Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PROPOSAL METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif


Dosen Pengampu : Fitniwilis, M.Pd

Oleh :
Ruri Rinukti Prabandani
(1601015097)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan internet dan teknologi pada smartphone semakin pesat,
maka fitur dan aplikasi dalam smartphone semakin beragam. Penggunaan
teknologi menghasilkan aplikasi media sosial dalam bentuk virtual yang
semakin hari semakin banyak. Mengakses media sosial dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan smartphone. Meike dan Young
mendefinisikan media sosial adalah sebagai konvergensi antara komunikasi
personal dalam arti saling berbagi antara individu (to be shared one-to-one) dan
media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.1
Aplikasi media sosial yang digemari oleh masyarakat adalah Instagram,
karena masyarakat memerlukan untuk mencari informasi, hiburan, pendidikan,
dan akses pengetahuan. Penggunaan Instagram marak di berbagai kalangan,
temasuk kalangan siswa. Reaksi siswa dalam mengakses media sosial
Instagram berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Siswa yang
memanfaatkan kemudahan Instagram untuk keperluan hidup di lingkungan
sosial melalui cara berbagi moment dan pendapat tentang suatu informasi, tapi
terdapat pula pelajar yang menyalahgunakan kemudahan dalam mengakses
media sosial dan menjadi malas, serta hanya melihat foto dan video yang
memiliki konten negatif seperti pornografi.
Mengingat bahwa siswa memiliki suatu kewajiban yaitu belajar. Belajar
merupakan suatu aktivitas yang dbakukan untuk mengubah suatu perilaku ke
arah lebih baik. Menurut Djamarah belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif

1
Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, hal 11
afektif dan psikomotor“.2 Belajar memerlukan kontrol diri sebagai daya
pengatur. sehingga siswa fokus dan memiliki perhatian pada saat pembelajaran.
Kontrol diri menjadi landasan bagi siswa untuk fokus dan memperhatikan
pelajaran yang sedang berlangsung.
Kebiasaan mengakses instagram dalam frekuensi dan durasi yang lama,
serta kemudahan mengakses dimana saja membuat siswa menjadi
ketergantungan untuk sharing foto dan video pada berbagai kesempatan,
termasuk pada saat di kelas. Waktu luang yang digunakan siswa pada saat di
rumah lebih banyak digunakan untuk mengakses media sosial yang mereka
miliki adalah Instagram yang sering di akses oleh siswa. Kontrol diri yang
rendah pada siswa masih sangat rendah, karena jarang bagi mereka untuk
mengontrol diri untuk belajar daripada bermain sosial media seperti Instagram.
Peneliti mengidikasi bahwa intensitas penggunaan Instagram yang
sering dilakukan siswa kapan saja dan dimana saja akan membuat kecanduan
dan membentuk perilaku untuk terus memiliki dorongan mengakses media
sosial instgram, sehingga dorongan yan seharusnya menjadi prioritas untuk
belajar akan beralih. Terlalu seringnya mengakses Instagram membuat siswa
tidak dapat mengontrol diri dan merasa harus membagi momen kegiatan hal-
hal yang dilakukan dalam sehari-hari tanpa mengenal tempat dan waktu,
termasuk pada saat belajar di kelas dan di rumah. Penggunaan media sosial
Instagram yang berlebihan dan tidak sesuai dengan etika yang berlaku di
masyaraka akan merugikan pengguna akun dan orang di sekitarnya.
Instagram harus dapat dijadikan wadah untuk siswa dalam
mengeksistensikan diri secara positif dengan sharing (membagikan) foto dan
video yang dapat menjadi infomasi bernianfaat bagi pelajar lain, serta
kewajiban utama bagi siswa adalah meningkatkan control diri dalam belajar

2
Syaiful Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. Ed, rev., cet.3. (Jakarta: Rineka
Cipta)., hal.12
demi mencapai suatu tujuan. Tetapi siswa yang memiliki kontrol diri tinggi
tidak dapat mengendalikan penggunaan media Instagram. Fenomena tersebut
dijadikan peneliti untuk mendalami melalui penelitian “Pengaruh Kontrol Diri
Terhadap Penggunaan Instagram Siswa Kelas IX di SMPN 35 Jakarta Timur”.

B. Identifikasi Masalah
Latar belakang permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1. Siswa kelas VIII di SMPN 35 Jakarta memiliki intensitas penggunaan
media sosial Instagram yang cenderung tinggi
2. Siswa kelas VIII di SMPN 35 Jakarta memiliki control diri yang cenderung
rendah”

C. Batasan Masalah
Latar belakang pemasalahan dan identifikasi masalah, maka peneliti
membatasi masalah pada “Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Intensitas
penggunaan Instagram Siswa Kelas VIII di SMPN 35 Jakarta Timur".

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah identifikasi masalah dan batasan
masalah peneliti membuat rumusan sebagai berikut “Apakah kontrol diri
berpengaruh terhadap intensitas penggunaan Instagram siswa kelas VIII di
SMPN 35 Jakarta Timur".
E. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas diuraikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teontis
Hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan
di bidang bimbingan dan konseling. khususnya untuk pengembangan
Kontrol Diri pada semangat belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa lebih
optimal.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat bermanfaat secara praktis antara lain:
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui
pengaruh intensitas penggunaan Instagram terhadap motivasi belajar.
b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Hasil penelitian dapat dijadikan wawasan dalam ilmu
bimbingan dan konseling. Guru BK dapat memberikan layanan
informasi kepada siswa tentang etika penggunaan media sosial yang
baik dan bijak.
c. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi orang tua mengetahui
pengaruh intensitas penggunaan Instagram terhadap motivasi belajar
pada anak. Juga mengarahlan anak untuk menggunakan media soaial
secara bijak
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram
Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinsikan: "intensity
atau intensitas sebagai kekuatan sebarang tingkah laku atau sebarang
pengalaman, seperti intensitas suatu reaksi emosional”.3 Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia: "intensitas adalah keadaan (tingkatan atau ukuran)
intensitasnya”.4 Intens disini merupakan sesuatu yang hebat sangat tinggi:
bergelora/ penuh semangat sangat emosional.
Penggunaan adalah proses pembuatan cara memakai pemakaian.5
kemudian dalam kamus besar bahasa indonesia penggunaan adalah cara
memakai. 6
Elvinaro. Dkk dalam Komunikasi Massa Suatu Pengantar
mendeskripsikan mengenai riset komunikasi massa pada khalayak yakni
upaya untuk mencari data tentang khalayak (masyarakat sebagai pengguna
media massa. Salah satunya melalui media exposure (terpaan media), yang
mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media.
frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (Longevio).
Intensitas dalam pengunaannya memiliki 2 parameter yaitu
frekuensi dan durasi.7
Intensitas dalam pengunaannya memiliki 2 parameter yaitu
frekuensi dan durasi Frekuensi dapat dilihat dari pengukuran program
mingguan (berapa kali dalam sehari). program bulanan (berapa minggu

3
James P.Chaplin. 2000. Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo)., hal. 254
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan. Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)., hal 335
5
Ibid, Hal.719
6
Hehania dan Farlin, Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo., hal. 321
7
Elvinaro, dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung; Simbiosa Rekatama
Media)., hal. 68
dalam sebulan). dan program tahunan (berapa bulan dalam setahun).
Pengukuran variabel durasi dilihat dari berapa jam sehari berapa menit per
jam.8
Merujuk pada Jumal Andarwati dan Sankarto bahwa frekuensi dan
durasi penggunaan Intenet memiliki tingkat keseringan dan lama waktu
menggunakan serta tujuan dan kesediaan waktu yang berbeda-beda pada
setiap penggunanya. Berikut tingkat rendah sedang. dan tinggi dalam
frekuensi dan durasi pengzunaan media sosial Instagram :9
a. Frekuensi adalah seberapa sering siswa menggunakan media sosial
Instagram dalam sehari:
1) Sangat rendah = 1 kali sehari
2) Rendah = 2 kali sehari
3) Sedang = 3 kali sehari
4) Sangat tinggi = > 4 kali sehari
b. Durasi adalah seberapa lama sisiva menggunakan media sosial
Instagram dalam sehari :
1) Sangat rendah =< 30 menit per hari
2) Rendah = 30 - 45 menit per hari
3) Sedang = 60 – 90 menit per hari
4) Sangat tinggi => 90 menit per hari
Berdasarkan pengertian ahli, dapat disimpulkan bahwa intensitas
adalah suatu tingkat, dan penggunaan diartikan sebagai pemakaian.
Penggunaan yang dimaksud adalah menggambarkan tingkat pemakaian
terhadap mengakses media sosial Instagram dalam memenuhi
kebutuhan seseorang untuk dapat mencari informasi, menerima
informasi dan melakukan komunikasi.

8
Ibid hal.68
9
Retno Andarwati & Bambang Sankarto. “Pemenuhan Kepuasan Penggunaan Internet Oleh
Peneliti Badan Leibang Pertanian di Bogor”. Jurnal peprpustakaan Vol. 14, Nomor I 2005., hal 14
Intensitas penggunaan media sosial yang semakin hari digemari
oleh masyarakat adalah Instagram. Instagram merupakan layanan yang
berbagi foto dan video yang menggemparkan jagat teknologi. Instagram
adalah media sosial baru yang banyak digemari oleh berbagai kalangan,
siswa sekolah menengah menupakan kalangan terbesar dalam
mengakses Instagram. Bambang Dwi mendefinisikan:
“Instagram bukan hanya sebagai layanan photo sharing
tetapi Instagram juga merupakan jejaring sosial, karena
di Instagram pengguna bisa berinteraksi dengan
pengguna lainnya. Ciri khas dari jejaring sosial ini
adalah kemampuannya untuk saling follow sesama
pengguna, kemudian berkomentar dan memberikan
tanda suka (like) pada foto yang dibagikan.”10

Intensitas penggunaan Instagram dilihat dari tingkat keseringan


dan kekuatan seseorang dalam mengakses Instagram sebagai keperluan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengunaan instagram yang sering, juga
durasi yang lama membuat intensitas penggunaan semakin tinggi.
Frekuensi pengunaan media Instagram ialah berapa kali sehari dalam
satu minggu pengguna menggunakan instagram. barapa kali seminggu
dalam satu bulan, serta berapa kali sebulan pengguna menggunakan
Instagram dalam satu tahun. Pengukuran durasi pengguna instagram
dilihat dari pengukuran waktu yaitu berapa jam sehari dan berapa menit
pengguna mengakses Instagram.

a. Media sosial Instagram


1) Definisi Media Sosial
Media sosial merupakan sistem yang menghubungkan teknologi
internet dengan kerja sama antarindividu. Media sosial sebagai
jembatan untuk berkomunikasi dengan mudah dalam ruang-waktu

10
Ibid, hal. 59
yang berbeda. Keberadaan media sosial telah hadir dan menjadi
primadona bagi setiap pengguna internet, karena pengguna dapat
merepresentasikan diri melalui berinteraksi, meminta dan berbagi
pendapat, serta berkomunikasi dengan pengguna lain.
Rulli Nasrullah menunjukkan bahwa “rata-rata peneguna
intemet di Indonesia menghabiskan waktu hampir 3 jam untuk
terkoneksi dan berselancar di media sosial, sebagian besar dari
pengguna tersebut mengakses media sosial melalui perangkat
telepon genggam”.11
Keterbukaan informsi yang dapat diakses oleh setiap
pengguna membuat media sosial menjadi transportasi dengan
mudahnya berargumen dan mengutarakan pendapatnya serta
membangun pertemanan secara virtual. New media social
merupakan cara baru berkomunikasi di tengah perkembangan
teknologi yang semakin modern.
Teori media sosial menunit Van Dijk mengartikan bahwa
"media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada
eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas
maupun berkolaborasi karena itu, media sosial dapat dilihat
sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan
antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial"12
Pengertian media sosial dapat disimpulkan sebagai suatu
tempat aktivitas sosial dalam ruang virtual yang memungkinkan
penggunanya berkomunikasi dan beinteraksi dengan pengguna
lain dari berbagai wilayah
2) Karakteristik Media Sosial

11
Ruli Nasrullah. 2015. Media Sosial Prosedur, Trend an Etika. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media., hal.12
12
Ibid, hal.11
Media sosial memiliki ciri khusus yang hanya dimiliki
media sosial dibanding media lainnya. Pemahaman media sosini
dimulai sejak media digunakan sebagai sarana sosial di dunia
virtual. Karakteristik media sosial menurut Rulli Nasrullah yaitu:
“a) Jaringan (network). b) Informasi (information). c) Arsip
(archive). d) Interaksi (Interactivity), e) Simulasi sosial
(simulation of society). 9 Konten oleh pengguna (user-generated
content)."13
Karakter khusus yang dimiliki media sosial adalah
membentuk jaringan di antara pengguna satu dengan yang lain
melalui pemanfaatan internet dan perangkat keras. Jaringan yang
terbentuk antar pengguna akan membentuk suatu komunitas atau
pertemanan yang tercipta atas dasar rasa suka yang sama dan saling
bertukar informasi. Informasi menjadi hal yang penting dari media
sosial. Pengguna menjadikan media sosial untuk mendapatkan
informasi, sehingga dapat melakukan interaksi dan membentuk
jejaring internet dalam lingkungan masyarakat
Pengguna media sosial menjalin hubungan dan komunikasi
yang transparan untuk menciptakan suatu pertemanan dengan
pengguna lain. Setiap informasi yang diunggah dalam media sosial
akan tersimpan dan menjadi arsip. sehingga senvaktu-wakmu
pengguna dapat
melihat dan menggunakan foto, video, atau dokumen akan
selalu tersedia, kecuali pengguna sudah menghapus suatu
informasi terlebih dahulu.
Interaksi yang tercipta di media sosial menjadi karakter
dasar dari media sosial. bentuk interaksi yang beragam akan

13
Ibid, hal. 15
memberikan respon yang berbeda dari tiap peneguna. Contoh
pengguna media sosial mengunggah sebuah foto. Maka dalam
waktu yang relatif singkat, pengguna lain akan memberikan “like”
atau mengomentari foto tersebut. Secara sederhana, bentuk
interaksi di media sosial telah dimulai dengan cara tersebut.
Interaksi ini menghapuskan jarak antara ruang dan waktu. Ruang
virtual dalam interaksi di media sosial dapat terjadi kapan saja dan
melibatkan pengguna dari berbagai wilayah.
Penyebaran atau sharing menupakan fitur lain dari media
sosial yang memberikan kesempatan pada pengguna untuk
mengembangkan akun yang dimiliki. Secara sederhana. pengguna
tidak hanya beropini dalam menanggapi suatu informasi tetapi
pengguna juga dapat memberikan data atau fakta tentang suatu
infomasi. Penyebaran informasi yang akurat kepada khalayak
terhadap sebuah isu yang tidak benar akan menyelamatkan
seseorang atau sebuah komunitas.
3) Jenis Media Sosial
Pembagian jenis media sosial ke dalam kategori merupakan
upaya untuk melihat bagaimana jenis dari media sosial itu sendiri.
Rulli Nasrullah mengambil kesimpulan dari berbagai kajian dan
literature bahwa “terdapat 6 kategori besar untuk melihat
pembagian media sosial. yaitu: a) Media jejnnng sosial. b) humal
onine: c) Jurnal online sederhana: d) Media berbagi. e) Penanda
sosial. f) Media konten Bersama atau wiki”.14
Media jejaring sosial merupakan media yang paling popular
dalam kategori media sosial sarana ini merupakan tempat untuk
pengguna melakukan hubumean sosial di dunia virtual. Karakter

14
Ibid, hal.39
utama dari situs jejaring sosial adalah setiap pengguna dapat
berteman dengan pengguna yang sudah diketahuinya maupun
pengguna lain yang belum diketahuinya dan membentuk suatu
peretemanan baru. Saxena mendefinisikan media sosial sebagai:
“Situs jejaring sosial adalah media sosial yang paling
populer. Media sosial tersebut memungkinkan anggota
untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak
hanya pada pesan teks. tetapi juga termasuk foto dan
video yang menarik perhatian pengguna lain. Semua
posting (publikasi) merupakan real time”.
memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti
apa yang sedang terjadi.”15

Media sosial tidak hanya digunakan untuk menghubungkan


pengguna dengan pengguna lain untuk melakukan hubungan
sosial. tetapi jenis media sosial lainnya adalah memungkinkan
penggunanya untuk mengunggah dan memublikasikan aktivitas
keseharian melalui pendapat dan opini. Contoh media sosul adalah
blog dan microblogging. Media sosial juga berperan sebagai social
bookmarking yang merupakan media sosial untuk mengorganisir,
menyimpan dan mengelola, serta pencari informasi berita tertentu
yang dapat diakses secara online.

4) Instagram
Awal masa peluncuran Instagram menggeparkan dunia
teknologi informasi dan komunikasi Instagram merupakan new
media social yang digemari oleh pengguna internet. Instagram
merupakan aplikasi yang dapat diakses melalui perangkat keras
seperti handphone dan komputer dengan memanfaatkan jaringan
internet. Instagram adalah bentuk transformasi baru dari media

15
Ibid, hal.40
sosial terdahulu yaitu Flickr. Feri Sulianta mendefinisikan Flickr
sebagai "Jejaring untuk berbagi gambar serta foto digital. Jejaring
ini dapat digunakan unnik memajang foto produk sebagai sarana
dalam meningkatkan akses ke website produk, melalui Flickr dan
netizen akan dituntun untuk mengunjungi website pemilik akun
Flickr yang dituju".16
Instagram merupakan now transformation from old social
media yang dapat berbagi layanan foto atau video oleh pengguna
untuk mengekspresikan moment-moment penting dalam
kehidupan, sehingga dapat memberikan infomasi kepada
pengguna lain tentang eksistensi diri. Feri Sulianta menjelaskan
Instagram sebagai:
Daftar layanan jejaring sosial populer yang berbasis
intemet sekaligus jejaring sosial yang populer untuk
berbagi centa melalui gambar digital. Para pengguna
gadaget kerap kali menegunakan jejaring ini untuk
langsune berbagi hasil jepretan mereka. Tidak jarang
orang-orang menggunakannya sebagai sarana berjualan
online."17
Instagram pertama kali dirilis pada tanggal 6 Oktober
2010 oleh 2 orang pemuda yang berasal dari Amerika Serikat
yaitu Kevin Systrom dan Mike Krieger.18 Instagram adalah
sebuah aplikasi media sosial yang memungkinkan pengguna
untuk mengambil foto dan video. Fitur-fitur di media sosial
Instagram berdasarkan pendapat Bambang dalam Instagram
Handbook menyatakan "indikator dari media sosial Instagram

16
Feri Sulianta. 2015. Keajaiban Media Sosial. (Jakarta: PT Elex Media Kompurindo). hal.
118
17
Ibid, hal.119
18
Bambang Dwi Amoko. 2012. Instagram Handbook, (Jakarta: Media Kita). Hal 6
yaitu Hastag Geotag. follow, share, like, komentar, dan
mention.19

Gambar 1.1
Logo Instagram Lama dan Baru

Instagram hadir untuk memudahkan pengguna internet


dalam mengekspresikan diri lewat foto atau video yang dapat
dibagikan dan dapat menjadi ladang infomasi bagi pengguna
lain. Fitur yang menarik Hilis dan dapat diakses tanpa penyaring
konten membuat banyak digemari oleh berbagai kalangan
termasuk siswa sekolah menengah. Berikut adalah fitur-fitur
dalam Instagram:
a. Kamera
Konsep awal instagram inlah berbagi layanan photo
sharing, maka Instagram memiliki fihir kamera yang ada di
aplikasi untuk secara langsung membidik dan membagikan
foto dan video tanpa harus memilih terlebih dahulu di galeri
handphone.20

b. Editor
Instagram memiliki berbagai fitur untuk mengedit
gambar atau video yang ingin diunggah oleh pengguna yakni
white balance scene modo, image stabilizer, photo editor.

19
Ibid , hal.53
20
Ibid, hal.68
grid (virtual line), file sharing dan sebagainya. Semakin
banyak fitur editor di Instagram mempermudah pengguna
untuk memotret lebih kreatif.21
c. Tag and Hastag
Hastag adalah suatu label (tag). Berupa suatu kata
yang diberi awalan simbol bertanda pagar (#). Instagram
memperkenalkan fitur tanda pagar pada bulan Jamuari 2011.
Fungsi fitur tanda pagar memudahkan pengguna untuk
menemukan foto-foto yang tersebar di Instagram dengan
label tertentu.22
d. Caption
Caption atau deskripsi foto merupakan fitur untuk
pengguna Instagram yang dapat mendeskripsikan sebuah
foto atau video untuk diunggah dan dibagikan kepada
pengguna lain.23
e. Integrasi ke Media Sosial
Pengguna dapat membagikan foto dan video yang
sudah diunggah di Instagram ke jejaring sosial lain seperti
Twitter, Facebook, atau Path. Bila fitur ini diaktifkan maka
setiap pengguna mengunggah foto dan video akan secara
otomatis terhubung ke jejaring sosial lain.24

f. Explore
Explore merupakan fitur pencarian nama seseorang
produk, atau informasi yang ingin dilihat oleh pengguna

21
Ibid, hal. 73
22
Ibid, hal. 54
23
Ibid, hal. 32
24
Ibid, hal. 36
Instagram. Tidak ada batasan atau penyaring konten ketika
pengguna melakukan explore.25
Perkembangan pembaharuan Instagram terus
dilakukan. Penambahan fitur baru di Instagram membuat
media sosial ini semakin banyak digemari. Fitur terbaru di
Instagram adalah Instastory. Instastory lebih dikenal sebagai
diary sehari-hari yang diunggah oleh pengguna untuk
berbagi moment lewat foto dan video dengan durasi
maksimal 10 detik. Penggunaan instastory yang semakin
sering diunggah oleh pengguna kebanyakan pada berbagai
kesempatan membuat ruang privasi dari setiap pengguna
kian berkurang. Berbeda dari instastory. Kevin Systrom dan
Mike membuat fitur terbaru yang lebih menarik untuk
digunakan di Instagram yaitu IGTV. IGTV digunakan untuk
user Instagram yang ingin berbagi video dengan durasi yang
lebih lama, yakni selama 10 menit.

2. Kontrol Diri
a. Pengertian Kontrol Diri
Setiap remaja memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan
digunakan sepanjang kehidupan, termasuk dalam menghadapi
kondisi yang terdapat di lingkungan sekolah, tempat tinggal, dan
lingkungan masyarakat luas. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan
individu dalam mengontrol perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi
untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi.
Menurut Berk bahwa “Kontrol diri adalah kemampuan
individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang

25
Ibid hal. 29
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
sosial.26
Menurut Risky bahwa kontrol diri adalah kemampuan untuk
mengendalikan diri serta mengalahkan semua kelemahannya.
“Kontrol diri adalah pengaruh atau regulasi seseorang terhadap fisik,
perilaku. dan proses-proses psikologinya.27
Pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa kontrol diri
adalah suatu sikap mampu mengendalikan pikiran dan tindakan agar
dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari luar sehingga dapat
bertindak secara baik.
Menurut Gleitman mengatakan bahwa "kontrol diri adalah
kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan, baik
dari dalam diri maupun dari luar diri individu.28
Pendapat beberapa para tokoh bahwa kontrol diri merupakan
sikap, tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik
direncanakan atau tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang
berlaku di masyarakat. Kontrol diri merupakan aspek yang sangat
penting dalam kecerdasan emosi. Kontrol diri dalam kehidupan
manusia sangat penting sebab pengaruh yang sangat kuat manusia
bukan dari luar diri namun berada di dalam diri remaja sendiri,
Sehingga kemana pun seseorang pergi, maka akan selalu diikuti oleh
pengaruh luar diri seseorang.
Menurut Messina dan Messina menyatakan bahwa Kontrol
diri adalah :

26
Singgih D. gunarsa. 2009. Bunga Psikologi Perkembangan . Jakarta: BPK Gunung
Mulia, hal. 251
27
Rizky Joko Sukomono. 2011. Mendongrak Kecerdasan Otak dengan Meditasi.
Jakarta : Visi media. Hal. 179
28
Syamsu Bachri.2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana. hal.107
Seperangkat tingkah laku yang berfokus pada
keberhasilan mengubah diri pribadi. Keberhasilan
menangkal pengrusakan diri (self-destructive),
perasaan mampu pada diri sendiri. perasaan mandin
(autonomy), atau bebas dari pengaruh orang lain
kebebasan menentukan tujuan kemampuan untuk
memisahkan perasaan dan fikiran rasional, serta
seperangkat tingkah laku yang berfokus pada
tanggung jawab atas diri pribadi.29

Goldfried dan Merbaum mendefinisikan bahwa “kontrol diri


sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur,
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa kearah
konsekuensi positif.30
Pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri adalah sikap mengendalikan pikiran dan
tindakan sesuai dengan norma-norma yang benar. Kontrol diri
merupakan kemampuan remaja dalam menyusun membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku melalui pertimbangan
kognitif sehingga dapat membuat keputusan yang diinginkan dan
diterima oleh lingkungan.
Kontrol diri merupakan hal yang sangat penting, apabila remaja
memiliki kontrol diri akan tahu diri sendiri. kontrol diri individu, agar
lebih bijaksana dalam akan menuntun setiap menyikapi tindakan yang
akan dilakukan sehingga dengan kontrol diri remaja mampu
menimbangkan konsekuensi yang akan didapatkan dari perilaku yang
dilakukan dalam lingkungan masyarakat.

b. Jenis-Jenis Kontrol Diri

29
Ibid, hal. 252
30
Apris Ruhban. Kontrol Diri dan Intensistas Penggunaan Facebook pada Remaja.
Jurnal Psikologi. Volume Vol.01 No.02, Thn. 2013
Jenis-jenis kontrol diri yang digunakan individu dalam
menghadapi situasi tertentu diantaranya adalah “1) kontrol perilaku
(behavioral control); 2) kontrol kognitif (cognitive control); dan 3)
mengontrol keputusan (decision control).”31
Kontrol Perilaku (behavioral control) merupakan kemampuan
untuk mempenganihi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan. Cara yang sering digunakan dengan mencegah atau
menjauhi situasi yang tidak menyenangkan, memiliki waktu yang tepat
untuk memberikan reaksi atau membatasi intensitas karena situasi yang
tidak menyenangkan.
Kontrol Kognitif (cognitive control merupakan kemampuan
individu dalam mengolah infomasi yang mengganggu dengan cara
menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam
satu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk
mengurangi tekanan. Informasi yang dimiliki oleh individu terhadap
keadaan yang mengganggu, individu berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan dengan cara memperhatian segi-segi positif secara
subjektif dan memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau
netral.
Kontrol keputusan (decision control) merupakan kemampuan
remaja untuk memilih suatu tindakan berdasarkan kepada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan
berfungsi baik karena suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan
untuk memilih berbagai kemungkinan (alternative) tindakan.

31
Op.cit hal.110
c. Aspek-aspek Kontrol Diri
Kontrol diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita
(nilai diri). Seringkali seseorang memberikan penilaian dari apa yang
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kontrol diri merupakan
salah satu aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan perilaku
siswa. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam aktualisasi pola
pikir, rasa dan perilaku dalam menghadapai setiap situasi. Seseorang
yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan
memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan sosial),
maka dibutuhkan aspek-aspek kontrol diri dalam kehidupan sehari-hari
agar kita mampu mengendalikan diri secara baik.
Baumaister dalam Siringoringo, membedakan kontrol diri
menjadi 4 (empat) aspek yaitu “1) Kontrol pikiran (controlling
thoughts) 2) Kontrol Emosi (emotions) 3)Kontrol Dorongan Hati
(implues) 4)Kontrol Performa (Performance) .32
Kontrol pikiran, yaitu kemampuan individu dalam mengolah
informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi,
menilai, memikirkan beberapa altematif tindakan sebelum mengambil
suatu keputusan sehingga dapat terhindar dari berbagai tekanan.
Kontrol emosi, yaitu kemampuan individu dalam
mengendalikan emosi dan dorongan dari dalam diri, dalam hal ini.
individu untuk berusaha mampu menggunakan perasaan kurang baik
menjadi jauh lebih baik atau stabil.

