
perguruan tinggi, hubungan afektif yang yang baik di sekolahnya, sociable, dan tidak
sudah dimiliki individu sebelumnya memiliki mudah mengalami kecemasan, depresi atau
korelasi dengan penyesuaian diri terhadap rasa permusuhan (Berndt & Perry; Buhrmester;
dunia perkuliahan (dalam Santrock, 2003, Hartup & Stevens; dalam Papalia dkk., 2004,
hal. 263). Hubungan afektif individu dapat hal. 447).
dipersepsikan oleh individu tersebut sebagai Berdasarkan latar belakang yang telah
dukungan sosial yang diterimanya (perceived dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa
social support). Zimet, Dahlem, Zimet dan penyesuaian diri akademik tidak hanya
Farley (1988) mendefinisikan dukungan dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga
sosial sebagai persepsi individu terhadap faktor eksternal. Untuk itu peneliti tertarik
perilaku mendukung dari orang-orang di untuk melakukan penelitian mengenai

482 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

penyesuaian diri akademik pada mahasiswa Strage & Brandt (1999) mengemukakan bahwa
tingkat pertama dengan melihat pengaruh penyesuaian diri akademik dapat dilihat dari
dari konsep diri sebagai faktor internal beberapa aspek, yaitu:
dan dukungan sosial yang mewakili faktor
1. Agency/Leadership
eksternal.
Leadership adalah proses dimana seorang
Permasalahan yang diangkat dalam
anggota kelompok, yaitu pemimpin, memberi
penelitian ini adalah sebagai berikut:
pengaruh kepada anggota kelompok yang lain
1. Apakah konsep diri dan dukungan
untuk mencapai tujuan bersama (Vecchio,
sosial secara bersama-sama memberikan
1997; Yulk, 1998 dalam Baron & Byrne, 2003,
pengaruh yang signifikan terhadap
hal. 555). Adanya kemampuan kepemimpinan
penyesuaian diri akademik mahasiswa
pada seorang mahasiswa, diharapkan akan
tingkat pertama?
membentuk karakteristik seperti rasa percaya
2. Apakah pengaruh dari konsep diri terhadap
diri, kemampuan inisiatif, keterampilan
penyesuaian diri akademik mahasiswa
komunikasi, dan tanggung jawab yang dapat
tingkat pertama lebih besar dibandingkan
memberi dukungan bagi keberhasilannya
dengan pengaruh dari dukungan sosial?
di perguruan tinggi (Kernes, 1995 dalam
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Prasetyawati, 2003).
mengetahui bagaimana pengaruh dari konsep
diri dan dukungan sosial terhadap penyesuaian 2. Communion
diri akademik mahasiswa tingkat pertama. Dimensi communion ini berkaitan dengan
Manfaat dari penelitian ini adalah: bagaimana mahasiswa memandang lingkungan
1. Memperkaya khazanah penelitian sosialnya sebagai salah satu elemen yang
mengenai penyesuaian diri akademik membantunya dalam proses pembelajaran di
mahasiswa tingkat pertama. perguruan tinggi (Prasetyawati, 2003).
2. Merangsang munculnya penelitian-
penelitian lain mengenai penyesuaian diri 3. Persistence
akademik mahasiswa tingkat pertama. Persistensi berkaitan dengan bagaimana
mahasiswa bertahan dalam menghadapi ke-
Penyesuaian Diri Akademik sulitan dan kegagalan (Strage & Brandt,
Strage dan Brandt (1999) melihat 1996).
penyesuaian diri akademik sebagai hal yang 4. Task involvement
dapat diukur melalui kemampuan mahasiswa
Dimensi ini menunjukkan bagaimana
untuk menguasai suatu keahlian atau
mahasiswa mampu menghindari gangguan
pengetahuan tertentu (mastery-orientation).
dan tetap berfokus ketika mengerjakan tugas-
Mahasiswa dengan kemampuan penyesuaian
tugas akademik (Strage & Brandt, 1996).
diri akademik yang baik akan memiliki
karakteristik mahasiswa yang berorientasi 5. Academic confidence
pada penguasaan keahlian atau pengetahuan Hal ini menunjukkan seberapa besar
yang diberikan (mastery-oriented student). kepercayaan diri mahasiswa akan kemam-

JURNAL PSIKOLOGI 483


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

puannya menyelesaikan studi di perguruan akademik remaja (Papalia dkk, 2004).


tinggi (Strage & Brandt, 1996). Dimensi peer rapport dalam penyesuaian diri
akademik mahasiswa menunjukkan bagaimana
6. Social confidence
mahasiswa melihat dari sudut pandang orang
Menggambarkan kemampuan mahasiswa
lain dalam menilai dirinya serta bagaimana
dalam menjalin hubungan dengan orang-
teman sebaya memperlakukan dirinya sebagai
orang di sekitarnya, meliputi dosen, teman
bagian dalam proses pembelajarannya di
se-angkatan, kakak maupun adik angkatan
perguruan tinggi (Prasetyawati, 2003).
dan sebagainya dalam rangka membantu
proses pembelajarannya di perguruan tinggi Konsep Diri
(Prasetyawati, 2003).
Konsep diri didefinisikan oleh Shavelson
7. Internal locus of control dkk (1976) sebagai:
Konteks kelas di perguruan tinggi, A person’s perceptions of him/herself.
mahasiswa dengan lokus kontrol internal It is formed through experience with and
akan percaya bahwa nilai-nilai yang mereka interpretations of one’s environment. It
raih tergantung pada kemampuan pribadi is especially influenced by evaluations by
atau usaha yang mereka lakukan sedangkan significant others, reinforcements, and
mahasiswa dengan lokus kontrol eksternal attributions for one’s own behavior. (Marsh,
akan percaya bahwa nilai-nilai yang mereka 1990).
raih dipengaruhi oleh faktor keberuntungan, Konsep diri mahasiswa diukur dengan
nasib atau karena orang lain. berdasar pada model hirarkis dari konsep diri
yang diajukan oleh Shavelson dkk. Marsh
8. Incremental scale
dan Ayotte (2003) mengatakan bahwa konsep
Incremental scale adalah kepercayaan diri tidak dapat dipahami dengan baik jika
bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat multidimensionalitas-nya diabaikan (Maulina,
dikembangkan melalui usaha dan latihan 2004). Konsep diri mahasiswa terdiri dari dua
(Dweck & Leget, 1998; Weiner, 1994 dalam dimensi yaitu konsep diri akademik dan konsep
Ormrod, 2003, hal. 413). diri non-akademik. Berikut akan diuraikan
9. Teacher rapport definisi dari masing-masing dimensi:

Dimensi ini menunjukkan penerimaan 1. Konsep Diri Akademik


mahasiswa terhadap instruktur atau dosen Konsep diri akademik adalah persepsi
sebagai sumber bertanya atau tempat seseorang secara menyeluruh pada bidang
berkonsultasi dibandingkan menganggapnya akademik, mengacu pada evaluasi diri (self
sebagai ancaman (Strage & Brandt, 1999). evaluation) pada domain yang berkaitan
10. Peer rapport dengan hal-hal yang bersifat akademik. Dalam
penelitian ini definisi konsep diri akademik
Peer group atau kelompok teman sebaya
mengacu pada batasan yang dibuat Maulina
merupakan salah satu faktor yang turut
(2004) yaitu persepsi individu mengenai
mempengaruhi motivasi dan kesuksesan

