Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

OBSERVASI DAN WAWANCARA BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR


( PANTI TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1 )
Jl. Bina Marga No.58, RT.7/RW.6, Cipayung, Kota Jakarta Timur

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7


WIDI CINTA 1601015017
LITA FITRIYAH 1601015049
EMA NURLITA 1601015055
RURI RINUKTI P 1601015097

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II RANCANGAN KEGIATAN OBSERVASI BK KARIR


A. Profil Lembaga
B. Struktur Organisasi
C. Rancangan Kegiatan Pelaksanaan Bk Karir

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA


A. Konsep Teori
B. Tempat Pelaksanaan kegiatan observasi dan wawancara
C. Hasil Observasi Bk Karir
D. Hasil Wawancara Bk Karir
1. Identitas Subyek
2. Alasan Subyek Memilih Karir
3. Keputusan Karir
4. Proses Karir
5. Keakuratan Teori Karir dengan Aplikasi
6. Perbedaan Teori Karir dengan Aplikasi
7. Persamaan Teori Karir dengan Aplikasi
8. Hambatan Karir Subyek
E. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan observasi dan wawancara

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses kegiatan observasi dan wawancara
2. Kebermanfaatan observasi dan wawancara bagi mahasiswa
3. Kebermanfaatan observasi dan wawancara bagi Lembaga/Instansi
B. Saran
1. Lembaga/Instansi
2. Program Studi

LAMPIRAN-LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
sehat dan iman sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Laporan
Observasi dan Wawancara Bimbingan dan Konseling Karir (Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 1”. Laporan ini penulis ajukan guna memenuhi tugas matakuliah “BK Karir”.
Kami mengucapkan terimakasih terutama kepada “Dosen Pembimbing Mata Kuliah
BK Karir yaitu Ibu Nurmawati, M.Pd dan kepada kedua orang tua yang telah memberi
semangat kepada penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi
maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga laporan ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya
terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Jakarta, 25 Juli 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Observasi merupakan suatu kegiatan meninjau ke lapangan untuk mencari


informasi sedetail dan semaksimal mungkin tentang materi yang sedang dipelajari dan
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara untuk mendapatkan informasi yang tepat dari
narasumber yang terpercaya. Dalam kesempatan kali ini kami mengobservasi dan
mewawancarai sebuah profesi dalam penunjang berkarirnya yaitu Staff pengurus
administrasi di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 untuk memenuhi tugas dalam
bentuk laporan observasi dan wawancara terkait mata kuliah kami BK Karir yang
mengobservasi dan mewawancarai sebuah profesi.

Kami melakukan pengobservasian dan mewawancarai di sebuah tempat Panti


Jompo yaitu Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1. PSTW Budi Mulia 1 merupakan
salah satu Unit pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Dibangun
pada tahun 1968 di atas lahan 9.999 m3 yang dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA
1 CIPAYUNG melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya
mengalami pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 736 Tahun
1996.
Dengan adanya observasi dan wawancara terhadap profesi staff pengurus administrasi
mengharapkan kami dapat mengetahui bagaimana seorang staff melakukan
pekerjaannya di sebuah Panti Jompo, latar belakang para staff pengurus administrasi
sebelum berkarir menjadi profesi ini dan hubungannya dengan teori karir dengan
profesi staff pengurus administrasi ini. Berkaitan dengan jurusan kuliah yang kami
ambil sama dengan profesi yang ada di dalam Panti Jompo ini, sekiranya nanti pada
saat kelapangan tentunya dapat sesuai dengan apa yang profesi ini lakukan terhadap
tempat di Panti Jompo untuk penanganan Orang tua lanjut usia di Panti Tresna
Werdha Budi Mulia 1 ini.
B. Fokus Masalah

Kami mengambil pengobservasian dan pewawancaraan di Panti Jompo terkait


dengan profesi disana karena profesi disana masih belum diketahui banyak orang
diluaran sana, sehingga untuk profesi disana masih sedikit diantaranya Staff Pengurus
Administrasi Panti Jompo (PNS), Perawat Orangtua lansia, Satpam, dan Petugas
kebersihan di tempat Panti Jompo ini. Yang kami observasi dan wawancara di Panti
Jompo tersebut ialah Staff Pengurus Administrasi Panti Jompo karena hanya beberapa
orang saja yang kami lihat dan kami tertarik dengan latar belakang para staff sebelum
menjadi Staff Pengurus Administrasi di Panti Tresna dan hubungannya dengan teori
karir dalam mereka berprofesi yang akan kami melaksanakan pengobservasian dan
pewawancaraan oleh kami kepada mereka.

Staff Pengurus Administrasi Panti Jompo Tresna Werdha ini dibagi-bagi


menjadi beberapa sub bagian disana untuk menangani administrasi orangtua lansia
yang akan masuk ke Panti Jompo Tresna Werdha. Adanya yang menangani
kesejahteraan sosial WBS (Warga Bina Sosial) berkaitan dengan Masuk dan
keluarnya orangtua lansia di Panti Jompo Tresna Werdha 1, Tata Usaha (TU) yang
berkaitan dengan pembuatan surat menyurat, kepegawaian, menerima tamu, dan
bagian penerima telfon, lalu ada berbagai macam bagian lainnya yang ada di Panti
Tresna Werdha 1.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:
1. Bagaimana Sistem Kerja Staff Pengurus Administrasi di Panti Tresna Werdha 1
2. Latar Belakang menjadi Staff Pengurus Administrasi di Panti Tresna Werdha 1
3. Hubungan Profesi dengan Teori Karir

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan laporan

1. Mengetahui sistem Kerja Staff Pengurus Administrasi di Panti Tresna Werdha 1


2. Mengetahui Latar belakang para Staff Penguru Administrasi sebelum menjadi
PNS sepenuhnya di Panti Jompo Tresna Werdha 1
3. Mengetahui hubungannya profesi yang dibahas dengan teori karir

C. Manfaat
Setelah melakukan observasi dan wawancara di Panti Tresna Werdha 1 ini diharapkan
kami dapat mengetahui bagaimana sistem kerja menjadi Staff Pengurus Administrasi,
latar belakang mereka sebelum menjadi Staff Pengurus Administrasi di Panti Tresna
Werdha 1 dan hubungannya dengan teori karir dengan profesi yang mereka ambil
dalam berkarir.
BAB II

A. Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1


1. Latar belakang
Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan gizi
mansyarakat berpengaruh terhadap meningkat usia harapan hidup dan jumlah lanjut
usia. Semakin meningkatnya tuntunan kebutuhan ekonomi khususnya di kota-kota
besar menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah
kepada
semakin berkurangnya perhatian keluarga terhadap lanjut usia karena
keterbatasan waktu yang tersedia. Akibatnya banyak lanjut usia terlantar dan harus
hidup sendiri tanpa perhatian dan dampingan keluarga serta tidak dapat melakukan
aktivitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaaan lanjut
usia menjadi beban keluarga. Kondisi ini menuntut pemerintah Daerah untuk
meberikan pelayanan kepada para laansia. Sehingga dapat menghindarkan mereka
dari keterlantaran dari berbagai aspek.

PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit pelaksana Teknis Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan
social lanjut usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan 9.999 m3 yang
dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG melalui SK Gubernur DKI
Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami pergantian nama menjadi
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 736 Tahun 1996.

Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata kerja
Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD, SK DKI Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang
Struktur Organisasi dan Tata KerjaDinas Bina Mantal Spirituan dan Kesejahteraan
Sosial Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha 1 Cipayung, dikukuhkan
kembali berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas
Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No. 57 Tahun 2010
tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi Mulia 1.
2. Visi dan Misi
Visi
“Meningkatkan Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan Layak,
Sehat, Normatif, dan Manusiawi”.

Misi
a. Meyelanggarakan penampungan lanjut usia terlantar dalam
rangkaperlindungan social.
b. Menyelenggarakan palayanan social, psikologis, perawatan medis, bimbingan
fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang.
c. Menyelenggarakan penyeluran Bina Lanjut dan pemulasaran Jenazah.
d. Menjalin keterpadua daan kerjasama lintas social.
e. Menggaalaang peran sertaa social mansyarakat dan dunia usaha.

3. Tujuan
Meningkatkan tingkat kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian social lanjut
usia terlantar dalam sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti
ketentraman lahir dan batin.

4. Tugas dan Fungsi


Tugas
Memberikan Pelayanan social bagi lanjut usia terlaantar agar dapat hidup secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat, yang meliputi perawatan, perlindungan dan
pembinaan fisik, spiritual, social dan psikologis.

Fungsi
a. Lembaga pemenuhan kebuttuhann lanjut usia.
b. Lembaga pellayanan dan pengembangan lanjut usia.
c. Pusat informasi dan rujukan.

B. Pola Pelayana Panti Sosial Tresna Werdha


1. Asal WBS
a. PSBI
b. Dinas Sosial
c. Sudin Sosial
d. Polisi
e. Masyarakat
2. Pendekatan awal
a. Observasi
b. Identivikasi
c. Motivasi
d. Seleksi
3. Penerimaan
a. Registrasi
1) Pencatatan di buku induk
2) Verifikasi persyarataan administrasi
b. Penempatan dalam panti
1) Asrama
2) Pakaian
3) Permakanan
4) Pemeliharaan kebersihan
c. Asesmen
1) Pengungkapan masalah yang dihadapi
2) Potensi yang dimiliki
4. Pembinaan/bimbingan
a. Pembinaan fisik
1) Olehraga
2) Pemeriksaan
3) Kesehatan
4) Perawatan kebbersihan
b. Pembinaan mental piritual
1) Bimbingan keagamaan
c. Bimbingan social
1) Bimbingan kepada WBS agar mengenali peran dan fungsi sosialnya baik
sebagai individu maupun masyarakat
d. Bimbingan keterampilan
1) Membuat keset
2) Menjahit dan menyulam
3) Berkebun dan berternak
e. Rekresasi dan hiburan
5. Resosialisasi
a. Kegiatan dengan masyarakat
b. Menerima kunjungan masyarakat
6. Penyaluran
a. Kembali kekeluarga
b. Rujukan ke lembaga lain
7. Terminasi

C. Rancangan Kegiatan Pelaksanaan BK Karir

Kegiatan Tanggal
Pembuatan surat dari UHAMKA 5 Juli 2018

Menyerahkan surat kepada pihak Panti 9 Juli 2018


Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1

Konfirmasi surat 9 Juli 2018

Melaksanakan observasi dan wawancara 10 Juli 2018

Surat Keterangan dari Panti Sosial Tresna 11 juli 2018


Werdha Budi Mulia 1 telah melaksanakan
observasi dan wawancara
BAB III

Pelaksanaan Kegiatan Observasi dan Wawancara

Widi Cinta (1601015017)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Konsep Teori
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi
diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh
sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon),
semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya perubahan
tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting adalah faktor penguatan.
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
diitambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi
maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang
penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan
terjadinya respon.

B. Tempat Observasi dan Wawancara


Tempat observasi dan wawancara di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Alamat di Jl. Bina Marga No.58, RT.7/RW.6, Cipayung, Kota Jakarta Timur. Saat sampai
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 kami bertanya kepada penguruh di sana dan
menunggu di ruang TU dan saya wawancarai Ibu Nurleui di meja tempat kerjanya dan
menanyakan yang sersangkutan dengan karir yang dipilih.
C. Hasil Observasi BK Karir
Hasil Observasi dalam BK karir yaitu, dapat mengetahui asal mula munculnya karir
Ibu Nurleui yang dipilih dan mengaitkan teori BK karir dengan apa yang Ibu Nuleui
inginkan dalam karir yang dikerjakan sampai saat ini. Dalam observasi yang saya lakukan
merupakan pembelajaran yang sangat penting karena karir yang Ibu Nurleui kerjakan
tidak semudah apa yang dilihat orang, dengan adanya berdoa, berusaha, dan sabar
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menggapai karir Ibu Nurleui yang
dikerjakan sekarang.

D. Hasil Wawancara BK Karir


1. Identitas Subjek
a. Nama : Nurleui
b. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Februari 1979
c. Usia : 28 Tahun, 10 Bulan
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Alamat Rumah : Jl. Sulawesi, No 69, RT.1/RW.10, Depok, Jawa Barat
f. Status : Menikah
g. Pendidikan Formal
1) Tk : Al Kaffi
2) SD : 03 Pagi Rambutan
3) SMP : 257 Pagi Rambutan
4) SMA/SMK : 58 Ciracas
5) Perguruan Tinggi : STISIP Widoro
h. Organisasi yang diikuti
1) Pramuka
2) Tari
3) teater
i. hobi : Olah raga
2. Alasan Subjek Memilih Karir
Setelah lulus sekolah menegah akhir beliau Ibu Nurleui mendapatkan tawaran
oleh temanya dan beliau mengikuti ujian yang diberikan Ibu Nurleui beliau diterima
kerja karena hasil kerjanya selama tiga bulan berkerja dengan baik dan Ibu Nurleui
diterima kerja di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1. Ibu Nurleui berkerja dan
melanjutkan ke kuliah di Universitas Widuri . Biaya yang di keluarkan untuk
membayar kuliah dengan hasil kerjanya sendiri karena ingin meringankan orang tua
Ibu Nurleui. Ibu Nurleui mengambil jurusan kesejahteraan sosial dan disesuaikan
dengan pekerjaan yang sekarang di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1.
3. Keputusan Memilih Karir
Keputusan untuk memilih karir saat sekolah menengah akhir Ibu Nurleui
mengikuti ekskul teater dan adanya sifat sosial yang tinggi pada Ibu Nurleui dan ingin
memilih pekerjaan yang bersifat sosial dan beliau diterima kerja di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Utama 1 beliau menyatakan kenapa beliau memilih pekerjaan
yang dikerjakanya karena beliau bisa mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
kakek dan nenek di panti sosial dan memberikan bimbingan yang diberikan untuk
kakek dan nenek di panti sosial, misalnya kakek atau nenek yang males dalam
beberapa hal Ibu Nurleui memberikan bimbing untuk kakek dan nenek untuk menjadi
rajin.
4. Proses Karir
Perencanaan karir adalah proses dimana seorang individu dapat
menidentifikasi maupun mengambil langkah-langkah dalam mencapai tujuan
karirnya. Beliau memiliki proses dalam menggapai pekerjaan yang diminati saat ini
yang begitu panjang untuk merai tersebut. Ibu Nurleui saat memasuki sekolah beliau
memiliki sosialitas yang tinggi, beliau suka menari dan diundang dibeberapa tempat
tujuannya beliau hanya untuk menghibur semua dan tidak ada minat untuk mengikuti
lomba, dan saat beliau menduduki sekolah menengah akhir beliau memasuki teater
untuk mengasah kemampuannya dan setelah lulus sekolah beliau diajak oleh
temannya untuk melamar kerjaan dan mengikuti beberapa macam tes yang diberikan,
adanya semangat dalam kerja yang sesuai apa di inginkan maka Ibu Nurleui di terima
kerja karena hasil kerjanya selama tiga bulan bagus dan penghasilan dalam
pekerjaanya digunakan untuk melanjutkan kuliah yang sesuai dengan pekerjaan yang
sekarang ini.
Konsep teori yang digunakan dalam observasi dan wawancara pada Ibu
Nurleui yaitu Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Karena Ibu
Nurleui memilih karis yang dipilihnya dari pengalaman kerja setelah lulus sekolah
menengah akhir, beliau di ajak oleh teman untuk kerja di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Utama 1 dan beliau diterima karena hasil kerjanya bagus dan beliau sampai saat
ini berkerja sebagai TU di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1 yang mengurusi
surat-surat untuk kebutuhan kakek dan nenek yang berada di sana.
5. Keakuratan Teori Karir dengan Aplikasi
Keakuratan teori yang digunakan dalam observasi dan wawancara yaitu Teori
Behavior tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Karena
beliau memiliki pengalaman bekerja saat lulus sekolah dan mengikuti beberapa
macam tes yang diberikan dengan adanya semangat dalam kerja dan menghasilkan
kerja yang bagus maka beliau diterima di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama
1sebagai TU. Dengan adanya pengalaman dapat memahami apa saja yang harus
dipilih dalam pekerjaan yang baik maka ditingkatkan pengalamnya dan yang kurang
maka berusaha untuk mempelajari pekerjaan tersebut karena Ibu Nurleui merupakan
pegawai yang berkerja selama satu tahun, oleh sebab itu beliau inin memperbaiki
pekerjaan dengan adanya belajar dalam pekerjaanya.
6. Perbedaan Teori Karir dengan Aplikasi
a. Belajar merupakan proses pembentukan yang membawa beliauterima untuk
mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara
belajar lain, maka bisa dipastikan beliau akan tertekan mengikuti aturan yang
ditetapkan dalam kerja.
b. Penggunaan hukuman justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk
menertibkan karyawan.
7. Persamaan Teori Karir dengan Aplikasi
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan, karena Ibu Nurleui saat sekolah memiliki kemampuan tingkat
sosialnya yang tinggi maka dapat menyebabkan terbiasanya untuk saling
membantu kakek dan nenek yang mengalami masalah di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Utama 1.
Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta
didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.
b. Adanya proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat, dengan adanya
pengetahuan yang diberikan oleh teman yang mengejak melamar kerja di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1 dan titerima dalam pekerjaan, Ibu Nurleui
dapat memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajaran dalam menempuh
karir tersebut.
c. Adanya penguatan dan hukuman yang diperlukan, penguatan akan membantu
untuk memperkuat Ibu Nurleui munculnya respon yang diterima yaitu dari
pengalaman bekerja setelah lulus sekolah menengah akhir dan diterimanya beliau
sebagai karyawan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1. Hukuman yang
diberikan yaitu membangun berkonsentrai dalam kerja sehingga dapat
memberikan layanan yang baik untuk kakek dan nenek.
8. Hambatan subyek
Hambatan Ibu Nurleui dalam memilih karir tersebut yaitu saat Ibu Nurleui
mengurusi kakek dan nenek yang yang berkelahi karena pada usia lansia
merupakan kembalinya ke masa kanak-kanak dan butuh kesabaran untuk
menghadapi kakek dan nenek selain itu, Ibu Nurleui juga mengurusi BPJS untuk
rujukan ke rumah sakit untuk kakek dan nenek karena mengurusi BPJS sangatlah
rumit dan harus pergi ke kantor satu dan lainya untuk membuat BPJS agar selesai.

E. Hambatan dalam Pelaksannaan Kegiatan dalam Pelaksanaan Kegiatan Observasi


dan Wawancara
1. Pada tangga 4 Juli kami ingin mengobservasi dosen dan membuat surat observasi
untuk dosen tetapi karena dosen memiliki jadwal dalam mengajar yang padat maka
kami tidak bisa mengobservasi dan mewawancarai dosen.
2. Rs. Harapan Bunda pada tanggal 4 juli kami bertemu sapan untuk menanyakan
prosedur untuk melakukan observasi dan kami diperbolehkan masuk dan bertemu dua
HRD yang bertugas dan untuk mewawancarai tidak bisa karena di Rs. Harapan Bunda
merupakan cabang dan kita harus ke pusat.
3. Pada tanggal 5 Juli kami konsultasi yang diperbolehkan untuk mengobservasi dan
mewawancarai Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1 dan kami membuat surat
untuk observasi dan wancara di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama1.
4. Memberikan surat pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1 pada 9 juli untuk
memberikan perizinan mengobservasi dan wawancara disana. Kami dihubungi oleh
Pak Basuki pada malam hari untuk dapat langsung bertemu dengan Bu Winda yang
menangani penempatan subyek yang akan diwawancarai oleh kami.
5. 10 juli Ibu Winda membagi karyawan yang bekerja Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Utama 1 dan disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok untuk mengobservasi
mengenai tentang karir.
6. Setelah kami mewawancarai pada 11 juli kami mengambil surat yang telah diajukan
untuk melakukan observasi.
Lita Fitriyah (1601015049)

A. Konsep Teori
Teori yang berkaitan dengan narasumber saya ialah Teori Life Span. Pencetus
Teori Life Span ialah Donald Super, Super menggunakan istilah “Pendekatan” bukan
teori sehingga Super menyarankan agar pendekatannya dapat diberi nama “psikologi
differensial-perkembangan-sosial-fenomnologis”. Yang fokusnya terdapat dalam
empat unsur pokok:
1. Tahap-tahap kehidupan vokasional
2. Kematangan vokasional
3. Meneterjemahkan konsep diri ke dalam konsep diri vokasional
4. Pola-pola karir
Menurut pendekatan ini, seseorang berkembang secara vokasional (kejuruan)
sebagai salah satu aspek dari perkembangannya secara keseluruhan dengan laju yang
sebagian ditentukan oleh atribut-tribut psikologis dan fisiologisnya yang sebagian
oleh kondisi lingkungannya. Tahap-tahap kehidupan vokasional dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan seseorang, yang dimulai dari tahap pertumbuhan dengan
mematoki sebuah umur pada seseorang itu yaitu: Tahap Pertumbuhan (kelahiran-14)
bersangkutan dengan pertumbuhan fisik dan psikologis pada seseorang, Tahap
Eksplorasi (usia 15-24) seseorang yang mulai menyadari bahwa pekerjaan merupakan
satu aspek dari kehidupannya, Tahap Pembentukan (usia 25-44) berkaitan dengan
pengalaman seseorang pada saat bekerja, Tahap Pembinaan (usia 45-64) tahapan yang
dialami seseorang yang berusaha untuk meneruskan atau memelihara situasi dan
suasana di dalam pekerjaanya, Tahap Kemunduran (usia 65 tahun) tahapan seseorang
yang menjelang berhentinya bekerja untuk memusatkan perhatian pada kondisi fisik
dan psikologisnya agar hasil karyanya di kemudian hari dapat memenuhi persyaratan
maksimal.

Dengan mengetahui tahapan-tahapan kehidupan vokasional dalam memilih


karir, maka terdapat kematangan vokasional. Di kematangan vokasional (kejuruan)
ini, seseorang yang sudah melalui tahap kehidupan vokasional (kejuruan) dapat
memantapkan kehidupan vokasional di dalam berkarirnya karena sudah mengetahui
minat dan bakatnya yang sesuai dengan kepribadiannya. Sehingga seseorang tersebut
dapat memantangkan pilihan dari kehidupan vokasionalnya untuk menempuh karir
yang diinginkan dan sesuai dengan kepribadiannya, agar kualitas dan kuantitas dalam
bekerja terpuaskan dengan konsep diri yang ada pada diri seseorang tersebut. Untuk
menterjemahkan konsep diri ke dalam konsep diri vokasional, maka seseorang
tersebut menyesuaikan dirinya atau memahami dirinya apakah sudah seberapa
jauhkah keinginan yang ada pada dirinya sesuai dengan konsep diri di dalam
kejuruannya. Itu sangat penting karena dengan penyesuaian diri terhadap kejuruan
yang ingin diperoleh maka terciptalah suatu kepuasan dalam dirinya untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkannya.

B. Tempat Pelaksanaan
Kami melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara di Panti Tresna
Werdha Budi Mulia 1 yang beralamatkan Jl. Bina Marga No. 58, RT 07/RW 06,
Cipayung, Kota Jakarta Timur. Disana saya melakukan proses wawancara di lobby
depan Ruang Aministrasi dengan Pak Malik Margono selaku Staff Pelayanan WBS
(Warga Bina Sosial).

C. Hasil Observasi BK Karir


Awalnya kami mendapatkan tugas dari Bu Nurma selaku Dosen Mata kuliah
BK Karir untuk mengobservasi dan mewawancarai Dosen, kami berencana untuk
mengobservasi dan mewawancarai Dosen BK, lalu kami membuat surat izin observasi
dan wawancara pada tanggal 04 Juli 2018. Tetapi rencana kami tidak bisa karena
salah satu kelompok yang ada di kelas kami kedapatan untuk mengoservasi dan
mewawancarai guru, maka pada saat itu juga kami melakukan bimbingan kepada
Dosen BK Karir dan Dosen tersebut berkata bahwa Dosen dengan Guru itu
mempunyai kedudukan yang sama di Profesi yaitu sama-sama mengajar. Lalu seusai
mendapatkan kabar seperti itu kami setelah pulang kampus mencari sasaran profesi
lainnya dengan mendatangkan dua tempat yang ingin kami observasi dan wawancara
yaitu: Pertama, kami mendatangkan ke sebuah Rs. Harapan Bunda di bagian tenaga
pelayanan Trauma Center namun kami hanya datang saja untuk menanyakan prosedur
pelaksanaan observasi dan wawancara kepada tenaga pelayanan Trauma Center.
Disana kami diperbolehkan untuk menaruh surat tetapi konfirmasi proses
perizinannya cukup lama. Karena kami melakukan observasi di dua tempat setelah
habis datang ke tempat Rs. Harapan Bunda, selanjutnya kami datang ke tempat
perusahaan Yatama Air Cargo Jakarta Timur kami disambut dengan baik oleh pihak
bagian HRD (Human Resources Departement) yang bertanggung jawab atas terima
masuknya orang yang berkunjung ke perusahaan tersebut. Kami diperbolehkan untuk
observasi, namun hanya boleh melakukan observasi dan wawancara 2 orang saja
karena disana hanya terdapat 2 orang di bagian HRD dan kami di rekkomendasikan
untuk ke kantor pusatnya.

Tanggal 05 Juli 2018, kami melakukan konsultasi dengan dosen kami


mengenai permasalahan observasi dan wawancara pihak bagian HRD di perusahaan
Yatama Air Cargo, Jakarta Timur dan dosen kami tidak menyetujuinya. Akhirnya
kami konsultasi profesi lainnya dengan merekomendasikan petugas staff/pengurus
divisi di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 Jakarta Timur dan setelahnya kami
disetujui oleh dosen kami. Setelahnya kami membuat surat perizinan observasi dan
wawancara ke Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 Jakarta Timur. Lalu pada tanggal
09 Juli 2018, pukul 13.00 WIB kami mendatangkan ke Panti Tresna Werdha Budi
Mulia 1 untuk memberi surat perizinan observasi dan wawancara dan kami meminta
kontak petugas staff disana agar mendapatkan infomasi terkait bisa tidaknya
mengobservasi dan mewawancarai di tempat tersebut. Sekitar pukul 15.00 WIB pihak
bagian staff oleh Pak Basuki mengabari kami kalau kami diterima untuk
mengobservasi dan mewawancarai staff di tempat tersebut dan langsung berhadapan
dengan Ibu Winda selaku yang menangani penempatan subyek yang akan kami
wawancarai.

Pada Tanggal 10 Juli 2018 karena kami dikabarkannya kemarin, keesokan


harinya kami datang ke tempat Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan kami menemui
Ibu Winda, sebelumnya kami sempat ditanyakan tujuan apa ingin wawancara dengan
staff di Panti Tresna Werdha Budi Mulia ini dan kammi menjelaskannya. Lalu setiap
anggota dari kami diarahkan kepada subyek yang ingin diwawancarai. Lama
waktunya kami melakukan observasi dan wawancara dari pukul 13.00 s.d 15.00 WIB.
Pada tanggal 11 Juli 2018 kami mengambbil surat keterangan telah melakukan
observasi dan wawancara di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1.
D. Hasil Wawancara BK Karir
1. Identitas Subyek
Nama Narasumber yang diwawancarai oleh saya ialah Pak Malik Margono.
Beliau lahir di Jakarta tanggal 14 Januari 1982, saat ini beliau telah berusia 36
Tahun dengan anak ke empat dari enam bersaudara. Pendidikan formal yang
ditempuh SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang sekarang sedang dijalani.
Pak Margono mengambil jenjang pendidikan perguruan tinggi saat beliau
menjalani profesi sebagai staff pelayanan sosial di Panti Tresna Werdha Budi
Mulia 1 dengan mengambil jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pak Margono ini
tidak pernah mengikuti organisasi seperti teman-temannya yang seorang aktivis
tapi beliau enggan untuk mengikuti organisasi-organisasi seperti itu. Pak Margono
sebenarnya baru bekerja di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 dikarenakan
disposisi dari Panti sebelumnya di daerah Daan Mogot, dan sekarang Pak
Margono menjadi salah satu Staff Pelayanan Sosial WBS di Panti Tresna Werdha
Budi Mulia 1. Pak Margono memiliki kepribadian yang pendiem dan memiliki
hobi berenang setiap libur kerjanya.

2. Alasan subyek memilih karir


Beliau memilih karir karena senang dengan bersosialisasi banyak orang,
merawat dan mengurusi keperluan orang sehingga dalam mengambil kuliah pada
jurusannya mengambil jurusan ilmu kesejahteraan sosial. Sebelum beliau menjadi
PNS, beliau mengambil pekerjaan perawat yang menangani orang tua jompo di
sebuah panti di derah Daan Mogot. Selan itu, beliau memang senang sekali
merawat dan mengurusi orang-orang yang kurang mendapatkan kasih sayang dari
anaknya dan orang tuanya sehingga beliau berinisiatif untuk melakukan pekerjaan
yang mulia tersebut.

3. Keputusan berkarir
Sebelum memutuskan berkarir Pak Margono berkerja menjadi wiraswasta, beliau
berdagang sewaktu masih dibangku SMA untuk menambah pengalaman bekerja
dan menambah tambahan perekonomian keluarganya sehingga beliau bekerja
sepulang sekolah dan berlanjut sampai beliau lulus sekolah dibangku SMA.
Setelah lulus dari bangku sekolah SMA, beliau mencari pekerjaan di Panti Jompo
sampai akhirnya beliau diterima di Panti Jompo sebagai pengurus/perawat kakek
dan nenek di Panti Jompo daerah Daan Mogot. Beliau tidak terlalu puas bekerja
disana akhirnya beliau mencoba mengikuti tes CPNS, dan akhirnya dia diterima
dan beralih menjadi staff pengurus administrasi panti jompo. Nah beliau
memutuskan berkarir semenjak memutuskan untuk bekerja sebagai
pengurus/perawat di Panti Jompo daerah Daan Mogot.

4. Proses berkarir
Awalnya berkarir Pak Margono ini menjadi sebuah wiraswasta yaitu pedagang
dengan menjualkan sebuah barang pakaian, tetapi setelah dirasa kecukupan
ekonomi tidak menunjang baik untuk kedepannya. Akhirnya pada tahun 2016
beliau melamar pekerjaan sebagai pengurus/perawat di salah satu Panti Jompo
dikarenakan itu semua Pak Margono mendapatkan informasinya dari teman
sekolah SMA-nya karena Pak Margono tidak membuang-buang kesempatan
akhirnya beliau melamar pekerjaannya dan diterimalah beliau di sebuah Panti
Jompo. Pak Margono selang 1 tahun bekerja di Panti Jompo pada tahun 2016 telah
mendapatkan informasi bahwa pembukaan tes CPNS dimulai dan beliau
mendaftarkan diri mengikuti tes CPNS. Sampai akhirnya beliau llolos masuk tes
CPNS dan masuk menjadi PNS di salah satu Panti Jompo daerah Daan Mogot,
beliau menjadi salah satu staff pengurus WBS (Warga Bina Sosial) keterkaitan
dengan pekerjaannya itu ialah menangani masuk dan keluarnya kakek dan nenek
yang akan singgah atau keluar di Panti Jompo tersrbut. Dan pada tahun 2018
beliau di disposisikan ke Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia 1 karena
pekerja/staff disana sedikit dan memindahkan Pak Margono untuk bekerja di Panti
Tresna Werdha. Maka pada saat saya berwawancara beliau berbicara bahwa baru
2 mingggu bekerja di Panti Tresna Werdha ini.
Hubungannya dengan konsep teori Super dengan karirnya Pak Margono
bahwa Pak Margono ini mulai berkarir atau telah berkarir setelah beliau
memutuskan untuk bekerja dalam berkarirnya guna pengalaman bekerja dan
kebutuhan ekonomi yang kurang mencukupi sehingga beliau bekerja. Beliau
memulai pekerjaan dengan melihat tingkat pertumbuhan dan perkembangan
usianya, karena beliau sebelum bekerja dan menjadikan karirnya sudah dihitung-
hitung dalam jangka pendek dan jangka panjang. Beliau bekerja dan berkarir
menyesuaikan dengan tumbuhnya usia yang semakin matang untuk memulai
berkarir.
5. Keakuratan berkarir
Keakuratan berkarir yang dimiliki Pak Margono dalam teori karir Donald
Super bahwa Pak Margono ini melakukan pekerjaan menyesuaikan dengan tingkat
kematangan usianya. Diketahui pada saat umur 12 tahun, Pak Margono bercita-
cita menjadi seorang TNI namun pada saat menjenjang umur 17 tahun untuk
mencalonkan atau mengikuti tes TNI tersebut, beliau tidak diperbolehkan karena
ada salah satu masalahnya yang terdapat di gigi Pak Margono yang hilang satu,
sehingga beliau tidak diperbolehkan mengikuti tes berikutnya. Akhirnya karena
cita-cita tersebut hilang begitu saja, Pak Margono mencoba berwiraswasta dengan
berdagang sebuah barang pakaian yang menjadi bahan dagangannya. Setelah Pak
Margono mantap berkarir, beliau mencoba mengikuti tes CPNS yang
diselenggarakan di Kota Tempat tinggalnya. Akhinya beliau menjadi seorang
CPNS di salah satu Staff pengurus administrasi di sebuah Panti Jompo Tresna
Werdha 1.
Ini merupakan berhubungan sekali dengan teori karir Super karena Pak
Margono mempunyai sebuah cita-cita dan dikerjarlah namun cita-cita tersebut
hilang begitu saja tetapi beliau bangkit untuk mencari pekerjaan lainnya. Nah
selain itu, Pak Margono ini menerapkan sebuah tingkat usia untuk pematangan
dalam memulai bekerja atau berkarir karena beliau berkata sebenarnya seseorang
ingin bekerja harus menyesuaikan dengan tingkat usianya dan tingkat
kebutuhannya, seberapa tingkat kebutuhan dan tingkat usaha seseorang itu meraih
pekerjaan/berkarir yang mantap maka seseorang itu telah berpikir dewasa untuk
merencanakan masa depannya dan juga bisa berjangka panjang, seperti itu.

6. Perbedaan teori karir dengan aplikasi


Untuk perbedaan teori karir dengan aplikasi oleh Pak Margono yang berkarir
tidak ada karena yang saya lihat Pak Margono menjadi studi lapangan saya bahwa
Pak Margono sesuai dengan tahapan di dalam teori karir Donald Super yang
menerapkan pemilihan pekerjaan atau berkarir dengan menyamakan minat dan
bakatnya. Nah Pak Margono ini sama tidak ada perbedaan teori karirnya dengan
berkarirnya Pak Margono.
7. Persamaan teori karir
Untuk persamaannya ada terhadap teori karir dengan karir yang dimiliki oleh
Pak Margono diantara salah satunya beliau bekerja sesuai dengan minat tingkat
kebutuhan untuk bekerja. Karena kata Super seseorang memilih pekerjaan
menyamakan dengan tingkat seberapa besar minat dan bakat yang ingin
diperolehnya. Maka Pak Margono menyesuaikan dengan tingkat minatnya bahwa
beliau berminat untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginan yang
diperolehnya. Pak Margono berminat bekerja di PANTI Jompo untuk merawat
dan melayani serta mengurusi kakek dan nenek yang sudah lanjut usia karena
beliau menyukai sesuatu yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial sehingga Pak
Margono dengan senang hati bekerja dan menjadikan pekerjaan tersebut sebagai
karir yang diinginkannya.

8. Hambatan karir subyek


Awal-awalnya Pak Margono memiliki hambatan dalam berkarir sebagai Staff
pengurus Administrasi WBS (Warga Bina Sosial) dikarenakan belum terbiasa
yang didapatkannya dan Pak Margono ini belum bisa menerapkannya. Karena ada
senior di salah satu bagian yang sama dengan Pak Margono maka Pak Margono
mencoba untuk meminta tolong kepad senior tersebut dan senior tersebut mau
mengajarkannya. Lambat laun, Pak Margono mengerti atas Tupoksi yang
diberikan kepada atasannya atau bisa dibilang Ketua Staffnya.
Sampai saat ini Pak Margono dalam berkarir tidak menemukan atau
mendapatkan kesulitan dan hambatan karena Pak Margono menjalaninya dengan
sepenuh hati tidak ada penyesalan dengan apa yang telah diputuskannya yang
masih kurang sesuai dengan cita-cita yang pernah diharapkannya. Pak Margono
bekerja sangat gembira sekali dalam melakukan pekerjaan karena beliau bekerja
dengan hati yang nyaman dan tentram seperti apa yang dikatakan oleh Pak
Margono.

E. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan observasi dan wawancara


Untuk melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara di mata kuliah BK karir
dalam mengobservasi dan mewawancarai profesi banyak hambatannya yaitu
Semulanya kami mendapatkan tugas untuk mengobservasi dan mewawancarai
dosen dan kami berencana untuk mengobservasi dan mewawancarai dosen kami di
prodi BK, Namun kami diberitahu Bu Nurma selaku Dosen mata kuliah BK Karir
mengintruksi kami untuk mengobservasi dan mewawancarai profesi lainnya, karena
profesi yang kami dapatkan terlalu mudah dan kami mengetahui dosen tersebut maka
dari itu, Bu Nurma meminta kami untuk mencari profesi lainnya yang tidak kami
ketahui dan baru kami dapatkan informasinya. Maka kami benar-benar melakukan
Observasi dan Wawancara pada tanggal berikut:
1. Tanggal 04 Juli 2018 kami melakukan observasi dan wawancara ke Rs.
Harapan Bunda untuk bertanya Prosedur Observasi di bagian Tenaga
Pelayanan Trauma Center, namun kami mendapatkan perijinan yang sangat
lama sampai-sampai kami menunggunya lumayan lama dan akhirnya kami
memutuskan untuk tidak observasi dan wawancara di Rs. Harapan Bunda.
Kami datang ke tempat tersebut pada waktu pukul 12.30 WIB sehabis kami
pulang kampus.
2. Karena kami berencana untuk mencadangkan Rs. Harapan Bunda ya karena
takutnya tidak ada kabar maka kami melakukan observasi ke tempat lainnya
yaitu PT. Yatama air cargo lalu kami bertemu dengan satpam dan kami
diarahkan menuju ruangan bagian HRD dan langsung diperbolehkan masuk
ke dalam, tetapi saat masuk yang kami lihat hanya ada 2 orang kepala HRD
yang bisa diwawancarai, lalu kami bernegosiasi untuk mewaancarai yang
lainnya yang ada di Divisi PT. Yatama air cargo namun kami tidak dapat
mewawancarai divisi karena disana hanya cabang saja. Dan kepala HRD
berkata kepada kami jika mau observasi dan wawanacra langsung ke pusatnya
saja karena banyak divisi disana. Untuk penanggalan dan waktunya di hari
sama pada tanggal 04 Juli 2018 dengan waktu setelah kami meminta ijin dari
Rs. Harapan Bunda yaitu pukul 13.30 WIB.
3. Pada Tanggal 05 Juli 2018 kami mendatangi Panti Tresna Werda 1 dengan
menemui salah satu pihak divisi untuk kami observasi dan wawancarai,
disana kami berkonsultasi dengannya lalu kami diperbolehkan untuk
observasi dan mewawancarai divisi yang berada disana namun kami harus
melampirkan surat observasi terlebih dahulu agar ada keterangannya bahwa
kami ingin melakukan observasi dan wawancara di tempat tersebut.
4. Pada tanggal 05 Juli 2018 setelah kami mendatangi Panti Tresna Werda 1
dengan instruksi dari sana bahwa kalau ingin mengobservasi dan
mewawancarai disana harus melampirkan surat observasi maka dari itu kami
membuat surat observasi di bagian administrasi kampus kami.
5. Tanggal 09 Juli 2018 kami memberi surat ke Panti Tresna Werda 1 untuk
melampirkan surat observasi ke pihak divisi Panti Tresna Werda 1 dan setelah
kami memberi surat, pihak dari panti menghubungi kami pada malamnya oleh
Pak Basuki bahwa kami keesokan harinya untuk bisa menemui Bu Winda
selaku yang menangani Penempatan subyek yang akan diwawancarai
nantinya.
6. Tanggal 10 Juli 2018 kami datang ke Panti Tresna Werda 1 lagi untuk
menemui Bu Winda dan kami sempat menunggu untuk mendapatkan
narasumber yang dipilih oleh Bu Winda. Akhirnya kami mewawancarai setiap
anggota yang ada di divisi panti, yang sudah dipilih oleh Bu Winda dan
dibagikan kepada kami siapa siapa saja orangnya yang akan menjadi
narasumber kami.
7. Setelahnya tanggal 11 Juli 2018 kami mendatangi lagi ke panti untuk
mengambil surat bahwa kami telah melakukan observasi dan wawancara di
Panti Tresna Werda 1 yang dikeluarkan oleh pihak panti.
Ema Nurlita (1601015055)