32
Sephtri Siringoringo. 2009. Hubungan Kontrol Diri dan Prokratinasi Akademik Pada
Pelajar Sekolah Menengah Atas Lab School Rawamangun, Jakarta Timur . Skripsi: Tidak diterbitkan
(Jakarta Universitas Negeri Jakarta). Hal.53
Kontrol impuls atau rangsangan, yaitu kemampuan individu
untuk dapat menolak tanggapan, dalam arti individu mampu mencegah
diri untuk tidak melakukan tindakan yang salah.
Kontrol perfoma, yaitu kemampuan individu menjadi rajin dan
bertahan untuk bersikap ulet, dalam arti individu mampu bekerja secara
efektif dan optimal untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Mengembangkan kemampuan mengendalikan diri hal yang penting
untuk dapat menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dapat
menyusun tindakan yang berdimensi jangka panjang mampu menerima
diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan
mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan
perilaku buruk yang selama ini banyak dijumpai dalam kehidupan di
masyarakat juga dalam tantanan kenegaraan karena banyak peristowa
yang terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan diri

B. Penelitian Yang Relevan


1. Penelitian oleh Ada Rismana, Ellyn Normelani, Sidharta Adytama (2016)
dari FKIP Universitas Lambung Mangkurat yang berjudul “Pengaruh
Jejaring Sosial Terhadap Motivasi Belahar Siswa-Siswi Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Kecamatan Banjarmasin Barat” menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengguanaan jejaring sosisal terhadap
motivasi belajar siwi-siswi SMP di Kecamatan Banjarmasin Barat, karena
nilai rxy bernilai 0,4385 lebih besar dari 1 tabel 1% yang menghasilkan
angka 0,1128 dan tabel 5% dari tabel 1 menghasilkan angka 0,1478
sehingga nilai rxy lebih besar dari r tabel 1% dan 1 tabel 5% yaitu
0,1128<0,4385>0,1478. Melihat dari hasil tersebut bahwa relevan dengan
penelitian yang akan diteliti yakni kemungkinan terdapat pengaruh kontrol
diri terhadap intensitas penggunaan media sosial Instagram siswa SMPN 35
Jakarta.
2. Peneliti oleh Yuniar Rachdianti (2011) dari Universitas Isam Negri Syarif
Hidayatullah yang berjudul “Hubungan antara Self-Control dengan
Intensitas Penggunaan Internet Remaja Akhir. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif korelasional, teknik data yang digunakan
adalah purposive sampling. Jumlah item yang valid untuk skala self-control
adalah 31 item dengan reabilitas sebesar 0,07959 sedangkan jumlah item
untuk skala intensitas pengguna internet adalah 6 item dengan reabilitas
sebesar 0,6822. Didapatkan r hitung -0,465 hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan intensitas
pengguna internet.
Kaitan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah bidang kajian yang sama-sama membahas tentang kontrol diri dan
penggunaan Internet. Perbedaannya, penelitian sebelumnya mengkaji
tentang hubungan Hubungan antara Self-Control dengan Intensitas
Pengguna Internet Remaja Akhir, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan menguji tentang Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Penggunaan
Sosial Media Instagram Siswa SMPN 35 Jakarta.
C. Kerangka Berpikir

SISWA KELAS IX SMPN 35 JAKARTA

Intensitas Penggunaan Media


Sosial Instagram
Tinggi Rendah

Kontrol Diri

Penelitian :

1. Pembuatan Angket
2. Penyebaran angket ntuk uji validitas
3. Uji valditas dan reabilitas
4. Penyebaran angket penelitian
5. Pengolahan Data

Hasil Penelitian

Terdapat pengaruh antara Tidak terdapat pengaruh


Kontrol diri dengan intensitas antara Kontrol diri terhadaap
penggunaan Media Sosial pengaruh penggunaan Media
Instagram siswa kelas IX Sosial Instagram Siswa Kels IX

Gambar 1.2
Kerangka Pemikiraan Penelitian

Penjelasan :

Pengguna Instagram datang dari berbagai kalangan yang paling


banyak mengakses media sosial intagram dalam kehidupan sehari-hari
ialah siswa. Siswa banyak mengakses Instagram untuk berbagi moment
dan sharing, serta untuk mendapatkan informasi. Khususnya di Jakarta,
jaranga ada siswa yang tidak memiliki media sosial Instagram.
Instagram kian popular di kalangan siswa untuk ajang eksistensi diri
mereka.
Penggunaan Instagram pada siswa telah menjadi moment diary
sehari-hari. Pengguna media sosial Instagram telah menjadi kebutuhan
sehari-hari oleh siswa kelas IX di SMPN 35 Jakarta Timur. Intensitas
penggunaan Instagram pada siswa berbeda-beda, dilihat dari tingkat
keseringan dan kekuatan siswa dalam mengakses Instagram. Frekuensi
dan durasi menjadi parameter intensitas siswa dalam mengakses
Instagram. Contoh, berapa kali sehari dalam satu minggu siswa
menggunakan Instagram, berapa kali siswa menggunakan nstagram
dalam satu tahun, sedangkan pengukuran durasi siswa dalam
menggunakan Instagram dilihat dari berapa jam sehari dan berapa menit
siswa mengakses Instagram.
Instagram merupakan media sosial yang dapat diakses dimana
saja dan kapan saja, termasuk pada siswa yang sedang belajar di sekolah
maupun di rumah. Belajar adalah aktivitas dan proses pengembangan
aspek kognitif dan afektif yang akan membentuk suatu tingkah laku
baru menjadi lebih baik. Siswa akan melakukan aktivitas belajar dan
membutuhkan control diri pada dirinya. Kontrol diri adalah kemampuan
seseorang dalam mengendalikan dirinya secara sadar. Jika kontrol diri
siswa tersebut tinggi ia dapat mengendalikan dirinya untuk
menggunakaan sosial media sesuai kontrol dirinya, sementara siswa
dengan kontrol diri yang rendah akan sulit mengendalikan dirinya untuk
menggunakan sosial media, hal tersebut akan berpengaruh pada proses
belajarnya.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui terdapat pengaruh atau
tidak pada siswa kelas IX di SMPN 35 Jakarta Timur, maka di lakukan
penelitian yang diawali dengan pembuatn dan penyebaran angket, uji
validitas dan reliabilitas. Setelah itu dilanjutkan dengan penelitian dan
pengolahan data dan hasil penelitian. Setelah itu dapat di temukan
apakah ada pengaruh atau tidak pada kontrol diri terhadap intensitas
penggunaan media sosial Instagram.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.33
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara
kontrol diri terhadap intensitas penggunaan media sosial Instagram siswa kelas
IX SMPN 35 Jakrta Timur.