484 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

kemampuannya dalam belajar di lingkungan 2. Konsep Diri Sosial


akademik. Pada level perguruan tinggi, Konsep diri sosial didefinisikan sebagai
kemampuan yang dibutuhkan mahasiswa persepsi individu terhadap penerimaan
untuk dapat survive belajar terbagi ke dalam dirinya di dalam lingkungan sosial dan
tiga sub-domain, yaitu verbal (membaca dan kemampuannya untuk menjalin interaksi
menulis), komputer, dan B.Inggris. dengan orang lain. Pada alat ukur konsep diri
a. Verbal mahasiswa, Maulina (2004) membagi konsep
diri sosial ke dalam tiga hal:
Merupakan penilaian mahasiswa menge-
nai seberapa baik kemampuan dirinya a. Hubungan dengan teman sebaya
dalam membaca dan menulis. Aspek Merupakan penilaian mahasiswa akan
kemampuan verbal sedikit banyak dapat kemampuannya untuk menjalin interaksi
digunakan sebagai peramal keberhasilan dengan teman-teman sebaya dan seberapa
studi di perguruan tinggi. Hasil penelitian di besar teman-teman sebaya menyukai dan
Australia menemukan bahwa kemampuan menerima individu sebagai teman.
verbal seperti skor kosakata, daya tanggap b. Hubungan dengan keluarga
dan kemampuan pemahaman bacaan
Merupakan penilaian seberapa baik
memiliki korelasi yang signifikan dengan
kemampuannya untuk menjalin interaksi
skor ujian pada beberapa bidang yang
dengan anggota keluarga dan seberapa
dipelajari di perguruan tinggi (Beard &
besar anggota keluarga menyukai dan
Senior, 1980 dalam Zarfiel, 2001, hal.3).
menerima individu.
b. Komputer c. Hubungan dengan figur otoritas
Konsep diri komputer adalah penilaian Merupakan penilaian seberapa baik
mahasiswa mengenai seberapa baik mereka menjalin interaksi dengan
kemampuan dirinya dalam bidang figur otoritas yaitu orang-orang yang
komputer. Penguasaan komputer sangat memiliki usia lebih tua dan memiliki
penting pada mahasiswa karena dapat jabatan tertentu serta memiliki kekuasaan
membantu proses belajar. terhadap kehidupan mahasiswa misalnya
c. Bahasa Inggris dosen, dekan, penjaga perpustakaan, dan
Konsep diri bahasa Inggris adalah lain-lain serta persepsi individu mengenai
penilaian mahasiswa mengenai seberapa seberapa besar figur otoritas menyukai
baik kemampuan dirinya pada bidang ini. dan menerima individu (Maulina, 2004).
Kemampuan bahasa Inggris diperlukan 3. Konsep Diri Emosional
mengingat materi pelajaran di perguruan Konsep diri emosional adalah persepsi
tinggi sangat luas (broad based learning) individu mengenai keadaan perasaannya yang
sehingga sangat memungkinkan untuk akan mempengaruhi pola reaksinya dalam
memakai referensi yang bersifat global menghadapi suatu situasi baik yang bersifat
dan menggunakan bahasa Inggris. sementara maupun menetap (Maulina, 2004).

JURNAL PSIKOLOGI 485


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

4. Konsep Diri Fisik mendapatkan kenyamanan (comfort),


Stein menerima konsep diri fisik sebagai dukungan (support) dan masukan (advice)
persepsi individu terhadap performa fisik dan (Fuligni, Eccles, Barber,& Clements,
penampilan fisiknya (Maulina, 2004). 2001 dalam Papalia, Olds, & Feldman,
2004, hal. 442).
a. Kemampuan fisik
2. Teman: Robinson (dalam Papalia, Olds,
Persepsi mahasiswa terhadap kemam- dan Feldman, 2004, hal. 446) menemukan
puannya untuk terlibat di dalam kegiatan bahwa sumber dukungan emosional
fisik. yang penting selama masa remaja
b. Penampilan fisik adalah pertumbuhan seseorang dalam
keterlibatannya dengan teman sebaya.
Penilaian mahasiswa akan ketertarikan fisik
Pengaruh ini lebih kuat pada masa remaja
yang dimiliki, bagaimana penampilannya
awal, dan menurun di masa remaja tengah
jika dibandingkan dengan orang lain, dan
dan akhir.
bagaimana yang dipikirkan orang lain
3. Significant Others: Significant others
terhadapnya.
adalah orang lain yang penting secara
Dukungan Sosial emosional dalam kehidupan seseorang.
Remaja yang memiliki hubungan dekat,
Dukungan sosial yang dimaksud dalam
stabil, dan suportif dengan orang yang
penelitian ini adalah persepsi individu
mereka anggap penting, secara emosional
terhadap perilaku mendukung dari orang-
akan memiliki opini yang lebih baik
orang di lingkungan sosialnya dimana individu
mengenai diri, memiliki performa yang
tersebut mempersepsikan bahwa ia memiliki
baik di sekolahnya, sociable, tidak mudah
orang-orang yang selalu ada (available) ketika
mengalami kecemasan, depresi atau rasa
ia mengalami masa-masa sulit. Berdasarkan
permusuhan (Berndt &Perry; Buhrmester;
definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan
Hartup&Stevens; dalam Papalia dkk., hal.
bahwa Zimet dkk,. menggolongkan dukungan
447).
sosial sebagai persepsi dari individu (perceived
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
social support).
ini adalah:
Dalam alat ukur dukungan sosial MSPSS,
H01 : Tidak terdapat pengaruh yang
Zimet dkk. mengukur dukungan sosial yang
signifikan dari konsep diri dan
berasal dari tiga sumber, yaitu:
dukungan sosial secara bersama-sama
1. Keluarga: Dukungan sosial yang
terhadap penyesuaian diri akademik
bersumber dari keluarga, khususnya orang
mahasiswa tingkat pertama.
tua, sangat penting bagi seorang remaja.
H02 : Pengaruh dari konsep diri terhadap
Remaja mencari teman sebaya untuk
penyesuaian diri akademik mahasiswa
menjadi bagian dari aktivitas mereka
tingkat pertama tidak lebih besar
dan untuk menjalin hubungan yang
dibandingkan dengan pengaruh dari
dekat sedangkan dari orangtua, mereka
dukungan sosial.

486 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

Metode Penelitian skala dukungan sosial yang merupakan


Variabel yang digunakan dalam penelitian hasil adaptasi dari alat ukur The
ini adalah sebagai berikut: Multidimensional Scale of Perceived
Social Support (Zimet, Dahlem, Zimet,
1. Konsep diri & Farley, 1988), terdiri dari 12 butir.
a. Definisi Konseptual Dukungan sosial yang diukur adalah yang
Konsep diri adalah persepsi individu bersumber dari orang tua, teman, dan
mengenai dirinya, berisi kumpulan significant other.
keyakinan dan perasaan individu terhadap
3. Penyesuaian Diri Akademik
dirinya, mengandung aspek deskriptif
a. Definisi Konseptual
dan evaluatif, dan dibentuk melalui
pengalaman dan interpretasi individu Penyesuaian diri akademik adalah usaha
terhadap lingkungannya. mahasiswa untuk memenuhi tuntutan dan
tantangan dari lingkungan kampus, untuk
b. Definisi Operasional mencapai keselarasan antara tuntutan dari
Definisi operasional dari konsep diri dalam diri individu dengan tuntutan yang
adalah skor total dari skala konsep diri berasal dari lingkungan kampus dan peran
mahasiswa yang merupakan bentuk barunya sebagai mahasiswa.
pendek (short form) dari alat ukur konsep
b. Definisi Operasional
diri mahasiswa yang dibuat oleh Maulina
(2004). Alat ukur ini mengacu pada model Definisi operasional dari variabel
konsep diri dari Shavelson, Hubner, ini adalah skor total dari adaptasi Skala
and Stanton (1976) untuk mengenali Penyesuaian Akademik Mahasiswa
konsep diri yang multidimensi. Skala ini UI (Prasetyawati, 2003) yang dibuat
mengukur empat dimensi konsep diri yaitu bentuk pendeknya. Alat ukur ini dibuat
konsep diri akademik, sosial, emosional, berdasarkan dimensi-dimensi penyesuaian
dan fisik. diri akademik yang dikembangkan oleh
Amy Strange dan Tamara Swanson Brandt
2. Dukungan Sosial dari San Jose University (1999).
a. Definisi Konseptual
Dukungan sosial adalah persepsi individu Populasi yang diteliti adalah mahasiswa
terhadap perilaku mendukung dari orang- tingkat pertama, dan sampel yang dipilih oleh
orang di lingkungan sosialnya dimana peneliti adalah mahasiswa tingkat pertama di
individu tersebut mempersepsikan bahwa Universitas Indonesia (UI).
ia memiliki orang-orang yang selalu ada Teknik pengambilan sampel yang
(available) ketika ia mengalami masa- digunakan adalah nonprobability sampling,
masa sulit. dimana tidak terdapat jaminan bahwa setiap
elemen dalam populasi memiliki kesempatan
b. Definisi Operasional
yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel
Dukungan sosial adalah skor total dari

