BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses kegiatan observasi dan wawancara
2. Kebermanfaatan observasi dan wawancara bagi mahasiswa
3. Kebermanfaatan observasi dan wawancara bagi Lembaga/Instansi
B. Saran
1. Lembaga/Instansi
2. Program Studi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
sehat dan iman sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Laporan
Observasi dan Wawancara Bimbingan dan Konseling Karir (Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 1”. Laporan ini penulis ajukan guna memenuhi tugas matakuliah “BK Karir”.
Kami mengucapkan terimakasih terutama kepada “Dosen Pembimbing Mata Kuliah
BK Karir yaitu Ibu Nurmawati, M.Pd dan kepada kedua orang tua yang telah memberi
semangat kepada penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi
maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga laporan ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya
terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
C. Manfaat
Setelah melakukan observasi dan wawancara di Panti Tresna Werdha 1 ini diharapkan
kami dapat mengetahui bagaimana sistem kerja menjadi Staff Pengurus Administrasi,
latar belakang mereka sebelum menjadi Staff Pengurus Administrasi di Panti Tresna
Werdha 1 dan hubungannya dengan teori karir dengan profesi yang mereka ambil
dalam berkarir.
BAB II
PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit pelaksana Teknis Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan
social lanjut usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan 9.999 m3 yang
dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG melalui SK Gubernur DKI
Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami pergantian nama menjadi
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 736 Tahun 1996.
Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata kerja
Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD, SK DKI Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang
Struktur Organisasi dan Tata KerjaDinas Bina Mantal Spirituan dan Kesejahteraan
Sosial Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha 1 Cipayung, dikukuhkan
kembali berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas
Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No. 57 Tahun 2010
tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi Mulia 1.
2. Visi dan Misi
Visi
“Meningkatkan Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan Layak,
Sehat, Normatif, dan Manusiawi”.
Misi
a. Meyelanggarakan penampungan lanjut usia terlantar dalam
rangkaperlindungan social.
b. Menyelenggarakan palayanan social, psikologis, perawatan medis, bimbingan
fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang.
c. Menyelenggarakan penyeluran Bina Lanjut dan pemulasaran Jenazah.
d. Menjalin keterpadua daan kerjasama lintas social.
e. Menggaalaang peran sertaa social mansyarakat dan dunia usaha.
3. Tujuan
Meningkatkan tingkat kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian social lanjut
usia terlantar dalam sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti
ketentraman lahir dan batin.
Fungsi
a. Lembaga pemenuhan kebuttuhann lanjut usia.
b. Lembaga pellayanan dan pengembangan lanjut usia.
c. Pusat informasi dan rujukan.
Kegiatan Tanggal
Pembuatan surat dari UHAMKA 5 Juli 2018
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Konsep Teori
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi
diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh
sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon),
semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya perubahan
tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting adalah faktor penguatan.
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
diitambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi
maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang
penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan
terjadinya respon.
A. Konsep Teori
Teori yang berkaitan dengan narasumber saya ialah Teori Life Span. Pencetus
Teori Life Span ialah Donald Super, Super menggunakan istilah “Pendekatan” bukan
teori sehingga Super menyarankan agar pendekatannya dapat diberi nama “psikologi
differensial-perkembangan-sosial-fenomnologis”. Yang fokusnya terdapat dalam
empat unsur pokok:
1. Tahap-tahap kehidupan vokasional
2. Kematangan vokasional
3. Meneterjemahkan konsep diri ke dalam konsep diri vokasional
4. Pola-pola karir
Menurut pendekatan ini, seseorang berkembang secara vokasional (kejuruan)
sebagai salah satu aspek dari perkembangannya secara keseluruhan dengan laju yang
sebagian ditentukan oleh atribut-tribut psikologis dan fisiologisnya yang sebagian
oleh kondisi lingkungannya. Tahap-tahap kehidupan vokasional dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan seseorang, yang dimulai dari tahap pertumbuhan dengan
mematoki sebuah umur pada seseorang itu yaitu: Tahap Pertumbuhan (kelahiran-14)
bersangkutan dengan pertumbuhan fisik dan psikologis pada seseorang, Tahap
Eksplorasi (usia 15-24) seseorang yang mulai menyadari bahwa pekerjaan merupakan
satu aspek dari kehidupannya, Tahap Pembentukan (usia 25-44) berkaitan dengan
pengalaman seseorang pada saat bekerja, Tahap Pembinaan (usia 45-64) tahapan yang
dialami seseorang yang berusaha untuk meneruskan atau memelihara situasi dan
suasana di dalam pekerjaanya, Tahap Kemunduran (usia 65 tahun) tahapan seseorang
yang menjelang berhentinya bekerja untuk memusatkan perhatian pada kondisi fisik
dan psikologisnya agar hasil karyanya di kemudian hari dapat memenuhi persyaratan
maksimal.
B. Tempat Pelaksanaan
Kami melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara di Panti Tresna
Werdha Budi Mulia 1 yang beralamatkan Jl. Bina Marga No. 58, RT 07/RW 06,
Cipayung, Kota Jakarta Timur. Disana saya melakukan proses wawancara di lobby
depan Ruang Aministrasi dengan Pak Malik Margono selaku Staff Pelayanan WBS
(Warga Bina Sosial).
3. Keputusan berkarir
Sebelum memutuskan berkarir Pak Margono berkerja menjadi wiraswasta, beliau
berdagang sewaktu masih dibangku SMA untuk menambah pengalaman bekerja
dan menambah tambahan perekonomian keluarganya sehingga beliau bekerja
sepulang sekolah dan berlanjut sampai beliau lulus sekolah dibangku SMA.
Setelah lulus dari bangku sekolah SMA, beliau mencari pekerjaan di Panti Jompo
sampai akhirnya beliau diterima di Panti Jompo sebagai pengurus/perawat kakek
dan nenek di Panti Jompo daerah Daan Mogot. Beliau tidak terlalu puas bekerja
disana akhirnya beliau mencoba mengikuti tes CPNS, dan akhirnya dia diterima
dan beralih menjadi staff pengurus administrasi panti jompo. Nah beliau
memutuskan berkarir semenjak memutuskan untuk bekerja sebagai
pengurus/perawat di Panti Jompo daerah Daan Mogot.
4. Proses berkarir
Awalnya berkarir Pak Margono ini menjadi sebuah wiraswasta yaitu pedagang
dengan menjualkan sebuah barang pakaian, tetapi setelah dirasa kecukupan
ekonomi tidak menunjang baik untuk kedepannya. Akhirnya pada tahun 2016
beliau melamar pekerjaan sebagai pengurus/perawat di salah satu Panti Jompo
dikarenakan itu semua Pak Margono mendapatkan informasinya dari teman
sekolah SMA-nya karena Pak Margono tidak membuang-buang kesempatan
akhirnya beliau melamar pekerjaannya dan diterimalah beliau di sebuah Panti
Jompo. Pak Margono selang 1 tahun bekerja di Panti Jompo pada tahun 2016 telah
mendapatkan informasi bahwa pembukaan tes CPNS dimulai dan beliau
mendaftarkan diri mengikuti tes CPNS. Sampai akhirnya beliau llolos masuk tes
CPNS dan masuk menjadi PNS di salah satu Panti Jompo daerah Daan Mogot,
beliau menjadi salah satu staff pengurus WBS (Warga Bina Sosial) keterkaitan
dengan pekerjaannya itu ialah menangani masuk dan keluarnya kakek dan nenek
yang akan singgah atau keluar di Panti Jompo tersrbut. Dan pada tahun 2018
beliau di disposisikan ke Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia 1 karena
pekerja/staff disana sedikit dan memindahkan Pak Margono untuk bekerja di Panti
Tresna Werdha. Maka pada saat saya berwawancara beliau berbicara bahwa baru
2 mingggu bekerja di Panti Tresna Werdha ini.
Hubungannya dengan konsep teori Super dengan karirnya Pak Margono
bahwa Pak Margono ini mulai berkarir atau telah berkarir setelah beliau
memutuskan untuk bekerja dalam berkarirnya guna pengalaman bekerja dan
kebutuhan ekonomi yang kurang mencukupi sehingga beliau bekerja. Beliau
memulai pekerjaan dengan melihat tingkat pertumbuhan dan perkembangan
usianya, karena beliau sebelum bekerja dan menjadikan karirnya sudah dihitung-
hitung dalam jangka pendek dan jangka panjang. Beliau bekerja dan berkarir
menyesuaikan dengan tumbuhnya usia yang semakin matang untuk memulai
berkarir.
5. Keakuratan berkarir
Keakuratan berkarir yang dimiliki Pak Margono dalam teori karir Donald
Super bahwa Pak Margono ini melakukan pekerjaan menyesuaikan dengan tingkat
kematangan usianya. Diketahui pada saat umur 12 tahun, Pak Margono bercita-
cita menjadi seorang TNI namun pada saat menjenjang umur 17 tahun untuk
mencalonkan atau mengikuti tes TNI tersebut, beliau tidak diperbolehkan karena
ada salah satu masalahnya yang terdapat di gigi Pak Margono yang hilang satu,
sehingga beliau tidak diperbolehkan mengikuti tes berikutnya. Akhirnya karena
cita-cita tersebut hilang begitu saja, Pak Margono mencoba berwiraswasta dengan
berdagang sebuah barang pakaian yang menjadi bahan dagangannya. Setelah Pak
Margono mantap berkarir, beliau mencoba mengikuti tes CPNS yang
diselenggarakan di Kota Tempat tinggalnya. Akhinya beliau menjadi seorang
CPNS di salah satu Staff pengurus administrasi di sebuah Panti Jompo Tresna
Werdha 1.
Ini merupakan berhubungan sekali dengan teori karir Super karena Pak
Margono mempunyai sebuah cita-cita dan dikerjarlah namun cita-cita tersebut
hilang begitu saja tetapi beliau bangkit untuk mencari pekerjaan lainnya. Nah
selain itu, Pak Margono ini menerapkan sebuah tingkat usia untuk pematangan
dalam memulai bekerja atau berkarir karena beliau berkata sebenarnya seseorang
ingin bekerja harus menyesuaikan dengan tingkat usianya dan tingkat
kebutuhannya, seberapa tingkat kebutuhan dan tingkat usaha seseorang itu meraih
pekerjaan/berkarir yang mantap maka seseorang itu telah berpikir dewasa untuk
merencanakan masa depannya dan juga bisa berjangka panjang, seperti itu.
A. Konsep Teori
Dalam proses identfikasi peneliti menetapkan teori yang akan digunakan
adalah Donal Super Life Span. Sebab ada beberpa kesesuain pada hasil penelitian
dengan konsep dari teori Super ini.
Asumsi dasar teori Super (1990) menganggap bahwaa bahwa peran individu
meliputi studi, pelayanan masyaraakat, rekreasi, bekerta, dan berkeluarga adalah hal
yang terpenting ketika mempelajari pengembangan karir diseluruh rentan kehidupan.
Asumsi yang paling mendasar adalah asumsi dari aspek-aspek fisiologis, seperti yang
mempengaruhi genetik, yang disebut dengan aspek geografis (negara asal) berdampak
pada aspek lain dari pengembangan karir. Aspek-aspek tersebut mencakup
pengembangan karakteristik psikologis dan struktur sosial/ekonomi lingkungan.
B. Dasar Pemikiran Teori Super
Super munyusun teorinya yang terdiri atas sepuluh pokok pemikiran bahwa:
1. Tiap orang memiliki perbedaan individual, telah lama diterima secara luas oleh
psikologi sekarang. Rentangan ciri-ciri kepribadian demikian sangat luasnya, baik
yang terdapat dalam diri individu sendiri maupun antara individu.
2. Akibat dari ciri-ciri tersebut, setiap individu masing-masing memiliki kecakapan
sejumlah pekerjaan. Rentangan kemampuan, ciri-ciri kepribadian, dan siifat-sifat
lain sedemikian luasnya sehingga setiap orang mempunyai kemungkinan untuk
berhasil dalam berbagai jabatan. Penelitian dalam bidang rehabilitasi menunjukan,
meskipun seseorang itu cacat berat namun terdapat sejumlah pekerjaan yang dapat
dilakukan dengan hasil memuaskan. Bagi orang yang tidak menderita cacat fisik
maupun emosional sungguh terbentang luas kemungkinan untuk berhasil dalam
berbagai pekerjaan. Hanya sedikit saja jumlah pekerjaan yang memerlukan
kemampuan khusus, kecakapan khusus, dan sifat-sifat pribadi yang lebih dari pada
umumnya, sepertinya halnya dalam kebanyakan kegiatan yang hanya melibatkan
otot-otot tertentu atau sekelompok otot. Dengan demikian, kebanyakan pekerjaan
yang sedikit hanya memerlukan kecakapan khusus. Karena setiap orang akan
dapat melaksanakan sesuatu pekerjaan dengan baik asalkan yang telah
bersangkutan telah memiliki ciri-ciri yang dipersyaratkan.
3. Setiap jabatan memerlukan pola khas daripada kemampuan minat, dan sifat-sifat
kepribadian, tetapi yang cukup luas mentoleransi terhadap berbagai jenis
pekerjaan bagi setiap individu dan berbagai jenis pekerjaan bagi setiap individu
dalam suatu jabatan.
4. Preferensi dan kompetensi professional, situasi-situasi di mana orang hidup dan
bekerja, serta konsepsi dirinya akan mengalami perubahan karena waktu dan
pengalaman, karena itu membuat pilihan dan penyesuaian merupakan suatu proses
yang kontinu. Seseorang melatih kecakapan-kecakapan tertentu yang dimiliki
kecakapan yang telah berkembang ke tingkat yang lebih tinggi memerlukan
penyaluaran dalam pekerjaan yang dapat memberikan kesempatan untuk
mempergunakan kecakapan yang telah berkembang. Juga karena seorang bekerja
telah berhasil dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, ia mulai menyadari bahwa
ada jabatan tertentu yang dapat lebih memberikan keputusan sebaliknya, mungkin
ada situasi pekerjaan yang demikian terlalu menurut kepada pelakunya sehingga
orang tersebut akan mencari pekerjaan lain yang dianggap tidak terlalu
membebani pola kemampuannya. Demikian jiga konsepsi diri seseorang berubah
sehingga orang itu tidak merasakan memperoleh kepuasan lagi dalam
pekerjaannya yang semula telah memberikan kepuasan dalam dirinya. Karena
bekerja maupun pekerjaan tidak statis sifatnya, maka selalu diperlukan perubahan
dan penyesuaian dalam rangka menjaga keseimbangan.
5. Proses ini dapat disimpulkan ke dalam serangkaian tahap-tahap kehidupan, yakni
tahap pertumbuhan , tahap eksplorasi, tahap pembentukan, tahap pembinaan,
tahap kemunduran, dan kemudian masing-masing tahap ini dapat dibagi lagi
menjadi: tahap patensi dan tahap realistiis. Tahap pembentukan dibagi lagi
menjadi: tahap mencoba dan tahap yang mentah.
6. Hakikat pola karir seseorng ditentukan oleh tingkat social ekonomi orang tuanya,
oleh kemampuan mental, dan ciri-ciri kepribadiannya, dan oleh kesempatan-
kesempatan yang terbuka bagi dirinya. Semua faktor dalam latar belakang
pengalaman seseorang akan mempengaruhi sikap dan prilakunya. Tingkat social-
ekonomi orang termasuk faktor yang sngat berpengaruh, hubungan awal yang
dilakukan oleh seseorang dengan dunia kerja melalui prantara orangtua, keluarha
dan teman-temannya. Kemampuan mental juga akan menentukan keberhasilan
belajar, yang seterusnya keberhasilan belajar akan dapat mempersempit atau
memperluas pintu/kesempatan berkerja. Kemampuan bergaul dengan teman-
teman lain juga merupakan faktor yang penting, kemampuan ini akan
mempengaruhi dalam situasi pekerjaan di kemudian hari.
9. Proses kompromi (menerima) antara faktor individu dan social, antara apakah
peranan itu dimainkan dalam fantasia tau dalam interview-konseling, atau kegiatan
dalam kehidupan nyata seperti kegiatan sekolah, kegiatan kelompok maupun
pekerjaan-pekerjaan tidak tetap. Karena dunia kerja demikiian kompleks sifatnya
dan persyaratan masuk demikian sukar, maka kecilnya kemungkinannya untuk
dapat mencoba benar-benar berpartisipasi dalam situasi pekerjaan yang nyata.
10. Kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung pada seberapa jauh individu
mendapatkan/menyalurkan kemampuaanya, minaatnya, sifat-sifat pribadi, dan
nilai-nilai pribadi secara memadai. Juga kepuasan tersebut tergantung pada
kemantapanya didalam situasi pekerjaan dan pandangan hidupnya. Individu akan
memperoleh rasa senang dan kepuasan pekerjaanya apabila pekerjaan yang
dilakukannya memungkinkan baginya untuk mempergunakan ciri-ciri pribadi dan
nilai-nilai dirinya sendiri. Dengan kata lain pengalamaan-pengalaman yang dia
jumpai dalam pekerjaan dapat dibandingkan dengan gambaran mental dirinya
sebagai mana yang ada dari sekarang, dan ternyata pekerjaan-pekerjaan itu
memberikan kesempatan yang cukup untuk menjadi macam orang yang
diikambarkannya. Jika pekerjaan yang dilaksanakannya tidak memberikan
kesempatan bagi dirinya untuk macam orang yang dia gambarkan maka orang itu
akan merasa tidak senng dan biasanya ketidakpuasan ini akan menyebabkan
individu mencari situasi pekerjaan lain.
Pada tanggal 10 Juli 2018 kami langsung ke Panti dan menemui bu Winda.
Seiap anggota langsung diarahkan oleh Bu Winda kepada masing-masing subjek.
Lamanya waktu yang kami jalani saat wawancara dari pukul 13.00-15.30. Pada
tanggal 11 Juli 2018 kami mengambil surat keterangan telah melakukan observasi dan
wawancara di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.
Alasan beliau memilih karir ini disebabkan ada beberapa faktor yaitu factor
internal dan eksternal. Faktor internal ini adalah ingin bekerja dan mandiri tidak
tergantung kepada suami atau orang lain dan juga dapat memberi kepada sesama.
Dan faktor eksternalnya adalah dahulu orangtua berkeinginan menjadi PNS. Dan
juga pandangan positif lingkungan seseorang yang telah masuk PNS maka
kehidupannya terjamin.
3. Keputusan Karir
Keputusan ibu Tri menjadi seorang PNS di panti karena memang keinginan
sendiri dan faktor pendorong dari luar yang kuat. Memang ini adalah sebuah
peluang yang bagus dan sulit pula untuk masuk menjadi PNS. Sebelumnya bu Tri
pernah bekerja di kredit tahun 1998, tetapi tidak bertahan lama hanya 2 tahun
karena gaji yang diperoleh kurang mencukupi hanya untuk jajan saja, di tempat
kerja beliau membawa makanan siang. Setelah lulus beliau mencoba untuk
melamar perkerjaan di beberapa tempat sampai akhirnya mengikuti tes CPNS dan
lolos pada tahun 2006 kemudian ditempatkan menjadi TU. Setelah lulus langsung
di Panti Balita Sudir Timur Pondok Kelapa selama 3 tahun. Dan dipindahkan ke
cabangnya selama 5 tahun sebagai TU tidak pernah berubah selepas pindah. Dan
mulai bekerja di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 pada tahun 2017 dan
saat sudah berjalan 2 tahun.
Karirnya saat ini sebenarnya kurang relevan dengan keterampilan yang
berlatar belakang pendidikan hukum. Pekerjaan sebagai TU adalah membuat surat
menyurat, bagian telfon, kepegawaian, menerima tamu dan membantu-bantu
pekerjaan di panti. Dan usia 25 tahun memantapkan dalam berkarir saat bekerja
terpuaskan bahwa perkerja telah berhasil. Selama menggeluti pekerjaan ini banyak
pengalaman dialaminya terutama kenalanan rekan kerja yang banyak dirinya
merasa senang dan puas atas pencapaian. Penacapaian terbesar semasa karirnya
adalah menjadi seorang pemimpin di Panti Balita pada usia (43 th) walaupun
hanya setahun karena rasa minder apabila ditugaskan untuk memimpin rapat atau
upacara. Pengalam bekerja disini cukup baik dan senang walaupun di tempatkan
diposisi ini tetap diri. Arti profesi ini yang sedang ditekuni sangat berarti karena,
bisa mandiri, dan tidak bergantung kepada suami.
4. Proses Karir
Latar belakang keinginan bu Tri menjadi sesuatu saat usia TK yaitu menjadi
seorang Polwan. Alasan ingin menajadi Polwan adalah memakai baju yang rapih
dan bergaya keren. Lalu cita-cita tersebut berlanjut dibangku kelas SD (7thn),
memperkuat cita-cita tersebut dengan pernah ikut menjadi dokter kecil. Saat di
SMP(13 thn) pun beliau mengikuti ekstrakulikuler paskibra dan pernah mengikuti
perlombaan baris-berbaris. Memang keinginan menjadi seorang Polwan masih
konsisten tetapi, sejak mamsuki SMA (16 thn) itu sedikit berubah karena faktor
internal dan eksternal yaitu faktor internal karena dirinya merasa kemampuan
dalam ilmu pasti/IPA kurang mampu, kepribadiannya yang pemalu juga latihan
fisik yang cukup berat dan juga minat yang lain yang menonjol. Faktor eksternal
adalah hasil tes minat bakat dan rekomendasi dari guru BK. Tes minat bakat
dilakukan saat awal masuk SMA untuk menetukan jurusan. Dari hasil tes tersebut
yang menyebabkan bu Tri tahu akan minat dan bakatnya ini dan saat akhir sekolah
guru BK mencoba untuk merekomendasikan untuk memilih jurusan tari yang
memang hobinya sejak kecil.
Hobinya menari dan bernyanyi itu datang dari kedua orangtuanya. Menari itu
datang dari ibunya karena saat kecil sang ibu sering membelikan selendang jawa
di pasar dan mengkursuskannya les tari di U center hanya sampai SD saja karena
waktu dan temapatnya. Dan bernanyi dari sang ayah yang memfasilitasi TIP radio
yang memang ayahnya suka memutar dan membeli kaset. Saat lulus SMA beliau
mengikuti jalur PMDK memilih jurusan ekonomi atau komputer yang diusulkan
orangtuanya namun tidak lulus. Dan dia mencoba berkeingin masuk jurusan tari di
IKJ tetapi orang tua kurang menyetujui disebabkan bukan jalur negri, sebanarnya
ibu Tri sangat berkeinginan masuk jurusan tari dan ada tokoh yang menginspirasi
yaitu Ningning. Pada akhirnya ia memutuskan memilih jurusan ilmu hukum
karena hampir sama dengan Polwan yaitu berkaitan dengan hukum. Setelah lulus
menjadi sarjana hukum ibu Tri direkomendasikan oleh dosennya untuk menjadi
seorang pengacara, jaksa atau hakim tetapi dia merasa kemampuan dalam
berbicara dan berhadapan dengan dengan banyak belum mampu. Memang latar
belakang beliau memilih jurusan hukum karena kemampuan menghafalnya dan
juga menghindar mata kuliah bahasa inggris. Sebenarnya bu Tri ingin melanjutkan
kembali studinya jika tidak menjadi bisa kemampuan berbicara maka menjadi
notaris tetapi orangtua kurang mampu untuk membiayai. Sebelumnya pernah
melamar pekerjaan dibeberapa tempat tetapi tidak bisa, lalu beliau mencoba ikut
beberapa kursus yaitu jahit dan make up untuk menambah keterampilan. Pada
akhirnya beliau mencoba bekerja di kredit pada tahun 1998 selama 2 tahun karena
merasa kurang cukup dari upahnya akhirnya mencari pekerjaan lain. Dan
mencoba mengikuti tes CPNS dan pada akhirnya lolos tahun 2006 dan
ditempatkan bagian TU, dimutasi dibeberapa tempat lalu di Panti Tresna Werdha
pada tahun 2016.
Saat memasuki usia 46 thn atau tahap pembinaan (usia 45-64) dalam masa ini
seseorang berusaha untuk meneruskan atau memelihara situasi pekerjaannya. Dan
memang pernyataan dari dirinya bahwa telah merasa puas dengan pekerjaan ini
dan ingin mempertahankanya. Ia mencoba mempertahankan situasi kerja
walaupun sering dimutasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dan
untuk tahap kemunduran tidak bisa saya analisi sebab usia narasumber belum
memasuki tahap itu.
Keakuratan lainnya adalah dasar pemiliran Super bahwa hakikat pola karir
seseorng ditentukan oleh tingkat social ekonomi orang tuanya, oleh kemampuan
mental, dan ciri-ciri kepribadiannya, dan oleh kesempatan-kesempatan yang
terbuka bagi dirinya. Tingkat social ekonomi orangtua memang benar-benar
mempengaruhi pemilihan karir seseorang. Seperti dalam kasus bahwa setelah
lulus bu Tri ada keinginan menlanjutkan pendidikan menjadi seorang notaris
tetapi karena factor ekonomi orang tua yang kurang mencukupi dia memutuskan
untuk tidak melanjutkan. Dan kemampuan mental akan menetukan keberhasilan
belajar. Kemampuan mental beliau adalah menghafal dan menghindari matakuliah
bahasa inggris yang memang adalah kelemahannya. Jadi selama menempuh
pendidikan di hukum beliau dapat memaksimalkan daya penghafalannya sehingga
ia berhasil dalam belajar. Seperti yang diungkapkannya bahwa ia merasa senang
dan tidak ada penyesalan telah memilih jurusan hukum. Dan ciri kepribadian bu
Tri adalah pendiam dan pemalu sehingga ini mempengaruhi pergaulan dengan
teman-teman dikantor ketika dan juga situasi pekerjaan. Walaupun demikian ia
mencoba untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.
Dan hal lain ada terdapat perbedaan lain adalah ketika bu Tri memasuki tahap
pembentukan saat usia 25 tahun dirinya sudah merasa puas telah bekerja di panti
sebagai TU. Disini ada perbedaan dalam pernyataan kepuasan kerja menurut
Super yaitu kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung pada seberapa jauh
individu menyalukan kemampuan, minatnya, sifat-sifat pribadi dan nilai-nilai
peribadi. Karir yang dipilih oleh bu Tri ini tidak menyalukan kemampuan dan
juga minatnya yang dahulu ia bentuk pada tahap ekplorasi. Seharusnya beliau
tidak merasa puas dan dapat menolak atau pindah jabatan dan mencari pekerjaan
yang dapat menyalurkan kemampuan, minat nilai-nilai peribadi, dll. Walaupun
dirinya merasa puas akan tetapi jabantan yang ia tekuni tidak akan naik atau stage
sampai disitu sebab dia mencoba keahlian baru. Idealnya kesuksesan karir dalam
Super adalah kompetensi professional membuat pilihan dan penyesuaian
merupakan suatu proses yang kontinu. Dengan kata lain keahlian/keterampilan
harus sesuai dengan pemilihan pekerjaan.
Dalam hal ini persamaan teori dengan fakta bahwa memang pemilihan kerja
zdari tahap perkembangan. Dimana awal tahap pembentukan terhadinya proses
fantasi menjadi Polwan saat usia TK dan usia 7 thn bu Tri mencoba memainkan
peran itu sebagai dokter kecil. Ketika meranjak dewasa dan sudah mengetahui
mengetahui minat dan kemampuannya ia mengubah konsep diri ideal dengan
konsep diri yang realita. Sebab karena kekurangan dirinya dan juga bebagai
mengubah pemilihan pekerjaan. Karena hal itu membuat beliau membuat
kompromi factor individu dan sosialnya dengan memilih bekerja menjadi
karyawan TU di Panti Tresna Werdha walaupun keahlian yang telah ia tekuni
selama dibangku kuliah tidak dimanfaatkan atau dikembangkan. Dalam teori
Super juga mengatakan bahwa pencapaian kesuksesaan karir patokan utamanya
pada tahap pembentukan. Dan ia sudah merasa puas dan pernah mencapai jabatan
tertinggi walaupun tidak bertahan lama. Dan dirinya mencoba untuk tetap
menjalani pekerjaan itu dengan selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
baru. Jadi memang benar bahwa teori Donal Super Life Span ini sama dengan
aplikasi yang dialami oleh bu Tri ini.
Hambatan yang dirasakan oleh ibu Tri adalah rasa pemalu atau pendiamnya
ketika berhadapan dengan orang banyak dan ditugaskan menjadi pemimpin, baik
itu memimpin rapat, upacara, dll. Dan hal itu dia rasakan saat menjabat menjadi
pemimpin/pengelola di Panti Balita, karena kepribadiannya itu dia hanya menjabat
selama satu tahun dan kurang sanggup untuk memikulnya. Dan hal itu ia
katakanan saat wawancara bahwa kepribadiannya itu yang menjadi tantangan
terbesar dalam kehidupannya. Terlebih beliau telah mengalami beberapa kali
mutasi yang menyebabkan situasi lingkungan yang baru. Walaupun begitu ia tetap
menyesuaikan dirinya dalam bergaul dengan rekan-rekannya di kantor. Menurut
Super bahwa Individu akan memperoleh rasa senang dan kepuasan pekerjaanya
apabila pekerjaan yang dilakukannya memungkinkan baginya untuk
mempergunakan ciri-ciri pribadi dan nilai-nilai dirinya sendiri. Ini dapat dilihat
bahwa bu Tri ini dalam pekerjaannya membutuhkan diluar dari nilai dirinya yaitu
harus lebih berani berbicara di depan orang banyak seperti halnya menjabat
menjadi pengelola Panti balita, pemimpin upacara dan rapat. Jadi kepribadiannya
menjadi penghambat pekerjaannya yang menyababkan stage dengan jabatannya
sekarang. Mungkin saja jika dirinya akan menjabat menjadi pengelola lebih lama
jika rasa pemalunya dapat diminimalisirkan.
A. Konep Teori
Teori Krumbolitz yang disebutkan secara umum di atas, mengenali empat kategori
fatktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier seseorang, yaitu faktor-faktor
genetik, lingkungan, belajar, dan keterampilan menghadapi tugas atau masalah.
Teori Behaviour ini berkaitan dengan stimulus dan respon. Jika stimulus yang
diberikan bagus, respon yang dihasilkan juga akan bagus sesuai dengan rangsangan yang
diberikan baik dari dirinya maupun lingkungannya.
Pertama pada tanggal 4 Juli 2018 tujuan sasaran kelompok kami adalah dosen,
namun karena kurangnya informasi saat pemberian tugas observasi dikatakan dosen itu
bagian observasi dari karir guru atau dosen,. Setelah itu kami memutuskan pada tanggal 4
Juli 2018, pukul 12.30 kami observasi ke RS Harapan Bunda Jakarta Timur untuk
menanyai prosedur untuk melakukan observasi tenaga pelayanan Trauma Center. Disana
kami di perbolehkan untuk menaruh surat tetapi untuk konfirmasi proses perizinannya
cukup lama. Setelah dari RS Harapan Bunda kami melanjutkan observasi untuk
mewawancarai bagian divisi perusahaan Yatama Air Cargo Jakarta Timur, kami bertemu
dan disambut baik dengan bagian HRD (Human Resources Departement) yang
bertanggung jawab untuk malakukan observasi, kami di perbolehkan untuk obsevasi
namun hanya boleh melakukan wawancara bagian HRD saja sebanyak 2 orang karena
disana hanya cabang dan kita di rekomendasi untuk ke kantor pusatnya.
5 Juli 2018, saat pelajaran BK Karir kami konsultasi permasalahan yang kita
hadapi saat observasi sebelumnya dan kami di rekomendasikan dan memutuskan untuk
observasi dan wawancara divisi yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Jakarta Timur untuk segera membuat surat. Pada tanggal 9 Juli 208, pukul 13.00 kami
observasi dan memberi surat perizinan untuk observasi dan wawancara. Saat pukul 15.00
kami dikabarkan Pak Basuki untuk diperbolehkannya melakukan observasi dan
wawancara untuk bertemu langsung bu Winda yang menangani penempatan subyek yang
akan kami wawancara. Hari selanjutnya 10 Juli 2018 pukul 13.00 kami memulai
wawancara dengan setiap anggota kelompok yang sudah dibagi oleh Bu.Winda untuk di
wawancara, dan selesai wawancara pukul 15.30, selanjutnya kami melakukan
dokumentasi. 11 Juli 2018 kami mengambil surat Keterangan telah melakukan proses
observasi dan wawancara di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Jakarta Timur.
Nama subyek yang saya wawancara adalah Ibu Prihatin Endang, bisa
dipanggil bu Endang, bu Endang lahir di Solo, pada tanggal 27 Juli 1965, kini bu
Endang berusia 53 tahun, Bu Endang adalah anak ke delapan dari delapan bersaudara.
Hanya bu Endang yang diberi kesempatan melanjutkan pendidikannya di perguruan
tinggi, ia dibiayai pendidikannya oleh ketujuh kakaknya, karena hanya bu Endang
yang paling cerdas disbanding ketujuh kakaknya, dari kecil bu Endang selalu
dibiasakan hidup mandiri dan tidak pernah menunda pekerjaan baik rumah maupun di
sekolah, ibu dari beliau tidak bekerja dan ayah beliau bekerja sebagai buruh tani.
Beliau saat kecil bersekolah di SDN Ngasinan Solo, SMP Kristen 5 Solo, SMA
Swarasta Solo, dan melanjutkan pendidikan D3 di STIA ASMI SOLO. Ia dari kecil
memang paling senang menghitung, selalu mendapatkan juara kelas dan aktif dalam
organisasi seperti gereja dan karang taruna.
Faktor lain yaitu dari kakaknya, karena ia melihat ketujuh kakaknya sangat
giat dalam bekerja, bahkan hanya bu Endang yang diberikan suatu kepercyaan karena
beliau di biayai pendidikan D3-nya, walau orang tua tidak memberikan saran atau
apapun, yang terpenting menurut bu Endang orang tua percaya anaknya akan menjadi
anak yang mandiri. Ketika ia lulus D3 bu Endang memilih merantau untuk bekerja di
Jakarta karena semua kakaknya merantau dan bekerja di Jakarta. Hampir semua
pekerjaan direkomendasikan kakaknya untuk dirinya. Dan iapun memilih berbagai
pekerjaan hingga akhirnya ia ditawarkan pekerjaan sebagai pegawai DEPSOS
(Departemen Sosial) yang menurutnya adalah pekerjaan tetap, sehingga ia mendaftar
tes CPNS dan mengikuti seleksi tes CPNS dan 3 bulan kemudian ia lulus sebagai
PNS dan ditetapkan sebagai pegawai DEPSOS (Departemen Sosial).
3. Keputusan Karir
Dari Kecil ibu Endang tidak mempunyai cita-cita, karena murut yang ia amati
pasti semua orang akan bekerja, jadi tidak perlu mempunyai cita-cita khusus agar
seseorang memiliki pekerjaan. Ibu Endang adalah anak terakhir dari delapan
bersaudara, orangtuanya tidak pernah memberikan gambaran cita-cita untuknya,
seperti nak kalua sudah besar kamu menjadi dokter ya, tidak ada sama sekali. Yang ia
lihat hanyalah semua orang harus bekerja. Dari SD, SMP dan SMA bahkan sampai
sekarang bu Endang memang menyenangi hitung menghitung. Ia menyadari tentang
minatnya adalah ketika SMA, tidak ada gambaran mengenai minat maupun bakat
pada dirinya. Karena bu Endang adalah anak yang paling cerdas disbanding ketujuh
kakaknya, ia diberikan kepercayaan dan kesempatan oleh kakaknya untuk
melanjutkan pendidikan D3 Manajemen Perkantoran di STIA ASMI Solo, bu Endang
satu-satunya yang dibiayai kuliah oleh kakak-kakaknya, kakaknya semua tidak ada
yang melanjutkan kuliah dan semua bekerja untuk membiayai keluarganya.
Minat dan tekad beliau dalam memilih pekerjaan sangat kuat. Setelah lulus
pendidikan D3 bu Endang merantau ke Jakarta dan selalu diberi kesempatan oleh
kakak-kakaknya. pada tahun 1990 ia merantau dan tinggal dirumah saudaranya di
Cengkareng Jakarta Barat, ia di beri tawaran untuk melamar bekerja di Garment atau
bahan kain yang berada di Tegal Alur Kalideres, Jakarta Barat, tidak lama bekerja di
Garment ia ditawarkan kerja di Gajah Mada Plaza sebagai Koprasi, namun setahun
bekerja bu Endang kurang menemukan kepuasannya, tahun 1990-1991 ia ingin
memiliki pekerjaan tetap walaupun dikoperasi upah atau financialnya sudah cukup
besar, kerja tidak berat dan temannya baik semua. Pada tahun 1992 ia keluar, dan adik
suami sepupu ibu Endang yang bekerja di DEPSOS (Departemen Sosial) menawarkan
lowongan pekerjaan sebagai PNS walaupun gajinya lebih kecil dari pekerjaan
sebelumnya, tapi tidak masalah untuk bu Endang yang terpenting ia memiliki
pekerjaan tetap dan bu Endang mengikuti tes CPNS sehingga 3 bulan ia dipanggil dan
bekerja menjadi pegawai DEPSOS dan sekarang bernama Dinas Sosial.
Ketika menjadi PNS beliau tidak langsung di tempatkan di Panti Sosial Tresna
Werdha Budia Mulia 1 Jakarta Timur, namun beliau bekerja Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 3 yang berada di Jl. Marga Guna Raya No.1, RT.11/RW.1,
Gandaria Sel., Cilandak, Kota Jakarta Selatan,lalu dipindahkan tahun 2000-2013 di
Panti Sosial Bina Laras yang berada di Cipayung Raya No.21, RT.8/RW.3, Cipayung,
Kota Jakarta Timur dan dipindah tugaskan hingga sekarang di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Bu Endang tidak ingin melanjutkan pendidikan lagi
karena menurutnya pekerjaannya sudah nyaman, dan menurutnya pekerjaannya adala
tanggung jawabnya.
Setelah saya amati hasil observasi dan wawancara yaitu menggunakan teori
behavior Mitchell dan Krumbotz ada kakuratan dari dasar teori dengan fakta dalam
kasus. Dalam hal ini keakuratan terletak pada :
LAPORAN
Oleh:
Nama NIM Paraf
Nurmawati, M.Pd
NIDN. 0315089101