A. Konsep Teori
Dalam proses identfikasi peneliti menetapkan teori yang akan digunakan
adalah Donal Super Life Span. Sebab ada beberpa kesesuain pada hasil penelitian
dengan konsep dari teori Super ini.
Asumsi dasar teori Super (1990) menganggap bahwaa bahwa peran individu
meliputi studi, pelayanan masyaraakat, rekreasi, bekerta, dan berkeluarga adalah hal
yang terpenting ketika mempelajari pengembangan karir diseluruh rentan kehidupan.
Asumsi yang paling mendasar adalah asumsi dari aspek-aspek fisiologis, seperti yang
mempengaruhi genetik, yang disebut dengan aspek geografis (negara asal) berdampak
pada aspek lain dari pengembangan karir. Aspek-aspek tersebut mencakup
pengembangan karakteristik psikologis dan struktur sosial/ekonomi lingkungan.
B. Dasar Pemikiran Teori Super
Super munyusun teorinya yang terdiri atas sepuluh pokok pemikiran bahwa:
1. Tiap orang memiliki perbedaan individual, telah lama diterima secara luas oleh
psikologi sekarang. Rentangan ciri-ciri kepribadian demikian sangat luasnya, baik
yang terdapat dalam diri individu sendiri maupun antara individu.
2. Akibat dari ciri-ciri tersebut, setiap individu masing-masing memiliki kecakapan
sejumlah pekerjaan. Rentangan kemampuan, ciri-ciri kepribadian, dan siifat-sifat
lain sedemikian luasnya sehingga setiap orang mempunyai kemungkinan untuk
berhasil dalam berbagai jabatan. Penelitian dalam bidang rehabilitasi menunjukan,
meskipun seseorang itu cacat berat namun terdapat sejumlah pekerjaan yang dapat
dilakukan dengan hasil memuaskan. Bagi orang yang tidak menderita cacat fisik
maupun emosional sungguh terbentang luas kemungkinan untuk berhasil dalam
berbagai pekerjaan. Hanya sedikit saja jumlah pekerjaan yang memerlukan
kemampuan khusus, kecakapan khusus, dan sifat-sifat pribadi yang lebih dari pada
umumnya, sepertinya halnya dalam kebanyakan kegiatan yang hanya melibatkan
otot-otot tertentu atau sekelompok otot. Dengan demikian, kebanyakan pekerjaan
yang sedikit hanya memerlukan kecakapan khusus. Karena setiap orang akan
dapat melaksanakan sesuatu pekerjaan dengan baik asalkan yang telah
bersangkutan telah memiliki ciri-ciri yang dipersyaratkan.
3. Setiap jabatan memerlukan pola khas daripada kemampuan minat, dan sifat-sifat
kepribadian, tetapi yang cukup luas mentoleransi terhadap berbagai jenis
pekerjaan bagi setiap individu dan berbagai jenis pekerjaan bagi setiap individu
dalam suatu jabatan.
4. Preferensi dan kompetensi professional, situasi-situasi di mana orang hidup dan
bekerja, serta konsepsi dirinya akan mengalami perubahan karena waktu dan
pengalaman, karena itu membuat pilihan dan penyesuaian merupakan suatu proses
yang kontinu. Seseorang melatih kecakapan-kecakapan tertentu yang dimiliki
kecakapan yang telah berkembang ke tingkat yang lebih tinggi memerlukan
penyaluaran dalam pekerjaan yang dapat memberikan kesempatan untuk
mempergunakan kecakapan yang telah berkembang. Juga karena seorang bekerja
telah berhasil dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, ia mulai menyadari bahwa
ada jabatan tertentu yang dapat lebih memberikan keputusan sebaliknya, mungkin
ada situasi pekerjaan yang demikian terlalu menurut kepada pelakunya sehingga
orang tersebut akan mencari pekerjaan lain yang dianggap tidak terlalu
membebani pola kemampuannya. Demikian jiga konsepsi diri seseorang berubah
sehingga orang itu tidak merasakan memperoleh kepuasan lagi dalam
pekerjaannya yang semula telah memberikan kepuasan dalam dirinya. Karena
bekerja maupun pekerjaan tidak statis sifatnya, maka selalu diperlukan perubahan
dan penyesuaian dalam rangka menjaga keseimbangan.
5. Proses ini dapat disimpulkan ke dalam serangkaian tahap-tahap kehidupan, yakni
tahap pertumbuhan , tahap eksplorasi, tahap pembentukan, tahap pembinaan,
tahap kemunduran, dan kemudian masing-masing tahap ini dapat dibagi lagi
menjadi: tahap patensi dan tahap realistiis. Tahap pembentukan dibagi lagi
menjadi: tahap mencoba dan tahap yang mentah.

a. Tahap pertumbuhan (kelahiran- 14)


Bersangkutan dengan pertumbuhan fisik dan psikologis pada masa itu
seseorang mulai membentuk sikap dan mekanisme perilaku yang kemudian
akan menjadi penting dalam konsepsi dirinya. Konsep diri berkembang
melalui identifikasi
dengan tokoh-tokoh kunci dalam keluarga dan di sekolah; kebutuhan dan
fantasi dominan di awal tahap ini; minat dan kapasitas menjadi lebih penting
dengan meningkatnya partisipasi sosial dan pengujian realitas. Substages dari
thegrowth stage adalah: Fantasy (4-10). Kebutuhannya dominan; bermain
peran dalam fantasi itu penting. Minat (1 1-12). Suka adalah penentu utama
aspirasi dan kegiatan. Kapasitas (13-14). Kemampuan diberikan lebih banyak
bobot, dan persyaratan pekerjaan (termasuk pelatihan) dipertimbangkan.
Bersamaan dengan itu seseorang memperoleh pengalaman-pengalaman yang
dapat memberikan latar belakang penngetahuan tentang dunia kerja yang
akhirnya pengalaman itu akan dipergunaan untuk mengadakan pemilihan
pekerjaan mulai yang masih bersifat tentative sampai dengan final.
b. Tahap eksplorasi (usia 15-24).
Dimulai semenjak seseorang mulai menyadari bahwa pekerjaan merupakan
satu aspek dari kehidupannya. Pada awal masa ini atau masa panatasi
seseorang menyatakan pilihan seringkali tidak bersifat realistis dan yang
sering erat berhubungan dengan kehidupan permainannya. Pemeriksaan diri,
uji coba peran, dan eksplorasi pekerjaan berlangsung di sekolah, kegiatan
rekreasi, dan kerja paruh waktu. Substages dari tahap eksplorasi adalah:
Tentatif (1 5-1 7). Kebutuhan, minat, kapasitas, nilai, dan peluang semuanya
dipertimbangkan. Pilihan tentatif dibuat dan dicoba dalam fantasi, diskusi,
kursus, kerja, dll. Tarung (18-21). Pertimbangan-pertimbangan realitas
diberikan lebih banyak karena para pemuda memasuki pasar tenaga kerja atau
pelatihan profesional dan mencoba untuk menerapkan konsep-diri. Percobaan
- komitmen kecil (22-24). Bidang yang tampaknya tepat telah ditemukan,
pekerjaan pertama di dalamnya ditemukan dan diadili sebagai pekerjaan
potensial.
c. Tahap pembentukan (usia 25-44)
Berkaitan dengan pengalaman seseorang pada saat dia mulai bekerja. Pada
masa ini seseorang dengan cara mencoba-coba ingin membuktikan, apakah
pilihan dan keputusannya yang dibuat pada masa ekplorasi benar. Sebagian
pada masa ini adalah masa try-out. Seseorang mungkin dapat menerima suatu
pekerjaan dengan peranan yang pasti bahwa dia akan mengubah, pindah
jabatan atau pekerjaan, bila pekerjaan itu tidak cocok. Apabila ternyata
seseorang mendapat pengalamannya menjadi lebih mantap, dan dia akan
memasukan pilihan pekerjaan itu sebagai suatu pekerjaan, pilihan pekerjaan
itu sebagai suatu yang memberikan kesempatan yang terbaik untuk
mendapatkan kepuasan dirinya. Substage dari tahap pendirian adalah:
Percobaan - komitmen dan stabilisasi (25-30). Bidang pekerjaan yang
dianggap cocok mungkin terbukti tidak memuaskan, yang menghasilkan satu
atau dua perubahan sebelum pekerjaan hidup ditemukan atau sebelum menjadi
jelas bahwa pekerjaan hidup akan menjadi suksesi pekerjaan yang tidak
terkait. Kemajuan (31-44). Ketika pola karier menjadi jelas, upaya dikerahkan
untuk menstabilkan, untuk membuat tempat yang aman, di dunia kerja. Bagi
kebanyakan orang, ini adalah tahun-tahun kreatif.
d. Tahap pembinaan (usia 45-64)
Dalam masa ini seseorang berusaha untuk meneruskan atau memelihara situasi
pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan dan konsepsi diri seseorang
mempunyai hubungan yang lancar, keduanya terjalin oleh proses perubahan
dan penyesuaian yang kontinu. Pada intinya seseorang berkempentingan untuk
meneruskan aspek-aspek pekerjaan yang memberikan kepuasan,dan merubah
atau memperbaiki aspek-aspek pekerjaan yang tidak seseorang itu
meninggalkan pekerjaan untuk mengganti pekerjaan lain.
e. Tahap kemunduran (usia 65 tahun)
Mencangkup tahap menjelang berhenti bekerja. Pada masa ini perhatian
seseorang dipusatkan kepada usaha bagaimana agar hasill karyanya dapat
memenuhi persyaratan output minimal, sekarang lebih memperhatikan usaha
mempertahankan. Ketika kekuatan fisik dan mental menurun, aktivitas kerja
berubah dan pada waktunya berhenti. Peran baru harus dikembangkan:
pertama dari peserta selektif dan kemudian dari pengamat. Substages dari
tahap ini adalah: Deceleration (65-70). Kadang-kadang pada saat pensiun
resmi, beberapa kali terlambat dalam tahap pemeliharaan, laju pekerjaan
menjadi kendur, tugas dialihkan, atau sifat pekerjaan diubah untuk
menyesuaikan dengan kapasitas yang menurun. Banyak pria menemukan
pekerjaan paruh waktu untuk menggantikan pekerjaan penuh waktu mereka.
Pensiun (71 tahun).

6. Hakikat pola karir seseorng ditentukan oleh tingkat social ekonomi orang tuanya,
oleh kemampuan mental, dan ciri-ciri kepribadiannya, dan oleh kesempatan-
kesempatan yang terbuka bagi dirinya. Semua faktor dalam latar belakang
pengalaman seseorang akan mempengaruhi sikap dan prilakunya. Tingkat social-
ekonomi orang termasuk faktor yang sngat berpengaruh, hubungan awal yang
dilakukan oleh seseorang dengan dunia kerja melalui prantara orangtua, keluarha
dan teman-temannya. Kemampuan mental juga akan menentukan keberhasilan
belajar, yang seterusnya keberhasilan belajar akan dapat mempersempit atau
memperluas pintu/kesempatan berkerja. Kemampuan bergaul dengan teman-
teman lain juga merupakan faktor yang penting, kemampuan ini akan
mempengaruhi dalam situasi pekerjaan di kemudian hari.

7. Perkembangan yang melalui tahapan-tahapan kehidupan, dapat diarahkan oleh


sebagian usaha-usaha mempermudah proses kematangan, kemampuan, dan minat.
Sebagian oleh bantuan dalam mencoba kenyataan (reality-testing), dan dalam
perkembangan konsepsi diri. Individu dapat dibantu dalam proses menuju ke arah
pemilihan pekerjaan secara memuaskan melalui dua saluran :
a. Dengan cara membantu individu untuk mengeambangkan kemampuan dan
minatnya.
b. Dengan cara membantu individu memperoleh pengertian terhadap dirinya,
dan memahami kelamahan/kekurangan dirinya sendiri, sehingga dengan
bahan-bahan ini individu akan dapat membuat pilihan secara memuaskan.

8. Proses perkembangan vokasional pada hakikatnya meruapakan pengembangan


dan implementasi konsep diri. Konsep diri merupakan suatu hasil perpaduan
antara kemampuan dasar yang diwariskan, kesempatan untuk memainkan
berbagai peranan dirinya, dan evaluasi orang lain terhadapp usaha memainkan
peranan tersebut. Selama masa pendidikan sebelum individu benar-benar
memasuki dunnia kerja, dia sudah membayangkan dunia kerja, jabatan atau
peranan yang kelak akan dilakukan. Setiap orang berusaha untuk memelihara dan
membina suatu konsep diri yang ideal, namun dalam kenyataan individu
menghadapi faktor-faktor yang membatasi, yang berasal dari kekurangannya
sendiri, dan dari lingkungannya diaman dia hidup,. Faktor ini menghambat
pencapaian konsep diri yang ideal, dan akibatnya individu melakuakn kompromi
ataau menerima konsepdi diri kurang ideal.

9. Proses kompromi (menerima) antara faktor individu dan social, antara apakah
peranan itu dimainkan dalam fantasia tau dalam interview-konseling, atau kegiatan
dalam kehidupan nyata seperti kegiatan sekolah, kegiatan kelompok maupun
pekerjaan-pekerjaan tidak tetap. Karena dunia kerja demikiian kompleks sifatnya
dan persyaratan masuk demikian sukar, maka kecilnya kemungkinannya untuk
dapat mencoba benar-benar berpartisipasi dalam situasi pekerjaan yang nyata.

10. Kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung pada seberapa jauh individu
mendapatkan/menyalurkan kemampuaanya, minaatnya, sifat-sifat pribadi, dan
nilai-nilai pribadi secara memadai. Juga kepuasan tersebut tergantung pada
kemantapanya didalam situasi pekerjaan dan pandangan hidupnya. Individu akan
memperoleh rasa senang dan kepuasan pekerjaanya apabila pekerjaan yang
dilakukannya memungkinkan baginya untuk mempergunakan ciri-ciri pribadi dan
nilai-nilai dirinya sendiri. Dengan kata lain pengalamaan-pengalaman yang dia
jumpai dalam pekerjaan dapat dibandingkan dengan gambaran mental dirinya
sebagai mana yang ada dari sekarang, dan ternyata pekerjaan-pekerjaan itu
memberikan kesempatan yang cukup untuk menjadi macam orang yang
diikambarkannya. Jika pekerjaan yang dilaksanakannya tidak memberikan
kesempatan bagi dirinya untuk macam orang yang dia gambarkan maka orang itu
akan merasa tidak senng dan biasanya ketidakpuasan ini akan menyebabkan
individu mencari situasi pekerjaan lain.

C. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Observasi dan Wawancara


Kami melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 yang beralamatkan Jl. Bina Marga No.58, RT.7/RW.6,
Cipayung, Kota Jakarta Timur. Dan tempat yang saya pakai dengan narasumber saat
proses wawancara adalah di Ruang Rapat.

D. Hasil Observasi BK Karir


Sasaran observasi awal kami adalah dosen Uhamka. Lalu kami membuat surat
izin observasi dan wawancara pada tanggal 4 Juli 2018. Tetapi sasaran kami tidak bisa
karena salah satu kelompok yang ada di kelas kami sasaran observasinya adalah guru.
Dan profesi itu mempunyai kedudukan yang sama. Kemudian padahari itu juga seusai
pulang kampus kami mencari sasaran lain, pada saat itu kami mendapat 2 sasaran.
Pertama, adalah tenaga pelayan Trauma Center di RS. Harapan Bunda Pasar Rebo,
tetapi kami tidak langsung memberikan surat izin hanya menanyakan prosedur
perizinannya seperti apa, kemudian kami memutuskan tidak jadi mengambil profesi
itu sebab prosedur perizinanya rumit dan memakan waktu yang lama memingingat
waktu pengumpulan tugas. Selanjutnya kami menuju ke sasaran profesi yang kedua,
divisi yang ada Yatama Air Cargo yang ada di dekat kampus B Uhamka. Saat itu
kami menemui 2 orang HRD untuk menanyakan prosedurperizinanya. Dan
Allhamdullah diperbolehkan untuk melakukan observasi dan wawancara hanya saja
kami tidak bisa untuk mewawancarai masing-masing satu orang divi sebab di
perusahaan itu hanya cabang dan karyawannya pun tidak terlalu banyak juga semua
aktif bekerja, jika memakai waktunya untuk diwawancarai maka akan menganggu
pekerjaannya. Dan itu tidak diizinkan oleh HRD dan kami di perbolehkan untuk
mewawancarai 2 orang HRD itu saja sebab dirinya juga tahu pekerjaan masing-
masing divisi. Hanya saja maksud dari wawancara kami bukan pada masalah
pekerjaan tersebut tetapi juga masalah pribadi orang tersebut. Akhirnya kami tidak
memakai sasaran itu sebab hanya terdapat 2 orang HRD memingngat kelompok kami
beranggotakan 4 orang.

Keesokannya tanggal 5 Juli 2018 kami berkonsultasi kepada bu Nurma


tentang sasaran ketiga kami di Panti Sosial Tresna Werdha untuk mewawancarai
divisi yang ada disana. Dan Allhamdulilah opsi kami disetujui oleh bu Nurma dan
selepas kuliah kami membuat surat perizinan observasi ke Panti Tresna Werdha. Pada
9 Juli 2018 kami memberikan surat observasi ke Panti dan surat diterima langsung
oleh Pak Basuki hari esoknya kami diperbolehkan lamgsung wawancara dan menemui
Ibu Winda yang menangani menempatan subjek yang akan di wawancarai.

Pada tanggal 10 Juli 2018 kami langsung ke Panti dan menemui bu Winda.
Seiap anggota langsung diarahkan oleh Bu Winda kepada masing-masing subjek.
Lamanya waktu yang kami jalani saat wawancara dari pukul 13.00-15.30. Pada
tanggal 11 Juli 2018 kami mengambil surat keterangan telah melakukan observasi dan
wawancara di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.

E. Hasil Wawancara BK Karir


1. Identitas Subjek
Nama narasumber dari wawancara ini adalah ibu Tri Handayani. Beliau lahir di
Jakarta tanggal 12 Mei 1872, saat ini telah berusia 46 tahun. Bu Tri anak ke 3 dari
5 bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh TK, SD, SMP, SMA, dan
perguruan tinggi memilih jurusan S1 ilmu hukum. Semasa sekolah dahulu beliau
pernah mengikuti OSIS, tetapi kurang aktf. Bu Tri ini memiliki kepribadian
pemalu, dan pendiam. Hobi yang dimiliki adalah menari, bernyanyi dan olahraga.
Pekerjaan yang saat ini digeluti adalah PNS sebagai TU (Tata Usaha) di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. Tetapi sebelumnya bu Tri telah beberapa kali
mengalami mutasi ke beberapa Instansi diantaranya panti Balita sampai sampai
panti Tresna Werdha dan kedudukannya menjadi tata usaha.

2. Alasan Subjek Memilih Karir

Alasan beliau memilih karir ini disebabkan ada beberapa faktor yaitu factor
internal dan eksternal. Faktor internal ini adalah ingin bekerja dan mandiri tidak
tergantung kepada suami atau orang lain dan juga dapat memberi kepada sesama.
Dan faktor eksternalnya adalah dahulu orangtua berkeinginan menjadi PNS. Dan
juga pandangan positif lingkungan seseorang yang telah masuk PNS maka
kehidupannya terjamin.

3. Keputusan Karir

Keputusan ibu Tri menjadi seorang PNS di panti karena memang keinginan
sendiri dan faktor pendorong dari luar yang kuat. Memang ini adalah sebuah
peluang yang bagus dan sulit pula untuk masuk menjadi PNS. Sebelumnya bu Tri
pernah bekerja di kredit tahun 1998, tetapi tidak bertahan lama hanya 2 tahun
karena gaji yang diperoleh kurang mencukupi hanya untuk jajan saja, di tempat
kerja beliau membawa makanan siang. Setelah lulus beliau mencoba untuk
melamar perkerjaan di beberapa tempat sampai akhirnya mengikuti tes CPNS dan
lolos pada tahun 2006 kemudian ditempatkan menjadi TU. Setelah lulus langsung
di Panti Balita Sudir Timur Pondok Kelapa selama 3 tahun. Dan dipindahkan ke
cabangnya selama 5 tahun sebagai TU tidak pernah berubah selepas pindah. Dan
mulai bekerja di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 pada tahun 2017 dan
saat sudah berjalan 2 tahun.
Karirnya saat ini sebenarnya kurang relevan dengan keterampilan yang
berlatar belakang pendidikan hukum. Pekerjaan sebagai TU adalah membuat surat
menyurat, bagian telfon, kepegawaian, menerima tamu dan membantu-bantu
pekerjaan di panti. Dan usia 25 tahun memantapkan dalam berkarir saat bekerja
terpuaskan bahwa perkerja telah berhasil. Selama menggeluti pekerjaan ini banyak
pengalaman dialaminya terutama kenalanan rekan kerja yang banyak dirinya
merasa senang dan puas atas pencapaian. Penacapaian terbesar semasa karirnya
adalah menjadi seorang pemimpin di Panti Balita pada usia (43 th) walaupun
hanya setahun karena rasa minder apabila ditugaskan untuk memimpin rapat atau
upacara. Pengalam bekerja disini cukup baik dan senang walaupun di tempatkan
diposisi ini tetap diri. Arti profesi ini yang sedang ditekuni sangat berarti karena,
bisa mandiri, dan tidak bergantung kepada suami.

4. Proses Karir

Latar belakang keinginan bu Tri menjadi sesuatu saat usia TK yaitu menjadi
seorang Polwan. Alasan ingin menajadi Polwan adalah memakai baju yang rapih
dan bergaya keren. Lalu cita-cita tersebut berlanjut dibangku kelas SD (7thn),
memperkuat cita-cita tersebut dengan pernah ikut menjadi dokter kecil. Saat di
SMP(13 thn) pun beliau mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan pernah mengikuti
perlombaan baris-berbaris. Memang keinginan menjadi seorang Polwan masih
konsisten tetapi, sejak mamsuki SMA (16 thn) itu sedikit berubah karena faktor
internal dan eksternal yaitu faktor internal karena dirinya merasa kemampuan
dalam ilmu pasti/IPA kurang mampu, kepribadiannya yang pemalu juga latihan
fisik yang cukup berat dan juga minat yang lain yang menonjol. Faktor eksternal
adalah hasil tes minat bakat dan rekomendasi dari guru BK. Tes minat bakat
dilakukan saat awal masuk SMA untuk menetukan jurusan. Dari hasil tes tersebut
yang menyebabkan bu Tri tahu akan minat dan bakatnya ini dan saat akhir sekolah
guru BK mencoba untuk merekomendasikan untuk memilih jurusan tari yang
memang hobinya sejak kecil.

Hobinya menari dan bernyanyi itu datang dari kedua orangtuanya. Menari itu
datang dari ibunya karena saat kecil sang ibu sering membelikan selendang jawa
di pasar dan mengkursuskannya les tari di U center hanya sampai SD saja karena
waktu dan temapatnya. Dan bernanyi dari sang ayah yang memfasilitasi TIP radio
yang memang ayahnya suka memutar dan membeli kaset. Saat lulus SMA beliau
mengikuti jalur PMDK memilih jurusan ekonomi atau komputer yang diusulkan
orangtuanya namun tidak lulus. Dan dia mencoba berkeingin masuk jurusan tari di
IKJ tetapi orang tua kurang menyetujui disebabkan bukan jalur negri, sebanarnya
ibu Tri sangat berkeinginan masuk jurusan tari dan ada tokoh yang menginspirasi
yaitu Ningning. Pada akhirnya ia memutuskan memilih jurusan ilmu hukum
karena hampir sama dengan Polwan yaitu berkaitan dengan hukum. Setelah lulus
menjadi sarjana hukum ibu Tri direkomendasikan oleh dosennya untuk menjadi
seorang pengacara, jaksa atau hakim tetapi dia merasa kemampuan dalam
berbicara dan berhadapan dengan dengan banyak belum mampu. Memang latar
belakang beliau memilih jurusan hukum karena kemampuan menghafalnya dan
juga menghindar mata kuliah bahasa inggris. Sebenarnya bu Tri ingin melanjutkan
kembali studinya jika tidak menjadi bisa kemampuan berbicara maka menjadi
notaris tetapi orangtua kurang mampu untuk membiayai. Sebelumnya pernah
melamar pekerjaan dibeberapa tempat tetapi tidak bisa, lalu beliau mencoba ikut
beberapa kursus yaitu jahit dan make up untuk menambah keterampilan. Pada
akhirnya beliau mencoba bekerja di kredit pada tahun 1998 selama 2 tahun karena
merasa kurang cukup dari upahnya akhirnya mencari pekerjaan lain. Dan
mencoba mengikuti tes CPNS dan pada akhirnya lolos tahun 2006 dan
ditempatkan bagian TU, dimutasi dibeberapa tempat lalu di Panti Tresna Werdha
pada tahun 2016.

5. Keakuratan Teori dengan Aplikasi

Setelah melakukan identifikasi kasus diatas saya menekankan pada teori


Donal Super Life Span ada kakuratan dari dasar teori dengan fakta dalam kasus.
Dalam hal ini keakuratan terletak pada pemilihan kerja dari tahap perkembangan
dan prosesnya berlangsung dalam rangka penunaian tugas-tugas perkembangan.
Selama masa tahap perkembangan terjadi perubahan-perubahan yang terjadi dan
ini berpengaruh pada konsep diri dan mewujudkannya. Keakuratan teori dengan
aplikasinya bahwa pada tahap pembentukan (kelahiran- 14) pada subtages
Fantasy (4-10). Kebutuhannya dominan; bermain peran dalam fantasi itu penting.
Dan itu dapat dilihat ketika terjadinya proses awal bu Tri memfantasi dirinya pada
menjadi profesi Polwan pada TK. Untuk mewujudkan keinginannya saat SD
(7thn) dirinya mewujudkannya dengan menjadi dokter kecil sebab peranan itu
juga memakai baju yang bagus dan terlihat keren. Saat memasuki SMP (13thn) ia
mengikuti ekstrakulikuler paskibra sebab masih berkaitan keinginannya menjadi
Polwan. Dan itu ternyata benar menurut Super subtages Kapasitas (13-14).
Kemampuan diberikan lebih banyak bobot, dan persyaratan pekerjaan (termasuk
pelatihan) dipertimbangkan. Dengan kata lain dirinya mengikuti kegiatan yang
menjadi persyaratan pekerjaan yang ia inginkan.

Selanjtnya tahap eksplorasi (usia 15-24) menurut Super adalah masa


pemeriksaan diri, uji coba peran, dan eksplorasi pekerjaan berlangsung di sekolah,
kegiatan rekreasi, dan kerja paruh waktu. Seseorang menyatakan pilihan
seringkali tidak bersifat realistis dan yang sering erat berhubungan dengan
kehidupan permainannya. Tetapi seiringnya waktu dan bertambahnya
pengetahuan tentang dirinya banyak terjadi perubahan-perubahan yang mengubah
keinginannya untuk menjadi profesi yang telah terbentuk pada tahap
pembentukan. Dan ketika memasuki SMA (16 thn) hal serupa yang dialami
narasumber, ia menyadari bahwa untuk masuk Polwan kualifikasinya cukup berat
dan ia merasa kurang mampu untuk mewujudkannya. Disini kita bisa lihat
pemilihan karirnya tidak berisifat keadaan realistik dan masih erat dengan
fantasinya menjadi Polwan. Jurusan saat SMA ia memilih IPS sebab disesuaikan
dengan keadaan diri yang tidak kuat ilmu eksak, kemampuan yang ia miliki
adalah kuat dalam menghafal. Pada usia 16 thn dalam tori Super masuk subtage
Tentatif (1 5-1 7). Kebutuhan, minat, kapasitas, nilai, dan peluang semuanya
dipertimbangkan. Semua itu diketahui saat melakukan tes minat bakat dan juga
hasil konsutasi oleh guru BK di SMA. Dan mencoba mempertimbangkan
pemilihan karir dengan keadaan dirinya. Ia mengubah memilih pekerjaan menjadi
seorang Polwan dengan jurusan tari atau hukum. Keinginan yang kuat bagi dirinya
adalah menjadi seorang penari karena adanya tokoh yang menginspirasinya.
Tetapi karena dorongan orangtua dirinya mengambil ilmu hukum yang juga dia
minati karena adanya keterkaitan dengan Polwan, yang juga sama-sama tentang
undang-undang.
Setelah masuk tahap pembentukan dirinya (25 thn) telah mulai memasuki
dunia kerja dan mencoba-coba membuktikan keputusan di tahap eksplorasi .
Dalam teori Super itu masuk substage Percobaan - komitmen dan stabilisasi (25-
30). Bidang pekerjaan yang dianggap cocok mungkin terbukti tidak memuaskan,
yang menghasilkan satu atau dua perubahan sebelum pekerjaan hidup ditemukan
atau sebelum menjadi jelas bahwa pekerjaan hidup akan menjadi sukses pekerjaan
yang tidak terkait. Berawal saat lulus beliau memilih pekerjaan di pengkreditan
tetapi karena merasa kurang cocok dan puas dengan pekerjaan itu, ia memutuskan
untuk pindah pekerjaan lain. Dan karir menjadi TU karena memberikan
kesempatan yang baik untuk menambatkan kepuasan dirinya memperoleh
penghasilan yang cukup. Dan juga menurut Super tahap pembentukan ini (usia 25-
44) adalah tahun-tahun kreatif. Saat usia (43 thn) atau masuk subtages kemajuan
ia mencapai jabatan tertinggi menjadi seorang pemimpin di Panti Balita walaupun
hanya menjabat 1 thn.

Saat memasuki usia 46 thn atau tahap pembinaan (usia 45-64) dalam masa ini
seseorang berusaha untuk meneruskan atau memelihara situasi pekerjaannya. Dan
memang pernyataan dari dirinya bahwa telah merasa puas dengan pekerjaan ini
dan ingin mempertahankanya. Ia mencoba mempertahankan situasi kerja
walaupun sering dimutasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dan
untuk tahap kemunduran tidak bisa saya analisi sebab usia narasumber belum
memasuki tahap itu.

Keakuratan lainnya adalah dasar pemiliran Super bahwa hakikat pola karir
seseorng ditentukan oleh tingkat social ekonomi orang tuanya, oleh kemampuan
mental, dan ciri-ciri kepribadiannya, dan oleh kesempatan-kesempatan yang
terbuka bagi dirinya. Tingkat social ekonomi orangtua memang benar-benar
mempengaruhi pemilihan karir seseorang. Seperti dalam kasus bahwa setelah
lulus bu Tri ada keinginan menlanjutkan pendidikan menjadi seorang notaris
tetapi karena factor ekonomi orang tua yang kurang mencukupi dia memutuskan
untuk tidak melanjutkan. Dan kemampuan mental akan menetukan keberhasilan
belajar. Kemampuan mental beliau adalah menghafal dan menghindari matakuliah
bahasa inggris yang memang adalah kelemahannya. Jadi selama menempuh
pendidikan di hukum beliau dapat memaksimalkan daya penghafalannya sehingga
ia berhasil dalam belajar. Seperti yang diungkapkannya bahwa ia merasa senang
dan tidak ada penyesalan telah memilih jurusan hukum. Dan ciri kepribadian bu
Tri adalah pendiam dan pemalu sehingga ini mempengaruhi pergaulan dengan
teman-teman dikantor ketika dan juga situasi pekerjaan. Walaupun demikian ia
mencoba untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.

Keakuratan lainnya adalah proses kompromi (menerima) antara faktor


individu dan social, antara apakah peranan itu dimainkan dalam fantasia tau dalam
interview-konseling, atau kegiatan dalam kehidupan nyata. Dimana ibu Tri
menerima antara faktor individu dan social. factor individu adalah keadaan diri
beliau dimana ia mempunyai kemampuan menghafal dan minat menari. Dan ia
mempunyai keinginan menjadi seorang penari sebab minat menjadi penari yang
kuat. Akan tetapi dorongan factor social dari dukungan orangtua dan lingkungan
bahwa ketika memilih jurusan tari di IKJ ditakutkan tidak dibutuhkan keahliannya
itu terelebih bukan jalur negeri. Setelah adanya penguatan-penguatan tersebut
dirinya menerima memilih pekerjaan menjadi TU walaupun berbeda dengan
keahliannya tetapi peluang menjadi PNS itu yang mendasari juga keputusan karir.
Pandangan lingkungan bahwa seseorang yang telah masuk PNS maka
kehidupannya terjamin. Dapat disimpukan factor ekstrenal yang kuat dari
orangtua dan juga lingkungan yang menilai pekerjaan menjadi PNS dapat
menekan factor intenalnya untuk memilih pekerjaan sesuai dengan keinginan dan
merubah kepuasan hidup dengan menerima pekerjaan saat ini. Itu semua
merupakan beberapa keakuratan yang saya dapatkan dari hasil analisi kasus
dengan teori Donal Super Life-Span.

6. Perbedaan Teori dengan Aplikasi

Adapun terdapat berbedaan tori dengan fakta dilapangan, dimana menurut


teori Super dimana dalam menentukan atau memilih perkerjaan adalah bahwa
seseorang melatih kecakapannya lebih tinggi supaya menjadi kompensasi profesi
dengan bagitu individu dapat menentukan pemilihan karir yang membarikan
kesempatan untuk mengembangkannya. Pernyataan ini berbeda dengan yang
dialami oleh bu Tri dimana dalam memilih pekerjaannya tidak memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Kita lihat dari pekerjaan
beliau menjadi TU adalah membuat surat, menerima tamu, data kepegawaian, dll,
ini berbeda dengan latar belakang pendidikannya seorang sarjana hukum dan
memang dirinya menyebutkan bahwa kemampuan yang dimiliki adalah daya
penghafalannya yang kuat. Tentu jika beliau memilih berprofesi menjadi TU
maka tidak ada kesempatan memperdayakan kemampuannya yang telah
dikembangkan semenjak dibangku perkuliahan.

Dan hal lain ada terdapat perbedaan lain adalah ketika bu Tri memasuki tahap
pembentukan saat usia 25 tahun dirinya sudah merasa puas telah bekerja di panti
sebagai TU. Disini ada perbedaan dalam pernyataan kepuasan kerja menurut
Super yaitu kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung pada seberapa jauh
individu menyalukan kemampuan, minatnya, sifat-sifat pribadi dan nilai-nilai
peribadi. Karir yang dipilih oleh bu Tri ini tidak menyalukan kemampuan dan
juga minatnya yang dahulu ia bentuk pada tahap ekplorasi. Seharusnya beliau
tidak merasa puas dan dapat menolak atau pindah jabatan dan mencari pekerjaan
yang dapat menyalurkan kemampuan, minat nilai-nilai peribadi, dll. Walaupun
dirinya merasa puas akan tetapi jabantan yang ia tekuni tidak akan naik atau stage
sampai disitu sebab dia mencoba keahlian baru. Idealnya kesuksesan karir dalam
Super adalah kompetensi professional membuat pilihan dan penyesuaian
merupakan suatu proses yang kontinu. Dengan kata lain keahlian/keterampilan
harus sesuai dengan pemilihan pekerjaan.

7. Persamaan Teori dengan Aplikasi

Dalam hal ini persamaan teori dengan fakta bahwa memang pemilihan kerja
zdari tahap perkembangan. Dimana awal tahap pembentukan terhadinya proses
fantasi menjadi Polwan saat usia TK dan usia 7 thn bu Tri mencoba memainkan
peran itu sebagai dokter kecil. Ketika meranjak dewasa dan sudah mengetahui
mengetahui minat dan kemampuannya ia mengubah konsep diri ideal dengan
konsep diri yang realita. Sebab karena kekurangan dirinya dan juga bebagai
mengubah pemilihan pekerjaan. Karena hal itu membuat beliau membuat
kompromi factor individu dan sosialnya dengan memilih bekerja menjadi
karyawan TU di Panti Tresna Werdha walaupun keahlian yang telah ia tekuni
selama dibangku kuliah tidak dimanfaatkan atau dikembangkan. Dalam teori
Super juga mengatakan bahwa pencapaian kesuksesaan karir patokan utamanya
pada tahap pembentukan. Dan ia sudah merasa puas dan pernah mencapai jabatan
tertinggi walaupun tidak bertahan lama. Dan dirinya mencoba untuk tetap
menjalani pekerjaan itu dengan selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
baru. Jadi memang benar bahwa teori Donal Super Life Span ini sama dengan
aplikasi yang dialami oleh bu Tri ini.

8. Hambatan Karir Subjek

Hambatan yang dirasakan oleh ibu Tri adalah rasa pemalu atau pendiamnya
ketika berhadapan dengan orang banyak dan ditugaskan menjadi pemimpin, baik
itu memimpin rapat, upacara, dll. Dan hal itu dia rasakan saat menjabat menjadi
pemimpin/pengelola di Panti Balita, karena kepribadiannya itu dia hanya menjabat
selama satu tahun dan kurang sanggup untuk memikulnya. Dan hal itu ia
katakanan saat wawancara bahwa kepribadiannya itu yang menjadi tantangan
terbesar dalam kehidupannya. Terlebih beliau telah mengalami beberapa kali
mutasi yang menyebabkan situasi lingkungan yang baru. Walaupun begitu ia tetap
menyesuaikan dirinya dalam bergaul dengan rekan-rekannya di kantor. Menurut
Super bahwa Individu akan memperoleh rasa senang dan kepuasan pekerjaanya
apabila pekerjaan yang dilakukannya memungkinkan baginya untuk
mempergunakan ciri-ciri pribadi dan nilai-nilai dirinya sendiri. Ini dapat dilihat
bahwa bu Tri ini dalam pekerjaannya membutuhkan diluar dari nilai dirinya yaitu
harus lebih berani berbicara di depan orang banyak seperti halnya menjabat
menjadi pengelola Panti balita, pemimpin upacara dan rapat. Jadi kepribadiannya
menjadi penghambat pekerjaannya yang menyababkan stage dengan jabatannya
sekarang. Mungkin saja jika dirinya akan menjabat menjadi pengelola lebih lama
jika rasa pemalunya dapat diminimalisirkan.

F. Hambatan dalam Pelaksanaan Kegiatan Observasi dan Wawancara


Adapun hambatan dalam pelkasanaan kegiatan ini adalah
1. Pencarian sasaran observasi dan wawancara.
2. Kurangnya komunikasi antar anggota kelompok.
3. Penyesuaian waktu dengan sesama anggota kelompok.
Daftar Pustaka

Giani, Ruslan A. 2012. Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa


https://prezi.com/lo5p_31sibud/a-asumsi-dasar-teori-super/ diakses pada tanggal 14 Juli
2018 pada pukul 15.29
Ruri Rinukti Prabandani (1601015097)

A. Konep Teori

Mitchell dan Krumboltz (1987) mengatakan bahwa seseorang mengambil


keputusan karir karena ia terlibat dalam berbagai perilaku yang mengarah kesuatu kariri.
Beberapa perilaku pengambilan keputusan karir antara lain bersekolah serta memasuki
program latihan, melamar pekerjaan, peningkatan pekerjaan, berubah jabatan atau
memasuki pekerjaan baru. Dasar pelaksanaan perilaku tersebut menurut teori belajar
adalah munculnya minat akibat dari generalisasi pengamatan diri yang berasal dari
pengalaman belajar sebelumnya.

Teori Krumbolitz yang disebutkan secara umum di atas, mengenali empat kategori
fatktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier seseorang, yaitu faktor-faktor
genetik, lingkungan, belajar, dan keterampilan menghadapi tugas atau masalah.
Teori Behaviour ini berkaitan dengan stimulus dan respon. Jika stimulus yang
diberikan bagus, respon yang dihasilkan juga akan bagus sesuai dengan rangsangan yang
diberikan baik dari dirinya maupun lingkungannya.

B. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Observasi dan Wawancara

Kami melaksanakan kegiatan Observasi dan wawancara di lakukan di Panti Sosial


Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang berada di Jl. Bina Marga No.58, RT.7/RW.6,
Cipayung, Kota Jakarta Timur, disana saya melakukan proses wawancara di ruang tamu
dengaan ibu Endang selaku pengurus asset.

C. Hasil Observasi BK Karir

Pertama pada tanggal 4 Juli 2018 tujuan sasaran kelompok kami adalah dosen,
namun karena kurangnya informasi saat pemberian tugas observasi dikatakan dosen itu
bagian observasi dari karir guru atau dosen,. Setelah itu kami memutuskan pada tanggal 4
Juli 2018, pukul 12.30 kami observasi ke RS Harapan Bunda Jakarta Timur untuk
menanyai prosedur untuk melakukan observasi tenaga pelayanan Trauma Center. Disana
kami di perbolehkan untuk menaruh surat tetapi untuk konfirmasi proses perizinannya
cukup lama. Setelah dari RS Harapan Bunda kami melanjutkan observasi untuk
mewawancarai bagian divisi perusahaan Yatama Air Cargo Jakarta Timur, kami bertemu
dan disambut baik dengan bagian HRD (Human Resources Departement) yang
bertanggung jawab untuk malakukan observasi, kami di perbolehkan untuk obsevasi
namun hanya boleh melakukan wawancara bagian HRD saja sebanyak 2 orang karena
disana hanya cabang dan kita di rekomendasi untuk ke kantor pusatnya.

5 Juli 2018, saat pelajaran BK Karir kami konsultasi permasalahan yang kita
hadapi saat observasi sebelumnya dan kami di rekomendasikan dan memutuskan untuk
observasi dan wawancara divisi yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Jakarta Timur untuk segera membuat surat. Pada tanggal 9 Juli 208, pukul 13.00 kami
observasi dan memberi surat perizinan untuk observasi dan wawancara. Saat pukul 15.00
kami dikabarkan Pak Basuki untuk diperbolehkannya melakukan observasi dan
wawancara untuk bertemu langsung bu Winda yang menangani penempatan subyek yang
akan kami wawancara. Hari selanjutnya 10 Juli 2018 pukul 13.00 kami memulai
wawancara dengan setiap anggota kelompok yang sudah dibagi oleh Bu.Winda untuk di
wawancara, dan selesai wawancara pukul 15.30, selanjutnya kami melakukan
dokumentasi. 11 Juli 2018 kami mengambil surat Keterangan telah melakukan proses
observasi dan wawancara di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Jakarta Timur.

D. Hasil Wawancara BK Karir


1. Identias Subyek

Nama subyek yang saya wawancara adalah Ibu Prihatin Endang, bisa
dipanggil bu Endang, bu Endang lahir di Solo, pada tanggal 27 Juli 1965, kini bu
Endang berusia 53 tahun, Bu Endang adalah anak ke delapan dari delapan bersaudara.
Hanya bu Endang yang diberi kesempatan melanjutkan pendidikannya di perguruan
tinggi, ia dibiayai pendidikannya oleh ketujuh kakaknya, karena hanya bu Endang
yang paling cerdas disbanding ketujuh kakaknya, dari kecil bu Endang selalu
dibiasakan hidup mandiri dan tidak pernah menunda pekerjaan baik rumah maupun di
sekolah, ibu dari beliau tidak bekerja dan ayah beliau bekerja sebagai buruh tani.
Beliau saat kecil bersekolah di SDN Ngasinan Solo, SMP Kristen 5 Solo, SMA
Swarasta Solo, dan melanjutkan pendidikan D3 di STIA ASMI SOLO. Ia dari kecil
memang paling senang menghitung, selalu mendapatkan juara kelas dan aktif dalam
organisasi seperti gereja dan karang taruna.

2. Alasan subyek Memilih Karir


Alasan ibu Endang memilih untuk merantau di Jakarta karena menurut Bu.
Endang sendiri beliau tidak pernah memikirkan cita-cita apapun sejak ia kecil, ia
hanya memiliki minat yang sangat kuat dan percaya diri bahwa ketika nanti ia lulus
sekolah ia harus bekerja, ia percaya dengan menjadi anak yang mandiri dan ulet atau
tidak menunda pekerjaan ia pasti akan sukses walaupun tidak memiliki cita-cita.

Faktor lain yaitu dari kakaknya, karena ia melihat ketujuh kakaknya sangat
giat dalam bekerja, bahkan hanya bu Endang yang diberikan suatu kepercyaan karena
beliau di biayai pendidikan D3-nya, walau orang tua tidak memberikan saran atau
apapun, yang terpenting menurut bu Endang orang tua percaya anaknya akan menjadi
anak yang mandiri. Ketika ia lulus D3 bu Endang memilih merantau untuk bekerja di
Jakarta karena semua kakaknya merantau dan bekerja di Jakarta. Hampir semua
pekerjaan direkomendasikan kakaknya untuk dirinya. Dan iapun memilih berbagai
pekerjaan hingga akhirnya ia ditawarkan pekerjaan sebagai pegawai DEPSOS
(Departemen Sosial) yang menurutnya adalah pekerjaan tetap, sehingga ia mendaftar
tes CPNS dan mengikuti seleksi tes CPNS dan 3 bulan kemudian ia lulus sebagai
PNS dan ditetapkan sebagai pegawai DEPSOS (Departemen Sosial).

3. Keputusan Karir

Keputusan ibu Endang dalam keputusan karir ia memiliki keinginan yang


besar untuk bekerja ketika ia sudah besar nanti, setelah lulus sekolah bu Endang
mengambil D3 Manajemen perkantoran, setelah lulus, pada tahun 1990 ia merntau ke
Jakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Keputusan bu Endang dalam memilih
karir bukan karena uang atau financial, tetapi ia ingin memiliki pekerjaan tetap.
Sebelumnya bu Endang bekerja dan mengikuti test CPNS ini, beliau bekerja di Gajah
Mada Plaza sebagai Koprasi pada tahun 1991, menurut bu Endang dalam sisi
financial memang lebih besar dibandingkan menjadi PNS, teman-temannya pun asik-
asik setahun bekerja disana ia memutuskan untuk berhenti. namun hal ini tidak
masalah yang terpenting bu Endang memiliki pekerjaan tetap. Setelah itu adik dari
suami sepupu ibu Endang yang bekerja di DEPSOS (Departemen Sosial) menawarkan
lowongan pekerjaan sebagai PNS walaupun gajinya lebih kecil dari pekerjaan
sebelumnya, tapi tidak masalah untuk bu Endang yang terpenting ia memiliki
pekerjaan tetap dan bu Endang mengikuti tes CPNS sehingga 3 bulan ia dipanggil dan
bekerja menjadi pegawai DEPSOS dan sekarang bernama Dinas Sosial.
Bu Endang di angakat sebagai PNS pada bulan Juni 1992, dua bulan kemudian
bu Endang menikah di bulan Agustus, setelah beliau menikah, ia menikmati
pekerjaannya menuutnya pekerjaannya tidak terlalu berat, karena beliau memiliki
kekuatan yang teguh karena sudah dibiasakan hidup mandiri dan tidak menunda
pekerjaannya. Menurutnya ia tidak akan mencari pekerjaan lain dan mengabdi pada
pekerjaannya sebagai TU (Tata Usaha) pengurus asset, dan dia memiliki keinginan
ketika sudah pension nanti akan aktif di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 ini.
Menurutnya pekerjaan ini adalah suatu tugas atau amanah yang harus di selesaikan.
`
4. Proses Karir

Dari Kecil ibu Endang tidak mempunyai cita-cita, karena murut yang ia amati
pasti semua orang akan bekerja, jadi tidak perlu mempunyai cita-cita khusus agar
seseorang memiliki pekerjaan. Ibu Endang adalah anak terakhir dari delapan
bersaudara, orangtuanya tidak pernah memberikan gambaran cita-cita untuknya,
seperti nak kalua sudah besar kamu menjadi dokter ya, tidak ada sama sekali. Yang ia
lihat hanyalah semua orang harus bekerja. Dari SD, SMP dan SMA bahkan sampai
sekarang bu Endang memang menyenangi hitung menghitung. Ia menyadari tentang
minatnya adalah ketika SMA, tidak ada gambaran mengenai minat maupun bakat
pada dirinya. Karena bu Endang adalah anak yang paling cerdas disbanding ketujuh
kakaknya, ia diberikan kepercayaan dan kesempatan oleh kakaknya untuk
melanjutkan pendidikan D3 Manajemen Perkantoran di STIA ASMI Solo, bu Endang
satu-satunya yang dibiayai kuliah oleh kakak-kakaknya, kakaknya semua tidak ada
yang melanjutkan kuliah dan semua bekerja untuk membiayai keluarganya.
Minat dan tekad beliau dalam memilih pekerjaan sangat kuat. Setelah lulus
pendidikan D3 bu Endang merantau ke Jakarta dan selalu diberi kesempatan oleh
kakak-kakaknya. pada tahun 1990 ia merantau dan tinggal dirumah saudaranya di
Cengkareng Jakarta Barat, ia di beri tawaran untuk melamar bekerja di Garment atau
bahan kain yang berada di Tegal Alur Kalideres, Jakarta Barat, tidak lama bekerja di
Garment ia ditawarkan kerja di Gajah Mada Plaza sebagai Koprasi, namun setahun
bekerja bu Endang kurang menemukan kepuasannya, tahun 1990-1991 ia ingin
memiliki pekerjaan tetap walaupun dikoperasi upah atau financialnya sudah cukup
besar, kerja tidak berat dan temannya baik semua. Pada tahun 1992 ia keluar, dan adik
suami sepupu ibu Endang yang bekerja di DEPSOS (Departemen Sosial) menawarkan
lowongan pekerjaan sebagai PNS walaupun gajinya lebih kecil dari pekerjaan
sebelumnya, tapi tidak masalah untuk bu Endang yang terpenting ia memiliki
pekerjaan tetap dan bu Endang mengikuti tes CPNS sehingga 3 bulan ia dipanggil dan
bekerja menjadi pegawai DEPSOS dan sekarang bernama Dinas Sosial.
Ketika menjadi PNS beliau tidak langsung di tempatkan di Panti Sosial Tresna
Werdha Budia Mulia 1 Jakarta Timur, namun beliau bekerja Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 3 yang berada di Jl. Marga Guna Raya No.1, RT.11/RW.1,
Gandaria Sel., Cilandak, Kota Jakarta Selatan,lalu dipindahkan tahun 2000-2013 di
Panti Sosial Bina Laras yang berada di Cipayung Raya No.21, RT.8/RW.3, Cipayung,
Kota Jakarta Timur dan dipindah tugaskan hingga sekarang di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Bu Endang tidak ingin melanjutkan pendidikan lagi
karena menurutnya pekerjaannya sudah nyaman, dan menurutnya pekerjaannya adala
tanggung jawabnya.

5. Keakuratan Teori dengan Aplikasi

Setelah saya amati hasil observasi dan wawancara yaitu menggunakan teori
behavior Mitchell dan Krumbotz ada kakuratan dari dasar teori dengan fakta dalam
kasus. Dalam hal ini keakuratan terletak pada :

a. Mitchell dan Krumboltz (1987) mengatakan bahwa seseorang mengambil


keputusan karir karena ia terlibat dalam berbagai perilaku yang mengarah
kesuatu karir. Beberapa perilaku pengambilan keputusan karir antara lain
bersekolah serta memasuki program latihan, melamar pekerjaan, peningkatan
pekerjaan, berubah jabatan atau memasuki pekerjaan baru. Dasar pelaksanaan
perilaku tersebut menurut teori belajar adalah munculnya minat akibat dari
generalisasi pengamatan diri yang berasal dari pengalaman belajar
sebelumnya.Hasil dari wawancara dengan bu Endang sesuai dengan keputusan
karir menurut teori krumblotz, bahwa ia bersekolah karena ia memiliki
keinginan yang besar untuk bekerja ketika ia sudah besar nanti, setelah lulus
sekolah bu Endang mengambil D3 Manajemen perkantoran, setelah lulus, pada
tahun 1990 ia merntau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta, ia tinggal
dirumah saudaranya di Cengkareng Jakarta Barat, ia di beri tawaran untuk
melamar bekerja di Garment atau bahan kain yang berada di Tegal Alur
Kalideres, Jakarta Barat, tidak lama bekerja di Garment ia ditawarkan kerja di
Gajah Mada Plaza sebagai Koprasi, namun setahun bekerja bu Endang kurang
menemukan kepuasannya, tahun 1990-1991 ia ingin memiliki pekerjaan tetap
walaupun dikoperasi upah atau financialnya sudah cukup besar, kerja tidak berat
dan temannya baik semua. Pada tahun 1992 ia keluar, dan adik suami sepupu ibu
Endang yang bekerja di DEPSOS (Departemen Sosial) menawarkan lowongan
pekerjaan sebagai PNS walaupun gajinya lebih kecil dari pekerjaan sebelumnya,
tapi tidak masalah untuk bu Endang yang terpenting ia memiliki pekerjaan tetap
dan bu Endang mengikuti tes CPNS sehingga 3 bulan ia dipanggil dan bekerja
menjadi pegawai DEPSOS dan sekarang bernama Dinas Sosial.
b. Dalam teori behaviour atau Krumbolitz faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karier seseorang, yaitu faktor-faktor genetik, lingkungan, belajar, dan
keterampilan menghadapi tugas atau masalah.
 Dapat dilihat pertama faktor genetik bahwa orang-orang tertentu terlahir
memiliki kemampuan besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman pergaulannya, dengan lingkungan sesuai dengan keadaan
dirinya. Hasil wawancara saya dengan bu Endang, ia tidak memiliki cita-cita
dari semasa kecil hingga ia besar, ia merasa percaya diri tanpa adanya cita-
cita ia akan tetap mendapatkan pekerjaan ketika nanti sudah besar. Bu
Endang tidak pernah menunda pekerjaan karena dari kecil ia sudah
dibiasakan hidup mandiri dan ia adalah anak yang paling pintar
dibandingkan tujuh saudaranya yang lain. Dan ia percaya dengan kecerdasan
dan usahanya ia akan mendapat pekerjaan tetap.
 Kedua karena faktor ligkungan, yaitu berpengaruh pada kesempatan keja,
kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebjakan dan prosedur, lingkungan
tetangga dan masyarakat sekitar (pengaruhnya) dan pengalaman belajar. Bu
Endang selama pengalaman ia bersekolah tidak pernah mengikuti test minat
maupun bakat karena waktu ia sekolah tidak ada test minat bakat, ia
menyadari potensi yang ia senangi ketika ia waktu SMA, ia menyukai
pelajaran akutansi atau berhitung. Karena bu Endang adalah anak yang
paling cerdas dibanding ketujuh kakaknya ia diberikan kepercayaan dan
kesempatan oleh kakaknya untuk melanjutkan pendidikan D3 Manajemen
Perkantoran di STIA ASMI Solo, bu Endang satu-satunya yang dibiayai
kuliah oleh kakak-kakaknya, kakaknya semua tidak ada yang melanjutkan
kuliah dan semua bekerja untuk membiayai keluarganya, ayah beliau
bekerja sebagai petani dan ibu beliau ibu rumah tangga sehingga minat dan
tekad beliau dalam memilih pekerjaan sangat kuat. Setelah lulus pendidikan
D3 bu Endang merantau ke Jakarta dan selalu diberi kesempatan oleh
kakak-kakaknya hingga akhirya beliau tidak menemukan kendala untuk
lolos mengikuti tes CPNS (Calon Pegawai Negri Sipil) untuk menjadi
pegawai DEPSOS (Departemen Sosial) dan sekarang dibubarkan ditarik
sbeagai Dinas Sosial.
 Ketiga faktor belajar asosiatif yaitu pengalaman dimana orang mengamati
hubungan antara kejadian-kejadian dan mampu memprediksi apa
konsekuensinya. Hasil wawancara bu Endang diberikan suatu stimulus atau
dorongan melalui ketujuh saudaranya, saudaranya semua rajin bekerja dan
hanya ia yang dapat melanjutkan pendidikannya, karena ia memiliki
kecerdasan dan memanfaatkan minatnya pada akutansi beliau bekerja
setelah lulus pendidikannya dengan merantau. Bu Endang diberi stimulus
melalui suami saudaranya yang bekerja sebagai pegawai DEPSOS
(Departemen Sosial), sehingga ia mendaftar tes CPNS dan mengikuti seleksi
tes CPNS dan 3 bulan kemudian ia lulus sebagai PNS dan ditetapkan
sebagai pegawai DEPSOS (Departemen Sosial)
 Keempat adalah faktor keterampilan menghadapi tugas. Dari kecil bu
Endang sudah di tanamkan suatu kemandirian. Ia tidak pernah menunda
pekerjaannya. Kebiasaan dari kecil bu Endang inilah yang membentuk suatu
karakter hingga saat ini, baginya suatu kebanggan dalam hidupnya adalah
menuntaskan tugas-tugas yang telah diberikan. Menurut bu Endang arti
profesinya adalah tanggung jawab yang harus di selesaikan, menurut ia
menjalankan tugas bagai air yang mengalir dan tidak boleh melawan arus
sudah suatu pencapaian aktualisasi dirinya.

6. Perbedaan Teori dengan Aplikasi

Menurut Krumboltz dan Thorsen, masalah karir klien sering berhubungan


kepada ketidakmampuan individu untuk membuat pemilihan yang berhubungan
dengan apa yang dibutuhkan dalam karirnya salah satunya adalah ketidak jelasan
tujuan walaupun ibu Endang dari kecil tidak diberikan stimulus dari orangtuanya
mengenai gambaran karir sehingga ia tidak memiliki minat atau cita-cita kea arah
apapun, tetapi respon yang dihasilkan tidak buruk,ia tidak bermasalah dalam berkarir.

7. Persamaan Teori dengan Aplikasi


Dari yang saya pelajari teori Behaviour ini berkaitan dengan stimulus dan
respon. Jika stimulus yang diberikan bagus, respon yang dihasilkan juga akan bagus
sesuai dengan rangsangan yang diberikan baik dari dirinya maupun lingkungannya.
Dari hasil wawancarai dengan Ibu Endang, dari kecil ia tidak pernah diberikan
stimulus oleh orang tuanya mengenaai gambaran pekerjaan, hal ini mengakibatkan
dari kecil bu Endang tidak pernah memiliki cita-cita, ia diberi stimulus oleh
kakaknya karena semua kakaknya bekerja sehingga ia hanya memandang semua
orang pasti akan bekerja meskipun tidak memiliki cita-cita.

8. Hambatan Karir Subyek

Dari hasil wawancara saya dengan bu Endang, ia mengatakan tidak ada


hambatan apapun dalam berkarir baginya. Menurutnya pekerjaannya bagaikan suatu
tugas atau amanah, jika memang sulit itulah tantangan untuk dirinya sejauh mana ia
menyelesaikannya. Tetapi hal itu tidak membuat ibu Endang merasa kesulitan,
asalkan dirinya tidak melawan arus, biarkanlah seperti air yang sedang mengalir. Dari
kecil bu Endang memang tidak di manjakan hal ini membuat dirinya yang sekarang
sebagai seseorang yang kuat. Menurut bu Endang asalkan kita selalu bersyukur semua
yang kita kerjakan pasti sudah cukup puas karena apapun tugasnya ia akan
menuntaskannya, karena usaha tidak akan menghianati proses.

E. Hambatan dalam Pelaksanaan Kegiatan Observasi dan Wawancara


1. Adapun hambatan dalam pelkasanaan kegiatan ini adalah dalam mencari subyek di
wawancara sangat sulit karena kurangnya komunikasi dengan dosen saat pembagian
tugas. Yang awalnya memilih dosen ternyata dosen itu termasuk kategori guru.
2. Banyaknya perbedaan pendapat dari sesame anggota kelompok
3. Kurangnya memahami yang akan di wawancara, karena saat pembagian yang akan
diwawancara jika mau wawancara satu divisi yang berbeda harus ke dinas langsung.
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. proses kegiatan observasi dan wawancara
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dalam mengobservasi kami
mengamati tingkah laku ibu dan bapak secara langsung dan terlibat di dalam
kegiatan observasi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Utama 1. Wawancara
merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Kami mewawancarai narasumber yang berbeda
dan memegang tanggung jawab dalam mengurus Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Utama 1 berbeda yang satu dengan lainnya, yaitu Widi Cinta
mewawancaraimewawancarai narasumber Ibu Nurleui, Lita Fitriyah
mewawancarai narasumber Pak Malik Margono, Ema Nurlita mewawancarai
narasumber ibu Tri Handayani, Ruri Rinukti Prabandani mewawancarai
narasumber Ibu Prihatin Endang.
Sebelum mewaawancarai narasumber kami telah membuat beberapa
pertanyaan yang menyangkut karir profesi yang dikerjakan, dalam mengobservasi
dan wawancara kami di tempat yang berpisah agar dalam proses wawancara dan
observasi dapat berjalan dengan lancar dan mengetahui awal mula memilih karir
tersebut. kami mengajukan beberapa pertanyaaan yang sudah disiapkan terlebih
dahulu agar lancar dalam mewawancarain narasumber, dari hasil wawancara
tersebut kami dapat menegetahui narasumber memilih karir tersebut dan
mengkaitkan dengan teori BK karir antara lain yaitu, Widi Cinta menggunakan
teori Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, Lita
Fitriyah menggunakan teori Super Life Span oleh Donal Super Life Span tentang
konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan
dan jabatan yang akan dipegang, Ema Nurlita menggunakan teori Donal Super
Life Span yaitu Aspek-aspek tersebut mencakup pengembangan karakteristik
psikologis dan struktur sosial/ekonomi lingkungan, dan Mitchell dan Krumboltz
(1987) mengatakan bahwa seseorang mengambil keputusan karir karena ia terlibat
dalam berbagai perilaku yang mengarah kesuatu kariri. Ruri Rinukti Prabandani
menggunakan Teori Behaviour ini berkaitan dengan stimulus dan respon. Jika
stimulus yang diberikan bagus, respon yang dihasilkan juga akan bagus sesuai
dengan rangsangan yang diberikan baik dari dirinya maupun lingkungannya.
2. Kebermanfaat observasi dan wawancara bagi mahasiswa
Manfaat dari observasi kami dapat mengetahui latar belakang narasumber
memilih karir yang dikerjakaan pada saat ini dan mengkaitkan penyebab memilih
karir tersebut dengan beberapa teori yang sesuai dengan teori BK karir.
3. Kebermanfaata observasi dan wawancara bagi lembaga/instansi
Dapat memberikan informasi dan menceritakan pengalaman dalam memilih
karir yang dipilih kepada kami agar dapat pelajaran yang diambil dalam
menentukan karir seseorang dengan adanya doa, sabar, berkerjakerasa dalam
menekunin karir tersebut.
B. Saran
1. Lembaga/instansi
Penulis berharap, panti sosial di Indonesia dapat lebih memperhatikan
pertimbangan kebijakan dalam membuat kebijakan agar lansia betah tinggal di
panti dan dapat membimbing lansia dengan baik karena lansia juga perlu
dibimbing dan mempunyai hak sebagai mana orang pada umum
2. program studi
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan
dari penulisan laporan ini. Oleh sebab itu kami sebagai penulis dengan tangan
terbuka siap menerima saran dari teman-teman atau pembaca. Agar dikemudian
hari kita dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memilih
karir
LEMBAR PENGESAHAN
PENGESAHAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
BMBINGAN DAN KONSELING KARIR
BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR
( PANTI TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1 )
Jl. Bina Marga No.58, RT.7/RW.6, Cipayung, Kota Jakarta Timur

LAPORAN
Oleh:
Nama NIM Paraf

Widi Cinta 1601015017

Lita Fitriyah 1601015049

Ema Nurlita 1601015055

Ruri Rinukti P 1601015097

Jakarta, .............................. 2018


Dosen Pemgampu Mata Kuliah BK Karir
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nurmawati, M.Pd
NIDN. 0315089101

Anda mungkin juga menyukai