JURNAL PSIKOLOGI 487


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik lima pilihan respon. Untuk digunakan pada
accidental sampling, yang tergantung pada penelitian ini, peneliti melakukan adaptasi
ketersediaan (availability) dan keinginan alat ukur dengan membuat skala menjadi
(willingness) untuk merespon penelitian. 1-6. Skala tipe Likert dalam beberapa
Peneliti menggunakan tiga alat ukur aplikasi menggunakan enam pilihan respon
yang dapat membantu menjawab pertanyaan untuk menghindari kecenderungan reponden
penelitian yang peneliti ajukan. Pertama menjawab netral (Kapplan & Saccuzo, 2005,
adalah bentuk pendek (short form) dari alat hal. 163). Selain itu, perubahan jumlah skala
ukur penyesuaian diri akademik mahasiswa juga bertujuan agar cocok (compatible)
UI yang dibuat oleh Prasetyawati (2003) dengan skala yang digunakan alat ukur lain
berdasarkan dimensi penyesuaian diri dalam penelitian ini.
akademik menurut Strage & Brandt (1996). Ada sebanyak 96 butir tes yang dibuat oleh
Kedua adalah bentuk pendek (short form) Prasetyawati (2003), peneliti menggunakan
dari Skala Konsep Diri Mahasiswa yang 47 butir dari skala penyesuaian diri akademik.
dibuat oleh Maulina (2004) berdasarkan Proses selanjutnya, peneliti melakukan uji
model konsep diri yang diajukan Shavelson coba short form alat ukur penyesuaian diri
dkk. (1976). Sedangkan alat ukur yang ketiga akademik. Berdasarkan hasil uji coba, skala
adalah adaptasi dari The Multidimensional penyesuaian diri akademik mahasiswa bentuk
Scale of Perceived Social Support (MSPSS). pendek (short form) yang akan digunakan
Ketiga alat ukur ini digabungkan menjadi untuk pengambilan data penelitian selanjutnya
sebuah kuesioner. Kuesioner dipilih karena adalah sebanyak 37 butir dengan nilai
sifatnya yang efisien, dimana kuesioner dapat cronbach-alpha sebesar 0.904.
diberikan pada banyak partisipan dalam waktu Alat ukur untuk melihat konsep diri
yang singkat (Kumar, 1999). mahasiswa, peneliti menggunakan skala
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur konsep diri mahasiswa yang dibuat oleh
penyesuaian diri akademik mahasiswa tingkat Maulina (2004) berdasarkan model konsep
pertama diadaptasi dari alat ukur penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Shavelson (1976).
diri akademik mahasiswa UI yang dibuat oleh Alat ukur ini memandang konsep diri secara
Prasetyawati (2003) berdasarkan dimensi multidimensional dan terdiri dari empat sub-
penyesuaian diri akademik dalam Student skala yaitu konsep diri akademik, konsep diri
Attitude and Perception Surveys (SAPS) sosial, konsep diri emosional, dan konsep diri
yang dibuat oleh Strage & Brandt (1996). fisik.
Berdasarkan analisis integratif yang dilakukan, Berdasarkan analisis integratif yang
alat ukur penyesuaian diri akademik ini reliabel dilakukan oleh pembuat, alat ukur konsep
dan valid untuk mengukur penyesuaian diri diri mahasiswa ini reliabel dan valid untuk
akademik mahasiswa. Alat ukur ini memiliki mengukur konsep diri mahasiswa. Butir-butir
nilai cronbach-alpha yang cukup tinggi yaitu dalam alat ukur ini memiliki enam pilihan
0.8810. respon dari mulai sangat tidak sesuai sampai
Butir-butir dalam alat ukur ini memiliki sangat sesuai. Untuk meningkatkan efektivitas

488 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

pengerjaan tes, peneliti juga menggunakan cronbach-alpha. Bobot alpha dari alat ukur
skala konsep diri mahasiswa bentuk pendek ini adalah 0,831 sehingga dapat dikatakan
(short form) yang dibuat berdasarkan analisis bahwa secara keseluruhan, butir-butir dalam
integratif oleh pembuat alat ukur. Butir-butir tes ini homogen dan konsisten mengukur
yang dipilih untuk kemudian di-ujicobakan hal yang sama. Seluruh item dipertahankan
berjumlah 43. Setelah dilakukan uji coba, karena memiliki koefisien validitas berada
skala konsep diri mahasiswa bentuk pendek pada rentang 0.388 sampai 0.857.
yang akan digunakan untuk pengambilan data Setelah semua data terkumpul, peneliti
penelitian adalah sebanyak 35 butir. Nilai melakukan pengujian statistik untuk menjawab
cronbach-alpha keseluruhan sebesar 0.920. pertanyaan penelitian. Teknik statistik yang
Sedangkan untuk masing-masing sub-skala digunakan adalah:
adalah sebagai berikut: konsep diri akademik 1. Statistik Deskriptif digunakan untuk
sebesar 0.899, konsep diri sosial sebesar mengetahui mean, frekuensi, standar
0.893, konsep diri emosional sebesar 0.782, deviasi, serta nilai minimum dan
dan konsep diri fisik sebesar 0.765. maksimum.
Alat ukur dukungan sosial dalam 2. Regresi Berganda (multiple regression)
penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur digunakan untuk melihat signifikansi dan
The Multidimensional Scale of Perceived besarnya kontribusi dari konsep diri dan
Social Support yang dibuat oleh Zimet, dukungan sosial terhadap penyesuaian diri
Dahlem, Zimet, dan Farley (1988). MSPSS akademik mahasiswa tingkat pertama.
terdiri dari 12 butir untuk mengukur persepsi 3. Uji-t dan ANOVA satu jalan digunakan
individu terhadap perilaku mendukung dari untuk melakukan analisis tambahan
keluarga, teman, dan significant others. terhadap data kontrol. Uji-t digunakan
Partisipan diminta untuk mengindikasikan untuk mengetahui apakah terdapat
derajat dukungan sosial yang diterimanya perbedaan pada dua kelompok. Sedangkan
dari keluarga, teman, dan significant others. ANOVA satu arah digunakan untuk
Peneliti melakukan adaptasi pada jumlah mengetahui apakah terdapat perbedaan
skala alat ukur ini. Awalnya, alat ukur ini pada lebih dari dua kelompok.
memiliki 7 skala kemudian peneliti melakukan
pengembangan pada jumlah skala menjadi Hasil Penelitian
1-6 sehingga respon jawaban partisipan akan Analisis data menggunakan teknik multiple
lebih dapat terukur. regression menunjukkan angka Koefisien
Proses pengembangan alat ukur setelah Determinasi (KD) sebesar 0.455. Dengan
dilakukan expert judgement dan uji keterbacaan demikian, besarnya kontribusi variabel konsep
dari adaptasi alat ukur MSPSS, dilakukan uji diri dan dukungan sosial terhadap penyesuaian
coba alat ukur kepada 32 orang mahasiswa diri akademik pada mahasiswa tingkat pertama
UI yang duduk di tingkat pertama. Pengujian ialah 45.5%. Sedangkan sisanya, yaitu 54.5%
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab
metode single trial menggunakan teknik lain yang berasal dari luar model regresi

JURNAL PSIKOLOGI 489


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

ini. Signifikansi perhitungan ini <0.05 atau 0.779, dengan konsep diri emosional sebesar
dengan kata lain terdapat hubungan linier 0.593, dan dengan konsep diri fisik sebesar
antara variabel konsep diri dan dukungan 0.642. Nilai hubungan empat dimensi ini
sosial dengan penyesuaian diri akademik. bernilai positif dan signifikan.
Dengan demikian, ”Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari konsep diri dan Pembahasan
dukungan sosial secara bersama-sama terhadap Berdasarkan analisis data yang telah
penyesuaian diri akademik mahasiswa tingkat dilakukan, kedua hipotesis penelitian ini
pertama”. diterima. Konsep diri yang sudah sejak
Jawaban pada permasalahan kedua, lama diterima sebagai salah satu prediktor
dapat dilihat nilai t untuk tiap-tiap variabel. penyesuaian diri akademik mahasiswa terbukti
Untuk variabel konsep diri, nilai t adalah memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
sebesar 9.241 dengan signifikansi 0.000 penyesuaian diri akademik mahasiswa tingkat
(<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertama. Hasil penelitian ini mendukung
konsep diri terbukti memberikan kontribusi penelitian-penelitian sebelumnya yang
yang bermakna terhadap penyesuaian diri dilakukan oleh Arul (1972) serta penelitian
akademik pada mahasiswa tingkat pertama. Hickman, Bartholomae, dan McKenry (2000)
Sedangkan, untuk variabel dukungan sosial, (dalam Friedlander, 2007). Selain itu, hasil
nilai t yang tampil adalah sebesar 0.001 dengan penelitian ini konsisten dengan penelitian
signifikansi 1.000. Dengan kata lain, variabel Maulina (2004) yang juga melihat hubungan
dukungan sosial memberikan kontribusi yang konsep diri dan penyesuaian diri akademik
tidak bermakna terhadap penyesuaian diri pada mahasiswa UI dimana hasilnya adalah
akademik mahasiswa tingkat pertama. terdapat hubungan yang positif dan signifikan
Berdasarkan nilai signifikansi tersebut, antara konsep diri mahasiswa dengan
maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri penyesuaian diri akademik mahasiswa UI.
mahasiswa memiliki kontribusi lebih besar Mahasiswa yang memandang dirinya
dibandingkan dukungan sosial yang ternyata secara lebih positif memiliki strategi yang
tidak signifikan berkontribusi terhadap lebih efektif dalam menghadapi tantangan
penyesuaian diri akademik pada mahasiswa akademik dan sosial yang secara natural
tingkat pertama. Dengan demikian, “Pengaruh akan dihadapi di masa awal perkuliahan.
dari konsep diri terhadap kemampuan Perasaan kompeten dan konsep diri yang
penyesuaian diri akademik mahasiswa tingkat positif akan menumbuhkan rasa percaya
pertama tidak lebih besar dibandingkan diri yang diperlukan dalam menghadapi
dengan pengaruh dari dukungan sosial”. stressor yang berbeda-beda. Kemampuan
Konsep diri akademik memiliki koefisien menghadapi stessor ini selanjutnya berperan
korelasi tertinggi dan memiliki arah positif dalam meningkatkan kemampuan dalam
sebesar 0.856 dengan penyesuaian diri menyesuaikan diri dari waktu ke waktu.
akademik. Hubungan penyesuaian diri Berbeda dengan konsep diri, hasil
akademik dengan konsep diri sosial sebesar penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan

490 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

sosial yang merupakan faktor eksternal sosial yang tinggi.


(berasal dari lingkungan) dari penyesuaian Alat ukur MSPSS yang disusun oleh
diri akademik, memiliki kontribusi yang tidak Zimet, Dahlem, Farley, dan Zimet (1988) ini
signifikan terhadap penyesuaian diri akademik memiliki asosiasi yang tinggi dengan Hopkins
mahasiswa tingkat pertama. Khusus dalam Symptom Checklist yang mengukur tingkat
penelitian ini, kecilnya kontribusi dukungan depresi dan simptom kecemasan. Alat ukur
sosial juga dapat dikaitkan dengan penyebaran ini dapat membedakan mahasiswa dengan
skor dukungan sosial pada sampel penelitian. tingkat depresi dan simptom kecemasan yang
Persebaran skor dukungan sosial mengalami tinggi dan rendah. Sedangkan pada sampel
kecondongan di sebelah kanan (skewed yang memiliki tingkat depresi dan simptom
negatively). Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan yang homogen dan tidak ada
kebanyakan partisipan memiliki persepsi kelompok ekstrim, terdapat kemungkinan
bahwa dirinya memiliki dukungan sosial yang bahwa persepsi terhadap dukungan sosial
besar. tidak berbeda secara signifikan. Hal ini juga
Terdapat beberapa hal yang mungkin yang diduga terjadi pada partisipan penelitian
menyebabkan hal ini. Faktor pertama yang ini.
memungkinkan terjadinya hal ini adalah Kecondongan skor dukungan sosial sedikit
faktor budaya. Alat ukur yang dipakai dalam banyak dipengaruhi oleh sampling penelitian
penelitian ini adalah adaptasi dari alat ukur yang accidental. Dari 125 partisipan, 70 orang
MSPSS yang terdiri dari dua belas butir yang atau 56% tinggal bersama orang tua. Tidak
semuanya bersifat favorable. Pada budaya adanya randomisasi berdasarkan tempat
Indonesia, dukungan sosial merupakan suatu tinggal saat kuliah ini dapat mempengaruhi
hal yang penting. Melakukan afiliasi dengan penyebaran skor. Mahasiswa yang tinggal
orang lain untuk mencari kenyamanan dan bersama orang tua dan berasal dari daerah
masukan baik dari teman maupun keluarga Jabodetabek kemungkinan besar akan
merupakan sesuatu yang penting dan dilakukan cenderung mempersepsi bahwa dirinya
oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Budaya memiliki orang-orang yang selalu ada
saling menolong umum dilakukan masyarakat (available) ketika ia mengalami masa-masa
Indonesia khususnya dengan orang-orang yang sulit. Hal inilah yang membuat terjadinya
tergolong dekat seperti orangtua, keluarga, kecondongan persebaran skor yang selanjutnya
teman, dan significant others lainnya. Hal ini mempengaruhi nilai kontribusi dukungan
sedikit banyak berbeda dengan budaya negara sosial terhadap penyesuaian diri akademik.
barat yang masyarakatnya terbiasa hidup Karena, pengaruh dari situasi yang dapat
mandiri dalam arti lebih mengandalkan diri memicu stress, seperti halnya transisi ke dunia
sendiri ketika menghadapi masalah kehidupan. perkuliahan, dapat dikurangi bila individu
Dengan demikian, tak mengherankan bila memiliki orang-orang yang dipersepsikan
partisipan penelitian memiliki kecenderungan selalu ada ketika ia menghadapi situasi sulit
yang besar untuk mempersepsikan bahwa (Friedlander dkk, 2007).
masing-masing mereka memiliki dukungan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,

JURNAL PSIKOLOGI 491


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

konsep diri dan dukungan sosial secara bersama- diri fisik) terbukti memiliki hubungan yang
sama terbukti memiliki kontribusi yang signifikan dengan penyesuaian diri akademik
signifikan terhadap penyesuaian diri akademik pada mahasiswa tingkat pertama. Hal ini
mahasiswa tingkat pertama yaitu sebesar sejalan dengan penelitian Arul (1972). Arul
45.5%. Peneliti tertarik untuk mengetahui menemukan bahwa terdapat hubungan yang
bagaimana kedua variabel ini secara bersama- positif dan signifikan antara penyesuaian
sama dapat mempengaruhi penyesuaian diri diri pada mahasiswa dengan enam dimensi
akademik. Aspinwall dan Taylor, 1992 (dalam konsep diri yang diukur, yaitu konsep diri
Boulter 2002) melaporkan bahwa pengaruh yang berkaitan dengan penampilan fisik,
positif dari self esteem (bagian dari konsep kemampuan intelektual, hubungan sosial,
diri) terhadap penyesuaian diri akademik temperamen, moral dan posisi dalam
selama tahun pertama perkuliahan dimediasi keluarga.
oleh kecenderungan untuk menggunakan
coping yang aktif serta tingkat dukungan sosial
yang besar. Dukungan sosial diterima sebagai Kepustakaan
variabel perantara (mediating variable) antara Arul, M.J. (1972, Maret). A study of self-
konsep diri dan kemampuan penyesuaian concept related to adjustment
diri. Berdasarkan hal tersebut, peneliti and achievement. A Synopsis of
mencari tahu apakah terdapat hubungan yang the dissertation. University of
signifikan antara kedua IV, yaitu konsep diri Baroda, Faculty of Education and
dan dukungan sosial. Terdapat korelasi yang Psychology. 24 Februari, 2011.
cukup kuat yaitu 0.401 antara dukungan http://members.tripod.com/~arulmj/
sosial dengan konsep diri. Dukungan sosial selfcon.html.
memiliki kontribusi terhadap konsep diri Baron, R.A., & Byrne, D. (2003). Social
sebesar 16.1%. Hal ini dapat diterima karena psychology (10th ed.). Needham
di masa remaja akhir (late-adolescence) Heights: Allyn & Bacon.
seperti halnya mahasiswa tingkat pertama,
Boulter, L.T. (2002, Juni). Self-concept as
konsep diri memang berhubungan dengan
a predictor of college freshman
dukungan sosial yang diterimanya. Remaja
academic adjustment. College Student
yang memiliki ikatan kuat dengan orang
Journal. 26 Agustus, 2010. http;//
tuanya cenderung memiliki konsep diri yang
www.findarticles.com/p/articles/mi_
lebih positif dan harga diri yang lebih tinggi
m0FCR/is_2_36/ai_89809974.
(Ormrod, 2003).
Eileen, M. & Mattingly. (2002, 12 Desember).
Analisis tambahan penelitian ini melihat
Adjustment to college: Private
dimensi konsep diri yang memiliki hubungan
high school vs. public high school.
yang signifikan dengan penyesuaian diri
Department of Psychology: Loyola
akademik. Ternyata, seluruh dimensi konsep
University. 31Oktober, 2010. http://
diri mahasiswa (konsep diri akademik, konsep
clearinghouse.missouriwestern.edu.
diri sosial, konsep diri emosional dan konsep

492 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

Friedlander, L.J., Reid, G.J,. Shupak, N,. & Maulina, D. (2004). Pengembangan alat ukur
Cribbie, R. (2007, Mei-Juni). Social konsep diri mahasiswa. Tugas Akhir
support, self-esteem, and stress as S2. Depok: Universitas Indonesia.
predictors of adjustment to university Ormrod, J.E. (2003). Educational psychology:
among first-year undergraduates. Developing learners (4th ed.). New
Journal of College Student Jersey: Prentice Hall.
Development, 48 (3), 259-275. 17 Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D.
April, 2008. http://proquest.umi. (2004). Human development (9th ed.).
com/pqdweb?index. New York: Mc Graw Hill.
Kraus, J.A. (2007). Stress in pet Prasetyawati, W. (2003). Pengembangan alat
owners and non-pet owners. ukur penyesuaian diri mahasiswa UI.
31 Oktober, 2010. http://www. Tugas Akhir S2. Depok: Universitas
deltasociety.org/download/Jill%20 Indonesia.
KrausStressOwnersNonPetOwners.
Ross, J. & Hammer, N. (2002). College
pdf.
freshmen: Adjustment and
Lubker, J.R., & Etzel, E.F. (2007). College achievement in relation to parenting
adjustment experiences of first- and identity style. 18 Desember, 2010.
year students: Disengaged athletes, http://www.flinders.edu.au/teach/t4l/
nonathletes, and current varsity teaching/firstindex.php.
athletes. NASPA Journal, 44(3),
Santrock, J.W. (2003). Adolescence. New
Art. 5. 13 November, 2010. http://
York: McGraw Hill.
publications.naspa.org/naspajournal/
Shamshiri, M. (2005). Students’ perceived
vol44/iss3/art5/.
stress and social support.
Marsh, H.W. (1990). A multidimensional,
Stephen F. Austin State University.
hierarchical self-concept page.
13 November, 2010. http://hubel.
University of Western
sfasu.edu/courseinfo/497studentproj/
Sydney, Macarthur. 09 Februari,
MiladShamshiri.pdf.
2010. http://www.aare.edu.au/93pap/
Strage, A., & Brandt, T.S. (1999). Authoritative
marsh93267.txt.
parenting and college students’
Martinez, R.S. (2002, Agustus). A comparison
academic adjustment and success.
of learning disability subtypes in middle
Journal of Educational Psychology,
school: Self concept, perceived social
91 (1), 146-156. San Jose State
support, and emotional functioning.
University. 04 Maret, 2010. http://
Dissertation Doctor of Philosophy.
content.apa.org.
Austin: The University of Texas.
Strange, C.C., & Banning, J.H. (2000).
18Desember,2010. http://dspace.lib.
Educating by design: Creating
utexas.edu/handle/2152/812.
campus learning environments that
work. San Francisco: Jossey-Bass.

JURNAL PSIKOLOGI 493


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

Zarfiel, M.D. (2001). Keberhasilan belajar di


perguruan tinggi. Diktat Bimbingan
Pendidikan Fakultas Psikologi UI.
Zimet, G.D., Dahlem, N.W., Zimet,
S.G. & Farley, G.K. (1988). The
multidimensional scale of perceived
social support. Journal of Personality
Assessment, 52. 06 Januari 2010.
www.atkinson.yorku.ca/~psyctest/
socsupp.doc.

494 JURNAL PSIKOLOGI


JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 7 NO. 1 APRIL 2012: 495 - 502

Hubungan antara Coping Strategy dengan Kenakalan


pada Remaja Awal
Nila Ainu Ningrum1
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya

Abstract

This study aims to determine whether there is a relationship between coping


strategy with delinquency in the orpanage of Arrahmah Kediri . This research is done
in the early adolescents who live in orphanages Arrahmah-kediri with the number of
subjects of research as much as 60 teenagers. Results of research indicate that the
coping strategy has a negative relationship with juvenile delinquency. Coping strategy
in the early adolescents in the orphanage has a relationship with juvenile delinquency.
Relations the coping strategy with juvenile delinquency is not significant.

Keywords: coping strategy, ,juvenile delinquency, adolescence

Panti asuhan adalah lembaga yang Anak-anak yang tinggal di panti asuhan,
berfungsi menampung anak-anak yatim piatu berbeda dengan persepsi masyarakat umum,
(kehilangan satu atau kedua orangtuanya). lebih dominan mereka yang masih memiliki
Panti asuhan dalam konteks pelayanan sosial satu atau kedua orang tua (90%), dibandingkan
negara adalah kewajiban negara seperti dengan anak yang benar-benar yatim-piatu
yang diatur dalam pasal 34 undang-undang (6%) (http://www.depsos.go.id, diakses pada
Dasar 1945. Jumlah panti asuhan di Indonesia 15 januari 2009). Gambaran lain dari anak-
diperkirakan antara 5.000 hingga 8.000 panti, anak panti asuhan adalah bahwa sebagian
dimana panti asuhan yang diselenggarakan anak-anak tersebut ditempatkan di panti
negara hanya sekitar 1 persen dari total panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami
asuhan. Panti asuhan di Indonesia ini yang kesulitan ekonomi, dengan tujuan untuk
merupakan panti asuhan terbesar di seluruh memastikan anak-anak mereka mendapatkan
dunia. Pemerintah Indonesia sendiri hanya pendidikan.
memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari Panti asuhan menurut Notodirjo (Sarwono,
panti asuhan tersebut, lebih dari 99% panti 1985) adalah suatu rumah kediaman yang
asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, cukup besar yang memberikan perawatan
terutama organisasi keagamaan. dan asuhan kepada sejumlah besar anak yang
terlantar selama jangka waktu tertentu serta
memberi pelayanan anak dalam memenuhi
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: nayluvly@ymail.com kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak
asuh.
JURNAL PSIKOLOGI 495
KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

Notodirjo (Sarwono, 1985) menyatakan panti asuhan lebih diharapkan memenuhi


bahwa fungsi panti asuhan adalah: kebutuhan biologis anak seperti makan dan
1. Membantu merawat dan melayani anak minum yang memenuhi syarat kesehatan,
yang terlantar sehingga anak-anak itu penerimaan serta kebutuhan anak di panti
dapat dibimbing dan diarahkan dengan asuhan. Keterbatasan pekerja sosial yang
benar serta memperoleh perkembangan bertugas mendampingi anak-anak panti asuhan
pribadi yang sehat, juga menjadi sebab mengapa banyak panti
2. Memperoleh keterampilan dalam bekerja, asuhan mengabaikan pemenuhan kebutuhan-
serta ketentraman jasmani dan rohaninya, kebutuhan non-fisik anak-anak di panti
dan asuhan. Anak-anak di panti asuhan dengan
3. Memberikan pendidikan dan bimbingan demikian, lebih dipandang sebagai makhluk
bagi anak. biologis daripada makhluk sosial. Prakteknya,
Fungsi normatif panti asuhan di atas kurangnya staf secara umum di satu panti
berbeda dengan kenyataan yang terjadi di asuhan, termasuk staf yang telah mendapatkan
kebanyakan panti asuhan. Panti asuhan pelatihan profesional, menyebabkan panti
sebagian besar hanya memberi perhatian asuhan menjadikan anak panti asuhan yang
pada upaya menyediakan akses pendidikan. lebih dewasa dibanding anak lainnya bertugas
Perbedaan antara fungsi normatif panti asuhan mengasuh seluruh pengasuhan anak-anak
dengan kenyataan panti asuhan yang terjadi panti asuhan yang lebih muda.
selama ini dapat dicermati dari pendekatan Pemeliharaan anak-anak terlantar di
pengasuhan, pelayanan yang diberikan, sebagian besar negara dilakukan dengan
dan sumberdaya yang bekerja dalam panti menggunakan panti asuhan (foster care)
asuhan. dibandingkan misalnya pemeliharaan di rumah
Gambaran tidak terpenuhinya fungsi tangga (residential care) disebabkan alasan
normatif panti asuhan tersebut dapat dibaca biaya yang lebih murah (Wilson, Sinclair,
misalnya dalam laporan Departemen Sosial & Gibbs, 2000). Karakteristik pemeliharaan
RI berjudul “Kurangnya ‘Pengasuhan’ di anak terlantar di panti asuhan yang terjadi di
panti asuhan anak” (http://www.depsos. banyak negara adalah bahwa para pengasuh
go.id, diakses pada 15 januari 2009). Laporan di panti asuhan sebagian besar bukan orang
itu menjelaskan bahwa hampir tidak ada yang secara profesional dididik dan disiapkan
asesmen tentang kebutuhan pengasuhan anak- untuk bekerja di panti asuhan. Kurangnya
anak baik sebelum, selama, maupun selepas ketertarikan sebagian orang untuk bekerja di
mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria panti asuhan juga disebabkan bekerja di panti
seleksi anak-anak dan praktek rekruitmen asuhan dianggap bukan satu karir pekerjaan.
sangat mirip di hampir semua panti asuhan Minnis, Everet, Pelosi, Dunn, dan Knapp
yang diteliti, dan panti-panti asuhan tersebut (2006) menyatakan bahwa anak-anak panti
hanya fokus kepada anak-anak usia sekolah. asuhan diidentifikasi sering mengalami
Perbedaan antara fungsi normatif panti masalah perilaku dan emosional. Masalah
asuhan dengan kenyataan disebabkan karena tersebut dialami anak-anak panti asuhan

496 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

bahkan sejak hari pertama mereka masuk ke 6. Masalah atensi (perhatian) terhadap
dalam panti asuhan. Simpulan ini didasari peraturan dan juga larangan di panti
pikiran bahwa anak-anak yang dikirim ke asuhan,
panti asuhan adalah mereka yang berasal dari 7. Frustasi terhadap lingkungan baru di panti
keluarga atau kondisi yang bermasalah. Zima, asuhan,
Bussing, Freeman, Yang, Belin, dan Forness 8. Anak dan remaja yang sudah lama tinggal
(2000) juga mengindikasikan gangguan di panti asuhan akan malas untuk sekolah
perilaku dan emosi yang dialami oleh anak dan melanjutkan sekolah lebih tinggi,
panti asuhan dan berpendapat bahwa hal itu 9. Masalah anti sosial dengan lingkungan
dapat dipahami karena beberapa alasan. panti dan lingkungan sekitar panti
Pertama, hal itu disebabkan anak-anak asuhan,
panti sebelumnya memiliki latarbelakang 10. Masalah akademik di sekolah anak-anak
mengalami tekanan psikososial yang berat dan remaja panti asuhan.
seperti mengalami pelecehan (abuse) dan Agnew (1992) mengatakan bahwa
pengabaian (neglect), kondisi kemelaratan, kemiskinan dan kejadian hidup yang penuh
tunawisma dan hidup dengan orang tua stres (baik yang dialami pada masa sebelumnya
yang menjadi pecandu narkoba. Masalah maupun masa kini) menjadi faktor kunci
yang dialami anak panti asuhan termasuk yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan
juga gangguan perkembangan dan prestasi remaja. Remaja memiliki pengalaman stres
akademis. Armsden, Pecora, Payne, dan lebih banyak daripada anak-anak dan orang
Szatkiewicz (2000) menambahkan gangguan dewasa. Remaja yang hidup serba kekurangan
perilaku berbentuk kenakalan remaja sebagai baik materi ataupun kasih sayang akan
bagian dari karakteristik anak panti asuhan. lebih mudah melakukan kenakalan remaja
Halfon, dkk (dalam Zima dkk., 1995) (Hoffmann, 2006). Stres yang melebihi batas
menyatakan berbagai macam persoalan pada remaja awal bisa mengarah pada perilaku
anak dan remaja yang terjadi di panti asuhan kenakalan remaja stress dalam kehidupan yang
diantaranya adalah: berkelanjutan akan membuat remaja awal di
1. Masalah kesehatan fisik dan mental anak- panti asuhan melakukan tindakan kenakalan
anak dan remaja di panti asuhan, di lingkungan panti asuhan.
2. Masalah emosi terkait dengan kenyamanan Deskripsi dan evaluasi para peneliti
dan kesepian yang dirasakan di panti di negara-negara Barat tentang gangguan
asuhan, perilaku dan emosi yang dialami oleh anak
3. Masalah perilaku seperti tindakan panti asuhan memiliki kesamaan dengan data
kenakalan, observasi peneliti pada anak-anak yang hidup
4. Masalah dengan teman sebaya, baik teman di panti asuhan Arrahmah yang berlokasi di
di panti asuhan ataupun teman sekolah, desa Purwotengah-Papar-Kediri. Peneliti
5. Kurang perhatian dan kasih sayang dari mengamati bahwa anak-anak di panti asuhan
pengasuh panti asuhan karena terbatasnya Arrahmah tidak mendapatkan perhatian yang
pengasuh, cukup dari pengurus panti asuhan karena

JURNAL PSIKOLOGI 497


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

terbatasnya sumber daya manusia. Perilaku cenderung tidak mudah dipengaruhi faktor
anak panti asuhan yang dapat dikategorikan lingkungan, khususnya jika lingkungan itu
kenakalan remaja (delinquency) juga terjadi bersifat negatif sehingga menjauhkan remaja
misalnya melanggar aturan bersikap dan dari masalah.
berperilaku di lingkungan panti asuhan Gangguan perilaku dan emosional anak
(membolos sekolah, tidak mau mengaji), panti asuhan selain dipengaruhi faktor-faktor
mengangggu sesama anak panti, hingga penekan psikososial yang dialami sebelumnya
perilaku yang termasuk dalam kategori juga dipengaruhi oleh kemampuan anak dalam
kriminal yaitu mencuri (ada kasus dimana menghadapi situasi yang baru (adversity)
anak panti asuhan Arrahmah mencuri uang kas di panti asuhan (Schofied & Beek, 2005).
masjid dan mencuri di sebuah toko, keduanya Kemampuan anak menghadapi situasi baru ini
kasus yang berbeda). yang oleh Schofied dan Beek (2005) disebut
resiliensi (resilience), kemampuan untuk
Gangguan perilaku dan emosi maupun memfungsikan diri secara kompeten pada saat
kenakalan remaja secara umum disebabkan menghadapi atau menjalani kondisi hidup yang
oleh berbagai faktor psikososial diantaranya baru. Resiliensi secara konseptual melingkupi
harga diri, efikasi-diri, faktor-faktor penekan faktor-faktor pembentuk diantaranya harga diri,
dalam hidup remaja, dan strategi penyelesaian efiksi diri, rasa aman, harapan, dan kemampuan
masalah (coping strategy). Feldman & reflektif yang semuanya mempengaruhi
Weinberger (1994) mengatakan bahwa proses adaptasi dan menyelesaikan masalah
strategi penyelesaian masalah memainkan (coping). Perilaku menyelesaikan masalah
peranan penting dalam mengurangi kenakalan (coping bahavior) anak panti asuhan ketika
remaja. Remaja yang memiliki coping srategy menghadapi suatu kondisi yang baru dengan
yang baik dapat mengendalikan dirinya ketika demikian akan menentukan sikap dan perilaku
menghadapi masalah sehingga akan dapat yang diambilnya sebagai bentuk adaptasi dan
mencegah remaja melakukan kenakalan penyelesaian masalah.
(delinquency) (Santrock, 2003). Lazarus dan Folkman, (1984) membagi
Hasil penelitian jangka panjang coping strategy menjadi dua tipe yaitu:
(longitudinal) di berbagai negara menunjukkan problem-solving focused coping dan emotion-
bahwa masa yang paling penting dan focused coping. Coping strategy juga dapat
menentukan perkembangan harga diri (self dibedakan menjadi active dan avoidant
esteem) seseorang terjadi pada masa remaja. coping strategy. Problem focused coping,
Individu pada masa remaja akan mengenali yaitu proses coping terhadap permasalahan
dan mengembangkan seluruh aspek dalam yang menggunakan aspek kognitif dalam
dirinya, sehingga menentukan apakah ia akan menyiapkan strategi menghadapinya. Emotion
memiliki harga diri yang positif atau negatif. focused coping, yaitu proses coping terhadap
Efikasi-diri merupakan kepercayaan dan permasalahan yang menggunakan aspek
keyakinan tentang kemampuan diri sendiri. emosional dalam menerima respon tersebut
Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi sebagai bagian dari kehidupan. Active coping

498 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

merupakan strategi yang dirancang untuk Instrumen lain nya adalah skala delinquency
mengubah cara pandang individu terhadap yang terdiri dari 3 indikator, yaitu status
sumber stres, sementara avoidant coping offenses, minor delinquency behavior dan
merupakan strategi yang dilakukan individu violent and property behavior. Koefisien
untuk menjauhkan diri dari sumber stres reliabilitas Alpha Cronbach yang diperoleh
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau sebesar 0,943 yang berarti sangat reliabel.
menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi
yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang Hasil Penelitian
dilakukan individu pada avoidant coping Guna mengetahui korelasi antara
strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk variabel coping strategy dengan kenakalan
mekanisme pertahanan diri. (delinquency) remaja awal di panti asuhan
Paparan teoritis di atas menjadi Arrahmah, diperlukan pengujian hipotesa
menjadikan peneliti ingin mengetahui lebih taraf signifikansi penelitian yang dilakukan
mendalam dinamika psikologis kenakalan adalah 5 % atau 0,05 dan hipotesa sebagai
remaja anak-anak panti asuhan Arrahmah, berikut:
khususnya mengetahui keterkaitan antara Ho : Tidak ada hubungan antara coping
kenakalan remaja awal di panti asuhan strategy dengan kenakalan remaja
Arrahmah dengan kemampuan mereka dalam (delinquency) pada remaja awal.
menyelesaikan masalah (coping strategy). Ha : Ada hubungan antara coping strategy
dengan kenakalan remaja (delinquency)
Metode Penelitian pada remaja awal.
Penelitian ini dilakukan dengan metode Signifikansi antara Problem focused
kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini coping dengan delinquency adalah sebesar
adalah remaja awal (12-17 tahun) dengan 0,04 hal ini menunjukkan signifikansi kurang
karakteristik sebagai berikut: dari 0,05. Apabila signifikansi kurang dari
1. Remaja awal yang tinggal di panti asuhan 0,05 maka Ha diterima (Priyatno, 2008) maka
Arrahmah-kediri. dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak
2. Remaja awal yang telah kehilangan orang dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan
tua(baik salah satu ataupun keduanya). yang signifikan antara problem focused coping
Peneltian ini dilakukan terhadap 60 subyek dengan delinquency pada remaja awal di panti
remaja awal. Mereka berada dalam rentang asuhan Arrahmah-Kediri.
usia 12-17 tahun dengan komposisi laki-laki Signifikansi antara emotion focused
sebanyak 41,6% dan perempuan 58,3%. coping dengan delinquency adalah sebesar 0,
Instrumen penelitian yang digunakan 210 hal ini menunjukkan signifikansi lebih
adalah skala coping strategy yang terdiri dari dari 0,05. Apabila signifikansi lebih dari 0,05
8 indikator , yaitu planful problem solving, maka Ha ditolak (Priyatno, 2008) maka dapat
distancing, wishful thinking, Emphasizing diambil kesimpulan bahwa Ho diterima dan
the positive, Self-blame, tension reduction, Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan
self isolation, dan seeking social support. yang signifikan antara emotion focused coping

JURNAL PSIKOLOGI 499


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

dengan delinquency pada remaja awal di panti dapat dinyatakan bahwa remaja awal di panti
asuhan Arrahmah-Kediri. asuhan yang memiliki coping strategy yang
Signifikansi antara seeking social support bagus maka kenakalan remaja (delinquency)
dengan delinquency adalah sebesar : 0,070 menurun, begitu pula sebaliknya.
hal ini menunjukkan signifikansi lebih dari Problem focused coping berhubungan
0,05. Apabila signifikansi kurang dari 0,05 negative dengan delinquency. Hal ini berarti
maka Ha ditolak (Priyatno, 2008) maka dapat bahwa remaja awal yang menggunakan
diambil kesimpulan bahwa Ho diterima dan problem focused coping dengan baik dapat
Ha ditolak . Hal ini berarti tidak ada hubungan menurunkan kenakalan remaja (delinquency).
yang signifikan antara seeking social support Remaja yang menggunakan problem
dengan delinquency pada remaja awal di panti focused coping dengan baik berarti memiliki
asuhan Arrahmah-Kediri. pengendalian diri (self control) yang baik,
sehingga tidak melakukan kenakalan remaja
Pembahasan (delinquency).
Penghitungan uji korelasi dengan Jika remaja tidak bisa menggunakan
menggunakan teknik product momen dari problem focused coping dengan baik, maka akan
Pearson. Dalam penelitian ini menunjukkan melakukan kenakalan remaja (delinquency).
bahwa hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “Tidak Remaja yang tidak menggunakan problem
ada hubungan negatif antara coping strategy focused coping dengan baik berarti tidak
dengan kenakalan remaja (delinkuensi) memiliki pengendalian diri yang baik (self
ditolak. Adapun hipotesis alternatif /hipotesis control) yang baik, sehingga akan melakukan
kerja yang berbunyi “Ada hubungan negatif kenakalan remaja (delinquency).
antara coping strategy dengan kenakalan Emotion focused coping berhubungan
remaja (delinquency) diterima. Dari penelitian negatif dengan delinquency tetapi kurang
tersebut dikatakan bahwa problem focused begitu signifikan, artinya emotion focused
coping dengan delinquency memiliki hubungan coping kurang dapat digunakan remaja
yang signifikan. Sedangkan untuk emotion awal untuk menurunkan kenakalan remaja
focused coping dan seeking social support (delinquency).
memiliki hubungan yang tidak signifikan. Hal Seeking social support juga berhubungan
ini berarti bahwa remaja awal di panti asuhan negative dengan delinquency tetapi juga kurang
lebih banyak menggunakan strategi problem signifikan artinya seeking social support juga
focused coping dalam mengurangi tindakan kurang dapat menurunkan kenakalan remaja
kenakalan remaja (delinquency) di panti (delinquency) yang ada di panti asuhan.
asuhan Arrahmah-Kediri. Pemilihan strategy coping apa yang
Koefisien korelasi yang bertanda negatif digunakan remaja awal di panti asuhan
juga menunjukkan arti bahwa semakin tinggi Arrahmah dalam menghadapi dan
coping strategy semakin rendah kenakalan menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya
remaja (delinquency). Oleh karena itu, mengacu adalah tergantung pada remaja awal itu
pada hasil analisis data yang telah dilakukan sendiri dan juga tergantung pada tingkat stress

500 JURNAL PSIKOLOGI


ARWAN

yang dialami remaja awal di panti asuhan Informasi tentang anak terlantar (ol) (2009,
Arrahmah-Kediri. 21 Maret). (on-line) Diakses pada
Remaja yang memiliki masalah akan tanggal 21 Maret 2009 dari http//
melakukan coping untuk mengatasi masalah www.infosocieta.com/today/artikel.
tersebut. Jika remaja tersebut berhasil html.
melakukan coping strategy , maka remaja Kerlinger, F.N. 1990. Azas-azas penelitian
awal tersebut tidak akan melakukan kenakalan behavioral. Terjemahan Landung
remaja (delinquency), namun jika remaja awal R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah
tersebut gagal melakukan coping strategy, Mada University Press.
maka remaja awal tersebut akan melakukan Kimmel, D.C & Weiner, I.B. 1995.
kenakalan remaja (delinquency). Adolescence: A Developmental
Transition(2nd ed). John Wily & Sons,
Inc.
Kepustakaan
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja.
Armsden, G., Pecora, P. J. Payne, V. H.,
Surabaya: Usaha Nasional
Szatkiewicz, J. P. (2000). Children
Maramis,W.S. 1995. Ilmu kedokteran jiwa.
placed in long-term foster care: An
Surabaya: Airlangga University
intake profile using the child behavior
Press.
checkliast/4-18. Journal of Emotional
and Behavioral Disorders, 8, 49-64. Minnis, H., Everet, K., Pelosi, A. J., Dunn,
J., & Knapp, M. 2006. Children in
Azwar, S. 2000 Penyusunan Skala Psikologi.
Psychiatry, 15, 63-70.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Monks, F.J, Knoers, A.M.P & Haditono,
Berk, L.E. 2000. Child Development (5th ed).
S.R. 1992. Psikologi Perkembangan:
Allyin& Bacon.
Pengantar dalam Berbagai
Cox,T. 1995. Stress, Coping, and Pysical
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah
Health dalam A. Broome & S.
Mada University Press.
LIewelyn (editor). Health Psychology:
Notodirjo,S. 1986. Perkembangan pribadi
Processes and Application(2nd ed).
lewat kehidupan asrama. Edisi
Chapan&Hall.
Desember no 4 gema bimbingan.
Davidoff,LL. 1991. Psikologi Sebagai Suatu
Salatiga: IKIP Press.
Pengantar. Edisi 2 jilid 2 ,alih bahasa
Penley, J. A., Tomaka, J & Wiebe, J. S. 2002.
: Mari Juniati.Jakarta:Erlangga.
The association of coping to physical
Gunarsa dan Gunarsa, DS. 1986. Psikologi
and psychological health outcomes:
remaja. Jakarta.: PT Gunung Mulia.
A meta-analytic review. journal of
Hurlock,E. 1994. Psikologi Perkembangan: behavioral medicine, 25, 551-603.
suatu pendekatan sepanjang rentang
Santrock, J,W. 2003. Adolescene:
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Perkembangan Remaja (6rd ed)
Jakarta: Erlangga.

JURNAL PSIKOLOGI 501


KONSEP DIRI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK

Safarino, E.P. 1994. Health Psychology: Wilson, K., Sinclair, I., & Gibbs, I. 2000. The
Biopsychosocial Interactions (2nd ed). trouble with foster care: The impact
John Willey&Sons,Inc. of stressful ‘events’ on foster care.
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi remaja. British Association Social Workers,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 30, 193-209
Schofied, G., & Beek, M. 2005. Risk and Zainuddin, M. 2000. Metodologi penelitian.
resilience in long-term foster-care. Diktat Kuliah. Surabaya: Fakultas
British Journal of Social Work, 35, Psikologi Universitas Airlangga.
1283–1301. Zima, B. T., Bussing, R., Freeman, S., Yang,
Surbakti, EB. 2008. Kenakalan Orang Tua X., Belin, T. R., & Forness, S. R.
penyebab kenakalan remaja. Jakarta: 2000. Behavioral problems, academic
PT. Gramedia. skill delays and school failure among
Slamet Suprapti, I.S., & Markam, S. 2003. school-aged children in foster care:
Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Their relationship to placement
Universitas Indonesi –Press. characteristics. Journal of Child and
Family Studies, 9, 87-103.
Soekanto, soerjono. 1996. Remaja dan
masalah-masalahnya. Jakarta: PT Zimbardo,P.Gerrig, R. 1996. Psychology and
BPK Gunung Mulia life, (14th ed). Harper Collins College
Publisher.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian .
Bandung: Alfabet.
Taylor, S, Peplau, E, Anne, L & Sears, D.O.
1997. Social Psychology (9th ed) New
Jersey:Prentice –Hall.
Taylor, S.,E. 1991. Health Psychology.New
York:Mc Graw-Hill Inc

502 JURNAL PSIKOLOGI


Format Penulisan Naskah
Jurnal Psikologi Tabularasa
Universitas Merdeka Malang
A. Ketentuan Umum B. Struktur Isi Artikel penelitian
1. Semua ketentuan penulisan artikel kuantitatif
Jurnal Psikologi Tabularasa Unmer Isi artikel penelitian kuantitatif harus
Malang mengacu pada Publication memuat komponen di bawah ini:
Manual Of American Psychological 1. Judul
Association Sixth Edition 2010. Judul sebaiknya ringkas dan harus
2. Jurnal psikologi tabularasa unmer menggambarkan variabel-variabel
malang terbit sebanyak dua kali dalam penelitian.
satu tahun yaitu edisi bulan april dan 2. Nama penulis dan instansi penulis
agustus. Tuliskan nama lengkap tanpa gelar
3. Naskah yang dapat dimuat dalam dan alamat penulis. Artikel yang
Jurnal Psikologi Tabularasa Unmer ditulis oleh beberapa penulis perlu
Malang adalah artikel hasil penelitian, mencantumkan alamat setiap penulis.
baik menggunakan pendekatan 3. Abstract
kuantitatif maupun kualitatif yang Ditulis dalam bahasa inggris (untuk
dilakukan secara individual maupun artikel berbahasa indonesia) dan ditulis
kelompok. dalam bahasa indonesia (untuk artikel
4. Naskah akan direview oleh dewan berbahasa inggris). Abstract diketik
redaksi. Naskah dapat diterima, satu spasi dan terdiri atas 150-250
ditolak, atau diterima dengan kata. Abstract memuat permasalahan,
perbaikan. Naskah yang diterima subjek penelitian, metode, hasil dan
dengan perbaikan dapat direvisi kesimpulan.
dalam batas waktu yang ditetapkan 4. Keywords
oleh dewan redaksi. Kata-kata pokok dalam penelitian yang
5. Dewan redaksi berhak mengubah mencerminkan variabel penelitian dan
isi maupun tata tulisan naskah tanpa teori yang diacu. Keywords ditulis
mengubah substansi isi. dalam bahasa inggris.
6. Naskah yang ditolak oleh dewan 5. Pengantar
redaksi akan dikembalikan kepada Uraikan tentang permasalahan, tujuan
penulis jika disertai perangko dan manfaat penelitian, kajian teori
secukupnya. dan hipotesis.
7. Penulis naskah yang dimuat dalam 6. Metode penelitian
jurnal psikologi tabularasa unmer Identifikasi variabel, subjek penelitian,
malang akan mendapatkan 1 instrumen penelitian, dan metode
(eksemplar) jurnal yang memuat penelitian termasuk teknik analisis
naskah tulisannya. statistik yang digunakan.
7. Hasil penelitian 5. Pengantar
Hasil penelitian terdiri atas statistika Latar belakang permasalahan,
deskriptif, hasil uji asumsi, dan hasil kerangka teori dan pertanyaan
uji hipotesis. penelitian.
8. Diskusi 6. Metode penelitian
Penjelasan mengenai hasil penelitian Metode dan pendekatan yang
dikaitkan dengan hasil penelitian- digunakan, strategi pengumpulan
penelitian sebelumnya. Diskusi data, metode pengumpulan data dan
diakhiri dengan rumusan kesimpulan analisis data.
dan saran. 7. Hasil dan pembahasan
9. Kepustakaan Hasil penelitian dalam bentuk des-
Tuliskan daftar pustaka yang menjadi kriptif dan tema-tema yang ditemukan,
acuan dalam naskah publikasi. dianalisis secara kritis dan dikaitkan
dengan literatur. Pembahasan diakhiri
C. Struktur isi penelitian kualitatif dengan kesimpulan dan saran.
1. Judul 8. Kepustakaan
Judul sebaiknya ringkas dan harus Tuliskan daftar pustaka yang menjadi
menggambarkan isi tulisan. Boleh acuan dalam naskah publikasi.
menggunakan judul yang kreatif dan
menarik minat pembaca. D. Teknik Penulisan
2. Nama penulis dan instansi penulis Penulis wajib mengikuti teknis penulisan
Tuliskan nama lengkap tanpa gelar, sebagai berikut:
dan instansi tempat penulis bekerja/ Margin atas dan bawah : 2 cm
belajar. Margin kiri dan kanan : 2 cm
3. Abstract Jenis huruf : times new roman
Ditulis dalam bahasa inggris (untuk Spasi : 2 spasi
artikel berbahasa indonesia) dan Maksimal halaman: 20 (termasuk abstrak
ditulis dalam bahasa indonesia (untuk dan daftar pustaka)
artikel berbahasa inggris). Diketik Ukuran kertas : A4 (kuarto)
satu spasi, kurang lebih 250 kata.
Memuat antara lain: tujuan penelitian, E. Prosedur pengiriman naskah
subjek (informan), metode dan hasil. Naskah tertulis atau soft file dikirim ke
4. Keywords alamat Unit Publikasi Fakultas Psikologi
Kata-kata pokok dalam penelitian, Unmer Malang, Jl. Terusan Raya Dieng No.
dapat diambil dari variabel penelitian, 62-64 Telp & Fax (0341) 578820 Malang atau
karakteristik subjek penelitian dan dikirim via e-mail: fpsi.unmer@gmail.com.
teori yang diacu. dituliskan dalam
bahasa inggris.

Anda mungkin juga menyukai