33
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta).,
hal.4
BAB III
METDOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang


Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Intensutas Penggunaan Instagram Kelas IX di
SMPN 35 Jakarta Timur.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SMPN 35 Jakarta Timur, Jl.Kayu Manis
Gg.Kh.Raiman 71B Condet, Bale Kambang, Kec. Kramat Jati, Kota Jakarta
Timur.
2. Waktu
Penelitian dilakukan selama 5 bulan dimulai dari Maret sampai
dengan Juli 2019. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai
dengan Juli dikarenakan siswa sudah harus berkonsentrasi pada belajar
untuk mempersiapkan ujian nasional.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yaitu metode
kuantitatif asosiatif denga hubungan kausalitas. Hubungan kausal adalah
hubungan yang bersifat sebab akibat, terdapat variabel independent (variabel
yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi).34 Variabel independent
dalam penelitian ini adalah kontrol diri dan variabel dependent adalah intensitas
penggunaan sosial Instagram.

34
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. (Bandng: Alfabeta).,
hal.37
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi sebagai wilayah generalisaasi yang terdiri dari atas obyek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.35. Bailey menyatakan bahwa “Populasi atau universe ialah
jumlah keseluruhan dari unit analisis, Spiegel menyatakan pula bahwa
populasi adalah keseluruhan unit (yang telah ditetapkan) mengenai dan
darimana informasi yang diinginkan.36
Pengertian para Ahli dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
jumlah keseluruhan atau jumlah total yang terdiri dari karakteristik tertentu
yang akan digunakan sebagai informasi untuk mengambil sampel untuk
diteliti. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 415 siswa kelas IX SMPN
35 Jakarta Timur.
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas IX SMPN 35 Jakarta
No. Kelas Jumlah
1. IX A 35
2. IX B 35
3. IX C 35
4. IX D 35
5. IX E 34
6. IX F 34
7. IX G 34
8. IX H 34
9. IX I 35

35
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitati, kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabet)., hal.215
36
Muri Yusuf, 2014. Metode Penelitian Kuantitati, kualitatif& Penelitian Gabungan. (Jakarta:
Prenadamedia Group)., hal.147
10. IX J 34
11. IX K 35
12. IX L 35
Jumlah 415

2. Sampel
Sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi.
sebagian dan mewakili dalam batasan di atas merupakan dua kata kunci dan
merujuk kepada semua ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada
masing-masing karakteristiknya.37 Sampel dapat dikatakan sebagian dari
populasi yang akan digunakan untuk diteliti, sehingga hasil dari suatu
penelitian dapat representative (mewakili).
Teknik dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari semua
anggota-populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam anggota populasi itu. Cara simple random sampling yang peneliti
lakukan dengan cara undian. Adapun cara yang dilakukan yaitu :
a) Pada kertas kecil-kecil dituliskan nomor urut subjek dalam satu kelas
dan peneliti melakukan undian pada 5 (lima) kelas,
b) Kemudian semua kertas digulung dan dijadikan satu dalam sebuah
wadah untuk masing-masing kelas.
c) Tanpa prasangka peneliti mengambil 35 sampel yang ditentukan dari
jumlah keselunuhan kelas.
Arikunto mengemukakan bahwa "Sampel penelitian diambil
berdasarkan jumlah populasi, apabila populasi tersebut kurang dari 100,

37 Ibid. hal.150
sampel yang digunakan adalah seluruh populasi, tetapi jika jumlah
populasi lebih dari 100 maka jumlah sampel dapat diambil sekitar 10-
15% atau 20-25%.
Berdasarkan pendapat Arikunto, maka sampel dalam penelitian
ini dapat diambil 20 % dari jumlah populasi. Adapun dalam penelitian
ini peneliti mengambil sampel dan populasi siswa kelas IX SMP Negeri
35 Jakarta Timur yang berjumlah 415 siswa dari 12 kelas dengan jumlah
siswa yang dijadikan sampel sebanyak 84 siswa dari 415 siswa. Secara
detail jumlah dapat dilihat pada table 3.2.

Tabel 3.2
Sampel Penelitian
Perhitungan Sampel
No. Kelas Jumlah
Sampel Siswa
1. IX A 35 20% 7
2. IX B 35 20% 7
3. IX C 35 20% 7
4. IX D 35 20% 7
5. IX E 34 20% 7
6. IX F 34 20% 7
7. IX G 34 20% 7
8. IX H 34 20% 7
9. IX I 35 20% 7
10. IX J 34 20% 7
11. IX K 35 20% 7
12. IX L 35 20% 7
Jumlah 84
E. Teknik Pengupulan Data dan Instrumen
1. Variabel Independent (Kotrol Diri)
a. Definisi Konseptual
Kontrol diri menurut Berk dalam Gunarsa adalah kemampuan
individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
sosial.38 Adapun aspek-aspek kontrol diri yang akan menjadi indikator
untuk mengetahui tingkat kontrol diri yaitu kontrol perilaku, kontrol
kognitif dan kontrol keputusan.39

b. Definisi Operasional
Kontrol diri merupakan sikap mampu mengendalikan pikiran
dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari
luar sehingga dapat bertindak sesuai kondisi yang ada tanpa resiko.
Adapun aspek aspek kontrol diri antara lain : a) Mengontrol perilaku
dapat diartikan kemampuan individu dalam mengendalikan keadaan
serta kemampuan dalam memodifikasi stimulus , b) mengontrol
kognitif dapatdiartikan kemampuan individu dalam mengolah
informasi dan menilai suatu keadaan atau peristiwa dengan cara melihat
segi-segi positif, c) mengontrol keputusan yaitu individu mampu
menentukan pilihan serta mampu mengambil keputusan.40

38
Singgih D Gunarsa 2003. Psikologi Perkembangan Anak Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. Hlm.81
39
Ibid, hlm. 29
40
Ibid, hlm.29
2. Variabel Dependent (Intensitas)
a. Definisi Konseptual
Elvinaro menjelaskan mengenai riset komunikasi massa pada
khalayak yakni upaya untuk mencari data tentang khalayak
(masyarakat) sebagai pengguna media massa. Salah satunya melalui
media exposure (terpaan media), yang mencari data khalayak tentang
penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun
durasi penggunaan (Longevity). Intensitas dalam pengunaannya
memiliki 2 parameter yaitu frekuensi dan durasi.41
b. Definisi Operasional
Intensitas ialah suatu tingkah laku pada reaksi emosional
seseorang dalam menggunakan dan nemakai sesuatu yang dikur dalam
frekuensi dan durasi. Pengukuran frekuensi dilihat dari pengukuran
program mingguan (berapa kali dalam sehari), program bulanan
(berapa minggu dalam sebulan), dan program tahunan (berapa bulan
dalam setahun). Pengukuran variabel durasi dilihat dari berapa jam
sehari, berapa menit per jam.

41
Elvinaro dkk.2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media)., hal.68
2. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Kontrol Diri

Variabel Indikator Sub Indikator No. Item Pernyataan Jumlah


Positif (+) Negatif (-)
Kemampuan 1,3,6,9,11 2,4,8,13,53 10
mengendalikan
keadaan atau
Kontrol
situasi
Perilaku
Kemampuan 10,38,39,41,45 5,7,9,12,15 10
memodifikasi
stimulus
Kemampuan 27,46,48,52,43 29,31,34,50,54 10
mengolah
Aspek- informasi
Aspek Menilai suatu 14,16,18,20,24 17,19,21,23,26 10
Kontrol
Kontrol keadaan atau
Kognitif
Diri peristiwa
dengan cara
melihat segi-
segi positif
Mampu 28,32,33,36,57 35,44,47,49,51 10
menentukan
Kontrol pilihan
Keputusan Mampu 22,25,30,37,55 40,42,56,58,60 10
mengambil
keputusan
Jumlah 30 30 60
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Intensitas Penggunan Media Sosial Instagram

No. item Pernyataan Jumlah


Variabel Indikator Subindikator
Positif (+) Negatif (-) Item

-Tingkat
1,3,6,7,9,1
Keseringan 2,4,5,8,10,12,14,
Frekuensi 1,13,18,40 22
Mengakses 15,16,17,39,47
,46
Instagram
Intensitas
Penggunaan
Media -Lama Waktu 20,22,24,2
19,21,23,25,28,4
Sosial yang 6,27,31,34 17
1,43,49
Intagram Digunakan ,37,44
Durasi
-Kesediaan
29,33,35,4 30,32,36,38,42,4
Meluangkan 11
8,50 5
Waktu

Jumlah 24 26 50
F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam peneltian kuantitatif mengunakan statistik.


Sehingga penelitian ini menggunakan statistik inferensi. Yang mana statistik
inferensi adalah bagian statistik yang mempelajari penafsiran dan penarikan
kesimpulan yang berlaku secara umum dari data yang tersedia.42

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah


data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.43

42
Boediono & Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 12
43
Ibid hal. 199
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Dwi Amoko. 2012. Instagram Handbook, (Jakarta: Media Kita).
Boediono & Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
Elvinaro, dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung; Simbiosa
Rekatama Media)
Feri Sulianta. 2015. Keajaiban Media Sosial. (Jakarta: PT Elex Media Kompurindo).
Hehania dan Farlin, Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo
James P.Chaplin. 2000. Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo) Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan. Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Muri Yusuf, 2014. Metode Penelitian Kuantitati, kualitatif& Penelitian Gabungan.
(Jakarta: Prenadamedia Group)
Rizky Joko Sukomono. 2011. Mendongrak Kecerdasan Otak dengan Meditasi.
Jakarta : Visi media.
Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media
Singgih D Gunarsa 2003. Psikologi Perkembangan Anak Remaja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Singgih D. gunarsa. 2009. Bunga Psikologi Perkembangan . Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. (Bandng:
Alfabeta)
Syaiful Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. Ed, rev., cet.3. (Jakarta: Rineka
Cipta)
Syamsu Bachri.2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana.
Jurnal :

Retno Andarwati & Bambang Sankarto. “Pemenuhan Kepuasan Penggunaan Internet


Oleh Peneliti Badan Leibang Pertanian di Bogor”. Jurnal peprpustakaan Vol.
14, Nomor I 2005
Apris Ruhban. Kontrol Diri dan Intensistas Penggunaan Facebook pada Remaja.
Jurnal Psikologi. Volume Vol.01 No.02, Thn. 2013
Skripsi :
Sephtri Siringoringo. 2009. Hubungan Kontrol Diri dan Prokratinasi Akademik Pada
Pelajar Sekolah Menengah Atas Lab School Rawamangun, Jakarta Timur .
Skripsi: Tidak diterbitkan (Jakarta Universitas Negeri Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai