Anda di halaman 1dari 4

Ajaran Islam Yang Berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling

Landasan filsafat Bimbingan dan Konseling adalah Al-Qur’an dan hadits yang memandang
bahwa keberhasilan seseorang dalam semua sisi kehidupaannya tidak lepas dari peran dan campur
tangan Allah SWT sebagai Dzat yang mengatur segala urusan dilangit dan dibumi. Demikian juga
dalam keberhasilan prestasi akademik yang diraih peserta didik tentu juga Allah SWT yang
mengatur. Untuk itu dalam menjalankan layanan bimbingan dan konseling, tidak hanya
menekankan pada usaha jasmani tapi juga ikhtiar rohani. Melaui penanaman nilai-nilai agama
diharapkan dapat melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas, tapi juga bertakwa kepda
Allah SWT serta memiliki akhlak yang mulia. Generasi seperti itu tentu lebik baik dari pada
generasi yang sekedar cerdas akademik.untuk itu penanaman nilai-nilai agama dalam proses
layanan bimbingan belajar memiliki keterlibatan signifikan dalam membentuk pribadi-pribadi
yang sholeh, cerdas dan berakhlakul karimah. Pribadi-pribadi yang semacam inilah yang
diharapkan mampu memimpin dan memajukan bangsa.

Kata konseling dalam bahasa arab adalah al-Irsyad yang secara etimologi berarti al-Huda,
ad-Dalalah, dalam bahasa indonesia berarti : petunjuk. Kata al-Irsyad menjadi satu dengan al-Huda
dapat dilihat dalam surah al-Kahfi (18) ayat 17, dan kata al-Irsyad secara sendiri dapat dilihat
dalam surah al-Jin (72) ayat 2. Inti makna surah al-Kahfi (18) ayat 17 adalah : Allah-lah yang
memberi petunjuk kepada manusia akan jalan kebenaran. Sedangkan inti makna Surah al-Jin (72)
ayat 2 adalah: Alah menjelaskan bahwa al-Qur’an sebagai pedoman yang memberi petunjuk
kepada jalan kebenaran, yakni sebagai berikut:

Artinya: “Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka
berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa Disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat
memberi petunjuk kepadanya.”

Sehingga dapat disimpulkan dari surah al-Kahfi (18) ayat 17. Ketika klien atau konseli
mendapatkan suatu masalah dan di tangani oleh konselor agar permasalahannya dapat di entaskan
melalui memberikan petunjuk-petunjuk yang dapat memberikan peluang, sehingga klien atau
konseli dapat mengambil keputusan dari permasalahannya. Hal ini tidak lepas pula seperti dalam
surah Al-Baqarah 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. semua permasalahan yang datang menghampiri klien atau konseli, sudah
disesuaikan dengan kadar kemampuan yang dimiliki. Dimana selama proses berjuang untuk
menuju impian, hendaknya bisa selalu berpikiran positif dalam menangani semua permasalahan
yang ada, meskipun itu berat , Anda pun bisa tetap yakin dan optimis Insya Allah dapat
menghadapi permasalahan yang dihadapi.

tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki
dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpu dalam memecahkan permasalahan
(problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton.
Seperti tertuang dalam ayat berikut ini:

“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan
amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya
mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan
tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dalam menghadapi suatu
kasus yang dialami oleh seseorang, ada tiga hal utama yang perlu diselenggarakan, yaitu
penyikapan, pemahaman dan penanganan terhadap kasus tersebut (Prayitno dan Erman Amti,
2013; 53).

“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah


mukjizat dari Tuhannya?” Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan
membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula
jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan
agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing
kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran
agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad
SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam
yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Konsep konseling tidak ada menerangkan manusia sebagai makhluk religius.Sebagai
makhluk religius manusia lahir sudah membawa fitrah, yaitu potensi nilai-nilai keimanan dan nilai-
nilai kebenaran hakiki. Fitrah ini berkedudukan di kalbu, sehingga dengan fitrah ini manusia secara
rohani akan selalu menuntut aktualisasi diri kepada iman dan takwa dimanapun manusia berada
(Sutoyo Anwar, 2013:61). Namun tidak ada yang bisa teraktualisasikan dengan baik dan ada pula
yang tidak, dalam hal ini faktor lingkungan pada usia anak sangat menentukan. Manusia sebagai
makhluk religius berkedudukan sebagai abidullah dan sebagai khalifatullah di muka bumi.

Daftar Pustaka

Sutoyo Anwar. 2013. Bimbingan Dan Konseling Islami. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar
Prayitno dan Erma Amti. 2013. Dasar Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai